NovelToon NovelToon

School Prince, Budak Cintaku

PROLOG

"Gue mau putus!"

Gadis dengan kening tertutupi poni itu terengah-engah setelah berhasil meluapkan tujuannya, sudah dua tahun Ia menjalin hubungan dengan Laki-laki di depannya ini,

Tapi alasan dibalik terjalinnya hubungan ini semata-mata hanya karena dirinya terlalu lelah dimata-matai sepupunya jadi karena sekarang sepupunya sudah pergi ke Aussie, Ia bisa kembali bebas dan yang terpenting tidak lagi berurusan dengan Laki-laki misterius yang dijadikannya pelindung ini.

Masih terbayang di ingatannya saat Ia dengan tidak tahu malunya menyatakan perasaan pada Pangeran sekolah yaitu Faras Agrata di koridor yang tengah ramai-ramai nya orang.

Dirinya terpaksa melakukan itu karena Agra merupakan kandidat paling kuat untuknya bersembunyi dari sepupu gila nya itu!

Padahal Ia sudah yakin kalau Agra jelas langsung menolaknya, tapi pada kenyataannya sungguh diluar dugaan. Agra menerimanya begitu saja, ya, meski hubungannya tidak seperti pasangan normal diluar sana karena Dia adalah laki-laki kaku yang sulit berekspresi.

Sampai saat ini pun Ia tak tahu alasan dibalik Agra menyetujui hal gila itu. Berhubung akhir-akhr ini Ia mendengar gosip tentang kedekatan Agra dengan Evelyn si murid baru, di perkuat oleh kabar sepupunya yang pergi ke Aussie untuk melanjutkan kuliah membuat Ia merasa harus mengakhiri kepura-puraan ini.

Supaya Agra bebas menjalin hubungan dengan Evelyn, dan Ia tidak lagi menjadi pihak yang terpandang paling tersakiti.

Muak sekali harus mendapat tatapan memelas dari seisi sekolah, padahal kedekatan mereka tidak membuatnya merasakan apapun bahkan Ia tidak perduli semua itu.

Mendadak Agra mengangkat wajahnya hingga bersitatap dengannya, sejenak Ia menahan nafas.

Kenapa wajah Agra seperti ingin melahap orang?

"Bisa ulangi lagi, Kimy?" Katanya sembari tersenyum menyeramkan.

Kimy menelan saliva nya susah payah, "Begini, Lo inget waktu Gue nembak Lo di koridor sekolah?" Kimy melanjutkan saat melihat respon Agra hanya mengangguk. "Jadi, waktu itu Gue frustasi banget karena terus-terusan di stalking-in sepupu Gue sendiri, bahkan sampe dia pernah dapet foto celana ekhm! Gue takut banget makanya Gue nembak Lo buat jadi pacar sementara Gue, berhubung kemaren sepupu gila Gue pergi ke Aussie jadi hari ini kita udahan--"

Brugh!

Kimy tersentak kaget, Ia menatap Agra yang baru saja menggebrak meja. Jemari kekar Agra terulur menyentuh dagu Kimy memaksanya untuk mendongak agar menatap wajahnya.

"Jangan ngarep bisa putus dari Gue, Lo cukup jadi Kimy yang manis." Katanya sembari tersenyum menyeramkan.

Selesai membuat Kimy hampir pingsan, Agra pergi meninggalkan Cafe.

Kimy menghela nafas panjang menenangkan dirinya sendiri yang terlalu shock.

Kenapa jadi begini?

____________________________

"Aunty!"

Derap langkah sepatu yang bertemu dengan lantai terdengar begitu jelas, itu karena Kimy yang menuruni tangga dengan tidak santainya, dimasing-masing tangannya penuh dengan tumpukan buku.

"Kenapa Kim? Kebiasaan nih anak pagi-pagi udah teriak-teriak." Camelia datang dari arah dapur.

Kimy tersenyum lebar hingga menampilkan giginya, "hehe.. Maaf, Aunty. Kimy kira Aunty udah pergi ke kantor." Jawabnya.

Camelia menggeleng tidak habis pikir dengan keponakannya yang satu ini. "Terus kenapa kamu cari, Aunty?"

"Ransel Kimy dimana, Aunty? Udah Kimy cari ke mana-mana tapi tetep gaada."

