NovelToon NovelToon

MEMELUK KASIH SEBELUM SENJA

LUKA YANG BERDARAH

     Diana hampir menjatuhkan tas belanjaan di tangannya ketika melihat sosok menjulang berdiri di depannya. Sudah Hampir tiga tahun berlalu. Diana berusaha menjauhi  dan menghilang dari kehidupan mereka.Tidak ingin lagi bertemu dengan pria itu dan juga keluarga besarnya.Mereka sudah lebih dari cukup memberikan pengalaman yang berharga untuknya.Bahkan berhasil membuatnya tersingkir pergi jauh.

      Luka lama yang ditorehkan kembali terbuka terasa  berdenyut dan nyeri. Nafasnya terasa sesak mengingat penderitaannya waktu itu.

Dia dipaksa  Adnan dan keluarganya bercerai demi menyelamatkan perusahaan yang terancam bangkrut Lalu menggantikan posisinya dengan Risa yang lebih memiliki potensi di mata mereka.

Perusahaan membutuhkan suntikan dana yang besar. Dan itu hanya bisa didapatkan  dengan cara menerima lamaran dari Danuarta atas permintaan putri emas kesayangannya.

Diana mengusap dadanya yang nyeri.Kenangan itu seperti momok yang sering mengganggu batinnya.

Dia berusaha mengambil kembali tasnya yang jatuh. Tanpa mengindahkan sosok itu.Pria itu diabaikannya.

   "Diana..Aku datang.."Panggilnya kemudian.Matanya yang tajam tidak mampu menutupi kerinduan. Ada genangan yang mengumpul di sana. Namun justru membuat Diana muak.

      "Ada apa..?" Sahutnya dingin.

      "Aku sudah mencarimu ke mana-mana. Tidak sangka ya bertemu di sini.."

     "Maaf..Aku justru tidak menginginkan pertemuan ini.."

     Pria itu menatapnya lama.Mata elang miliknya kembali berkabut. Terlalu banyak yang ingin dikatakannya. Tapi dia seperti gagu dan kehilangan kata-kata. Rasa sesak yang di tahan bertahun-tahun ingin di tumpahkan saat ini.Namun dia tiba-tiba tidak ada daya. Pandangan menikam dari Diana mengingatkannya akan perasaan sakit yang pernah diberikan pada mantan istrinya itu.Namun sudah sampai di sini ,dia masih berharap ada celah untuknya kembali.

"Aku tahu kamu sangat marah dan benci padaku. Aku pantas untuk itu.."

Diana tertawa muak.

"Ya..Kamu memang pantas untuk itu. Sekarang pergilah !! Menyingkirlah dari hidupku. !!"

Adnan terdiam menatap Diana.Dia bukanlah orang yang pandai merangkai kata-kata .Apalagi rayuan manis. Namun,pada titik ini dua hanya bisa punya tekat untuk memperjuangkan mantan istrinya kembali.

     "Aku bahagia sekali melihatmu.Sudah lama kita tidak bertemu ya…"Katanya kemudian.Dia tersenyum ragu

     "Aku bahkan tidak ingin bertemu"'

     "Diana..Aku merindukanmu .Kamu boleh membenciku.Aku tahu ..Aku sudah sangat jahat padamu.."

    Diana tertawa sinis mendengarkan itu.Saat itu kebencian mewarnai wajahnya.

     "Pergilah.!! Jangan bicara omong kosong padaku.Kita sudah bukan siapa-siapa lagi mas Adnan. Dan kamu sudah punya istri "

     "Aku dan Risa sudah berpisah."Katanya tak mau menyerah.

Dia masih berusaha mencari kata-kata yang ingin dia katakan.

"Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan ini..Aku sangat menyesal dan malu padamu.."Suaranya bergetar. Dia meringis menahan sesak di dada. Mata yang biasanya tajam dan dingin, kini berkaca-kaca. Dia seperti menahan sesuatu yang akan meledak.

     Diana tertegun sejenak. Kemudian menatap nyalang pada pria tinggi itu.Yang dulu pernah dipujanya sampai titik darahnya.Tiba-tiba  Diana baru menyadari kemudian, bahwa dia sudah sangat banyak kekurangan berat badannya. Tapi tidak bisa menghilangkan kharisma dan wajah tampannya. Diana tersenyum masam.Mengingat penyebab yang membuat Risa kepincut pada mantan suaminya .

    "Apakah menurutmu penting bagiku menerima pemberitahuan itu.Dengar mas Adnan yang terhormat..! Itu bukan urusanku.." Bentaknya keras.

