NovelToon NovelToon

My Mom Is My Super Hero

Bab 1. (Datangnya Jiwa Asing)

Bugh…..

Sebuah pukulan menghantam kepala, membuat kepala bagian belakang terluka parah. Darah mengalir cukup banyak karena kuatnya pukulan tersebut, membuat wanita yang terkena pukulan langsung lemas dan tersungkur tak berdaya. 

Tak hanya di bagian kepala saja yang terluka, tubuhnya juga terdapat beberapa luka. Diantaranya bagian punggung dan dada karena sebuah tebasan dan juga tembakan.

Wanita itu bernama Quesha Aquena Tesla, putri pertama dari pasangan Chloe Dominic dan Jaeden Briandy Tesla dari keluarga Dominic, kerajaan NEVOLEON.

Quesha berpisah dari keluarganya karena sebuah tragedi penculikan beberapa tahun silam, membuatnya hidup sendiri jauh dari kedua orang tua kandungnya.

Tubuh yang kini dalam keadaan sekarat menatap sayu seseorang yang berbicara di depannya dengan senyum seringai mengerikan. Ia tidak terima mati dengan cara seperti ini. Ingin membalas dendam kepada orang yang menyakitinya. Tapi tubuhnya tidak bisa melakukan hal itu dan hanya bisa pasrah dengan nasib yang telah di gariskan oleh Tuhan padanya. Mungkin mati di tangan orang tidak dikenalnya adalah takdirnya.

"Putra ku, maafkan Mommy. Mommy tidak bisa menjaga kalian lagi," gumam Quesha dalam hati. Air mata menetes di sudut matanya dan perlahan menghembuskan nafas terakhir.

Saat jiwa Quesha pergi meninggalkan tubuhnya, datang sebuah jiwa dari zaman lampau tersesat dan masuk kedalam tubuhnya. Sebuah jiwa seorang putri dari Kerajaan Hong

Jiwa itu berkelana di Dimensi lain selama ratusan juta tahun lamanya dan entah bagaimana bisa tersesat dan masuk dalam tubuh Quesha. Mungkin karena adanya retakan di Dimensi itu membuat Dimensi yang ditempatinya tidak stabil dan akhirnya jiwanya terlempar hingga masuk ke dunia lain dimana Quesha hidup di Zaman Modern.

Masuknya jiwa putri dari sebuah kerajaan ke tubuh Quesha mungkin adalah takdir. Apalagi sebelumnya Quesha tidak terima mati dengan cara yang mengenaskan. Mungkin jiwa itu terpanggil dengan ketidak ikhlasan hati Quesha, ingin membalaskan dendam terhadap orang-orang yang telah membunuhnya.

Perlahan mata itu terbuka, gelap itulah yang dilihatnya. 

"Di mana ini?" gumamnya bingung melihat tempat di depannya. Nampak gelap tanpa adanya cahaya sedikitpun.

Tubuh yang tidak bisa digerakkan membuatnya hanya bisa diam dengan mata menatap lurus ke arah depan. Rasa sakit di bagian kepala dan tubuhnya membuatnya beberapa kali meringis dan mendesis. Sungguh sakit.

"Kenapa tubuhku sakit sekali? Seolah tubuhku ini masihlah hidup. Sebenarnya kenapa aku ini?" gumamnya dalam hati, belum mengetahui bahwa dirinya hidup kembali. Hidup di zaman modern yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Rasa sakit yang sering dirasakan saat bertarung di medan perang membuatnya mengetahui jika tubuhnya saat ini sedang terluka. Tapi bukankah dirinya telah mati, kenapa bisa merasakan rasa sakit ini lagi?

"Tolong, tolong aku!" jeritnya dalam hati berharap apa yang dipikirkannya benar, bahwa sebenarnya dirinya masihlah hidup.

Cukup lama menunggu ada seseorang yang menolongnya, kini harapannya menjadi kenyataan. Ada beberapa orang datang membantu dan membawanya ke Rumah Sakit yang berada sedikit jauh dari tempat kejadian. Bunyi sirine Ambulance dan orang yang membawanya membuatnya terus bertanya-tanya, sebenarnya dirinya berada di mana? Kenapa ada suara aneh seperti ini? Dan pakaian yang dikenakan orang-orang yang menolongnya juga nampak aneh, tidak seperti dimana asalnya berada. Pertanyaan demi pertanyaan terus berputar di kepalanya, tapi tidak bisa bertanya karena lemahnya tubuhnya saat ini, membuatnya hanya diam dan menerima apa yang di lakukan orang-orang itu padanya.

