Tawa menggema di bangunan kecil itu, bangunan yang menjadi rumah bagi puluhan anak-anak malang yang kehilangan orang tua mereka sejak kecil. Iya, bangunan yang sering di sebut panti asuhan mutiara indah. Jika kalian berpikir bahwa bangunan panti asuhan itu reot sana-sini, maka kalian salah. Panti asuhan itu cukup bagus dengan dua lantai dan sepuluh kamar dengan masing-masing kamar memiliki dua ranjang tingkat, dua lemari baju berukuran jumbo dan empat meja belajar, sepuluh kamar itu juga dilengkapi dengan dua kamar mandi minimalis.
Tempat itu adalah rumah bagi anak-anak tidak berdosa yang harus kehilangan orang tua mereka, atau bahkan yang lebih parahnya, mereka di buang oleh orang tua mereka. Melati, selaku pemilik panti asuhan tentu mencoba semampunya untuk membiayai empat puluh anak yang bernaung di bawah panti asuhannya.
Melati tidak sendiri, ada sekitar lima orang anak panti yang sudah di adopsi dan masih terus membantu panti asuhan, putra tunggalnya juga tidak pernah keberatan jika dimintai bantuan. Karena itulah, Melati merasa sangat beruntung.
Skylar Queenza, adalah anak tertua di panti asuhan mutiara indah. Dia bukan anak yang pertama masuk panti, hanya saja, anak-anak seumurannya sudah mendapatkan keluarga mereka masing-masing. Skylar, gadis berumur lima belas tahun itu baru saja lulus SMP, dan yang membuatnya bahagia adalah kenyataan bahwa sekolahnya merekomendasikannya kepada salah satu SMA paling bergengsi di negerinya, dan dia diterima dengan beasiswa penuh.
Sayangnya, Silver Creek High School atau yang kerap disebut SCHS itu terletak di ibu kota negara Ertonver yaitu Ophover. Sedangkan panti asuhan tempatnya bernaung ada di Vreson, sebuah kota kecil yang terletak sekitar dua hari perjalanan menggunakan mobil dari Ophover.
Untungnya, Skylar berhasil membujuk Melati agar diizinkan menyewa rumah di ibu kota. Lagian juga, Skylar sudah mengumpulkan banyak uang dari banyaknya lomba yang diikutinya dari SD hingga SMP, dan hasil dari kerja Part time semasa SMP. Yap, Skylar adalah anak mandiri yang hemat dan suka menabung.
Malam ini, malam terakhir Skylar di panti. Besok akan ada orang dari sekolahnya yang menjemputnya dan mengantarnya ke bandara untuk menaiki pesawat menuju Ophover. Tenang saja, Skylar tidak mengeluarkan sepeser uang-pun, karena kepala sekolahnya dengan senang hati membayarkan ongkos perjalanan. Baiknya lagi, kepala sekolah menyediakan taksi di Ophover untuk mengantarkannya ke rumah yang sudah disewa oleh Skylar.
“Kak Skylar besok mau pergi, ya?” Tanya salah satu anak yang ada di sana.
Skylar tersenyum. “Kakak mau belajar, jadi kakak harus pergi,” balas Skylar lembut.
Melati bersyukur dalam hati karena Skylar hidup dengan baik. Meskipun tak jarang Skylar menjadi sasaran bullying, tapi Skylar adalah gadis yang kuat, jadi gadis itu bisa mengatasinya sendiri. Melati berharap, di ibu kota nanti, hidup Skylar akan jadi lebih baik.
“Kamu sewa rumah di daerah mana?” Tanya Melati.
“Tempatnya strategis banget, Bun. Dekat ke SCHS dan beberapa Cafe dan restoran. Mana tahu Skylar bisa kerja part time di sana,” jawab Skylar.
“Gak mau kakak bantu? Kakak bisa kirimi kamu uang setiap bulan loh. Kamu bisa fokus aja sama sekolah kamu,” putra tunggal Melati, Agam, mulai membuka suara.
Bagaimanapun juga Agam sangat menyayangi Skylar layaknya adiknya sendiri. Lagian, Skylar adalah orang pertama yang berkata bahwa dia pantas untuk hidup. Yah, itu karena banyak yang mengatakan kalau Agam tak pantas hidup karena dia merupakan anak yang hadir karena sebuah ‘kecelakaan’ karena itulah, status Melati saat ini bukanlah janda.
