NovelToon NovelToon

Cinta Datang Terlambat

Dua

. Wuthering heights, sebuah judul yang tak pernah bosan dibacanya. Diam-diam dia hilang dalam bacaan itu, barisan kalimat yang bagaikan menghipnotis, untuk sementara membuatnya lupa bahwa dia adalah orang asing di sekolah ini

Di sisi lain sejak usia lima tahun, jadi Raga bisa bilang kalau dia mengenal sahabatnya ini luar dalam

" Raga "

Raga ahkan menghafal suara cempreng itu dengan baik.Senja berdiri di hadapannya sambil mengunyah batangan snack kismisnya, lengkap dengan seragam cheers yang serba Pink.

Rambut sebahunya dikucir satu tinggi-tinggi di atas kepala, bibirnya terulas lipstik merah muda senada, dan matanya dibingkai sedikit Pemulas

" Mau latihan cheers atau mau ke Pesta, sih?" Raga tidak tahan untuk tidak menyindir Pedas. Akhir-akhir ini, Senja jadi gemar dandan. Dia jadi salah satu anggota cheers, jadi tergila-gila dengan warna pink, selalu diet dengan hanya mengonsumsi makanan rendah

kalori, dan jadi centil. Raga masih kurang terbiasa dengan kebiasaan baru macam ini

dua kali sebagai ungkapan terima kasih, lalu menghilang di balik Pintu ruang olahraga. Tidak lama kemudian, lagu Avril Lavigne yang sering dipakai tim cheers untuk latihan menggema sampai ke menggaruk kepala dan menyeret langkah ke arah UKS. Tidur siang lagi di ranjang UKS, deh. Kalau tidak, kasihan Senja nanti Pulangnya jalan kaki sendiria rumah Raga, ibu mereka saling mengunjungi sambil membawa anak masing-masing. Kadang kursus masak bareng, kadang ikut kelas aerobik sama-sama, Perawatan di salon, arisan atau sekedar mengobrol dengan dua cangkir teh hangat. Anak-anak ditinggal di Pekarangan begitu saja, mungkin semacam latihan sosialisasi supaya mereka mudah berinteraksi sej terhadap satu sama lain. Raga duduk sendiri dengan robot-robotannya di Pangkuan sedangkan Senja main Barbie lengkap dengan rumah-rumahannya. Bulan selalu tertidur di atas sofa, mengisap jempol. Namun, setelah berjam-jam, Para Mama mengobrol tanpa ada tanda-tanda akan selesai, Senja sepertinya mulai gerah.

" di balik senyum lebarnya

" Bianca, seragamnya sudah selesai,"

Tiga Potong seragam putih abu-abu yang sama Persis bentuk dan ukurannya diserahkan dalam bungkusan Plastik. Bianca lega besok dia bisa mulai berseragam sama dengan murid-murid di sini.

"Kalau begitu lo Pasti lebih butuh tempat tidur ini daripada memaksa Bianca untuk berbaring di sana, tidak menghiraukan tolakan bernada sungkan. Bianca memperhatikannya diam-diam; rambut yang terjuntai berantakan di kerah dan melewati telinga, sepasang mata gelap dengan Pandangan tajam, dan ekspresi wajah cuek yang tidak tersenyum. Lalu, Pemuda itu mengambil tempat duduk tidak jauh dari sana memejamkan mata sambil mendengarkan lagu. Bekas tempatnya berbaring hangat, dan Bianca pun turut memejamkan makit aa ? Pemuda itu menarik sebelah earphone-nya supaya bisa mendengar lebih jelasLagi Pula Cuma tempat ini yang bisa dijadiin sarana tidur siang yang aman dan nyaman,"

biasa didengarkannya, tapi cukup menarik. Interesting, Bianca menyimpulkan this guy has an interesting sense of musiS dibuka dengan sembrono, membuat Raga terlonjak sedikit. Senja masuk dengan napas tersengal, ikat rambutnya longgar sehingga helai-helai rambut yang membingkai Pipi bulatnya basah oleh keringat. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis berdiri tidak jauh dari tempat tidur UKS yang sempit. Senja mengenalinya sebagai murid baru (anaknya Sandra Clathin ) yang pagi tadi datang dengan seragam sekolah lamanya. Kalau tidak salah namanya Bianca Putri. Nama yang anggun sekali, seperti nama seorang putri. Dalam jarak dekat seperti ini, Senja bisa melihatnya lebih jelas; sepasang alis yang melengkung sempurna, mata hijau tua yang dibingkai oleh bulu mata panjang yang super lentik, dan wajah polos yang pucat tanpa make-up. Fitur-fitur