"Kamu belum ambil? Ransel kamu kan ketinggalan di rumah Agra."

Sontak saja Kimy mematung, dalam hati Ia memaki-maki kecerobohannya yang tak pernah sembuh. Kimy tidak mau bertemu lagi dengan laki-laki gila itu!

"Yaudah nanti pulang sekolah kamu ambil, sekarang pakai ransel yang lain aja, ya.."

Kimy mengangguk pasrah, dengan lemas, letih, lesu, Ia kembali menaiki tangga. Memang sih ransel sekolahnya masih ada tapi hanya itu yang menjadi favoritnya, kan sayang kalau nganggur di rumah cowok gila.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Kimy kembali menghampiri Camelia yang sibuk menyiapkan sarapan pagi.

"Kamu lagi berantem sama Agra?" Tanya Camelia pasalnya Kimy seperti melihat hantu begitu Ia menyebut nama Agra.

"N-nggak kok, Aunty." Sahut Kimy gugup.

Bukan berantem lebih tepatnya Ia baru sadar kalau dua tahun ini dirinya menjalin hubungan dengan orang yang satu spesies dengan Willy sepupunya, sama-sama tidak waras!

"Kalau berantem selesaikan baik-baik, pakai kepala dingin. Kalian kan saling suka jadi jangan sampai saling menyakiti." Camelia memberi wejangan sembari menyerahkan roti gandum ke piring Kimy.

"Iya, Aunty. Lagian Aunty ngomong begitu kaya udah pernah pacaran aja." Cibir Kimy.

Camelia memberikan tatapan sinis, "Ya, pernah lah!"

Kimy terkekeh geli. "Kok masih jomblo sampai sekarang?" Godanya.

"Aunty mau fokus ngerawat kamu dulu, Kim." Ucap Camelia.

Lantas Kimy melunturkan senyuman jahilnya. Benar, Camelia masih sendiri di umurnya yang ke 28 tahun karena sibuk menjaganya sejak bayi. Orang tua Kimy mengalami kecelakaan pesawat tepat di hari Kimy bisa mengucapkan "Mama" Sejak itu Camelia yang selalu berada di sisinya, merawatnya layaknya seorang anak yang Ia lahir kan sendiri dari rahimnya.

"Ini udah jam setengah tujuh, cepat habisin. Nanti kamu telat." Menyadari perubahan Kimy, Camelia mengusap lembut rambut sepunggungnya.

"Iya, Aunty."

_____________

"Kimy, Lo tau nggak? Sonia di Follback sama Andreas!" Seru gadis ber-bandana maroon itu heboh.

Kimy yang baru saja tiba di kelas memilih langsung menghampiri ke-dua sahabatnya. "Kaya di follow artis aja sih."

"Emang Andreas jadi Artis ya? Kok Sonia baru tau." Ujar Sonia dengan wajah bingungnya.

"Nggak, Son, Andreas bukan Artis." Kimy menggeleng tegas.

"Loh tadi katanya, Andreas Artis? Kalau beneran jadi artis Sonia mau tau jadi yang ngapain."

"Astaga Sonia!" Ivy menepuk keningnya frustasi, Kimy terkekeh geli sedangkan pelaku utama masih dengan wajah penasarannya.

"Udahlah cape Gue, mending bahas hubungan Lo sama Agra. Jadi gimana Lo udah putusin dia?"

Kimy menggeleng lesu, "Gue malah diintimidasi tau!" Sahutnya masih tidak menerima kejadian kemarin sore di Cafe.

"Gila sih! Jangan-jangan Agra ternyata suka lagi sama Lo." Tebak Ivy yang langsung disambut tawa Kimy.

"Gak mungkinlah. Dia itu sukanya yang modelan Evelyn." Sahut Kimy.

"Ya, terus kenapa dia gak mau mutusin Lo."

"Mungkin aja Agra suka kali sama kamu, Kim." Sambar Sonia santai saking santainya sampai-sampai Ivy ingin membuangnya ke Laut.

"Gue barusan ngomong gitu, Sonia." Sarkas Ivy, selalu Begini Ia selalu dibuat hipertensi dengan kelakuan absurd Sonia.

Kimy kembali tertawa geli, moodnya dibuat naik lagi kalau melihat mereka berdua, yang satunya polos-polos bodoh yang satunya lagi emosian. Pertemuannya dengan mereka berdua adalah hal paling tidak terduga.