“Skylar bisa sendiri kok, hitung-hitung belajar mandiri,” tolak Skylar halus.
“Ya sudah, yang penting jangan terlalu memaksakan diri. Kalau lelah, istirahat!” Pesan Agam.
“Makasih, Kakak.”
*
Skylar menatap rumah minimalis di depannya dengan pandangan kagum. Ternyata aslinya lebih bagus daripada yang di foto.
Skylar menyeret kopernya masuk ke rumah, gadis itu mulai beres-beres rumah, lalu meletakkan semua bahan-bahan makanan ke kulkas yang memang tersedia di rumah itu. Skylar berdecak kagum, padahal harga sewa rumah ini tidak terlalu tinggi, tapi fasilitasnya sangat lengkap.
Rumah minimalis ini terdiri dari dua lantai. Di lantai satu ada satu kamar, ruang tamu lengkap dengan televisi. Lalu, ada dapur, lengkap dengan kitchen set dan kulkas. Di lantai dua ada dua kamar, satu adalah kamar yang di pakai sebagai kamar tidur oleh Skylar, sedangkan yang satu lagi sebagai ruang seni. Yap, Skylar adalah pencinta seni, jadi ruangan itu kini sudah dipenuhi dengan alat lukis, alat musik dan laptop untuk mengetik.
Yah, itu adalah penghasilan lain Skylar. Gadis itu seorang pelukis, pemain musik sekaligus seorang penulis. Katakan saja kalau Skylar itu Multi talenta. Ah, tapi sebenarnya Skylar itu tidak terlalu mahir dalam berolahraga, karena Skylar agak malas berolahraga.
Selesai dengan semua urusan di rumah, Skylar langsung meraih ponselnya , memesan taksi Online dan langsung menuju ke Cafe yang katanya membuka lowongan untuk pekerja part time. Namanya Sweet & Savory Coffee Shop, pemiliknya seorang anak berusia delapan belas tahun. Baiklah, Skylar langsung bertekat mengikuti jejak siapa pun pemilik kafe itu. Ia akan sukses di umur delapan belas tahun, kalau perlu sebelum berumur delapan belas tahun. Harus!
Skylar membuka pintu kafe, suara lonceng langsung menggema di kafe. Kedatangan Skylar yang memakai gaun di atas lutut dengan stoking panjangnya menarik perhatian satu-satunya orang yang masih berada di dalam kafe. Wajar saja, ini sudah hampir malam. Pegawai sedang membersihkan dapur dan yang lainnya karena kafenya saja sudah hampir tutup.
Skylar beruntung karena dia sempat menghubungi si pemilik kafe dan berkata bahwa dia akan melamar kerja. Kebetulan, si pemilik yang ia tahu bernama Arkana Aldevaro Jhonson, nama yang cukup bagus, ah maksud Skylar itu nama yang sangat bagus.
Oke, Skylar bisa menebak kalau lelaki yang tengah memandanginya itu adalah calon bos barunya kalau dia diterima. Skylar berjalan cepat dan langsung duduk di depan lelaki yang diduganya sebagai Arkana Aldevaro itu.
“Hallo, kak Aldevaro kan?” Tanya Skylar sopan.
“Iya,” jawab Arkana singkat.
“Aku Skylar kak, ini CV ku, semoga aku diterima,” ucap Skylar sambil menyerahkan CV nya.
Arkana membaca CV Skylar sekilas lalu mengembalikannya.
“Kamu diterima,” dan kini Arkana merasa aneh karena ia menggunakan bahasa yang ... Cukup tidak formal bagi seorang atasan.
“Ah, makasih kak Varo,” seru Skylar senang, tak menyangka bahwa ia akan mendapatkan pekerjaan di hari pertamanya berada di ibu kota.
“Tadi Aldevaro, sekarang Varo. Sebenarnya nama panggilanku itu Arkana,” kata Arkana yang entah kenapa memberi tahu pegawai barunya itu.
“Begitu? Tapi aku lebih suka panggil kak Aldevaro atau kak Varo, lebih enak dilidah,” balas Skylar ceria.
“Memangnya ada rasanya?” Batin Arkana tak mengerti.
“Ngomong-ngomong, apa aku harus panggil kak Varo dengan sebutan bos?” Tanya Skylar polos.
“Dia udah pernah kerja tiga tahun tapi masih bingung gimana nyebut bosnya? Yang benar saja!” Gerutu Arkana dalam hati.