Wajahnya begitu menonjol dan tidak proporsional kedua matanya sipit, sedangkan hidungnya sedikit crooked, Persis seperti ibunya, namun entah mengapa dia terlihat menarik. Seperti model, Senja membatin. Di matanya, Bianca terlihat begitu keren dalam

balutan seragam sekolah swasta luar negeri.Sebelum Senja sempat berkata apa-apa pada anak baru itu, Raga bangkit berdiri, lalu menghampiri Senja. Seperti biasa, ditariknya tas yang disandang Senja sehingga kini ia membawa dua tas, termasuk miliknya sendiri yang tersampir di Punggung. Mereka

Berdua berjalan menuju lapangan Parkir sekolah. Sesekali Senja menengok ke belakang, melihat Bianca yang masih duduk di atas temengangkat bahu. "Tadi baru kenal waktu di UKS doang kok."nca Panggilannya akrab banget, Senja berpikir diam-diam. "Dia sakioo. Dia mirip sama Sandra Clathin ya? Cantik, ya, Raga Mudah-mudahan dia sekelas sama kita,", akhirnya Senja berhenti menyebut nama Sandra dan mulai sibuk bercerita tentang gaya dance baru yang diciptakannya tadi waktu latihan. Sepanjang Perjalanan dengan Senja membonceng bagian belakang sepedanya, bercerita dengan penuh semangat. Raga mendengarkan tanpa antusiasme total, pikirannya merembet ke mana-tidak ingat kapan tepatnya Senja berubah, tapi dia ingat jelas kapan Pertama kalinya dia menyadarinya. Hari itu hari Pertama orientasi SMA Para kakak kelas dengan kejamnya memaksa seluruh murid tahun Pertama untuk memakai seragam SMP lama mereka lengkap dengan rangkaian petai terkalung di leher. Yang perempuan harus mengepang rambut jadi tiga Puluh bagian tidak Peduli seberapa berantakan yang penting ada tiga Puluh set Perkepala. Yang laki-laki harus Pakai bando Perempuan, Plus jepitan rambut warna-warni.Pagi itu, Senja muncul sambil merenggut. Ia tampil heboh dengan tatanan rambut dikepang rapi kecil-kecil, juga untaian Petai yang semerbak. Rok SMP-nya sudah Saracilan dan kependekan, sehingga dia terus-menerus menarik ujungnya dengan tak nyaman

Raga tidak sadar betapa Cepat Senja berkembang selama dua bulan libur musim Panas kemarin. Padahal, dari dulu Senja kan Pendek, kecil, dan pakai kawat gigi. Pokoknya boyish abis. Rambutnya juga biasa dibiarkan pendek dan menjuntai hingga leher, lebih banyak terkena matahari sehingga ujungnya pecah-pecah

" Aneh, ya, " Senja bertanya dengan gemas, menarik-narik rambutnya. Mana petainya bau banget lagi

Raga ingin tertawa, tapi dia malah tercengang. Senja masih Senja, tapi Senja bukan lagi

Senja Masuk akal gak sih ? Maksud Raga sekarang Senja kelihatan berbeda. Entah sejak kapan kedua tungkai kakinya mulai memanjang, diikuti dengan lekuk Pinggang yang sempurna. Kulitnya terasa lembut ketika menyentuh Raga Rambutnya mu hingga menyentuh bahu, bersih dan berkilau di bawah terik matahari. Raga jadi ingin menyentuhnya, ingin tahu karena kelihatannya halus sekali. Matanya bulat, bibirnya kemerahan, lehernya jenjang. Senja Cantik. Adjektif terakhir itu terdengar aneh di mulut Raga Karena dia tidak Pernah menganggap sahabatnya itu sebagai Perempuan sungguhan.Lalu, ada lagi kejadian ketika Cowok-cowok kelasnya berkumpul, topiknya tentu saja tidak jauh-jauh dari Perempuan

" Cewek-cewek SMA Harapan Cantik-cantik, ya." Rizky, salah satu anak baru, buka suara.

"Gak nyesel masuk sini."