Setelah cukup lama di dalam benda bergerak yang memiliki suara aneh, kini dirinya sampai di sebuah bangunan yang sangat besar. Matanya yang sayu menatap bangunan besar itu dan lampu yang menerangi setiap sudutnya. Dirinya masih bertanya-tanya dimana sebenarnya ia saat ini. Hingga akhirnya kesadarannya hilang setelah seorang Dokter memberikan obat bius untuknya sebelum melakukan operasi.

Setelah beberapa jam melakukan operasi, Queen nama jiwa yang mengambil alih tubuh Quesha di bawa di sebuah ruang rawat untuk menjalani pemulihan. Di luar ruang rawat itu ada dua anak kembar berusia 5 tahun menangis melihat keadaan Ibunya yang memprihatinkan. Ternyata Ibunya mengalami kejadian yang mengerikan malam ini.

Davin dan Devan, putra Quesha yang tidak kunjung melihat Ibunya pulang membuat mereka resah dan khawatir. Mereka berdua lalu meminta tolong kepada tetangga rumah untuk mencari keberadaan Ibunya. Dan saat tahu keberadaan Ibunya terluka parah membuat mereka tidak bisa menahan tangis. Kenapa Ibunya bisa mengalami hal mengerikan ini? Siapa yang melakukannya?

"Hik… Hik…. Hik….Kak, apakah Mommy akan sembuh?" Tanya Devan, adik dari Davin.

"Ya, Mommy pasti sembuh?" Jawab Davin menenangkan.

Walaupun Davin berusia 5 tahun, Davin tidak menunjukkan kesedihannya di depan adiknya. Davin menutupi agar terlihat tegar dan kuat. Namun sebenarnya dalam hati ia menangis histeris melihat keadaan Mommynya yang terluka parah. Davin berharap Mommynya selamat dari maut dan dapat berkumpul kembali bersama mereka.

"Mom, cepatlah sadar. Davin tidak ingin kehilangan Mommy," Gumam Davin dalam hati sambil menatap pintu di mana Queen saat ini di rawat.

Tidak ada keluarga lain yang menemani mereka,  hanya ada mereka berdua. Seorang Dokter pria yang baru saja memeriksa pasiennya dan tidak sengaja melihat keberadaan mereka langsung menghampiri. Keningnya berkerut saat melihat dua anak kecil saling berpelukan di lantai dingin itu. Sebenarnya apa yang terjadi? 

Melihat ada yang menghampiri mereka, Davin dan Devan sontak mendongak melihat siapa yang datang.

"Adik-adik, ada apa dengan kalian? Kenapa duduk di lantai yang dingin ini?" Tanya Dokter menatap dua bocah kembar yang memiliki kemiripan sama. 

"Kami menunggu Mommy, Dok. Mommy kami di rawat di dalam. Kami menunggu sampai Dokter mengizinkan kami untuk masuk," jawab Davin yang memiliki pemikiran lebih dewasa dibandingkan dengan Devan. 

Dokter itu melihat ke arah pintu kamar rawat yang dimaksud Davin. Karena tidak tega melihat mereka berada di luar, Dokter itu membawa mereka masuk kedalam ruangan itu. Tapi dengan syarat mereka tidak boleh berisik dan mengganggu pemulihan pasien. Davin dan Devan mengangguk, menyetujui syarat itu asalkan mereka dapat bertemu dengan Ibu mereka.

----------------

Dua hari berlalu, Queen perlahan membuka mata. Pandangan pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar dimana dirinya di rawat, sebuah tempat yang menurutnya sangat asing.

Queen menoleh dan dilihatnya ada dua anak yang sedang tertidur pulas di sebuah kursi. Queen mengerutkan kening, bertanya dalam hati siapa dua anak itu.

"Siapa mereka?"

Setelah menunggu cukup lama dua anak itu bangun dari tidurnya, akhirnya Davin dan Devan bangun. Mereka yang mengetahui Mommynya telah siuman sangat senang dan mereka berdua menghampiri.