    "Dy..Aku benar-benar minta maaf.Aku salah.Aku tahu aku salah "

    "Baguslah kalau kau tahu.Jangan pernah menemuiku lagi. Kau dan keluargamu sama-sama menjijikan bagiku.Jelas ?"

    "Dy…"

    "Cukup !Aku bilang ..pergi !!" Tandas Diana.Dia bahkan tidak menutupi kebencian di wajahnya

Diana mampu lagi menahan kemarahannya.Memori kelabu kembal terkuak walapun yang telah susah payah dia hilangkan.Rasa terhina dan dibuang seperti ampas yang tidak berharga.Seperti debu yang dikibaskan.

      Dia hanyalah yatim piatu yang dipersunting Adnan ketika orang tua angkatnya masih hidup.

     Namun kemudian secara kejam dipaksa menerima perceraian karena suaminya akan  menikah lagi.  Demi menyelamatkan perusahaan keluarga yang terancam bangkrut.Adalah alasan yang paling tepat untuk menyingkirkannya.

Mereka sepakat, perusahaan harus diselamatkan.Dan satu-satunya cara paling tepat menurut mereka adalah menikahkan Adnan dengan anak pemilik perusahaan besar yang akan membantu menyuntikan dana tambahan sebagai investor.

Namun karena keluarga Danuarta tidak menerima suami yang berpoligami, cara yang paling tepat adalah memaksa ,Diana mundur sebagai istri Adnan.

      Diana mengusap dadanya perih.Saat teringat hari -hari pahit yang telah dia lewati. Apalagi saat baru saja pergi dari rumah orang tua Adnan dengan perasaan yang terhina. Wanita itu bahkan tidak berfikir untuk meminta haknya atas perceraian mereka.Hanya membawa uang dan sedikit perhiasan yang telah di kumpulkan selama ini.

      Saat-saat pertama hidup sendiri tanpa suami adalah waktu yang sulit. Karena dia harus membanting tulang menghidupi dirinya dan anak yang masih berada di kandungan.Diana tidak pernah memberitahu kehamilannya kepada Adnan.Harga diri yang terluka membuatnya merahasiakan itu.

     Seandainya tidak ada perceraian itu Dia  berencana akan mengumumkan kehamilannya di ulang tahun perkawinan mereka yang kedua. Namun kenyataan seperti menamparnya saat dia seperti dianggap orang bodoh oleh mereka. Marlena bahkan berbicara dengan nada angkuh dan memaksanya tanpa belas kasihan sedikitpun.

     "Bercerailah dari Adnan.." Kalimat pendek dari mertua perempuannya,seperti tali di tiang gantungan yang dijeratkan ke leher Diana.

Diana shock.Matanya berkaca-kaca menatap Adnan.Mencoba mencari sedikit pembelaan untuk dirinya.Namun pria yang dicintainya itu hanya menghembuskan nafas berat.Menghindari pandangan penuh luka dari Diana.

     Wanita merasakan sakit di ulu hati. Dia begitu bahagia beberapa jam yang lalu. Karena diundang dalam pertemuan keluarga besar mereka. Sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan padanya. Karena Diana hanyalah serbuk tak berguna di mata mereka. Tidak kaya, tidak ada kelebihan apapun dan hanya anak angkat dari keluarga  Sofyan 

      Saat Sofyan dan istrinya masih hidup, masih ada segan untuk memperlakukan Diana sekehendak hati mereka.Ketika Sofyan dan istrinya meninggal dunia dan hartanya disita untuk pelunasan hutang. Karakter buruk tidak ditutupi lagi .

Kata-kata sinis, sindiran bahkan makian bukanlah hal yang baru didengarnya.Marlena tiba-tiba mempunyai hobby baru.Setiap mendapat masalah dia menjadikan Diana sebagai sasaran amarahnya.Tidak peduli  itu kesalahan Diana atau bukan. Marlena seperti membuktikan sebuah ungkapan . Orang pembenci tidak butuh alasan untuk membenci.

     "Aku tidak tahu kesalahan apa yang  pernah kami buat di masa lalu.Sehingga bertemu dengan orang menyebalkan sepertimu.." Kata-kata yang paling sering dilontarkan tanpa pikir-pikir.

    Dia sangat menikmati pemandangan wajah Diana yang shock menahan tangis. Kemudian dalam hati menghitung detik-detik air mata Diana jatuh bercucuran ke pipi.Dan dengan gilanya akan menambah volume suaranya membentak tanpa belas kasihan.

