Devano Martadinata yang tengah bersedih. Karena harus berpisah dengan Naumi Clarissa kekasihnya, yang akan pergi ke negara Prancis demi mengejar karirnya sebagai model internasional.
"Mimi menikahlah denganku. Jadi kamu tidak perlu pergi jauh-jauh ke negara Prancis, untuk mengejar karir mu sebagai model. Aku tidak sanggup harus jauh darimu," ucap Devano yang memohon pada Mimi, panggilan sayangnya Devano pada Naumi Clarissa kekasihnya.
"Kalau kamu memang mencintaiku! Seharusnya kamu mendukung karirku yang ingin menjadi model internasional," ketus Naumi yang jengah dengan sikap Devano, yang selalu melarangnya bekerja sebagai model.
"Aku akan tetap pergi ke Perancis, tunggulah kepulanganku. Jika kamu benar-benar mencintaiku." Naumi melepaskan genggaman tangan Devano, dan ia pun melangkah pergi meninggalkan Devano.
"Kalau memang itu adalah pilihanmu, aku akan mendukung dan menunggu kepulangan mu." Devano berlari mengejar Naumi, dan memeluk tubuh Naumi dari belakang. Sebelum Naumi pergi ke negara Prancis selama enam bulan.
"Tunggu aku pulang," lirih Naumi sambil melepaskan pelukan Devano, yang memeluk tubuhnya dari belakang. Kemudian Naumi menuturkan tubuhnya, menghadap ke arah Devano yang ada di hadapannya.
"Pasti aku akan menunggumu. Kamu baik-baik di sana ya." Devano mencium kening Naumi, ia belum rela harus jauh dari Naumi kekasih yang sangat ia cintai.
Naumi membalas ucapan Devano dengan mengagukkan kepalanya sambil tersenyum manis, ia pun mulai melangkahkan kakinya dan meninggalkan Devano yang mengantarkannya pergi ke bandara.
______________
Tiga hari pasca Naumi Clarissa pergi ke negara Prancis.
Devano kini berada di ruang kerjanya, sambil menunggu balasan pesan dari Naumi yang belum membalas pesannya.
"Hey Bro, ngelamun terus kerjaannya," ucap Naufal temannya Devano, yang langsung masuk ke dalam ruangannya Devano.
"Kebiasaan langsung masuk aja, kemana Randy?" tanya Devano kepada Naufal, yang tidak melihat Randy masuk ke dalam ruangannya. Karena Randy adalah seorang sekretaris, sekaligus orang kepercayaannya Devano.
"Aku suruh dia buatkan minuman, untuk kita berdua," jawabnya sambil tersenyum.
"Dia itu sekertaris ku, bukan office boy. Mau apa kamu ke sini?" tanyanya lagi.
"Nanti malam kamu harus datang ke Garden cafe gemilang, aku dan teman-teman yang lainnya mau kumpul-kumpul di sana." Naufal mengajak Devano pergi ke sebuah kafe yang bernama Garden cafe gemilang.
"Gimana nanti malam saja," sahutnya malas.
"Pokoknya kamu harus datang! Jangan galau terus, mikirin..."
"Iya, iya. Nanti malam aku datang ke sana." Devano segera menyela ucapan Naufal, yang belum selesai berbicara.
"Oke, aku tunggu di sana ya, Bro." Naufal langsung pergi. Setelah berhasil membuat Devano, mau datang ke Garden cafe gemilang.
Saat Naufal membuka pintu ruangannya Devano, ia melihat Randy yang sedang membawa dua minuman yang di suruh olehnya.
"Terus ini minumannya bagaimana?" tanya Randy pada Naufal. Karena ia melihat Naufal akan pergi meninggalkan ruangannya Devano.
"Buat kalian berdua sajalah, biar gak jadi cowok galau. Haha..." Naufal berlalu pergi, meninggalkan Devano dan Randy.
Devano menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku Naufal temannya.
__________________
Malam harinya.
Devano datang seorang diri ke Garden cafe gemilang, ia pun segera mencari Naufal dan teman-temannya.
"Sini Bro," panggi Naufal pada Devano yang sedang mencari tempat duduknya.
Devano pun segera pergi menghampiri teman-temannya, yang sedang menunggu kedatangannya.
"Akhirnya datang juga yang di tunggu-tunggu," ucap Naufal sambil mengepalkan tangannya ke arah Devano.