Queen bertanya dimana dirinya saat ini dan siapa mereka berdua. Davin dan Devan yang ditanya sempat bingung, namun karena penjelasan Queen yang mengatakan dirinya melupakan sebagian memori ingatannya membuat Davin dan Devan percaya dan akhirnya menjelaskan semuanya. Siapa Mommynya dan siapa mereka berdua.

Queen yang menyadari jika dirinya tidak berada di dunianya sebelumnya menghela nafas, ternyata jiwanya terdampar dan masuk dalam tubuh seorang wanita yang sudah memiliki dua anak. Queen tidak menyangka jika takdirnya akan menjadi seperti ini.

Queen yang masih asing dengan dunia barunya meminta kedua anaknya untuk menjelaskan semuanya. Davin dan Devan yang mengerti keadaan Mommynya menjelaskan setiap apa yang ditanyakan tanpa ada keluhan sedikitpun.

Dengan telaten, Davin dan Devan menjelaskan semuanya. Dari  alat-alat transportasi dan alat canggih lainnya, seperti Handphone dan mata uang yang digunakan di Negaranya ini. Davin dan Devan terkadang sempat bingung kenapa Mommy bisa melupakan hal kecil seperti itu. Tapi mereka sama sekali tidak curiga karena yang mereka tahu wanita di depannya ini adalah Ibunya.

----------------

Bab 2. (Kehidupan Baru Queen)

Kehidupan baru Queen benar-benar berubah total. Ia seakan di jatuhnya dari langit ketujuh sekeras-kerasnya melihat keadaannya sekarang. Dirinya yang belum pernah menikah harus menghadapi kenyataan yang kini telah memiliki anak. Bahkan kehidupan yang sebelumnya serba kecukupan dan apapun bisa di miliki, kini berbalik sepenuhnya. Miskin dan menyedihkan.

Mengetahui dirinya hidup dalam kekurangan saat ini, membuat Queen linglung saat melihat rumah kecil di depannya. Tidak seperti yang ia bayangkan, memiliki rumah besar bak istana indah seperti rumah-rumah yang baru saja di lewatinya.

"Apa ini? Kenapa hidup ku seperti ini. Ya lord, kau benar-benar menyiksa ku," batin Queen berteriak keras dengan kenyataan pahit di depannya. 

Davin dan Devan yang menggandeng tangan Queen terdiam saat melihat Mommynya  berhenti menatap lurus ke arah depan, tepatnya di depan rumah yang ada di hadapannya, menarik tangan itu dan bertanya kenapa Mommynya termenung.

"Mom, kenapa Mommy diam?" Tanya Davin dengan wajah mendongak menatap Queen.

Queen yang mendengar pertanyaan itu langsung menunduk, menatap putra pertamanya. Ia melepas tangannya dan mengusap kepala Davin dengan lembut. "Mommy tidak apa-apa. Hanya saja, apakah benar ini rumah kita?" Tanyanya memastikan

Davin menatap rumahnya, setelah itu mengangguk. "Ini rumah kita, Mom. Walaupun biasa ini adalah tempat ternyaman untuk kita," jawab Davin dan dibenarkan Devan, berharap Mommynya tidak sedih dengan keadaan saat ini. Mereka yakin Mommynya saat ini terkejut dengan keadaan rumah mereka. "Ayo Mom kita masuk. Aku dan Devan akan membersihkan rumah. Mommy istirahat saja, tubuh Mommy belum sepenuhnya pulih," 

Queen yang mendengar ucapan Davin hatinya terenyuh. Seorang anak kecil berusia 5 tahun sudah memiliki pemikiran sedewasa ini. Entah kenapa Queen merasa kehidupan mereka tidaklah bahagia dan Queen pun berjanji akan membuat mereka bahagia layaknya seperti dirinya saat menjalani kehidupannya yang ada di istana.

"Mommy janji akan membahagiakan kalian," elusnya di kepala mereka dan masuk kedalam rumah.

----------------

Beberapa bulan kemudian, luka yang ada di tubuh dan kepala Queen perlahan pulih. Setiap hari dirinya hanya boleh duduk dan makan tanpa boleh melakukan aktifitas apapun. Jika dirinya ngotot dua penjaga yang selalu ada bersamanya akan marah dan tidak mau berbicara dengannya, hingga akhirnya Queen hanya bisa pasrah di atur oleh mereka berdua.