Saat baru menjadi siswi SMA Pertiwi, Kimy berniat pergi ke toilet tapi di depan pintu Ia melihat teman sekelasnya yang mengenakan bandana ada di depan pintu toilet dengan handphone di tangannya,

Kimy berniat menanyakan hal apa yang sedang dilakukannya, tapi tanpa suara Ivy mengatakan kalau di dalam sedang ada pembullyan dan dia sedang merekamnya.

Beberapa menit kemudian Ivy tanpa takut masuk ke dalam dan Kimy mengikutinya, ternyata Sonia di bully oleh para kakak kelas berbibir se-merah cabai. Begitu berani Ivy mengancam mereka dengan dengan rekaman yang ada di Handphonenya,

Lalu mereka pergi begitu saja meninggalkan Sonia yang seperti terguncang. Mulai dari situ mereka berteman hingga sekarang.

Bel sekolah berbunyi nyaring disambut para siswa dan siswi yang mulai memenuhi kelas, Kimy pun pergi ke tempat duduknya yang tidak jauh dari mereka.

Pak Edward memasuki kelas membawa aura mencekam, Ia termasuk guru killer.

"Hari ini kita ulangan."

"Yahh..." Seisi kelas mendesah kecewa tapi tidak ada yang berani berkomentar, mereka masih sayang nilainya.

____

Kedatangan kedua pangeran sekolah membuat senyap seisi kantin, mereka memperhatikan dengan seksama bagaimana keduanya duduk di salah satu meja, hanya Kimy dan Sonia yang tampak tidak terganggu.

Sonia memindahkan dua pentol bakso ke mangkuknya, "Vy, Baksonya buat Sonia aja ya?"

"Lo ngomong gitu, tapi baksonya udah dipindahin." Kata Kimy tidak habis pikir, sedangkan Ivy masih terus menatap meja sebrang lebih tepatnya memandangi Laki-laki Hoodie hitam.

Dia Andreas Willson, laki-laki yang menjadi incaran Ivy selama satu tahun. Naas Andreas seperti lebih tertarik dengan Sonia.

Anehnya Ivy ikut bahagia meski Sonia yang didekati Andreas, mungkin mereka terlalu menjadi sahabat sehati.

"Kok Agra liatin kamu terus, Kim."

Uhuk!

Kimy tersedak begitu mendengar ucapan Sonia, buru-buru Ivy menyerahkan segelas air padanya yang dengan cepat Kimy sambar.

Begitu sudah menjadi lebih tenang, Kimy menggulirkan manik coklatnya ke meja sebrang, benar saja Agra sedang menatapnya sambil tersenyum seakan mengatakan 'Gue puas lihat Lo keselek'

Rasanya Kimy ingin menginjak wajahnya sekarang juga!

"Eh kok mereka kesini sih?" Gumam Ivy heboh lantaran mereka kini bangkit dari duduknya mulai mendekati meja mereka.

"Kita boleh gabung nggak nih?" Izin Andreas, sedangkan Agra sudah duduk terlebih dahulu di sisi kiri Kimy.

"B-boleh." Ucap Ivy gugup, bahkan pipinya sudah memerah.

Andreas menampilkan senyum manisnya lalu duduk di sisi Sonia yang tidak lain berhadapan dengan Ivy. Hati Ivy sudah seperti kembang api seperti saat malam tahun baru.

Agra memandangi aktivitas Kimy yang seperti tidak memperdulikan kehadirannya memilih sibuk pada pangsit gemuk di hadapannya. Pipi Kimy bertambah chubby karena dipenuhi pangsit, sudut bibir Agra berkedut melihatnya.

"Enak?"

Kimy berhenti mengunyah, Ia menoleh kearah Agra lalu mengangkat alisnya.

"Pangsitnya enak?" Tanyanya lagi.

Kimy mengangguk kaku, jadi dia bertanya tentang pangsit setelah membuat moodnya hancur?

"Gue mau, suapi." Titahnya tanpa menerima penolakan.

Obsesi Seorang Agra

______________

"Kim, Lo serius mau pulang sendiri?"

Kimy mengangguk dengan tidak ikhlas, karena ranselnya tertinggal di rumah Agra membuatnya mau tak mau harus kembali berurusan dengan Cowok itu.

