NovelToon NovelToon

Wanita Pilihan Daddy'S (Suami Biadab 2)

Bingung

Brak...

Sebuah mobil keluaran teratas di Inggris Lord Fiesta menabrak sebuah mobil mewah Rolls Royce yang ditumpangi oleh Daddy Daffa, Uncle Sean dan juga Paman David, insiden tersebut membuat mobil mewah yang harganya selangit tersebut tergores cukup dalam.

Si penabrak langsung keluar untuk meminta maaf.

"Mohon maaf Tuan, saya terburu-buru sehingga menabrak mobil kalian," kata seorang gadis muda yang menabrak mobil Uncle Sean dkk.

Paman David melihat kerusakan mobil Uncle Sean, dia mengerutkan alis karena untuk memperbaiki mobil Rolls Royce diperlukan biaya yang nggak sedikit.

"Mobil Lord Fiesta kamu tidak akan cukup untuk mengganti biaya memperbaiki mobil kami," kata Paman David.

Seketika wajah gadis itu memucat, dia sungguh takut jika ketiga pria tua tampan di depannya akan melaporkan hal ini ke pihak yang berwajib.

Daddy Daffa nampak menatap gadis tersebut, melihat wajah ketakutan dia teringat akan Mommy Rara ketika masih disiksa Paman Sean.

"Boleh kami minta identitas kamu?" tanya Daddy Daffa.

"Boleh Tuan, ini kartu identitas saya lalu ini alamat saya bekerja, saya pasti tanggung jawab tapi bolehkah saya pergi? saya ada urusan yang sangat penting, saya mohon."

Gadis tersebut memohon dengan mata yang membasah sehingga ketiga pria paruh baya tampan ini membiarkan gadis itu pergi.

*********

"Albert kamu sudah besar, kapan kamu akan menikah?"

Selalu pertanyaan itu yang akhir-akhir ini dilontarkan oleh ketiga daddy-nya sehingga membuat Albert sangat kesal.

Daddy Daffa, Sean dan David sangat mencemaskan Albert karena sudah menginjak dua puluh lima tahun tapi anaknya masih belum terlihat membawa wanita pulang ke rumah.

"Kalian malah sudah tua, kenapa belum ada yang menikah?"

Dan lagi-lagi Albert mengajukan pertanyaan balik untuk ketiga Daddy-nya.

Tak ingin berdebat dengan para Daddy, Albert memilih pergi ke kamarnya, lebih baik dia mengecek laporan perusahaan daripada ditanya macam-macam terkait jodoh oleh para Daddy.

Ketiga Daddy ini hanya bisa menggelengkan kepala karena begitulah Albert setiap ditanya kapan menikah, pertanyaan baliknya membuat ketiga Daddy-nya terdiam tanpa bisa berkata apa-apa lagi.

"Buah duku, buah mangga, pusing aku mikir anak kita." Paman David memijat pelipisnya yang mulai terasa pening.

"Diana makan mangga, sama aku juga," sahut uncle Sean.

Daddy Daffa semakin pening melihat kedua partnernya adu pantun. Apakah ini efek karena melajang seumur hidup? entahlah.

"Kita harus membuat rencana, agar Albert mau menikah," kata Daddy Daffa.

"Betul," sahut uncle Sean.

"Masa iya dia mau mengikuti kita yang tidak bisa move on dari mommy nya," timpal Daddy Daffa.

Ketiga lelaki paruh baya nan tampan ini memikirkan rencana yang pas agar Albert mau menikah, mereka tidak ingin mendiang mommy nya bersedih disana karena anak semata wayangnya tidak memilik teman hidup.

"Jangan-jangan anak itu penyuka sesama jenis,"

Paman David berceloteh yang sontak membuat Paman Sean dan Daddy Daffa melemparkan tatapan mautnya.

"Sembarangan! benih aku tuh berkualitas tinggi mana mungkin aku memiliki anak penyuka sesama jenis," maki uncle Sean.