"Mommy sudah sembuh, jadi jangan larang Mommy untuk melakukan apapun. Jika Mommy seperti ini terus, bisa-bisa Mommy akan seperti Babi yang gendut karena hanya makan, makan dan makan," jawabnya sambil bersedekap dada, berpura-pura kesal.

Davin dan Devan yang melihat perubahan sikap Mommynya merasa aneh. Entah kemana perginya Mommynya yang pendiam itu? Yang mereka lihat saat ini adalah Mommynya sangat berubah dan berbeda, lebih banyak bicara dan lebih menyayanginya. Mereka menyukai sikap Queen yang seperti ini, membuatnya bahagia.

"Itu semua demi kebaikan, Mommy," jawab Davin yang memiliki wajah lebih dingin dibandingkan Devan yang selalu ceria dan murah senyum.

"Tapi, Mommy tidak suka," 

"Tidak ada bantahan,"

"Kau menyebalkan," kesalnya benar-benar kesal dengan putra pertamanya yang suka mengatur.

Devan yang melihat pertengkaran Ibu dan anak itu menepuk keningnya, sudah menjadi hal biasa selama berbulan-bulan ini. Sungguh pusing mendengarnya.

----------------

Setelah dilihat Queen benar-benar sembuh total, Davin dan Devan mengizinkan Mommynya untuk bekerja. Selama beberapa bulan ini tabungan mereka telah terkuras banyak, semuanya untuk kebutuhan sehari-hari dan menebus obat. 

"Sekarang Mommy silahkan mencari kerja. Jika Mommy tidak bekerja, mungkin besok kita akan menjadi gelandangan di jalanan," perintah Davin dengan nada dingin.

Queen yang mendengar mendengus kesal, ingin sekali ia menjitak kepala bocah itu. Tidak ingin beradu mulut dengan Davin, Queen mendekati Devan dan menciumi wajah putra keduanya yang lebih menggemaskan itu.

"Sayang, Mommy diusir Kakak mu. Jadi daripada Mommy kena omel terus olehnya, lebih baik Mommy keluar untuk mencari pekerjaan. Jadi doakan Mommy agar secepatnya mendapat pekerjaan ya," ucapnya memberikan kecupan bertubi-tubi di wajah Devan.

Davin yang melihat membuang muka, kesal. "Kekanakan," Namun dalam hati ingin sekali diperlakukan seperti itu oleh Mommynya. Tapi karena gengsi yang cukup besar, Davin lebih memilih diam. Tidak meminta atau merengek yang menurutnya sangat memalukan.

Queen melirik ke arah putra pertamanya, senyum kecil terbit di bibirnya. Tahu jika putranya menginginkan hal yang sama. Dengan gerakan cepat Queen mencium wajah Davin berulang-ulang membuat sang empu melotot tidak percaya sambil menunjukan wajah kesalnya. Queen yang melihat wajah kusut putranya dengan cepat melarikan diri, takut Davin akan berteriak kesal.

"Mommy….!!"

Queen yang mendengar tertawa dan berteriak keras saat jauh dari mereka. "Itu hadiah dari Mommy, jangan lupa balasannya. Makan malam harus siap di atas meja jika Mommy kembali!" Tak lupa Queen memberikan kiss dari jarak jauh.

Davin yang melihat mendengus kesal, Mommynya sungguh kekanakan. Namun saat teringat dengan ciuman barusan, Davin menyentuh pipinya dan tersenyum kecil. Senang itulah yang dirasakan.

----------------

Queen berjalan cukup jauh dan kelelahan saat mencari pekerjaan yang cocok sesuai Ijazah yang dimiliki. Akhirnya ia melihat sebuah lowongan pekerjaan yang terpampang jelas di depan  sebuah bangunan besar. Sebuah restoran bintang 10. Namun saat membacanya, Queen sungguh lemas. Ternyata pekerjaan adalah mencari seorang pelayan.

"Nasibku sial sekali. Bagaimana bisa putri ini bekerja sebagai pelayan. Bahkan caranya menyajikan saja aku tidak bisa," keluhnya dalam hati. Tapi saat mengingat wajah dua bocah yang ada di rumah, seketika ia memiliki semangat juang yang membara. "Kau pasti bisa Queen, demi anak yang tidak memiliki Ayah itu," ucapnya dengan semangat sambil mengangkat kepalan tangannya ke atas, memberikan semangat pada dirinya sendiri.