“Kak aja!” Ketus Arkana.
Skylar mengangguk paham. “Oke!”
Arkana memperhatikan Skylar dari atas sampai bawah, gadis itu tampak imut dan manis dengan jepitan kupu-kupu yang tersemat di rambutnya yang tergerai bebas. Eh, kenapa Arkana malah memuji fisik Skylar? Entahlah, sepertinya ia akan segera gila.
“Nama kamu Skylar Queenza ya?” Tanya Arkana yang lebih terdengar seperti pernyataan.
“Iya, Skylar Queenza, kenapa? Nama aku bagus ya? Iya dong!” Jawab Skylar seraya menyombongkan diri.
“Tingkat percaya dirimu tinggi juga,” cibir Arkana.
“Udah gak jaman yang malu-malu kucing mah!” Balas Skylar cepat.
Arkana tertawa pelan, gadis yang menarik! Pikirnya.
“Boleh aku panggil Sky?” Tanya Arkana.
Skylar memiringkan wajahnya, “kenapa tidak?”
Dan untuk kedua kalinya, Arkana mengulas senyum manis di bibirnya.
Sepertinya, Skylar terkena mata jahat. Lihat saja, hari ini saat ia akan berangkat sekolah untuk melakukan MOS, tidak ada angin tidak ada hujan dirinya tiba-tiba saja kehilangan kesadaran. Untungnya ada tetangga yang melihat dan langsung membawanya ke rumah sakit, kalau tidak bagaimana? Bisa-bisa Skylar akan jadi manusia pertama yang mati konyol di rumah sewaannya sendiri. Oke lupakan, itu berlebihan.
Untungnya lagi, Skylar bisa menelepon kepala sekolahnya dulu dan memintanya untuk mengizinkan ke kepala sekolah SCHS yang belum Skylar ketahui nomor ponselnya. Gadis manis itu bahkan baru saja melupakan nama kepala sekolah SCHS. Wah, dasar Skylar.
Omong-omong, karena Skylar bosan setengah mati di dalam ruangan, ia akhirnya memutuskan untuk keluar ruangan dan berjalan-jalan di lorong-lorong rumah sakit sambil melihat para perawat dan dokter yang lalu lalang. Wah, Skylar si gadis benci hawa rumah sakit ini bisa gila kalau terus-terusan melihat perawat, dokter dan pasien. Sialnya, dokter yang menanganinya memintanya untuk menginap sehari di rumah sakit karena imunnya yang menurun. Iya, Skylar kelelahan.
Skylar akhirnya memilih untuk berjalan ke taman rumah sakit sambil menggeret tiang infusnya. Menyebalkan! Oke, sepertinya Skylar terlalu banyak mengeluh hari ini. Mengabaikan keramaian yang justru terasa menyedihkan di taman itu, Skylar akhirnya memilih duduk di kursi taman sambil memandangi anak-anak yang bermain di temani oleh perawat, tiang infus dan orang tua mereka.
Ah, berbicara tentang orang tua, Skylar jadi merindukan bunda Melati di panti. Kira-kira apa yang dilakukan oleh bundanya itu?
Lamunan Skylar pecah ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang. Skylar menoleh dan mendapati Arkana sedang menatapnya dengan ... Emmm, bingung? Atau penasaran? Entahlah Skylar tidak bisa memastikannya.
“Hai kak Varo, lagi apa?” Tanya Skylar kepo.
“Aku nungguin adik,” jawab Arkana. “Kamu sendiri kenapa tiba-tiba sakit?” Tanya Arkana.
“Kok kakak tahu aku lagi sakit?” Bingung Skylar.
“Sky, orang bodoh aja bakalan tahu kalau kamu lagi sakit. Muka pucat, mata sayu, dan yang paling penting kamu pakai baju pasien lengkap dengan infusnya,” balas Arkana gemas sendiri.
“Ah, iya juga. Bayi baru lahir juga tahu kalau aku sakit,” gumam Skylar membenarkan.
“Ya nggak bayi baru lahir juga kali,” geram Arkana dalam hati.
“Jadi kamu sakit apa?” Tanya Arkana.
“Biasa, penyakit orang hyperaktif, imunnya langsung turun,” jawab Skylar terlampau santai. Yah, sejujurnya, Skylar memang memiliki sistem imun yang lemah.
Arkana menggelengkan kepalanya beberapa kali, takjub dengan tingkah polos karyawan barunya itu.