      Hingga satu ketika dia mempunyai alasan untuk menyingkirkan menantunya yang menyebalkan itu dan menggantinya dengan yang baru.

Saat itu di suatu undangan  pesta perusahaan .Risa berkenalan dengan Adnan. Risa adalah putri pengusaha dari perusahaan yang sedang naik daun.

     Adnan yang tidak pernah membawa Diana ke pesta leluasa mengobrol  tanpa beban.Tanpa disadari , dia sudah menebarkan pesona jantan yang memancing wanita mendekatinya.

Risa yang kagum dengan kharisma Adnan tidak sungkan menunjukan rasa sukanya. Beberapa hari kemudian sengaja berkunjung ke perusahaan keluarga Djaelani sekedar bertemu dengan pria idamannya. Wanita itu mempunyai kepercayaan diri dengan kecantikan dan harta yang dimilikinya.

      Namun kemudian ,dia kecewa karena mengetahui pria tampan itu sudah menikah.Apalagi kemudian, Adnan terang-terangan menjelaskan statusnya kepada wanita cantik yang selalu berpakaian seksi itu. Risa merasa kecolongan.Parahnya lagi dia yang merasa Diana adalah perebut kekasih orang.

     Marlena adalah tipe orang yang selalu melihat segalanya dari sudut materi.Sudah lama dia mengetahui perasaan khusus yang Risa punyai untuk Adnan.Namun masih segan untuk memanfaatkan kesempatan itu.

     Hingga pada satu ketika kondisi saham perusahaan mengalami penurunan hampir di titik harian .Perusahaan terancam bangkrut.Bahkan mereka mulai kewalahan saat menanggulangi penyelesaian proyek-proyek yang sedang berjalan. 

     Adnan sebenarnya bukanlah orang yang suka berkecimpung di dunia bisnis.Dia lebih mencintai profesinya sebagai dosen  di sebuah perguruan tinggi.Namun sebagai salah satu pewaris, sedikit banyak  goncangan ini membuatnya ikut berpikir mencari jalan keluar.

     Risa dengan berbagai alasan mengulurkan bantuan suntikan dana untuk perusahaan mereka.Bertindak cepat seperti ibu peri yang penolong.Dia bahkan tidak ingin melewatkan kesempatan walaupun sudah tahu dengan kehadiran Diana di sisi Adnan.Tapi adakah yang bisa mengalahkan uang ?Pikirnya egois.

      Siang itu Diana bahkan khusus dijemput sopir keluarga saat masih di tempat kursus komputer tempatnya mengajar. Walaupun penuh tanda tanya, dia patuh mengikuti perintah Marlena ibu mertuanya.

Diana bahkan mengganti pakaiannya sebelum ke sana.Perubahan sikap ibu mertua, tak urung membuatnya berkhayal. Bahwa ibu mertuanya sudah berubah baik dan suka padanya .

     Namun khayalan itu buyar menjadi debu saat Marlena menitahkan kata-kata yang menyakitkan dan akan terkenang seumur hidupnya.

     " Perceraianmu dengan Adnan lebih baik untukmu dan keluarga kami .Paham kan apa maksudku ?." Marlena mengulang kembali perintahnya untuk bercerai.Tidak ada belas kasihan dari ucapannya.

     "Apa..? Maksud ibu..?"

     "Apakah kurang jelas bagimu.? Bercerailah dari Adnan.Walaupun selama ini kamu tidak berarti apa-apa, kali ini berbuatlah sesuatu yang berarti.."

   Diana terlonjak danberdiri.Dia ingin protes dengan kata-kata yang diucapkan Marlena.

     "Saya paham dengan kata-kata ibu..Tapi saya tidak saya mengerti, mengapa ibu tega mengucapkan kata-kata itu ?"

     Dia menoleh pada Adnan. Namun pria itu hanya diam dan berwajah datar.Tidak ada tindakan untuk membela atau sekedar menenangkan.

     "Mas ??.." Perlukah dia melanjutkan kata-kata bahwa dia butuh Adnan menolongnya ?

     Namun saat melihat  tatapan Adnan yang dingin membuatnya terperangah. Saat itu dia sadar bahwa di sudah dihancurkan dan dihinakan.Bahkan oleh pria yang dia harapkan melindunginya dan  menjaganya dengan buah hati yang sedang berkembang di rahimnya.

      "Mengapa begini mas ?" Tanyanya pilu.Air mata tidak lagi bisa dibendung.

     Adnan menghela nafas berat .Sekilas ada bayangan sendu di matanya.Namun cepat di tutupi dengan ucapan yang tenang namun melukai.