Queen akhirnya melamar pekerjaan di Restoran itu, beruntung mereka langsung menerimanya, membuat usaha Queen hari ini tidak sia-sia.

Untuk sementara ini Queen tidak langsung bekerja, ia akan diberikan arahan oleh kepala pelayan dalam hal menyajikan makanan kepada pelanggannya. Dan setelah satu minggu, ini waktu untuk Queen turun langsung melakukan pekerjaannya, mengantarkan pesanan kepada pelanggan. 

"Antar makanan ini pada meja Nomor 8 dan lakukan seperti yang ku ajarkan," Queen mengangguk dan setelah itu membawa makanan yang sudah di tata rapi di atas troli menuju meja pelanggan.

Setelah sampai dan meletakkan semua makanan di atas meja seperti yang dipelajari, Queen mempersilahkan tamunya untuk menikmati hidangan tersebut.

"Silahkan di nikmati hidangannya, Tuan, Nyonya," ucapnya begitu anggun, membuat pelanggan  mengangguk, tersenyum senang dengan sikap sopan Queen. 

"Terima Kasih," ucap pelanggan itu dan Queen balas mengangguk.

"Saya permisi dulu,"

Saat kembali, tiba-tiba ada seorang pria yang menyenggol trolinya membuat pria itu tersandung dan marah, bahkan pria itu tidak segan untuk memaki Queen yang tidak salah sekali.

"Apa kau tidak punya mata!?" Bentaknya dengan sorot mata menatap tajam.

Queen diam, tidak menjawab. Queen malah membalas tatapan itu seolah tidak sedikit pun takut dengan pria yang ada di depannya. Beraninya pria itu membentaknya.  

"Hei, kamu bisu ya? Dasar pelayan rendahan!" marahnya dengan tangan siap mendorong tubuh Queen. Namun sebelum tangan itu menyentuh tubuhnya, Queen dengan cepat mencekal pergelangan tangan dengan kuat dan memelintirnya, setelah itu membanting tubuh pria tinggi itu dalam sekali gerakan.

Bugh....

Semua orang yang ada disana dan melihat kejadian terkejut dengan aksi yang dilakukan Queen, hingga keributan pun tak bisa dihindari sampai akhirnya terdengar hingga ke pemilik Restoran.

"Apa yang terjadi?" Tanya pemilik restoran menatap Queen dengan tajam, pelayan baru ini sungguh sangat merugikannya hingga akhirnya Queen dengan tidak hormat dipecat dalam pekerjaan. Sungguh ironis nasibnya di pecat di hari pertama bekerja.

Queen tidak menyerah, terus mencari pekerjaan. Namun setiap kali keluar dan pulang, Queen merasa ada yang terus membuntuti dan mengawasinya. "Kenapa akhir-akhir ini sepertinya ada yang mengikuti ku?" gumamnya saat merasa ada yang mengawasinya. Queen melihat sekeliling, tidak ada siapapun disana.

Queen berjalan lebih cepat untuk kembali ke rumah. Ia akan membuat rencana untuk menangkap orang itu dan akan memberi pelajaran pada orang yang berani membuntutinya. Beraninya mencari gara-gara dengannya.

Bab 3. (My Mom Is My Super Hero)

Keesokan harinya Queen berjalan dengan santai, seolah tidak mengetahui bahwa ada orang yang membuntutinya secara diam-diam. Queen bersiul sambil bernyanyi hingga akhirnya dia sampai di tempat yang sepi. Queen masuk di sebuah gang dan bersembunyi di sana, mengintai dua pria yang sejak tadi mengikutinya. Dua orang itu yang melihat Queen menghilang langsung mencari dengan panik, takut kehilangan jejak wanita itu.

"Kemana wanita itu?"

"Dia tiba-tiba menghilang. Lebih baik cepat temukan dan bunuh dia. Buat dia menyesal karena telah berani membuat Tuan marah,"

Queen yang bersembunyi dan mendengar apa yang dikatakan mereka, diam dengan kening berkerut. "Tuan? Siapa Tuan yang mereka maksud?"