Kimy juga tidak mau kalau kedua sahabatnya mengetahui niatnya yang akan pergi ke rumah Agra, bisa diledek habis-habisan.

"Gue duluan ya! Yuk Son," Ivy dan Sonia keluar dari kelas sembari melambaikan tangan padanya.

Kimy menghela nafas, menenangkan diri karena sebentar lagi menemui Cowok itu. Semenjak kejadian di Cafe Kimy selalu bersikap was-was padanya.

Selesai memasukkan semua alat-alat tulisnya juga buku-buku ke dalam ranselnya, Kimy melangkah keluar dari kelasnya menuju kelas paling sudut.

Kimy tidak mengira kalau Ia akan berpapasan dengan Evelyn di pintu, bagus! Sekarang kepalanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan mengapa gadis itu ada di kelas Agra?

"Hai Kimy! Nyari Agra ya?" Kata Evelyn ramah.

"Iya.." Katanya, kedua sudut bibir Kimy ikut melengkung keatas.

Kimy memasuki ruang kelas sesaat Evelyn berlalu dari hadapannya, matanya menemukan seonggok manusia tengah tertidur di bangku paling belakang.

Kalau Agra satu-satunya orang yang ada di kelas sedang tidur lantas apa yang dilakukan Evelyn barusan? Ah Kimy tidak mau perduli!

Wajah tidur Agra tampak seperti anak berumur lima tahun yang belum mengerti apapun.

"Lucu." Gumam Kimy tanpa sadar.

Rambut hitam Agra tersapu angin ternyata asalnya dari jendela yang belum sepenuhnya tertutup, tangan kurus Kimy terangkat menyentuh helai halus itu.

Deg!

Tiba-tiba saja mata yang semula tertutup itu terbuka menampilkan manik tajamnya.

Seperti baru saja tertangkap basah mencuri, Kimy menjauhkan tangannya secepat kilat. Pipinya mendadak berubah warna layaknya tomat masak.

"Gue mau ambil ransel di rumah Lo." Ucap Kimy to the point, efek terlalu gugup.

Tanpa kata Agra melempar ransel miliknya kearah Kimy.

Kimy mengerucutkan bibirnya. "Dasar nyebelin." Gumamnya lirih.

Agra berjalan dengan langkah lebarnya menuju arah parkiran sekolah, sedangkan Kimy mengikuti di belakangnya.

Laki-laki itu menyerahkan salah satu helmnya pada Kimy. "Pake."

Kimy memakai helmnya lalu menaiki motor Agra dengan ekspresi kusut. Agra menoleh kearah kaca spion untuk memastikan Kimy sudah aman, tapi yang didapatinya justru wajah cemberut Kimy.

Agra terkekeh kecil, membuat Kimy bertambah kesal dengannya karena merasa sedang diejek.

Motor Agra mulai menjauhi wilayah sekolah, melaju dengan kecepatan sedang.

"Pegangan,"

Lagi-lagi perhatian Agra teralihkan, bukannya memeluk pinggangnya Kimy justru mencengkram erat ujung seragam sekolahnya.

"Peluk, Kimy." Tekannya.

Kimy menggeleng tegas, Agra modus!

Merasa di uji kesabarannya, Agra menambah kecepatan motornya hingga poni Kimy tersibak.

Tikungan tajam dilaluinya begitu mudah seakan sedang berada di sirkuit, Kimy yang mulai ketakutan memeluk erat pinggang Agra, di balik kaca helmnya Agra tersenyum mengetahui itu.

__________

Mesin motor Agra berhenti begitu sudah tiba di pekarangan rumah raksasanya, di halaman rumah yang ditumbuhi berbagai macam mawar itu ada Sava tengah asik memberi stok air pada bunga-bunganya.

Sava yang melihat putra bungsunya baru tiba pun lekas menghampirinya.

"Kimy! Bunda kangen kamu." Sava merangkul Kimy untuk masuk.

Agra yang melihat itupun menghembuskan nafas gusar, Sava selalu memonopoli Kimy hingga Ia tidak dapat celah sedikitpun.

Maklum saja Sava selalu ingin mempunyai anak gadis, kedua anaknya Laki-laki dan Sava tidak bisa mengandung lagi karena rahimnya yang terpaksa diangkat.

"Kimy kenapa jadi jarang ke rumah?" Tanya Sava sedih.