Waktu itu, Raga diam saja, tanpa komentar menonton anak-anak kelas dua main basket

di lapangan dari tempatnya bergelayut di Pagar lantai dua. Dia paling malas ikut nimbrung masalah perempuan dan penaklukan kesannya macho tapi norak.

" Iya," timpal Debo, salah satu teman sekelas Raga sejak SMP. " Cakep-cakep. Liat sih Jenny mulus banget. Atau si Vanya."Lalu, murid-murid Pun ikut berdiskusi dengan seru.Kalau gue sih lebih suka sama Linny. Seksi." Yang lain sibuk menggoda dan bersiul nakal.

" Kalo Gue milih Saran Gue demen cewek yang mungil kayak dia.,"

"Sara biasa aja. Kalo Senja bagaimana ?"

Kuping Raga jadi supersensitif mendengar nama itu disebut." Senja Nikola ciputra ya...?" Salah seorang dari mereka mulai memperhatikan gerak-gerik Senja yang sedang mengobrol seru dengan teman-temannya di tepi lapangan.

" Manis. Ceria, kayaknya orangnya asyik."

" Tipe gue banget tuh,"

" Senja, kan, teman dekat Raga sejak kecil." Kiki, yang memang sudah mengenal Raga dan Senja sejak SD berkomentar. Gimana menurut lo Raga "

Raga mengangkat bahu dengan cuek, tapi hatinya sedikit berdebar.

"Biasa aja. Gue udah terlalu lama sahabatan sama dia,"

" Jadi boleh kita kejar, ya,"

Raga tidak terlalu mendengarkan lagi. Dia tidak ingin mengakui bahwa dia juga merasa

Senja menarik. Kenapa, ya? Padahal dari dulu Raga biasa aja di dekat Senja Cewek itu yang berubah atau Raga yang berubah

Pikiran Raga buyar seketika begitu Senja melompat dari sepeda dan meraih tasnya. Pelukan di pinggangnya melonggar begitu saja.

" Thanks, Raga ! See you tomorrow."

Tiga

Di depan kelas, Bianca melihat Raga Dia sedang bercanda-canda dengan murid sekelasnya, seorang gadis berambut Poni yang lengan kemeja Putihnya digulung dan dijepit bros Pink gadis yang kemarin membuka pintu UKS, lalu Pulang bersama Raga Dia menyambut uluran tangan Raga menerima earphone dan memasangnya di telinga.

sungguh polos sehingga insting Pertama Jenny adalah ingin tertawa daripada tersinggung, tapi jika dia tertawa Pasti akan tidak sopan sekali. Jadi sambil menahan tawa, Bianca mengangguk serius

. Bianca merasakan kedekatan mereka, mungkin mereka teman baik, atau bahkan... Pacar?

" Senja sahabat gue, sejak kecil." Raga berkata lagi dengan tiba-tiba seakan bisa membaca Pikirannya. Bianca bersemu merah sekali lagi, lalu mengangguk mengerti.

"Kemarin, belum sempat tur keliling sekolah, kan," Senja berkata sambil tersenyum.

" Nanti, Pas istirahat siang, aku tunjukin tempat-tempat rahasia sekolah ini, dari tempat makan bakso paling enak sampai tempat bolos Paling oke

Bianca menyanggupi tanpa banyak bicara. Sejujurnya, dia tidak berharap banyak untuk Persahabatan ini, toh Sheila tidak terbiasa memiliki sahabat. Setiap Pindah sekolah, selalu ada teman-teman lama yang ditinggalkannya, juga orang-orang baru yang harus dikenalnya. Awalnya dia terus berkoresponden dengan beberapa teman lamanya, tetapi lama-kelamaan rutinitas menulis e-mail untuk satu sama lain semakin berat dan mereka hilang kontak begitu saja. Sejak saat itu, Bianca tidak ingin terlalu dekat dengan remaja remaja seumurnya dia benci rasa kehilangan ketika akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal.

" Kamu mau ikut ekstrakulikuler apa?" Gadis di sampingnya mulai berbicara lagi.

Sepertinya, dia tidak pernah kehilangan energi. " Di sini ada kelas melukis, memasak,

" olahraga, band, sampai cheerleading." Sambil membusungkan dada, Senja melanjutkan dengan nada bangga,

"Aku anggota cheers. Kamu mau ikutan, Dengan Postur tubuh seperti kamu, Pasti gampang banget jadi anggota."