..."Sorry telat," balas Devano yang melakukan hal sama seperti Naufal, dan ia pun melakukan itu kepada teman-teman yang lainnya....
"Nih minuman sepesial yang sudah kita pesan." Andre memberikan minuman yang berada di tangannya kepada Devano.
"Terima kasih." Devano pun menerima minuman dari Andre, dan langsung meminumnya.
Naufal dan Andre serta teman-temannya tersenyum senang melihat Devano meminum, minuman yang sudah ia taruh sesuatu di dalamnya.
Devano pun mulai merasakan sesuatu di dalam tubuhnya, dan ia pun memperhatikan teman-temannya yang sedang tersenyum senang.
"Apa yang kalian masukkan ke dalam minuman itu?" tanya Devano sambil melemparkan minuman yang berada di tangannya.
Prang! Suara pecahan gelas yang di lempar oleh Devano.
"Aku dan teman-teman yang lainnya, hanya membantumu. Agar tidak terus galau di tinggal Naumi, yuk kita pergi ke dalam sana. Aku yakin kamu akan Heppy nantinya," jawab Naufal yang ingin mengajak Devano bersenang-senang.
"Aku tidak mau ikut dengan kalian semua," ucap Devano sambil melangkah pergi meninggalkan teman-temannya.
"Bagaimana ini Fal? Devano pergi, dan ia hanya meminumnya sedikit lagi," tanya Fandi pada Naufal.
"Ayo kita kejar Devano," ajak Naufal pada teman-temannya.
Mereka semua pun segera pergi mengejar Devano yang akan pergi meninggalkan Garden cafe gemilang.
________
Sementara itu.
Devano yang sudah berada di luar Garden cafe gemilang, ia bertemu dengan dua pelayan kafe yang akan pulang.
"Mbak, tolong antarkan aku pulang, aku di kejar sama orang-orang yang mau mencelakaiku." Devano meminta bantuan kepada dua orang pelayan kafe, yang bernama Meyra Anatasya dan temannya Amelia.
Meyra dan Amelia saling lirik dan bingung dengan keadaan ini.
"Mbak tolong aku," lirih Devano yang sudah mulai merasakan sesuatu di dalam tubuhnya, akibat minuman yang di berikan oleh teman-temannya.
"Itu Devano," teriak Andre yang melihat Devano sudah berada di luar kafe.
"Ayo Mey, kita tolong saja dia," ucap Amelia yang melihat teman-temannya Devano, mengejar Devano yang sedang bersama mereka berdua.
"Iya sudah, ayo." Meyra dan Amelia pun segera menolong Devano, dan mengajak Devano pergi dari kejaran teman-temannya.
"Itu mobilku di sana," tunjuk Devano ke arah mobilnya yang terparkir di Garden cafe gemilang.
Meyra dan Amelia membopong tubuh Devano yang sudah sangat lemas sekali ke arah mobilnya, dan sesampainya di mobil Devano. Mereka bertiga segera pergi meninggalkan Garden cafe gemilang.
Meyra yang mengemudikan mobilnya Devano, dan Amelia duduk di samping Meyra. Sedangkan Devano duduk sendirian di bangku belakang mobilnya.
"Antarkan aku pulang ke apartemenku," lirih Devano yang meminta di antarkan pulang ke apartemennya.
"Baiklah," sahut Meyra.
Saat perjalanan menuju apartemen Devano, tiba-tiba saja Amelia mendapatkan pesan dari kekasihnya Rafael.
[Mel, kamu di mana? Aku sudah berada di depan kafe.]
Amelia segera membalas pesan dari kekasihnya. Setelah selesai membalas pesan, barulah ia berbicara dengan Meyra temannya.
"Mey, nanti kamu turunkan aku di sana. Rafael tadi sudah datang menjemputku. Jadi kamu saja yah, yang mengantarkan dia pulang ke apartemennya," ucap Amelia.
"Tapi..."
"Mey, aku tidak enak sama Rafael yang sudah datang menjemputku. Nanti sesampainya kamu di apartemennya, kamu minta tolong saja sama satpam yang ada di apartemen. Untuk mengantarkan cowok itu ke dalam kamar apartemennya, bereskan!" Amelia segera menyela ucapan Meyra. Agar ia bisa pulang bersama Rafael kekasihnya.