"Maaf, Bunda, Kimy janji nanti bakal sering-sering kesini." Kata Kimy merasa tak enak.

Ia bahkan tidak memikirkan rencana yang disusunnya susah payah sebelumnya untuk bisa lepas dari Agra.

"Gitu dong, bunda kemaren baru dapet resep baru loh. Mau coba?"

Mata Kimy berbinar seketika, "Mau bunda!" Serunya semangat.

Cookies buatan Sava adalah kudapan favorit Kimy. Agra yang mengikuti kedua wanita berbeda generasi itu hanya terkekeh geli melihat reaksi antusias mereka.

Mereka berdua melewati ruang tamu begitu saja menuju dapur, Agra yang memiliki firasat akan diacuhkan jika mengikutinya pun memilih duduk di Sofa, ternyata sudah ada Farel yang duduk lebih dulu.

"Wih ada yang dicuekin sama Bunda plus Pacarnya nih." Ledek Farel.

Tanpa sungkan Agra menendang lutut Farel membuat Laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya itu meringis.

"Kok bisa cewek semanis Kimy, pacaran sama Lo?"

"Karena Gue ganteng," Jawab Agra dengan wajah datar.

Farel mendadak merinding, Ia baru sadar kalau Adiknya menuruni gen percaya diri tingkat dewa milik Papa.

"Gimana hubungan Lo sama, Kimy?" Tanya Farel mencoba mengalihkan topik.

Agra memandang lurus, "Kimy bakal terus cari cara supaya bisa putus dari Gue."

Farel menepuk-nepuk pundak Agra prihatin. "Yang sabar, Gra. Lagian kenapa nggak coba jujur aja?"

"Coba jujur apa?" Tiba-tiba saja Kimy berada di belakang mereka dengan jejak Cookies berada di permukaan pipinya, belum lagi dua toples Cookies yang dipeluknya.

Farel tertawa kaku, "kata Agra Lo imut, tapi dia malu kalo ngomong langsung."

Pipi menggembung Kimy memerah, melihat itu Agra mendekatkan diri pada Kakaknya.

"Tutup mata Lo." Titahnya.

Farel menaikan sebelah alis tidak mengerti dengan bahasa isyarat Agra.

"Kimy blushing, Lo nggak boleh liat." Ucap Agra.

Farel menutup mulutnya dengan sebelah tangan menahan tawa yang siap meledak kapan saja, ternyata keledai ini sedang cemburu.

"Pada ngomongin apa nih," Kata Sava yang baru saja keluar dari dapur. "Kimy, kamu ngapain berdiri aja, sini duduk."

Kimy menggaruk pipinya yang tidak gatal, kenapa bisa Ia salting berkepanjangan begini.

Kimy duduk di Sofa panjang jauh dari tempat duduk Agra, bukannya sadar kalau Kimy sedang menormalkan diri karena sedang salah tingkah dengannya, Agra tanpa tahu diri pindah dari posisi sebelumnya agar dapat bersisian dengan Kimy.

Farel sudah siap meledakkan bahan ledekan nya seketika kembali menutup mulut, karena Sava menyinggung status singgel nya.

"Kamu kapan kaya Adekmu? Nggak pernah tuh Bunda denger kamu lagi deket sama cewek, atau kamu sukanya sama Fero?"

"Bunda ngomong apa sih? Fero itu Laki, secara nggak langsung Bunda nuduh Farel gay dong?"

"Ya, habisnya kamu nggak pernah ngenalin cewek ke Bunda. Giliran Bunda kenalin ke anak-anak temen arisan Bunda, kamu misuh-misuh merasa nggak adil."

"Ya iyalah orang anak temen Bunda ngerubungin Farel sampai cubit-cubit segala lagi, emang Farel cowok apaan."

Kimy mengigit bibir bawahnya menahan kekehan geli yang akan keluar karena perdebatan mereka.

Berbeda dengan Kimy, Agra justru asik bertopang dagu memperhatikan setiap ekspresi yang keluar dari wajah Kimy.

Manik coklat cerah yang berbinar, hidung mungil, bibir tipis yang melengkung indah. Andai Agra bisa menyimpan pemandangan ini hanya untuknya, pasti Ia adalah Laki-laki paling beruntung.

Agra jadi mengingat pertemuan pertamanya dengan Kimy.