Perasaan dirinya tidak memiliki musuh, siapa sebenarnya mereka? Atau bisa mereka adalah anggota pelaku yang membunuh tubuh yang ditempatinya? Jika itu benar, ini sungguh sangat berbahaya. Ia tidak boleh diam dan harus secepatnya bertindak.

Demi mendapatkan informasi tentang 'Tuan' yang dimaksud oleh dua pria itu, Queen muncul di hadapan mereka dengan wajah dinginnya. Sambil meremas kepalan tangannya hingga terdengar bunyi bergemeretak, siap menghajar dan membuat mereka babak belur.

Mereka yang melihat kemunculan Queen tersenyum menyeringai. "Akhirnya kau muncul juga, jala*ng sialan!" ucap seorang pria yang sudah tidak sabar ingin memberi pelajaran pada Queen.

Queen dengan santai berdiri di depan mereka sambil bersedekap dada. "Tentu saja, karena aku tidak sabar ingin memukul wajah kalian berdua," jawabnya membuat dua pria itu mengeraskan rahang, marah dengan ucapan Queen yang berani menantangnya.

Tanpa basa-basi mereka berdua langsung maju dan menyerang. Queen yang melihat mereka menyerang dengan santai menghalau serangan itu dengan tangan kosong. Menangkis setiap pukulan dan tendangan dengan mudah, hingga senyum terbit di bibirnya saat ada kesempatan memberikan pukulan balik.

Bugh.....Bugh.....

Pria itu terpukul dan terdorong mundur sambil tangannya mengusap wajahnya yang terasa nyeri akibat pukulan kuat Queen..

"Wanita Sialan, beraninya kau memukul ku!" marahnya saat melihat darah keluar dari hidung.

"Mau coba lagi? sini! Ayo maju hadapi aku. Akan ku buat wajah kalian menjadi Babi,"

Ucapan Queen semakin membuat mereka murka. Tanpa memperdulikan sakit di wajahnya, dua pria itu kembali menyerang dan pertarungan pun kembali terjadi. Queen terus menangkis dan memukul mereka, menghajarnya tanpa ampun.

"Rasakan ini,"

Bugh…... Bugh…... Bugh…..

Setelah puas menghajar mereka berdua hingga membuat mereka pingsan, Queen langsung mengikat tubuh mereka. Kemudian membangunkan mereka dengan cara menyiram air tepat di wajah mereka berdua.

Byuur 

Dalam sekejap dua pria itu langsung sadar saat merasakan air dingin menyentuh kulit wajahnya.

"Kau..!" Marah nya saat tahu siapa pelakunya. 

"Kenapa, kau tidak senang? Beraninya menatapku seperti itu! Apa kau ingin kedua bola matamu lepas dari tempatnya, ha..?" kesalnya dan berjongkok, mencengkram rahang mereka dengan kuat.

"Dasar wanita jala*ng! Lepaskan kami,"

"Hohoho…melepaskan kalian, enak saja. Belum juga aku puas membuat kalian seperti Babi, beraninya menyuruhku melepaskan kalian," jawabnya dan mencari sesuatu yang dapat digunakan untuk menyiksa mereka. Saat menemukan sebuah benda yang bisa digunakan, Queen langsung mengambilnya dan memukulkannya dengan pelan di telapak tangannya, membuat dua pria itu susah untuk menelan ludah, sangat mengerikan.

"Mau apa kau? Buang benda itu dan jangan mendekat!" 

Queen yang mendengar tersenyum menyeringai tanpa memperdulikan ucapan mereka, tetap mendekat dan tanpa aba-aba Queen langsung melayangkan tongkat besi itu ke kaki mereka, membuat mereka menjerit karena merasakan sakit yang amat sangat.

Argh…..!

"Katakan, siapa yang menyuruh kalian?" bentaknya dengan nada keras.

Bukannya menjawab, mereka kembali berteriak saat bagian tubuh lain dipukul dengan keras oleh tongkat besi itu, seolah Queen tidak mengizinkan untuk mereka diam.

"Cepat katakan!" Perintahnya dengan tatapan tajam.

Dua pria itu kini sudah tidak berdaya. Dengan suara lirih mereka menjawab, menyebutkan satu nama yang sama sekali tidak Queen kenal. "Leonard,"

Setelah mengatakannya dua pria itu tak sadarkan diri dengan tubuh bersimbah darah. Queen yang melihat tidak peduli dan pergi meninggalkan dua badjingan yang payah itu. Menurutnya apa yang dilakukan adalah hal benar. Membunuh pembuat masalah suatu keharusan baginya.