"Ya sudahlah." Meyra pun pasrah dan menuruti ucapan Amelia. Karena berdebat dengan Amelia pun percuma saja, pasti Amelia akan bersikeras ingin pulang dengan Rafael kekasihnya.
"Kamu hati-hati ya, nanti kalau sudah sampai di apartemen cowok itu kamu langsung pulang saja. Kalau sudah bertemu dengan satpam," ucap Amelia sebelum pergi meninggalkan Meyra, yang akan mengantar Devano pulang ke apartemennya.
"Iya," sahutnya singkat.
Meyra pun segera melajukan mobil Devano menuju apartemen.
Terima kasih sudah mampir di karyaku ini 🙏
Jangan lupa like dan masukkan ke dalam favorit yah🤗
Sesampainya Meyra di tempat parkir apartemen, ia segera keluar dari mobilnya Devano. Untuk mencari satpam yang akan membawa Devano masuk ke dalam apartemennya.
"Kok gak ada satpam satu pun sih," lirih Meyra yang tidak menemukan satu satpam pun di tempat pos satpam.
"Apa mereka semua sedang bertugas berkeliling apartemen?" lanjutnya lagi, yang bermonolog pada dirinya sendiri.
"To... tolong bantu a... aku," ucap Devano pelan, sambil berjalan kaki ke arah Meyra.
"Antarkan aku masuk ke dalam kamar apartemen," sambung Devano yang meminta tolong pada Meyra.
"Iya sebentar yah, aku mau cari satpam dulu," sahut Meyra yang akan pergi mencari satpam.
"Aku... hanya butuh bantuan mu saja," pintanya lagi. Karena Devano sudah merasakan reaksi dari obat yang di berikan oleh Naufal dan teman-temannya, yang semakin ia menahannya semakin menyakitkan dirinya sendiri.
"Baiklah, aku akan mengantarmu masuk ke dalam kamar apartemen. Setelah itu aku akan pulang," jawab Meyra yang mau mengantarkan Devano masuk ke dalam kamar apartemennya.
"Iya terima kasih," sahutnya.
Hasrat Devano semakin kencang dan tidak bisa ia kontrol lagi. Saat Meyra membantunya berjalan kaki menuju kamar apartemennya. Devano yang berada di dekat Meyra, ia bisa menghirup aroma tubuh dan rambut Meyra yang begitu menggodanya.
"Lantai berapa kamar apartemenmu?" tanya Meyra, yang menyadarkan Devano yang sedang menatapnya.
"Lantai lima belas," jawabnya.
Meyra pun segera menekan tombol menuju lantai lima belas, dan keadaan di dalam lift hanya ada mereka berdua. Devano mencium aroma rambut Meyra, yang tergerai mengenai wajahnya. Tapi Meyra tidak menyadari itu.
"Aku harus tahan sebentar lagi, sampai dia masuk ke dalam kamar apartemenku," batin Devano yang ingin segera tersalurkan hasratnya. Jika hasratnya tidak bisa di penuhi, ia semakin merasa kesakitan. Karena Naufal dan teman-temannya telah memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya.
Tidak lama kemudian.
Mereka berdua sudah sampai di lantai lima belas, dan Devano pun menunjuk ke arah pintu kamarnya.
"Aku sudah mengantarkan kamu sampai sini, aku pamit pulang," ucap Meyra yang akan pergi meninggalkan Devano.
"Tunggu sebentar." Devano menarik tangan Meyra, yang akan pergi meninggalkannya.
"Ada apa lagi? Aku harus pulang ke kosan, ini sudah malam," tanya Meyra pada Devano.
Devano yang sudah tidak bisa menahan keinginannya, ia langsung menarik Meyra masuk ke dalam kamar apartemennya.
"Aku sudah mengantar kamu pulang ke sini. Jadi biarkan aku pulang," ucap Meyra yang ingin keluar dari dalam kamar apartemen Devano.
Devano tidak menanggapi ucapan Meyra, ia segera mematikan lampu kamar apartemennya.
"Kenapa kamu mematikan lampunya?" tanya Meyra yang tidak bisa melihat dengan jelas. Karena lampunya di matikan oleh Devano.
Devano tetap menghiraukan ucapan Meyra, ia segera mendekati Meyra dan mendorong tubuh Meyra ke atas tempat tidur dan duduk di atas tubuh Meyra.