"Dari kecil aku selalu memberikan makanan yang bergizi, vitamin serta edukasi yang baik mana mungkin anak aku bisa menjadi lelaki menyimpang." Daddy Daffa ikut menimpali.

Paman David mengangkat jari tengah dan telunjuknya yang artinya dia meminta damai kepada uncle Sean dan juga Daddy Daffa.

"Aku bingung bagiamana caranya membujuk Albert agar dia mau menikah, kalian kan tau kalau anak itu sulit sekali disuruh menikah, perasaan menikah rasanya sangat nikmat kenapa dia enggan sekali melakukannya?

Uncle Sean sangat heran dengan anak semata wayangnya.

Ketiga pria paruh baya nan tampan ini nampak berpikir dan akhrinya mereka memiliki ide brilian untuk membuat Albert mau menikah.

Senyuman licik tersungging di bibir mereka, nampak sekali keoptimisan di wajah mereka.

Keesokan harinya uncle Sean nampak lemas di tempat tidurnya, dia meminta Daddy Daffa untuk memanggilkan Albert.

"Uncle kenapa?" tanya Albert saat tiba di kamar uncle Sean.

Mata uncle Sean nampak membasah, dia menatap Albert dengan tatapan sedihnya.

"Uncle tidak baik-baik saja Albert, uncle rasa tidak lama lagi uncle akan menyusul mommy kamu," kata Uncle Sean.

Raut wajah Albert terlihat sedih, kenangan akan kehilangan mommy nya dulu kini hinggap di otaknya, dia tidak ingin kehilangan uncle Sean yang telah merawatnya dengan penuh cinta.

"Uncle, Albert sudah kehilangan mommy, Albert tidak ingin kehilangan uncle," ucap Albert.

Uncle Sean yang hanya pura-pura nampak tak tega melihat anak semata wayangnya bersedih, dia serba bingung apa harus sandiwaranya berlanjut?

Daddy Daffa mengkode uncle Sean untuk melanjutkan sandiwaranya.

"Uncle hanya ingin melihat kamu menikah sebelum uncle pergi Albert,"

Sontak Albert menatap ayah kandungnya, dia merasa kesal akan permintaan pamannya yang lagi-lagi memintanya untuk menikah.

"Tidak bisakah diubah permintaanya uncle?" tanya Albert.

"Tidak," jawab Uncle Sean.

"Ayolah uncle, bagaimana kalau uncle yang menikah,"

Ucapan Albert membuat Paman David tertawa, mana ada orang mau mati malah ditawari menikah.

"Menikah hanya sekali Albert, dan uncle sudah melakukannya, yang belum menikah sama sekali paman David dan...."

Daddy Daffa menyenggol tangan Uncle Sean, memang dari kecil mereka bertiga masih belum memberitahukan kenyataannya pada Albert, mereka takut kalau Albert bersedih dan membenci mereka semua.

"Dan siapa?" tanya Albert.

"Kamu," jawab Daddy Daffa.

Bujukan maut para Daddy membuat Albert menyerah, akhirnya dia menyetujui kemauan para Daddy tapi sekarang yang jadi masalah adalah siapa yang akan menikah dengan Albert?

"Ya sudah kalian cari dulu wanita yang nantinya akan menjadi jodoh Albert," kata Albert lalu pamit pergi ke pergi kamarnya.

Selepas kepergian Albert, para Daddy melakukan rapat paripurna, mereka bingung kira-kira siapa jodoh yang pas untuk anak mereka?

"Bagaiamana kalau Stefany, dia anak dari Mr Wiliam teman kita Tuan Sean," saran paman David.

"No, gadis itu terlalu berani. Apa kamu nggak ingat beberapa waktu yang lalu saat kita pergi ke rumah William, dia keluar hanya menggunakan bikini saja, apa jadinya jika dia bersanding dengan Albert," sahut Paman Sean.