Hari itu, Agra baru saja mendapat masalah dari sekolah karena ketahuan bolos saat jam pelajaran Fisika.

Ia di hukum berdiri hingga bel istirahat kedua, sedang panas-panasnya karena terus-menerus di jemur di tengah lapangan seperti ikan kering, tapi seorang Gadis bername tag 'Kimberly Louly' berdiri santai di depannya sembari meneguk minuman dingin.

Agra hanya mampu meneguk ludah melihatnya, Ia mengira kalau gadis itu hanya akan mengejeknya, tapi ternyata dia meletakkan satu botol minuman yang masih utuh di hadapan tiang bendera lalu melambaikan tangan kearahnya.

Aneh memang, saking anehnya Agra sampai tidak bisa tidur karena terus mengingat hal aneh itu.

Rasa penasarannya bermetamorfosis menjadi rasa suka, hingga gadis aneh itu menyatakan perasaan padanya yang ternyata baru-baru ini Agra ketahui hanya omong kosong.

Agra yakin suatu saat Kimy juga akan merasakan hal yang sama padanya, dan Ia tidak lagi memaksa Kimy untuk tetap berada disisinya karena gadis itu yang akan dengan suka rela berada disisinya.

_______

Murid Baru

____________

Di temani gemerlapnya malam, segerombolan anak muda dengan jiwa bebas mereka memadati lokasi yang biasanya dijadikan tempat sirkuit ilegal.

Mereka yang berada di sana selain mencari hiburan, juga ingin menyaksikan kehebatan King Sirkuit yang sudah menjadi juara bertahan berturut-turut, sampai detik ini pun tidak ada yang mampu mengalahkannya, tapi tetap banyak yang menantangnya meski mereka sudah tahu hasil akhirnya.

BRUMMM!!

BRUUMMM!!

Gadis berparas cantik dengan dress ketat datang membawa bendera, Ia berdiri di tengah-tengah King Sirkuit dan Si Penantang yang sibuk memanaskan mesin mereka.

Motor sport merah mengkilat dan King Sirkuit, mereka tampak menguarkan aura mengintimidasi pada orang-orang yang berdiri di sekitarnya.

"One.."

"Two..."

".... Three!!"

Begitu gadis itu berseru sembari mengibarkan bendera ke atas, secara otomatis balapan di mulai. Meski melaju di atas rata-rata Laki-laki yang dijuluki King Sirkuit itu melewati tikungan curam dengan begitu mudahnya.

Sedangkan Si Penantang yang tertinggal menambah kecepatannya berupaya mengejar King Sirkuit, sayang saat melewati tikungan motornya tergelincir hingga membuatnya terjatuh dari motor.

Lima orang yang di tugaskan untuk mengamankan para peserta, berlari mendekati Laki-laki itu.

"Lo nggak papa, Saka?" Salah satu petugas menanyakan keadaannya, sedangkan yang lainnya mulai mengecek kerusakan yang dialami motor sport biru miliknya.

Saka tidak menjawab, Ia memperhatikan asal sorakan yang mulai terdengar menggema begitu King Sirkuit hampir menyentuh Finis.

Kepalan tangan Saka melayang di udara, merasa tidak terima karena lagi-lagi Ia kalah darinya.

Di sisi lain, tim pendukung King Sirkuit mendekati pemimpin mereka yang sedang melepas helm nya.

"Lo selalu keren, bro!" Puji Laki-laki yang memiliki rambut ikal padanya.

"Gila sih, tapi Gue agak kasian sama Saka nyungsep dia." Kata Laki-laki yang rambutnya di cat Abu-abu itu.

Laki-laki yang mengenakan jaket jeans melirik Saka yang tampak terpukul, bersama timnya. "Iya, Tim dia kan taruhan 50 Jt. Bener nggak Bob?"

"Yoi! Rejeki anak soleh." Sahut Laki-laki yang mengenakan Hoodie.

"Btw, Lo katanya mau pindah ke SMA Pertiwi?" Tanya Laki-laki yang mengenakan jaket Jeans pada King Sirkuit.

"Iya, Rei, bokap Gue berulah lagi. Daripada Lala di sita." Sahutnya melirik motor Sport yang diberi nama Lala itu sekilas.

"Parah si! Cewek-cewek di sana kece badai." Sambar Bobi.