Sheila tidak ingin menjawab bahwa jadi Pemandu sorak adalah hal terakhir yang ingin dilakukannya. Mereka semua tidak tahu seberapa buruknya dia dalam olahraga apa pun jenisnya. Dia tidak bisa memegang raket dengan benar, selalu gagal memasukkan bola ke dalam gol maupun keranjang, selalu lari paling lambat, dan dengan ceroboh jatuh karena tersandung kaki sendiri. Jadi cheerleader? Bisa-bisa semua

Orang mati ketawa melihatnya berlaga di atas panggung dengan pompom rafia warna-warni dan gerakan patah-patah

"Ada kelas fotografi?"

"Ada" Raga yang menjawab. "Tahun ini anggota klub fotografi mau bikin galeri kecil untuk Pentas seni."

Hati Bianca melambung, dan segera dia teringat Pada kameranya yang sudah lama tidak menjepret foto.

" Kalau begitu aku akan bergabung dengan klub fotografi."

Senja kelihatan sedikit kecewa. Padahal, " kamu Pasti cocok banget jadi cheerleader."

"Nanti aku foto kalian para cheerleader aja deh." Bianca menawarkan, dan dengan cepat semangat Senja Pilih. Kamu bisa jadi modelnya

Tangannya sudah gatal ingin memotret. When you take a Photography of someone, you take a potrait of their soul, begitu ayahnya sering berkata. Bianca ingin mengunci ekspresi di

Wajah Senja, semangatnya yang berkobar-kobar dan wajah polosnya yang manis. Wajah orang-orang asing di sekitarnya, yang merupakan objek fotografi Paling menarik. Lalu Wajah Raga sorot matanya yang tajam, garis wajahnya yang tegas, dan senyumnya yang belum Pernah benar-benar tampak sebelumnya.

Jika dia tersenyum, Bianca ingin menyimpan kenangan ekspresi itu melalui lensa.

Empat

Clara membuka halaman demi halaman majalah Vogue-nya yang terbaru, diam-diam matanya mengikuti gerak-gerik gadis yang sedang asyik tenggelam dalam bacaannya di sudut perpustakaan yang sepi. Bianca Putri sang murid baru itu, tampak tidak memedulikan keadaan sekelilingnya. Beberapa hari ini, dia memang lebih sering terlihat sendirian, atau sesekali bersama Senja dan teman Cowoknya, Raga

Clara mengulang kata-kata yang ingin diucapkannya kepada Bianca sekali lagi dalam kepala, lalu berjalan menghampiri meja Bianca Bunyi keras hak sepatu mengetuk lantai sama sekali tidak menyebabkan Bianca mengangkat kepala, sepertinya bakan tidak sadar Jenny telah berdiri di hadapannya. Clara berdehem. Baru setelahnya Bianca mendongak dengan ekspresi terganggu yang samar. Delicate, Clara memutuskan kata itulah yang tepat untuk menjelaskan rupa Bianca Walau dia sendiri enggan mengakuinya. Bianca terlihat seperti porselen, mudah Pecah jika disentuh.

" Hai." Clara menyapa dengan senyum terbaiknya. Biasanya, murid-murid lain akan segera meleleh ketika melihat senyum itu, mungkin bangga karena gadis sepopuler dirinya mau menyapa mereka.

Namun, Bianca hanya menatapnya dengan ekspresi yang sama, sama datarnya dengan ekspresi yang Pernah diberikan Raga saat Clara menyapanya pada hari pertama mereka bertemu. Pipi Clara memanas, dan dia memutuskan untuk langsung ke inti Pembicaraan.

" Gue dateng khusus untuk mengundang lo masuk ke tim cheerleader. Biasanya, orang-orang harus ngelewatin audisi ketat untuk bisa gabung ke tim kita, tapi gue bersedia untuk ngasih lo sebuah kesempatan langka

Mata Bianca mengerjap seakan tidak Percaya. Untuk sesaat, jenny merasa yakin dia telah berhasil menggaet anak Sandra Clathin ke dalam grup elitenya, yang terdiri dari anak-anak Paling Populer di sekolah mereka. Awalnya, dia memang antipati terhadap

Bianca karena perhatian murid-murid SMA Harapan berpindah dari dirinya. Tapi, Helena tahu, dengan titel Bianca sebagai anak supermodel internasional yang terkenal grupnya akan semakin solid. Dia sendiri, sebagai tombak, sudah lama berkiprah sebagai model print media maupun iklan televisi sejak usianya lima tahun, mengikuti jejak karier sang ibu yang pernah menjadi model terkenal juga Pada masa jayanya. Tapi, Bianca

tidak berkata apa-apa, seakan sedang memikirkan jawaban yang tepat untuknya.