"Bisa-bisa iman kita tergoda punya menantu seperti dia," timpal Daddy Daffa.

"Aku juga khawatir kalau kamu khilaf David," goda Paman Sean.

Paman David sangat kesal dengan Paman Sean, mana mungkin bisa khilaf dengan menantu sendiri.

"Bagaimana dengan Claire?" kini gantian Daddy Daffa yang memberikan sarannya.

"Claire? siapa dia?" tanya Daddy Daffa dan juga Paman David barengan.

"Dia keturunan dari keluarga Richard, dialah yang memegang saham rumah sakit tempat kamu bekerja dulu Daffa," jawab uncle Sean.

"Oh gadis itu, bukankah dia suka gonta-ganti pria? apa kamu mau anak kita jadi korban selanjutnya? dia sudah patah hati sekali saat kehilangan mommy nya aku nggak mau dia patah hati lagi," sahut Daddy Daffa.

Mereka berfikir lagi, kalau ini nggak cocok itu nggak cocok lantas siapa?

Gadis Penjual Bunga

Daddy Daffa akhrinya mengajukan gadis yang menabrak mobil mereka kemarin, selain tatapannya yang mirip dengan Rara, gadis itu juga sangat baik buktinya dia mau bertanggung jawab atas apa yang terjadi.

"Kenapa nggak gadis kemarin itu saja?"

Paman David dan uncle Sean menatap Daddy Daffa dengan tatapan yang sulit diartikan sehingga membuat Daddy Daffa menggaruk kepalanya yang nggak gatal.

"Kalau gadis itu nggak mau bagiamana?" tanya Paman David.

"Siapa sih yang nggak mau menikah dengan Albert pewaris perusahaan nomor satu di Inggris, meski tidak sepopuler pangeran Charles tapi dia tetap masuk dalam jajaran pengusaha muda yang sukses," jawab Daddy Daffa.

"Ya sudah kita coba saja, besok kita ke tempat kerjanya sekalian mendatangi makam istriku tercinta," sahut uncle Sean.

"Istriku juga," timpal Daddy Daffa.

"Wanitaku juga," batin Paman David.

Keesokan harinya selepas Albert berangkat bekerja ketiga Daddy pergi ke tempat kerja gadis yang menabrak mobil mereka, sungguh kebetulan sekali ternyata gadis tersebut bekerja di toko bunga.

"Kebetulan sekali jadi kita sekalian beli bunga disini," kata Paman David.

"Iya," sahut Daddy Daffa dan juga Uncle Sean.

Setelah masuk gadis yang bernama Elizabeth tersebut nampak takut, dirinya sungguh tidak memiliki cukup uang untuk mengganti biaya perbaikan mobil Rolls Royce yang dia tabrak kemarin.

"Silahkan duduk Tuan-tuan."

Elizabeth mempersilahkan ketiga Daddy untuk duduk, kemudian dirinya mengambilkan minuman.

"Mohon maaf, saya belum memiliki uang untuk mengganti kerusakan mobil kalian," kata Elizabeth sambil menunduk.

"Tapi saya janji akan mencicilnya," sambungnya.

Ketiga Daddy tertawa mendengar ucapan Elizabeth, bisa-bisa seumur hidup Elizabeth mencicil uang ganti rugi untuk memperbaiki mobil.

"Kami tidak mau kamu mencicil uang ganti ruginya," kata Uncle Sean.

Elizabeth terperangah menatap uncle Sean, kalau mereka tidak setuju dia mencicil uang ganti ruginya, lantas bagaimana dia membayarnya? mobil Lord Fiesta adalah harta satu-satunya itupun katanya tidak cukup mengganti kerugian.

"Saya tidak memiliki apa-apa tuan, hanya mobil itu yang saya punya tapi jika kalian menginginkannya saya bisa memberikan mobil itu sebagai ganti rugi atas kerusakan yang saya lakukan kemarin."