"Gue juga mau pindah kalo gitu mah, males Gue cewek di SMA kita udah ngebosenin." Kata Laki-laki berambut Abu-abu itu nyeleneh.

"Iya sampe Mbak Melati aja Lo pdkt-in." Cibir Laki-laki berambut ikal mengundang tawa dari mereka.

_____________

Gadis yang memakai piyama motif wortel itu bangkit dari ranjangnya, Ia melakukan peregangan lalu memakai sandal selop berwarna Oren sama seperti warna wortel.

Kimy memang tergila-gila sayuran bervitamin A itu, dari mulai di buat jus hingga sup, Ia juga terobsesi dengan warna Oren nya.

Ting!

Notifikasi dari handphonenya membuat perhatiannya teralihkan, Kimy mulai mengecek siapa yang mengiriminya pesan. Mata bulatnya reflek melebar, terkejut karena yang mengirimi pesan pagi-pagi buta ternyata Agra.

Agrata💤

05:30 Brngkt sm Gue.

Kimy tidak percaya, apa ini benar Agra? Selama dua tahun Ia tidak pernah dikirimi pesan oleh laki-laki kaku itu, apalagi isinya begini.

Ini pasti mimpinya saja, Kimy mengusap matanya yang malah memperjelas matanya melihat riwayat chat pribadinya bersama Agra.

^^^Anda ^^^

^^^05:32 Gue brngkt sndri aja^^^

Agrata💤

05:32 Gue didepan.

Kimy menjatuhkan rahangnya, kini Ia yakin kalau Laki-laki itu gila!

Jadi dia mengirimi chat padanya sesaat sudah tiba di rumah. Buru-buru Kimy melangkah menuju ke kamar mandi bahkan Ia hampir terjatuh.

Camelia mendorong pintu gerbangnya, mempersilahkan mobil putih mengkilap untuk memasuki pekarangan rumahnya.

"Pagi Tante," Sapa Agra ramah.

"Pagi Agra, masuk yuk! Kim kalo siap-siap lama loh."

"Iya. Maaf ngerepotin, Tante."

Agra duduk di Sofa ruang tamu. Ini ke-empat kalinya Ia kemari semenjak dua tahun hubungannya.

Pertama kali Ia mengantar Kimy karena Gadis itu sedang dalam masa bulanannya yang parah, kedua kalinya saat hujan deras Agra mengantar Kimy sampai rumahnya meski dengan sedikit paksaan, kali ke tiga itu kemarin karena hari sudah mulai gelap, dan ini kali ke empat.

Ruang tamu yang penuh figura foto Kimy dari mulai balita hingga beranjak dewasa membuatnya selalu betah berlama-lama disini.

Agra melepaskan pandangannya dari Figura foto Kimy yang mengenakan sweater abu-abu begitu mendengar suara langkah kaki menuruni tangga terburu-buru.

"Pelan-pelan, Kimy.."

Peringatan Agra ampuh memperlambat langkah Kimy.

Gadis itu terlihat manis dengan rambut di kuncir kuda menampilkan leher jenjang Kimy yang seputih susu.

Agra berdecak tidak suka.

"Sorry, kalo lama. Lo nggak bilang dari tadi sih." Ucap Kimy.

Kimy mengira kalau wajah tak enak di pandang Agra karena menunggunya terlalu lama.

Agra dengan wajah datarnya berjalan mendekati Kimy, kini terlihat jelas perbedaannya keduanya, Kimy harus mendongak jika ingin menatap wajah Agra.

Laki-laki itu menundukkan kepalanya sampai setara dengannya, Kimy memundurkan wajahnya karena Agra yang terus mencoba mempersempit jarak mereka.

Hembusan nafas lembut Agra menyapu permukaan kulit wajahnya, secara reflek mata Kimy terpejam.

Agra tersenyum geli melihat betapa menggemaskannya wajah Kimy, tangannya terulur menarik ikat rambut Gadis itu hingga rambut bergelombang nya terurai indah.

Kimy membuka matanya. "Kok di lepas sih?" Protesnya.

"Terlalu cantik, Gue nggak suka."

Rona merah muncul di pipi chubby Kimy, segera Gadis itu membuang muka agar Agra tidak bisa mengetahui jika Ia sedang blushing.