      "Maafkan aku Diana.Mungkin jodoh kita hanya sampai di sini.."

 ****    

MENANTU YANG DIBUANG

  

     Diana terpana mendengar ucapan suaminya.Seperti tersentak dari mimpi-mimpi semu yang telah dibangunnya.Berkali-kali mengucapkan istighfar dalam hati. Untuk kesekian kalinya kembali menatap wajah Adnan.Mengharapkan sedikit rasa peduli dari pria yang sudah dua tahun menikahinya itu.

"Mas..? Maksudmu apa..?"

   Namun lagi-lagi Diana terpaku dan kecewa . Batinnya meratap saat melihat Adnan yang hanya memberikan respon datar padanya.

Diana terisak menahan sesak di dada. Hatinya bertanya-tanya tentang sikap suaminya.Tidak bisakah  dia memahami bahwa istrinya membutuhkan pembelaan dan perlindungan darinya?

    Wanita berwajah tirus itu merasa semakin terpuruk.Dia menelan ludah yang terasa pahit di kerongkongannya yang kering. 

Diana kembali menghela nafas. Merasa sendiri dan terasing.

    Marlena masih  menatap dan mempelajari Diana dengan seksama.Tersungging senyum sinis di bibirnya.Diana mencoba tidak peduli. Namun tak urung hatinya terusik saat menyadari hampir semua pasang mata menatap padanya.Kecuali Adnan yang masih dengan posisi yang sama seperti dia datang.

     Diana mengumpulkan semua keberanian dan berusaha untuk tetap tenang .Walau merasakan seperti bom yang akan meledak di dadanya.Dia mengedarkan pandangan kepada semua yang hadir danmulai terbakar.

    "Mengapa melakukan ini padaku ?" Tanyanya putus asa.

     Marlena mendecih.Wajahnya menjadi tidak sabaran. Dia meluruskan tatapannya tepat di muka Diana.

    "Kau sendiri tahu alasannya.Di luar semua ini , kami tidak menyukaimu "

    "Lalu mengapa Adnan menikahiku ?" Tanyanya pilu.

    "Haruskah aku menerangkan kekeliruan kami tentangmu ? Ah..sudahlah .Sebaiknya jangan bicara apa-apa lagi.Kamu hanya akan membuat dirimu semakin tersakiti!" Kata wanita berusia lima puluhan itu. Sementara suami dan anak-anaknya yang lain hanya memberi muka bosan.

     Diana sekali lagi menoleh kepada Adnan.Air mata sudah mengotori mukanya.Bahkan melupakan rasa mual yang biasanya sering mengganggunya.Diana merintih dalam hati mengingat makhluk mungil yang berdiam di rahimnya.Diana menatap tajam tepat di manik Adnan.

     "Apakah tidak ada sedikitpun pembelaanmu untukku mas Adnan ?Apakah hanya begini kau menghargaiku sebagai istrimu ?" Ratapnya lirih.

     "Diana..maafkan aku..Kuharap kamu memahami situasinya.Aku harus melakukan ini.Maafkan kami..Maafkan aku !"

     "Aku tidak akan memaafkan..!! Kalian melukaiku, kalian membuangku.Lalu kamu suruh aku memahami situasi .Kau kira aku apa ?Sampai kapanpun aku tidak akan memahaminya.Satu yang ku tahu.Kamu dan keluargamu adalah manusia-manusia kejam dan egois.." Teriak Diana histeris

     "Diana..cukup !!" Bentak Adnan.

     "Mengapa aku tidak boleh bersuara ?" Balasnya.

      "Diana..Please aku mohon kelapangan hatimu. "

     "Kau bajingan..! Demi Tuhan..Aku muak dengan kalian " 

     "Hei jaga mulutmu sialan.Kau kira kau siapa untuk berbicara seperti itu .."  Tiba-tiba Dara ikut membentak. Gadis cantik tapi berjiwa busuk itu memanfaatkan kesempatan itu untuk menunjukan ketidaksukaannya pada wanita yang tidak pernah dianggap sebagai menantu keluarga mereka.

     Diana tiba-tiba  tertawa histeris menahan marah.Matanya sudah tidak sanggup lagi menampung genangan air mata.Dia menatap dingin  pada Dara.. Adnan berusaha dengan meredakan kemarahan Diana yang mulai berkobar .