“Kamu sekolah di mana?” Tanya Arkana, mulai mengambil duduk di samping Skylar
“Di sekolahan milik bapaknya kak Arkana Aldevaro Jhonson,” jawab Skylar luwes, lagi-lagi mampu membuat seorang Arkana Aldevaro tercengang.
Hei, jangan remehkan Skylar. Polos-polos gini, Skylar juga suka stalking keluarga Jhonson. Memangnya siapa yang gak tahu nama besar keluarga itu? Skylar yakin yang gak tahu pasti Cuma orang paling kudet sedunia. Baik, Skylar lagi-lagi berlebihan, lupakan saja.
“Oh iya kak, adik kakak sakit apa?” Tanya Skylar.
“Biasa penyakit anak cowok, jatuh dari motor,” jawab Arkana mengikuti gaya bicara Skylar.
“Baru hari pertama sekolah udah jatuh dari motor, dasar laki-laki,” cerca Skylar pelan.
“Belum juga mulai MOS imunnya sudah melemah, dasar perempuan,” balas Arkana.
Skylar melotot garang. “Ih, dasar jahat!” Kesal Skylar.
Arkana tertawa, wajah kesal Skylar terlihat sangat imut di matanya. Entah kenapa, Arkana jadi merasa hatinya lebih tenang ketika berbincang dengan Skylar, padahal tadi ia sangat panik karena adiknya yang tiba-tiba dikabarkan jatuh dari motor. Arkana sudah mengingatkan adiknya untuk jangan ngebut saat naik motor, tapi memang dasar anak bandel, adiknya itu tetap ngebut dan tidak mengindahkan peringatan darinya. Untung cederanya gak parah.
“Kak, yang jatuh dari motor itu Kak Xavier Nalendra ya?” Tanya Skylar.
Arkana terdiam, tak menyangka kalau Skylar yang polos ini bisa tahu silsilah keluarganya. Arkana akhirnya hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.
“Kamu di sini sendirian?” Tanya Arkana setelah sadar bahwa tidak ada satu orang pun yang menemani Skylar kecuali dirinya.
“Loh, kalau aku sendirian, kakak ini apa? Hantu?” Sahut Skylar balik bertanya.
“Bukan itu, Sky. Maksudku, kamu gak ada keluarga atau wali yang nemenin kamu di sini?” Gemas Arkana.
“Bunda aku tinggal di Vreson, beliau sibuk jagain adik-adik, jadi aku gak ngabarin bunda.” Jawab Skylar jujur.
“Jauh amat, memangnya kamu berapa bersaudara?” Tanya Arkana lagi, ia mulai kepo dengan kehidupan gadis di sampingnya itu.
“Well, aku masuk SCHS jalur beasiswa. Aku gak tahu aku berapa bersaudara, karena aku tinggal di panti dan aku gak kenal keluarga kandungku,” jawab Skylar panjang lebar.
Ah, Arkana jadi merasa bersalah menanyakan hal itu pada gadis manis yang duduk di sampingnya ini. Apalagi, wajah Skylar berubah masam ketika membicarakan keluarganya tadi.
“Sorry,” ucap Arkana merasa bersalah.
Skylar memiringkan kepalanya, gadis itu tersenyum lembut melihat raut bersalah Arkana.
“Gak perlu minta maaf, bukan salah kakak,” balas Skylar.
“Arkanajing!”
Skylar dan Arkana langsung menoleh begitu mendengar nama Arkana yang sedikit dipelesetkan itu. Skylar mengerutkan kening tak suka ketika melihat seorang laki-laki yang tadi memanggil nama Arkana dengan sedikit umpatan. Laki-laki itu tampak terpaku memandang wajahnya. Skylar bangkit lalu berkacak pinggang.
“Nama kak Varo itu Arkana Aldevaro, mana boleh dipanggil begitu, nama bagus-bagus malah diplesetin gitu, gak sopan banget sih!” Omel Skylar.
“Anjir, Gue liat bidadari,” decak lelaki tadi kagum, ia bahkan tidak mendengarkan ocehan Skylar karena terpaku dengan wajah polos tanpa make up itu.
“Heh, kasar banget sih jadi cowok!” Sentak Skylar kesal, “liat bidadari bukannya bersyukur malah mengumpat, dasar orang gila!” Dumel Skylar.