"Kamu mau apa?" tanya Meyra yang mulai ketakutan. Karena melihat Devano yang membuka bajunya sendiri.
"Bantu aku. Aku sudah tidak bisa menahan dan mengontrol ini semuanya, aku pasti akan bertanggung jawab kepadamu," ucap Devano yang meyakinkan Meyra. Sebelum Devano membuka baju Meyra.
"Tidak... aku tidak mau..." teriak Meyra yang berusaha memberontak.
Devano yang sudah tidak bisa mengontrol dirinya, yang sudah meminum obat perangsang yang di taruh oleh Naufal dan teman-temannya. Sehingga ia segera membuka baju Meyra dengan secara paksa, untuk melakukan hubungan panas dengannya.
"Maafkan aku," bisik Devano di telinga Meyra, ia pun mencium Meyra dan tetap memegang kedua tangan Meyra dengan sangat kencang. Agar Meyra tidak bisa memberontak lagi. Hingga terjadilah kejadian Devano, yang merenggut kesucian Meyra dengan secara paksa.
"Aaah, sudah hentikan," pinta Meyra pada Devano sambil menitikkan pair mata. Karena melihat Devano yang sedang bermain di atas tubuhnya.
Devano terus melanjutkan aksinya terhadap Meyra, dan menghiraukan ucapan Meyra yang ingin mengakhiri aksinya.
Kini Meyra tidak bisa melakukan perlawanan dan memberontak lagi. Sebab Devano telah berhasil merebut kesuciannya, hanya tangisan pilu yang Meyra rasakan di dalam hatinya, ia merutuki niat baiknya yang ingin menolong Devano dari kejaran teman-temannya Devano. Sehingga membuat kesucian yang ia jaga selama ini, telah di renggut oleh Devano, orang yang tidak ia cintai dan juga tidak ia kenal sama sekali.
"Terima kasih," bisik Devano di telinga Meyra. Ketika hasrat Devano sudah tersalurkan, dan ia tidak mengetahui Meyra yang pingsan. Setelah Devano merenggut kesuciannya.
Devano mencium kening Meyra. Sebelum ia tidur di samping Meyra, yang ia kira sudah tidur lebih dulu.
_________________
Keesokan paginya.
Meyra yang sudah bangun lebih dulu melihat kondisinya yang sekarang ini tidak mengenakan sehelai pakaian, dan ia melihat Devano yang berada di sampingnya masih tertidur pulas. Setelah semalaman Devano merenggut kesucian Meyra secara paksa.
Saat Meyra akan pergi ke dalam kamar mandi apartemen Devano, ia merasakan rasa sakit di bagian bawah perutnya.
"Aaawww, kok sakit dan perih begini sih," lirihnya yang bingung dengan keadaan yang baru saja ia alami.
Meyra pun tetap pergi ke dalam kamar mandi, dengan berjalan pelan-pelan. Karena ia ingin membersihkan noda dan jejak yang berada di tubuhnya. Akibat perbuatan Devano, yang mengecup bagian tubuhnya.
"Hiks hiks hiks ..." suara tangisan pilu Meyra di dalam kamar mandi. Saat ia mengingat kejadian semalam. Ketika Devano dan dirinya melakukan One night stand.
"Harusnya aku tidak usah membantunya," lirih Meyra yang menyesali perbuatannya, yang berniat menolong Devano dari kejaran teman-temannya.
"Aku harus segera pergi dari sini, sebelum lelaki itu bangun," lanjut Meyra yang segera keluar dari dalam kamar mandi. Ketika ia sudah selesai mandi.
Saat Meyra keluar dari dalam kamar mandi, ia melihat pakaiannya sudah tidak berbentuk lagi.
"Aku tidak mungkin memakai pakaianku yang seperti ini," gumam Meyra yang tidak bisa memakai pakaiannya. Karena pakaian yang ia pakai semalam, sudah di rusak oleh Devano. Meyra pun memutuskan mencari pakaian, yang ada di dalam lemari Devano.
Saat membuka lemari pakaian Devano. Meyra melihat ada beberapa pakaian wanita, yang masih ada label dan tergantung di lemari pakaian Devano.
"Dasar lelaki hidung belang, ternyata semalam itu kamu modus meminta bantuanku," geram Meyra pada Devano yang masih tidur.