     "Kau…" Tangannya menunjuk tepat pada dara. "Kau akan mengalami hal yang lebih sakit dariku sekarang.Bisanya kau yang masih jauh di bawahku mengeluarkan kata-kata itu.Kau bahkan belum pernah merasakan harga dirimu diinjak dan rumah tanggamu dihancurkan.."

     "Hei jangan kau mengutuk di sini.." Lengking Marlena.

     "Diam.!!  Anda bahkan tidak lebih dari tirani yang tak punya hati " Balas Diana.

    Semua yang hadir mulai gusar .Karena mereka belum pernah melihat Diana seperti ini sebelumnya.Ada sedikit ragu dan takut menyelinap di hati mereka.

     "Kamu benar-benar tidak sopan.Apa begini cara orang tua angkatmu mendidikmu ?Benar, benar tak terkendali"

     Djaelani yang dari tadi hanya diam menyaksikan semua di depan matanya tiba-tiba berdiri. Mertua laki-lakinya itu meperlakukannya seperti pesakitan.Diana semakin kalap

    "Jangan bawa-bawa orang tuaku.Mereka adalah orang yang jauh lebih berotak dari kalian.." Serangnya.

    "Adnan ..! Hentikan wanita ini.! Dia mulai gila..!" Perintah Marlena.

    Adnan hanya diam.Tangannya berusaha meraih Diana.Namun wanita yang masih berstatus istrinya itu menepis segera. Tiba-tiba dia berhenti .Matanya nanar menatap Adnan.

  Wanita berwajah tirus itu merasa semakin terpuruk.Dia menelan ludah yang terasa pahit di kerongkongannya yang kering. 

  Diana meringis pedih.Perasaan terhina  dan direndahkan tidak bisa ditutupi lagi.

     Kemudian menyadari betapa bodohnya dia selama ini. Dia bahkan seharusnya tidak terlalu bersemangat untuk menerima undangan dari Marlena ibu mertuanya. Meakipun wanita itu bahkan enggan menyapa selama pernikahannya dengan Adnan .Diana menyesali diri sendiri.Mengapa dia menaruh rasa curiga atas kebaikan yang tiba-tiba ini.?

     Sesungguhnya, perasaan tidak nyaman dan terintimidasi itu sudah dia rasakan sebelum melangkah memasuki ruangan ini.

     Diana merasa dikucilkan.Apalagi ketika tidak sengaja mendengar percakapan mereka tadi yang memojokkannnya.

    Perasaan itu semakin terasa ketika melihat beberapa orang termasuk Adnan sudah duduk di sana .Di seberang Adnan ada mertua laki-laki dan perempuannya. Dan di sudut masing-masing ada kakak dan adik Adnan.Nero dan Dara. Tidak ada yang tersenyum padanya. Bahkan salah satu dari mereka terdengar mendengus sinis.

Dia sudah mulai meraba sesuatu yang buruk sedang menunggu.

  Meakipun begitu, wanita itu berusaha  berpura-pura tidak mengetahui dan mendengar apapun pembicaraan mereka sebelumnya.

Dia bukan orang bebal yang tidak respek terhadap situasi. Seperti perlakuan mereka saat dia masuk tadi. Tidak ada yang membalas salamnya. Bahkan hampir tidak ada reaksi sama sekali.Seperti berhadapan dengan sekelompok orang-orang asing yang tidak mengenalnya.

Suasana semakin kaku dan hening.. Ketika mengambil posisi duduk di sebelah Adnan.Suaminya itupun tidak membalas sapaannya dan  hanya menatap datar  ke depan .Pria itu bahkan tidak mau repot-repot walau hanya menolehkan wajahnya sebentar kepada wanita yang masih berstatus istrinya itu.

Dia menghela nafas.Cukup sudah dia menahan selama ini. Dia semakin sadar akan arti dirinya di keluarga ini.Bahkan sudah bisa mengukur sejauh apa perasaan Adnan padanya.

Dia menatap lurus dan teluka pada suaminya.

     "Ternyata ini akhirnya yang kau berikan untukku mas.Kejadian hari ini  akan ku ingat  seumur hidupku. "Ratapnya pilu.

      Diana kemudian berjalan menuju pintu keluar. Melangkah  tertatih tatih .Sebelum sampai di pintu dia menoleh.

      "Aku menerima perceraian ini.Tapi aku minta kau dan keluargamu menandatangani surat perjanjian"

      "Baik ..Besok surat itu akan kami urus.Datanglah ke persidangan.."

       "Besok ??"

       "Ya.. besok.Hanya tinggal persetujuanmu saja.Karena surat itu sudah diajukan seminggu yang lalu.."