Arkana tertawa kecil melihat wajah kesal Skylar, sudah dia bilang ini hiburan tersendiri baginya. Sedangkan remaja lelaki yang tadinya datang untuk memanggil Arkana jadi tercengang melihat Arkana tertawa.
“Gila, lo ketawa?” Serunya heboh.
Arkana berdehem pelan, menetralkan ekspresinya kembali lalu matanya menyorot lelaki itu dengan tajam.
“Ngapain lo manggil Gue?” Tanya Arkana dingin.
“Itu si Xavier gak mau makan, suruh minum obat kayak suruh minum racun. Bilangin sana!” Jawabnya memberi tahu.
“Dih, kok manja?” Cerca Skylar pelan, nyaris tak terdengar tapi sialnya kedua lelaki itu mendengar.
Keduanya tertawa mendengar cercaan Skylar.
“Anjir, dihina bidadari dia,” ucap lelaki itu di sela tawanya.
“Kak, dia siapa sih?” Tanya Skylar berbisik, penasaran dengan lelaki yang berdiri di hadapannya itu.
“Jason,” jawab Arkana singkat.
Skylar menganggukkan kepala paham.
“Kak Jason, ayo antar aku ke kamarnya kak Xavier Nalendra yang super manja itu,” pinta Skylar membuat Jason melongo.
Jason melirik Arkana seakan meminta persetujuan. Skylar yang menyadari hal itu segera berbalik dan ikut menatap Arkana.
“Kak Aldevaro, Skylar boleh jenguk adinya kakak gak?” Izin Skylar.
Arkana tersenyum, ia kemudian mendekat dan mengacak rambut Skylar pelan.
“Kamu kan lagi sakit, emangnya gak papa kalau jalan-jalan gini?” Tanya Arkana khawatir.
Skylar terdiam sebentar, gadis itu melirik cairan infusnya yang tinggal seperempat.
“Ini kalau cairannya abis aku udah boleh pulang kok, jadi sebenarnya aku itu udah gak papa. Lagian bosan juga di kamar sendirian,” jawab Skylar luwes.
“Oke kalau gitu, ayo!”
Skylar berjalan berdampingan dengan Jason dan Arkana di samping kanan-kirinya., kedua lelaki itu seakan menjaganya agar tidak jatuh atau apa pun itu. Ketika sedang berjalan, Skylar tiba-tiba berhenti ketika merasakan sesak di dadanya, Skylar langsung jongkok sambil memegangi dadanya yang terasa sesak. Jason dan Arkana yang melihat hal itu langsung panik keduanya ikut jongkok sambil memegangi bahu Skylar.
“Sky, kamu kenapa?” Tanya Arkana cemas.
Skylar mendongak, ia menatap Arkana dengan sayu, “gak papa kak, aku gak papa. Ini udah sering terjadi, bentar lagi juga sembuh,” jawab Skylar.
Jason hanya menatap kedua orang di depannya dengan bingung, ia tidak tahu mereka ada hubungan apa, tapi yang jelas keduanya sukses membuat jiwa jomblo Jason meronta-ronta. Karena kedua orang di depannya ini terlihat sangat romantis! Romantis, oke. Jason tekankan, mereka sangat romantis!. Ah, ya sudahlah, abaikan saja.
Sesaat kemudian, Skylar benar-benar sudah tak merasakan sakit lagi, terbukti dari gadis itu yang langsung berdiri dan mengajak mereka kembali berjalan. Jason, yang kekepoannya sudah mencapai batas langsung menahan tangan Arkana ketika lelaki itu akan berjalan mengikuti Skylar.
“Dia pacar lo?” Tanya Jason.
“Ngaco!”
*
Skylar menyesal karena telah mengikuti Arkana ke ruangan bocah manja bernama Xavier Nalendra itu. Gadis manis itu benar-benar sangat-sangat tidak menyangka kalau di dalam ruangan bocah itu ada kedua orang tua Arkana. Ah, Skylar jadi sangat-sangat malu! Apalagi mereka berdua memandanginya dengan sangat intens, Skylar jadi merasa grogi. Gadis cantik itu mundur lalu bersembunyi di balik tubuh Arkana yang jelas jauh lebih besar dari tubuhnya.
Arkana tertawa kecil ketika melihat tingkah Skylar, apalagi ia dapat merasakan bahwa gadis di belakangnya itu sedang mengintip dari balik badannya.