Meyra yang ingin melampiaskan kekesalannya pada Devano yang masih tidur, tapi deringan ponsel miliknya menghentikan aksinya itu.
"Ada apa Bi Leni menghubungiku pagi-pagi begini?" gumam Meyra yang melihat panggilan telepon dari bibinya.
Deringan ponsel milik Meyra kembali berdering, ia pun segera menerima panggilan telepon dari bibinya. Tapi sebelum menerima panggilan telepon dari bibinya, ia pergi menjauh dari kamar Devano.
"Halo Mey, akhirnya kamu sudah bangun dan menerima panggilan telepon dari Bibi," ucap Leni bibinya Meyra.
"Tumben sekali Bibi menghubungiku pagi-pagi begini. Ada apa Bi?" sahut Meyra yang bertanya kepada bibinya.
"Bibi mau memberitahukan kabar kepadamu. Tapi sebaiknya kamu pulang dulu, nanti sesampainya kamu di sini, pasti kamu akan tahu," jawab Leni yang ragu menceritakan semuanya pada Meyra.
"Meyra tidak mungkin bisa pulang sekarang Bi, harus ijin dulu sama bos. Dan belum tentu juga, bos mengijinkan Meyra pulang. Kalau boleh Meyra tahu! Memangnya ada kabar apa Bi?" tanya Meyra lagi. Karena ia begitu penasaran dengan kabar yang akan di sampaikan oleh bibinya.
"I... ibu kamu meninggal dunia, Mey. Cepatlah kamu pulang sekarang," ucap Leni yang akhirnya memberitahukan kabar duka pada Meyra.
"Apa ...! I... ibu meninggal Bi?" tanya Meyra yang ingin memastikan kebenarannya. Kalau ia tidak salah dengar.
"Iya Mey, ibumu sudah pergi untuk selama-lamanya. Cepatlah kamu pulang," jawab Leni yang bisa merasakan kesedihan hati ponakannya.
"Inalillahi wa innailaihi raji'un, ibu ..." Meyra yang mendengar kabar ibunya meninggal dunia, langsung menitikkan air mata yang membasahi pipinya.
"Baiklah Bi, aku akan segera pulang sekarang!" Meyra segera mematikan panggilan telepon dari bibinya, ia bener-bener kaget dengan kabar duka yang di sampaikan oleh bibinya. Kini kesedihan hati Meyra bertambah, bukan hanya kehilangan kesuciannya saja. Tapi ia juga kehilangan ibunya untuk selama-lamanya.
"Aku harus segera pergi ke kampung halamanku, dan tidak perduli lagi dengan pekerjaanku di Garden cafe gemilang. Ibu ... maafkan Mey," lirih Meyra yang tidak bisa bertemu dengan ibunya. Di saat ibunya pergi meninggalkan dirinya, untuk selama-lamanya.
Meyra pun segera mengenakan pakaian yang sudah ia ambil di lemari pakaiannya Devano. Setelah selesai memakai pakaian, ia segera pergi dari apartemennya Devano. Untuk pergi ke kampung halamannya.
Akan tetapi, saat Meyra keluar dari dalam apartemennya Devano. Meyra bertemu dengan Randy sekertaris sekaligus asisten pribadinya Devano, yang akan masuk ke dalam kamar apartemen Devano.
"Kamu siapa?" tanya Randy pada Meyra yang keluar dari dalam apartemen Devano, sambil menutupi wajahnya dengan syal yang ada di lehernya. Sehingga Randy tidak bisa melihat wajah cantik Meyra.
"Pasti orang ini adalah temannya lelaki brengsek itu, aku harus segera pergi dari sini," batin Meyra yang tidak mau menjawab pertanyaan dari Randy, dan memutuskan bergegas pergi meninggalkan apartemen Devano sambil berlari.
"Hey siapa kamu!" teriak Randy yang berusaha mengejar Meyra.
"Aku harus segera masuk ke dalam lift. Agar lelaki itu tidak bisa mengejar ku," gumam Meyra yang segera masuk ke dalam lift, dan langsung menutup pintu lift.
"Alhamdulillah." Meyra pun bisa bernafas lega. Karena Randy tidak bisa mengejarnya lagi, sebab Meyra sudah masuk ke dalam lift.
Meyra yang sudah berhasil pergi dari apartemen Devano, ia segera pergi ke kosannya terlebih dahulu. Sebelum dirinya pergi ke kampung halamannya.