     Lagi-lagi Diana tertawa miris.Dia menertawakan dirinya yang naif dan gampang dibodohi orang-orang ini. Ternyata waktu dua tahun tidak ada artinya bagi mereka.Dia tetap saja di buang seperti kaos kaki bekas. Bahkan perceraiannya dengan Adnan sudah diajukan dan diproses tanpa dia ketahui.

   Wanita itu sudah berada di luar ruangan. Dia benar-benar merasa di banting tanpa harga..Hampir dua tahun menjadi menantu keluarga Danuarta , dia cukup memahami bahwa kehadirannya tidak dianggap.Malah cenderung diremehkan.Semua karena jati diri Diana yang kemudian terungkap hanyalah anak angkat dari keluarga Sofyan yang terkenal. Tapi bagaimana bisa dia menyangka hari ini akan datang.

     "Diana.." Tiba-tiba terdengar suara memanggilnya.Adnan terburu-buru mendekatinya.

     "Apa maumu lagi hah ?"Sahutnya marah.Dia bahkan sudah membuang segala sopan santun yang selama ini di sandangnya.

     Adnan sudah berada satu jangkauan tangan dengannya.Mata pria itu menatap Diana  memikirkan kata-kata yang akan diucapkannya.

     "Aku tahu kamu kecewa padaku..Kamu boleh membenciku dan memakiku."

     "Cih…Menyingkirlah." Balasnya sengit.Lalu berjalan menjauh dari tempat itu.Adnan masih mengikutinya.

     "Kamu mau kemana..?"

      "Bukan urusanmu.."Teriaknya.

     Adnan menatap nanar.Dia bahkan kehilangan kata-kata untuk membujuknya.

     "Dy..!"

     "Berhenti memanggilku mas.."

    Diana berhenti sebentar lalu membalikan badan menatap Adnan.

      "Aku bahkan tidak ingin berbagi udara lagi denganmu..pergilah !"

      Adnan tiba-tiba membuka dompetnya.Kemudian menyerahkan dua buah kartu.Kartu Atm dan kartu Debit.Dia menyerahkan dengan terburu-buru kepada Diana.

      "Bawalah ini, untuk bekalmu nanti. Kamu pasti memerlukan ini." Adnan tidak memberi Diana untuk menolak.

      Dia lalu berbalik terburu-buru tanpa melihat lagi ke belakang.Pria bertubuh tinggi itu bahkan tidak masuk lagi ke dalam rumah.Namun berjalan ke samping.Menghilang di balik pohon bunga tabebuya yang sedang berbunga.

     Diana merasa miris saat melihat pohon bunga yang sudah setinggi atap rumah itu. Berbunga indah menjuntai-juntai berwarna keunguan.Tabebuya sedang mengeluarkan pesonanya.

Teringat bahwa dia lah yang memberikan bibit bunganya sebagai hadiah ulang tahun Marlena. Ibu mertuanya adalah salah seorang pecinta pohon yang berbunga banyak itu.

    

     

DALAM RENUNGAN MALAM

     Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam.Namun tidak membuat kantuk Diana kunjung datang.Pertemuannya dengan Adnan kemarin sedikit banyak mengusik pikiran.Sudah hampir dua tahun lamanya dia hengkang dari pria itu.Dan menutup semua akses komunikasi apapun.Baginya lebih baik menutup cerita dari pada mengingat yang sakit.

     Dua orang balita yang berbaring dengan tenang. Tidak tahu dan tidak mengerti masalah dan kerisauan hati ibu mereka Namun yang pasti,akan aman dan terjaga bila wanita yang melahirkan mereka ada di selalu untuk mereka.Sesekali terdengar igauan Savana dan Said. Diana membelai kepala buah hati kesayangannya .Yang  selalu menjadi menghibur dan penyemangat hidupnya.

     Ada kecemasan menjelma di hatinya jika Adnan mengetahui kehadiran kedua balita gembul itu.Namun Diana bertekad akan mempertahankan dan melindungi mereka.Bukankah Adnan dan keluarganya sudah menandatangani surat perjanjian itu ? Apapun itu,  Dia akan berjuang untuk anak-anaknya.Teringat surat perjanjian yang selalu di simpan di tempat yang aman.Untuk berjaga-jaga bila diperlukan suatu saat.

     Inti dari isi surat yang menyatakan .Tidak adanya gugatan apapun , baik itu tentang hak dan kewajiban di antara kedua pihak yang bercerai .