Mendengar suara tawa Arkana membuat seisi ruangan kecuali Skylar dan Jason jadi tercengang, jangan heran, karena Arkana sebenarnya pribadi yang sedikit dingin dan juga irit bicara. Lelaki itu paling mentok tersenyum kecil, tapi sekarang ia tertawa, tentu saja mereka shock.
“Kak, kenapa gak bilang kalau di sini ada orang tua kakak?” Tanya Skylar pelan, ia tidak tahu bahwa suaranya bisa di dengar oleh semua orang karena ruangan ini sangat hening.
“Kamu gak tanya,” jawab Arkana ikut bersuara pelan, padahal ia tahu bahwa semua orang mendengar percakapan mereka.
“Ih, tahu gitu aku gak usah ikut. Muka orang tua kakak cantik sama ganteng sih, tapi seram, kayak guru BK di SMP aku dulu!” Ucap Skylar tanpa sadar kalau kedua orang yang dibicarakannya mendengar semua perkataannya.
Arkana tertawa mendengar perkataan Skylar. “Gak papa, mereka gak gigit kok, Cuma muka mereka aja yang memang rada serem,” balas Arkana sambil melirik kedua orang tuanya yang kini sudah melotot garang ke arahnya.
Skylar keluar dari persembunyiannya, ia kemudian menundukkan badannya di depan kedua orang tua Arkana.
“Halo om, tante. Kenalin nama saya Skylar, saya kesini mau iseng aja ngintilin kak Varo sekalian jenguk orang sakit,” sapa Skylar sembari tersenyum lebar.
Kim Sun Hee , ibu Arkana berjalan mendekati Skylar lalu mengusap rambut gadis itu dengan lembut.
“Halo cantik, nama tante Kim Sun Hee, panggil aja Aunty Kim. Nah, yang ini suami tante, panggil aja Uncle Leo,” ibu Arkana ikut memperkenalkan diri.
“Halo Aunty Kim dan Uncle Leo,” sapa Skylar ramah.
Skylar berbalik, menatap Xavier yang juga sedang menatapnya. Gadis itu tertegun ketika menyadari bahwa struktur wajahnya hampir sama dengan struktur wajah Xavier. Begitu juga Xavier yang sama terkejutnya dengan Skylar hanya terdiam sambil terus menatap Skylar.
“Eh, mata kita kembar,” celetuk Skylar tiba-tiba.
Perkataan itu tentu membuat semua orang tersadar bahwa wajah Skylar memang nyaris kembar dengan Xavier, apalagi matanya. Suasana ruangan kembali hening, membuat Skylar menatap sekeliling dan tidak sengaja bertatapan dengan mata tajam Leonardo, ayah Arkana. Skylar yang merasa canggung memutuskan untuk mengakhiri kontak mata mereka dan segera memalingkan wajahnya ke arah lain.
“Emmm, ini kenapa hening?” Tanya Skylar bingung.
“Sky, kamu semakin pucat, gimana kalau kamu balik ke kamar kamu aja. Aku anter,” tawar Arkana memecah keheningan.
“Ih, kakak ngusir aku?” Kesal Skylar.
“Ya gak gitu, Sky. Cuma kamu kan lagi sakit, jadi kamu perlu istirahat,” kata Arkana menjelaskan.
“Ih, aku gak mau balik ke kamar, di sana sepi gak ada orang. Bikin galau aja!” Sahut Skylar.
“Orang tua kamu gak nungguin kamu?” Tanya Kim Sun Hee.
“Boro-boro nungguin, aku aja gak tahu mereka masih hidup atau enggak. Eh,” Skylar langsung menutup mulutnya begitu sadar kalau dia tiba-tiba ngoceh di depan ibu Arkana.
Lagi-lagi, ruangan di sapu keheningan, membuat Skylar jadi merasa bersalah karena mengatakan hal seperti itu.
“Eh, emm maksudku, karena aku anak panti, aku jadi gak tau siapa orang tuaku, gitu,” ucap Skylar mencoba menjelaskan.
“Aduh, maafin Aunty ya, nak,” sesal Kim Sun Hee.
“Enggak papa, Aunty. Lagian Skylar udah biasa dengernya,” balas Skylar menenangkan.
“Kalau gitu, lo duduk aja, kasihan kaki lo,” saran Jason.
“Kak Jason sendiri gak kasihan sama kaki kakak?” Tanya Skylar.
“Gue kan laki, sehat lagi!” Jawab Jason percaya diri.