Sesampainya di kosan.
Meyra segera mengemasi seluruh pakaiannya, dan akan pergi ke kampung halamannya dengan menggunakan taksi online. Agar ia bisa cepat sampai ke kampung halamannya, dan tentunya Meyra bisa membawa seluruh barang-barang yang ada di dalam kosannya.
Saat Meyra akan memasukkan sebuah foto kebersamaan dirinya dengan almarhum ibunya, seketika itu. Meyra jadi teringat dengan almarhum ibunya, sambil menitikkan air mata.
__________
Flashback.
"Bu, bolehkah Meyra bekerja di Jakarta?" tanya Meyra pada Sri ibunya. Saat mereka berdua berada di dalam kamar Meyra.
"Kamu itu anak perempuan, Nak. Ibu takut terjadi sesuatu padamu, jika kamu bekerja di Jakarta," jawab Sri yang ragu mengijinkan Meyra pergi bekerja di Jakarta.
"Ibu tidak perlu khawatir, Meyra bisa kok menjaga diri Meyra sendiri. Ijinkan Meyra pergi bekerja di Jakarta Bu, ini semua Meyra lakukan. Agar Meyra bisa membantu biaya pengobatan ibu, dan Meyra ingin ibu bisa cepat sembuh." Meyra berusaha meyakinkan ibunya. Agar ibunya mengijinkan Meyra bekerja di Jakarta.
"Ya sudah, ibu ijinkan kamu pergi bekerja di Jakarta." Sri pun akhirnya mengijinkan Meyra pergi bekerja di Jakarta.
"Terima kasih Bu." Meyra memeluk dan mencium pipi ibunya. Karena ibunya telah mengijinkan dirinya bekerja di Jakarta.
"Meyra janji Bu, akan menjaga diri Meyra dengan baik, dan tidak ada sesuatu yang akan terjadi pada diri Meyra," ucap pelan Meyra. Saat ibunya sudah keluar dari dalam kamarnya.
Flashback off.
______________
"Bu. Maafkan Meyra yang tidak ada, di saat ibu pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya. Meyra juga belum bisa membagikan ibu," batin Meyra yang bersedih. Karena tidak ada, di saat ibunya menghembuskan nafas terakhirnya.
"Masa depan Meyra sudah hancur Bu. Apakah akan ada seorang lelaki yang mau menikah denganku, Bu?" sambung Meyra yang bermonolog pada dirinya sendiri, sambil melihat foto kebersamaan dirinya dengan almarhum ibunya.
Di tengah kesedihan hati Meyra, suara klakson mobil taksi online pesan Meyra sudah datang ke kosannya. Meyra pun segera keluar dari dalam kamar kosnya, sambil membawa semua barang-barang yang sudah ia kemasi semuanya.
"Mey, kamu tidak mau kos di sini lagi?" tanya Yanti yang merupakan pemilik kosan tempat Meyra tinggal.
"Iya Bu, ini Meyra kembalikan kunci kosannya." Meyra memberikan kunci kosan pada Yanti ibu kosannya.
"Meyra pamit pulang dulu ya Bu," lanjut Meyra yang berpamitan dengan Yanti.
"Iya hati-hati di jalannya. Kalau mau kembali ke kota ini, nanti kost di sini lagi yah. Mey," ucap Yanti.
"Iya Bu," sahutnya sambil melangkah pergi, meninggalkan kosan milik Bu Yanti.
"Aku tak akan mau tinggal di kota ini lagi, Bu. Apalagi sampai bertemu dengan lelaki brengsek itu," batin Meyra yang tidak mau tinggal di kota Jakarta lagi. Karena ia kesal dengan Devano, yang sudah merenggut kesuciannya.
Meyra segera masuk ke dalam mobil taksi, yang akan membawanya pergi ke kampung halamannya.
___________________
Sementara itu.
Randy yang berusaha berlari mengejar Meyra, tidak bisa ia kejar lagi. Karena Meyra sudah masuk ke dalam lift.
"Huuuh sial," gerutunya yang kesal. Karena tidak berhasil mengejar Meyra.
Randy pun memutuskan pergi ke dalam kamar apartemen Devano bosnya. Untuk membangunkan Devano, yang akan pergi ke acara meeting di perusahaannya.
Sesampainya di dalam kamar apartemen. Randy begitu kaget melihat bosnya yang sedang tidur.