     Surat itu ditandatangani mereka sebagai pasangan yang bercerai disaksikan dan disetujui kedua orang tua Adnan.Adalah syarat yang diminta Diana jika mereka ingin harus bercerai.

     Tidak ada yang curiga ataupun protes. Apalagi pihak Adnan seperti dikejar waktu. 

Mereka bahkan menghadirkan Risa saat perceraian mereka disahkan. Untuk kali pertama Diana mengenal wanita yang akan menggantikan posisinya di sisi Adnan.Mmh….Diana merasa kalah banyak….

     Dia menguap lebar dan lama.Diana tersenyum. Akhirnya kantuk datang juga.Wanita bermata sendu itu kemudian mendekati pembaringan dekat Savana.Meski tidak terlalu luas, sudah cukup baginya sekedar mengistirahatkan tubuhnya yang penat.Diana tidak pernah memakai tempat tidur senjak kelahiran kedua kembarnya. Dengan kasur yang digelar di lantai membuatnya terhindar dari rasa cemas jika bayi-bayinya berguling ke sana ke mari.Tanpa jatuh dari ketinggian.

     Bunyi getaran di hp nya membuat Diana tersentak dari lamunan.Agnes menelpon…

     "Hallo.?"

     "Ya..hallo..Ada apa malam-malam gini nelpon Nes..?" 

      "Ups sorry berat nih.Habis gimana nih..Aku lagi pusing."

       "Kenapa ?"

       "Gini lo say.. Komputer kantor kena hack.Bos sudah mengusahakan orang-orang untuk menyelamatkan data-data.Tapi serangannya gak main-main. Kalau sampai data inti kena, habislah kita.."

      "Terus..Hubungan dengan saya apa ?" ( Belagak bego ).

     "Oh..Ayolah ..tolongin saya besok.Aku yakin otakmu masih encer jika dihadapkan dengan para peretas  gila itu.Mereka bahkan sudah mulai menembus gerbang  pertahanan akhir."

     "Cari orang lain saja  Nes.Aku sudah lama gak ngotak atik program."

     "Tapi bukan berarti otakmu sudah tumpul kan ?"

      "Mengapa harus aku. Kamu bisa mencari yang lain.Bahkan lebih segar dan lebih jago.."

      "Aku yakin dengan pilihanku.Karena  aku pernah melihat keahlianmu.."

      "Segitunya kamu memujiku Nes.." Cibir Diana.

      "Kenapa tidak ?Hanya ku heran.Mengapa programer hebat sepertimu hanya bekerja sebagai freelancer ?"

      "Itu pilihan yang tepat saat ini.Kamu kan tahu bahwa aku punya baby-baby "

      "Kan bu Ida.."

      "Aku tidak mau terlalu membebani beliau.Kasihan.."

      "Iya sih.Tapi kalau sesekali kan gak apa-apa.Atau bagaimana kalau cari pengasuh bayi saja ?"

      "Nantilah akan ku pertimbangkan "

Diam sejenak, Diana mendengar rengekan manja dari Said karena tidurnya terganggu.Sementara di seberang telepon suara Agnes masih terdengar.

       "Sst..Nes..Udah dulu ya..Anakku terbangun nih.."Bisik Diana pelan.

        "Oh..sorry..sorry..Besok  jam delapan pagi ku jemput oke..?"

        "Oke.."

     Percakapan usai.Mata Diana yang sudah mulai berat akhirnya terpejam.Menyongsong mimpi menyusul kedua buah hatinya.

      Sementara itu di sebuah ruangan di hotel berbintang, seorang pria masih termenung berdiri di dekat jendela.Matanya tak lepas menatap langit seperti menghitung bintang.Sementara sebatang rokok yang menyala setia menemaninya.

     Adnan seperti patung bernyawa. Kaku dan diam.Sesekali menghisap rokok yang sudah kesekian batang dihisapnya. Dia tidak peduli walau begitu banyak peringatan tentang bahaya merokok. Bukankah hidup dan mati sama saja baginya saat ini ? Jiwanya sudah lama mati.

    Bunyi getaran hp mengusik ketenanganmu. Salah seorang kepercayaannya menghubungi.Mereka biasa melakukan di jam-jam larut begini.Karena mengetahui bahwa Adnan selalu terjaga dan saat ini menunggu kabar dari mereka.Hanya akan tidur menjelang subuh dan bangun lagi dua jam kemudian.

    "Hallo  bos…"

    "Ya..Apakah kau menemukan sesuatu..?"

     "Ya bos. Saya mendapatkan informasi bahwa nyonya sudah tinggal di kota ini selama hampir dua tahun.."