Skylar mengangguk, mendekati Leonardo lalu langsung duduk di samping lelaki paruh baya itu. Sesaat kemudian, Skylar kembali berdiri dan menatap Leonardo.
“Uncle, Skylar boleh duduk di sini gak?” Izin Skylar.
“Ya, silakan,” jawab Leonardo kaku.
“Makasih!” Seru Skylar riang.
Arkana menggelengkan kepala pelan melihat tingkah konyol Skylar. Kim Sun Hee yang sudah sangat kepo dengan hubungan antara Skylar dan Arkana langsung duduk di samping Skylar.
“Kamu pacarnya Arkana?” Tanya Kim Sun Hee.
Skylar melotot tak santai. “Ih, bukan! Aku mana mungkin pacaran sama kak Varo,” bantah Skylar keras.
“Bantahnya jangan berlebihan gitu dong, kesannya aku gak pantes banget dijadiin pacar,” cibir Arkana.
Jason dan Kim Sun Hee tertawa mendengar cibiran Arkana, apalagi tanggapan Skylar yang tampak acuh dengan cibiran itu. Xavier sendiri tertawa dalam hati, puas karena ada wanita yang menistakan sang kakak.
“Kenapa? Anak saya ganteng loh,” Leonardo promosi sekaligus sedikit meledek sang putra.
“Iya ganteng, tapi bukan tipe aku banget!” Balas Skylar.
“Tipe lo yang kayak gimana?” Tanya Xavier ikut nimbrung.
“Gak ada,” jawab Skylar enteng.
“Maksudnya?” Bingung Jason.
“Aku belum punya tipe cowok,” jawab Skylar, sangat santai.
Semua orang tercengang. Kalau gitu kenapa tadi bilang Arkana bukan tipenya?
“Terus kenapa bilang kalau aku bukan tipemu?” Arkana menyuarakan kebingungannya.
“Simpel aja, kak Varo kurang manis,” sahut Skylar kejam.
Kim Sun Hee dan Leonardo sontak tertawa keras, sementara Jason dan Xavier menutup mulut untuk menahan tawa.
“Kamu kurang manis, Boy,” ejek Leonardo.
“Lo suka yang manis?” Tanya Jason.
“Iya, biar cocok sama aku, aku kan manis,” jawab Skylar percaya diri.
“Siapa yang bilang lo manis?” Xavier mencoba mengejek Skylar.
“Banyak kok, Bunda, kak Agam, kakak-kakak panti dan adik-adik panti. Tadi kata kak Jason aja aku itu bidadari,” balas Skylar sombong.
Xavier tercengang, tak menyangka ada gadis sepede Skylar di dunia ini. Biasanya semua gadis yang ditemuinya itu kalau gak sok malu-malu kucing pasti tingkahnya kayak cewek haus belaian. Kalau Skylar itu beda dengan cewek yang haus belaian dan beda juga dengan cewek yang sok malu-malu kucing. Xavier jadi tertarik. Eh?!
“Emm, Skylar boleh nanya gak?” Tanya Skylar.
“Itu kamu lagi bertanya,” sahut Arkana cepat.
“Diem deh orang kurang manis!” Cerca Skylar kejam.
Arkana mengusap dada mendengar cercaan Skylar, sedangkan orang tua dan adiknya justru menertawakannya. Laknat memang!
“Tanya apa?” Jason bersuara.
“Itu kakak yang duduk di pojok lagi sariawan apa gimana? Skylar lihat dari tadi diem-diem bae,” ucap Skylar sambil menunjuk seorang lelaki yang eksistensinya hampir terlupakan karena duduk di pojok dan hanya diam.
“Dia mah emang gitu, kalau ngomong banyak-banyak bibirnya karatan,” jawab Jason kejam.
“Oh, bibirnya terbuat dari besi?” Tanya Skylar polos.
“Iya!” Sahut Jason keras.
Skylar mengangguk-angguk mengerti.
“Ada yang begitu ya?” Gumam Skylar pelan.
“Dia percaya!” Batin semua orang gemas dengan kepolosan Skylar.
“Mau gue tonjok?!” Desis lelaki itu penuh ancaman.
Jason nyengir, ia menunjukkan peace tanda berdamai.
“Jangan keseringan ngomong kak, nanti karatan loh. Kasian muka gantengnya kalau bibinya berkarat!” Seru Skylar.
Boleh di karungin gak?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!