"Wah si bos, pantesan jam segini belum bangun tidur, rupanya semalam habis main sama perempuan tadi," lirih Randy pelan, sambil menggelengkan kepalanya.
"Bos Devan, bangun bos. Kita harus segera sampai di kantor, untuk datang menghadiri acara meeting di kantor." Randy berusaha membangunkan Devano yang masih tidur.
"Berisik banget sih," gerutu Devano pada Randy, ia pun segera bangun dari tempat tidurnya dan pergi menghampiri Randy.
"Aduh bos, pagi-pagi sudah bikin mataku jadi ternoda," ucap Randy sambil menutup matanya, dengan satu tangannya.
"Kamu kenapa sih?" tanya Devano yang belum menyadari. Kalau saat ia bangun dari tempat tidur, ia tidak memakai apapun.
"Itunya bos kelihatan," tunjuk Randy yang memberitahukan pada Devano sambil menutup matanya.
"Astagfirullah ..." Devano pun segera menutupi tubuhnya, dengan menggunakan selimut yang ada di tempat tidurnya.
"Kamu pergi keluar!" usir Devano pada Randy.
"Iya bos," sahutnya sambil melangkah pergi meninggalkan Devano.
Setelah Randy pergi. Devano termenung sejenak. Sebelum ia pergi ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan dirinya.
"Kemana perginya wanita itu?" gumam Devano yang mencari keberadaan Meyra, yang tidak ada di dalam apartemennya.
"Tapi pakaiannya masih berada di sini, apa jangan-jangan! Wanita itu sekarang berada di dalam kamar mandi." Devano pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Untuk mencari sosok wanita yang telah tidur bersamanya.
Saat Devano masuk ke dalam kamar mandi, ia tidak menemukan keberadaan Meyra.
"Tidak ada di sini juga," lirihnya yang tidak menemukan keberadaan Meyra di dalam kamar mandi. Devano yang sudah berada di dalam kamar mandi, ia pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Sebelum dirinya pergi bekerja di perusahaannya.
Devano yang sudah selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian kerjanya, ia segera pergi menghampiri Randy sekertaris sekaligus asisten pribadinya.
"Sarapan dulu bos," ucapnya yang menyuruh Devano untuk sarapan pagi terlebih dahulu.
"Iya," sahutnya singkat.
Devano yang memang sudah lapar, ia dengan cepat menghabiskan makanannya. Karena semalam tenaganya terkuras habis, membobol gawangnya Meyra yang masih perawan.
"Randy, kamu tidak melihat seorang wanita yang keluar dari dalam apartemenku?" tanya Devano pada Randy. Saat ia sudah selesai sarapan pagi.
"Saya melihatnya bos," jawab Randy.
"Kalau kamu lihat, kenapa tidak kamu cegah!" gerutu Devano yang kesal pada Randy.
"Saya sudah berusaha mencegahnya pergi bos, tapi...."
"Kamu payah sekali, masa mencegah satu wanita saja tidak bisa." Devano menyela ucapan Randy, yang sudah ia ketahui. Kalau Randy tidak bisa mencegah kepergian Meyra.
"Maaf bos, tapi bos kan bisa menghubungi wanita panggilan itu di..."
"Wanita itu bukan wanita panggilan." Devano lagi-lagi menyela ucapan Randy.
"Terus wanita apa dong, bos? Kalau bukan wanita panggilan, sebab bos kan sama wanita itu sudah..."
"Dia itu terpaksa melakukan itu semuanya denganku, ini semuanya terjadi gara-gara Naufal." Devano yang kesal menggebrak meja makannya.
Brak! Suara gebrakan meja makan.
Saat Devano mulai mengingat kejadian semalam. Ketika ia datang bertemu dengan Naufal dan teman-temannya, yang telah memberikan dirinya sebuah minuman yang di dalamnya ada obat perangsang.
"Aku tidak mau tahu! Setelah selesai meeting, kamu harus pergi mencari wanita itu." Devano memerintahkan Randy. Untuk pergi mencari keberadaan wanita, yang sudah tidur bersamanya.
"Ba... baiklah, bos." Randy menyanggupi perintah dari Devano, dengan suara gugup.
"Semoga saja. Apa yang aku lakukan pada wanita itu, tidak membuatnya sampai hamil," batin Devano yang penuh harap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!