Kimy tidak menyadarinya kalau pipinya sudah merona sejak Agra mulai mendekatkan wajahnya.

"Eh kalian belum berangkat? Ini udah jam setengah tujuh loh." Ucap Camelia yang baru datang dari luar.

"Ayo, nanti telat." Kata Kimy mengalihkan rasa salah tingkahnya.

Agra beranjak dari Sofa, Ia menggapai jemari Kimy lalu berpamitan pada Camelia.

Laju jantung Kimy tidak bisa berdegup seperti biasa, tangan mungil Kimy terbalut tangan besar Agra.

Kimy kira Agra menggunakan motor kesayangannya itu, tapi ternyata hari ini dia membawa mobilnya.

Baru saja Kimy ingin membuka pintu mobil, Ia didahului Agra. Masih dengan ekspresi herannya Kimy menatap Agra penuh tanya.

"Gue bukain pintunya." Kata Agra sebisa mungkin Ia memunculkan senyum tipis saat mengatakannya.

Kimy yang terlalu terkejut hanya mematung menatap Agra. Sepertinya Agra kerasukan setan.

"Ayo masuk,"

Kimy menuruti ucapan Agra, tanpa tau kalau daun telinga Agra sudah merah.

Selama perjalanan hanya diisi suara musik, Kimy yang masih terkejut hanya diam menatap pemandangan luar jendela, sedangkan Agra fokus menyetir.

Gerbang sekolah SMA Pertiwi terlihat jelas begitu mobil yang ditumpangi Agra dan Kimy memasuki wilayah parkiran sekolah.

Kimy meringis malu, Ia sekarang sudah menjadi pusat perhatian karena ketahuan pergi ke sekolah bersama Pangeran sekolah.

Pasti sebentar lagi Mading dan grup gosip penuh dengan gosip tentangnya, ada saja yang akan melebih-lebihkan supaya gosipnya semakin panas.

Agra yang menyadari perubahan raut wajah Kimy, menghela nafas.

"Jangan pikirin mereka, pikirin Gue aja." Agra mengacak-acak poni yang menutupi kening Kimy.

Sentuhan kecil Agra nyatanya dapat mengalihkan seluruh pemikiran tentang gosipnya. Otak Kimy mendadak kosong.

__________

"Kimy!! Demi apa!? Lo berangkat bareng Agra." Seru heboh Ivy begitu Kimy memasuki ruang kelas.

Kimy menatap Ivy tajam karena seisi kelas kini menatap kearah mereka.

"Berisik Lo! Gue lagi pusing," Sembur Kimy.

"Dih sewot, Gue kan cuma nanya, ya nggak Son?" Ivy mencoba mencari sekutu. Sonia mengangguk saja.

Kimy menelusupkan wajahnya ke lipatan tangannya di meja.

Bel masuk berdering, di lanjut kedatangan guru bahasa Inggris, Miss Julia.

"Good morning all!"

"Good morning too, Miss Julia." Seisi kelas menjawab dengan kompak.

Miss Julia tergolong guru yang masih muda, cara mengajarnya yang selalu ceria menjadikannya guru favorit di kelas.

"Today, kita kedatangan teman baru. Ayo yang di luar masuk!"

Mereka menoleh ke arah pintu dengan penasaran pada rupa murid baru. Laki-laki bertubuh jangkung, rahang tegas, hidung mancung, mata monoloid, dia terlihat hampir sempurna.

"Let's introduce your name,"

"Hai, nama Gue Elio, pindahan dari SMA Tunas Bangsa." Senyum manis Elio mampu membuat semua siswi yang lemah iman meleleh.

"Kimberly Louly."

"Iya, Miss?"

"Nah, kamu bisa duduk sama dia."

"Terima kasih, Miss Julia."

Elio melangkah lebar menuju meja yang terdapat Gadis berponi.

"Gue duduk di sini ya?"

"Iya duduk aja,"

"Btw, Gue Elio."

Kimy terkekeh, "Gue tau kok, tadi kan di sana Lo udah ngomong."

"Hehehe... Gue mau kenalan langsung sama temen sebangku Gue," Elio mengulurkan tangannya ke hadapan Kimy.

Kimy menyambutnya dengan baik. "Gue Kimy."

"Nama Lo lucu."

Kimy mengangguk sambil tersenyum manis. "Makasih, El."

________________

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!