"Leonard, siapa dia?" Gumamnya berpikir keras.  

----------------

Setelah kejadian Queen membunuh dua pria itu, kini tidak ada orang yang membuntutinya lagi.

Hari ini adalah hari di mana kedua putranya harus sekolah. Bagaimanapun pendidikan adalah hal penting untuk mereka berdua. 

"Hari ini hari pertama kalian masuk sekolah. Mommy harap kalian jangan membuat masalah di sana, terutama kamu Davin," ucapnya memperingati putra pertamanya yang mungkin saja akan membuat ulah di sekolahan karena sikapnya.

"Kenapa hanya aku yang Mommy peringati? Kenapa Devan tidak?" Protesnya tidak terima karena hanya dirinya yang diperingati, seolah dirinya adalah anak nakal.

"Karena Devan lebih penurut. Sedangkan kau, sering kali kau membantah. Dan satu lagi, jangan pernah tunjukkan wajah datar dan dinginmu itu, Mommy tidak suka,"

"Ini wajahku, Mom. Terserah aku mau menggunakannya seperti apa," gumamnya dengan nada lirih. Tapi tetap saja masih didengar oleh Queen.

"Apa yang kau katakan?" Tatapnya dengan mata menyipit, penuh selidik.

"Tidak ada. Aku tidak mengatakan apapun," jawabnya begitu santai. Tapi Queen tidak percaya begitu saja.

"Anak ini menyembunyikan sesuatu dari ku." gumamnya dalam hati.

"Mom, Lebih baik kita berangkat. Aku tidak ingin jalan kaki," sambungnya meninggalkan Devan dan Queen yang mendengus kesal melihat sikap putra pertamanya.

Devan yang melihat Mommynya kesal, menenangkan. "Mom, sudahlah. Kakak memang seperti itu. Jadi jangan diambil hati," 

"Kamu memang yang terbaik," elusnya dengan senyum manis, setelah itu menyusul Davin yang sudah lebih dulu pergi.

Setelah sampai di Sekolah. Queen tidak henti-hentinya menasehati kedua putranya untuk berperilaku baik. Davin dan Devan mengangguk karena ingin melihat Mommynya cepat pergi agar telinga mereka tidak panas mendengar nasihat Queen yang tidak ada hentinya.

"Mom, lebih baik Mommy cepat pergi. Kami akan segera masuk," usir Devan dengan lembut tidak ingin melihat Kakaknya kesal dan berakhir adu mulut.

"Baiklah. Tapi ingat pesan Mommy barusan."

Devan mengangguk dan setelah itu Queen pergi meninggalkan mereka. Namun sebelum pergi tidak lupa Queen memberikan kecupan sayang kepada keduanya.

Waktu menunjukkan jam pulang sekolah . Queen yang sedang bekerja di sebuah Toko meminta izin untuk menjemput kedua putranya dan setelah mendapatkan izin dari Bosnya, Queen pun pergi.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Queen akhirnya sampai di depan sekolahan. Namun ada sesuatu yang membuat hatinya panas, Queen  melihat dua anaknya di hampir oleh beberapa orang pria yang menurut nya adalah seorang penculik. 

Queen yang berada sedikit jauh langsung berlari menghampiri mereka, menendang punggung orang itu dengan kuat.

Bugh….

"Jangan sentuh putra ku," serunya marah saat ada yang ingin menyakiti kedua putranya.

Orang yang ditendang tadi berdecak. Dia kira siapa? Ternyata hanya seorang wanita. "Cih, hanya seorang wanita saja sok berani dia. Hajar wanita itu dan bawa kedua anak ini. Kita harus secepatnya menyelesaikan tugas kita," perintah seorang dari mereka pada rekannya. 

Beberapa pria langsung maju untuk menyerang Queen. Sedangkan Queen yang memang handal dalam bertarung dengan mudah mengatasi mereka, walaupun mereka membawa senjata tajam di tangannya.

Davin dan Devan yang melihat aksi Mommynya bertarung terkagum-kagum. Mata mereka seolah bercahaya menyaksikan adegan pertarungan itu, sungguh sangat keren.

"My Mom Is My Super Hero," seru mereka bersama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!