" Gimana," desak Clara Kalo Lo ikut tim gue, lo gak akan lagi sendirian di Perpustakaan yang sumpek seperti sekarang. Lo akan dapet akses ke semua a-list Parties yang ada, dan hangout dengan orang-orang terkenal. You won't regret this

Yang tidak disangkanya adalah senyum sopan Bianca yang disusul dengan gelengan kepala.

" thanks for the invite, but no."

" Tidak? Clara berkedip dan membuka matanya Perlahan, ingin memastikan Penolakan itu. Mayoritas Populasi sekolah ini memilih popularitas dibanding nilai bagus. Kesempatan semacam ini hampir tidak Pernah diberikannya secara cuma-cuma kepada siapa pun, bahkan setelah mereka memohon. Masih banyak gadis di sekolahnya yang berusaha sebisa mungkin untuk menjadi bagian dari gengnya, tapi Bianca masih berkutat dengan ekspresi yang sama, menandakan pembicaraan mereka sudah selesai.Tidak tahu apa yang harus dilakukannya, Helena memaksakan senyum dan berkata,

" Too bad." sebelum meninggalkan Perpustakaan dengan langkah panjang.Sialan, dengusnya berulang-ulang dalam hati. Sial. Memangnya dia kira, dia siapa? Mentang-mentang anak Orang terkenal Tidak banyak orang yang berkata tidak pada jenny Dan, ketika dia bertemu dengan orang-orang yang melakukannya, Helena tidak akan Pernah melupakannya.

Bianca menatap Clara berjalan menjauh dengan bingung. What's with everybody

Kenapa mereka niat sekali mengajaknya bergabung dengan tim cheerleading? Setidaknya, dia yakin motif Senja lebih bersahabat daripada Jenny karena di mata Senja dia hanya

melihat excitement dan ketulusan, sedangkan dalam ekspresi jenny dia melihat sesuatu yang lain. Bianca sering melihatnya dalam pandangan mata orang-orang yang ditemuinya sejak kecil saat ia mengikuti Mama untuk sesi Pemotretan baik itu Para wartawan yang menguntit, sesama model, atau manager Mama yang sering berganti-ganti

Kemungkinan besar Perkataan senja benar, mereka semua menginginkan Bianca dalam tim cheerleading karena postur tubuhnya yang jangkung hampir melebihi seratus delapan Puluh sentimeter di usia enam belas, dan dia tahu perkembangannya tidak berhenti sampai di situ saja. Sejujurnya, Bianca tidak pernah nyaman terperangkap dalam tubuhnya sendiri terlalu jangkung sehingga dia cenderung membungkuk ketika berbicara dan berjalan di samping orang-orang yang lebih pendek daripada dirinya.

Belum lagi berat badannya yang tidak Pernah meningkat drastis apa pun yang dimakannya, a blessing for most people, a curse for her. Kadang, Bianca merasa dirinya hanya dibalut kulit dan tulang.mengapa dia tidak bisa lebih seperti mamanya?

" Bianca "

Seruan itu membuatnya tersentak lagi. Senja sedang berdiri di Pintu Perpustakaan melambai-lambai riang sambil berusaha meminta maaf kepada Penjaga Perpustakaan

yang menegurnya karena terlalu ribut. Raga berdiri di belakangnya, memunggungi pintu dengan sebuah bola basket di tangannya.

"Main yuk "

Bianca tersenyum lagi, kali ini tanpa Paksaan. Entah mengapa dia merasa gembira berada di antara Raga dan Senja Padahal mereka belum saling mengenal dengan baik.

Senja selalu mengikut sertakannya dalam segala sesuatu, sedangkan Raga mendukung dari belakang Mereka berdua tidak Pernah menganggapnya selebritas, bersikap apa adanya, tanpa Pretensi

Bianca menutup buku Bianca Karena yang sedang dibacanya, lalu beranjak keluar dengan Perasaan ringan.

...••••...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!