     Adnan tertegun .Bahkan tidak menyadari rokok yang hampir habis dan akan membakar jarinya.

     "Bagaimana dia hidup selama ini ? Apakah dia bekerja ? "Tanyanya kemudian.

     "Nyonya Diana tidak bekerja pada perusahaan apapun. Namun menjadi seorang freelancer di beberapa situs.Bahkan situs luar negeri "

     Adnan terdiam sejenak.Akhirnya dia menemukan jawaban.Mengapa tidak menemukan transaksi apapun dari dua buah kartu uang yang diberikannya.Ternyata Diana cukup keras kepala menegakan harga dirinya. Walau tidak mendapatkan apapun dari perceraian mereka.

      "Huff.."Adnan menghembuskan nafas beratnya.Dia tidak tahu apakah harus kecewa atau lega.

      Dia kemudian kembali ke teleponnya. Seseorang di seberang sana seperti diam.Dari bunyi helaan nafasnya, Adnan mencurigai sesuatu.

     "Apakah ada informasi lain Ed ?" Tanya Adnan penasaran. Ed seperti ragu untuk melanjutkan..

     "Ed..??"

     "Oh itu bos..(diam sejenak ).Ternyata selama ini nyonya diam-diam sudah melahirkan sepasang anak kembar.Saat ini usianya kira-kira satu tahun.."

    Adnan seperti dipukul di ulu hati. Dia bahkan hampir roboh jika saat itu tidak bersandar pada tembok kamar. Pria itu merasakan sesak dan sakit di dada.Tidak, tidak !! Semua badannya sakit, batin sakit. Berita ini seperti palu godam yang menghancurkan.

     Dia akhirnya luruh ke lantai.Air mata yang sudah sekian lama tertahan, akhirnya luruh tanpa permisi.

     "Diana..Diana.." Bisiknya pilu.Pria itu memukul-mukul kepalanya.Dia tidak memperdulikan lagi lawan bicaranya yang memanggil-manggil cemas. Hingga akhirnya tak ada suara.Karena hp sudah jatuh ke lantai.

     "Bodoh..bodoh..Kamu bodoh Adnan.." Umpatnya pada diri sendiri.

    Dia pantas dikutuk,Pantas disalahkan dan dibenci.

     Adnan meratapi kesedihannya sampai pagi.Dia tidak mempunyai kebanggaan apapun pada dirinya saat ini.Walaupun di mata orang-orang dia adalah sosok yang sempurna dan cerdas.Adnan lebih percaya kalau ada yang mengatakan dia adalah idiot yang egois.Segala sumpah serapah pantas diterima untuk dirinya.

      Cukup lama dia terdiam di posisi yang sama.Waktu sudah menunjukan jam enam pagi.Seharusnya dia sudah bersiap-siap untuk memulai aktifitas hari ini.Namun pikirannya buntu.Informasi dari Ed semalam mampu membuat sock therapy bagi mentalnya.

      "Bagaimana mendapatkan maafmu Diana ?..Ya Tuhan..Ampuni aku..!" Gumamnya lirih.Matanya sudah sembab dan kuyu.Semalaman mengucurkan air mata membuatnya lelah untuk menangis lagi.

     Adnan masih betah di posisi yang sama setengah jam kemudian.Kemudian perlahan bangkit dan melangkah dengan lesu menuju kamar mandi.Kepalanya terasa berat dan pusing.Karena tidak tidur dan menangis semalaman. Adnan yang gagah sekarang tak ubahnya kerang tanpa cangkang. 

      Sudah terlalu banyak waktu yang dikorbankan untuk menyelamatkan keluarga besarnya.Tapi yang dia dapatkan hanyalah tamparan yang semakin menginjak harga dirinya.Bahkan dengan tega menyakiti orang yang seharusnya dilindungi.Adnan tidak tahu hukuman apa kelak yang akan diterima dari dosanya.Dia ingin berteriak bahwa dia sangat lelah dengan semua ini.Namun saat wajah Diana datang menjelma , dia menjadi malu.Karena tekanan yang diterima tidak sebanding dengan penderitaan wanita yang pernah menjadi istrinya itu. Adnan semakin menyadari bahwa mengatakan semua akan baik-baik saja setelah perpisahan mereka adalah sia-sia. Dia menuai hasil dari dosanya setelah itu. Harga diri yang terbanting, perasaan rindu dan rasa bersalah yang menggerogoti batinnya. Seperti pisau fillet yang mengiris tipis-tipis hatinya.

    

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!