Elizabeth merogoh sakunya untuk mengambil kunci mobil, saat menyodorkannya Daddy Daffa menolaknya.

"Kami nggak butuh mobil kamu," kata Daddy Daffa.

"Kami memiliki banyak mobil yang harganya selangit, untuk apa menerima mobil butut kamu itu."

Kesombongan uncle Sean sudah keluar yang membuat Elizabeth berdecak kesal.

"Cih sombong sekali pria tua ini, untung sudah tua coba kalau masih muda udah aku gebet," batin Elizabeth dengan kesal.

"Kalau dicicil nggak mau, dikasih mobil nggak mau lalu bagiamana saya mengganti kerusakan mobil kalian Tuan?" tanya Elizabeth.

Ketiga pria ini tersenyum menyeringai, nampak kelicikan di wajah mereka.

"Menikahlah dengan anak kami," jawab Paman David.

Bola mata Elizabeth melebar, dia tak percaya dengan jawaban dari salah satu pria tua tampan di depannya.

"Menikah dengan anak kalian?" tanya Elizabeth lagi.

"Iya, tugas kamu membuatnya agar mau menikahi kamu," jawab Daddy Daffa.

"Jangan sampai gagal karena jika hal itu terjadi kami tak segan untuk memenjarakan kamu," ancam Uncle Sean.

Tubuh Elizabeth melemas, membujuk anak konglomerat untuk mau menikahinya tentu sangat sulit.

"Cinta kan tidak bisa dipaksa Tuan, kalau anak kalian tidak mau bagiamana?" Lagi-lagi Elizabeth melontarkan pertanyaannya.

"Itu tugas kamu," jawab Uncle Sean.

Elizabeth diam membatu, kenapa akhir-akhir ini dirinya sungguh sial, ibunya yang sakit dan memerlukan biaya banyak ditambah kini dirinya harus membayar ganti rugi dengan cara menikahi pria yang tidak dia kenal sama sekali.

"Apa hanya aku yang mendapatkan kesialan tingkat dewa seperti ini," batin Elizabeth.

"Kami akan atur kencan buta untuk kalian, ingat tugas kamu membuat anak kami mau menikahi kamu tanpa protes terhadap kami," kata Uncle Sean.

Elizabeth hanya mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa.

Sebelum pergi tak lupa mereka membeli karangan bunga untuk diletakkan di malam Mommy Rara.

Sepanjang perjalanan di mobil ketiga Daddy nampak terdiam, terlebih uncle Sean entah mengapa saat melihat tatapan sedih Elizabeth dirinya teringat akan Mommy Rara yang dulu selalu dia siksa.

"Kalian sadar nggak, tatapan gadis itu mirip sekali dengan Rara," kata Uncle Sean.

"Aku ingat tatapan itu ketika anda menyiksanya, tatapan memohon untuk diampuni," sahut Paman David.

Mata Ketiga Daddy membasah, ingatan akan mommy Rara terus bergulir di otak mereka.

"Andaikan waktu bisa aku putar, aku tidak akan menyiksanya David, aku akan membuat dia bahagia di samping aku," tukas Uncle Sean.

Nasi sudah menjadi bubur, sepanjang hidup Uncle Sean dan Daddy Daffa merasakan penyesalan yang mendalam.

Sesampainya di makam mommy Rara, ketiga Daddy menangis sambil berdoa masing-masing.

Ingatan-ingatan akan mommy Rara kembali hadir di dalam otak mereka, cinta tulus pada seorang wanita membuat mereka rela melajang seumur hidup tanpa ada keinginan untuk menikah.

"Tunggu aku sayang," kata Uncle Sean.

"Kita lihat saja siapa yang ditunggunya disana," sahut Daddy Daffa.

"Jangan kurang ajar kamu Daffa, akulah suaminya jadi dia pasti menunggu aku." uncle Sean tidak terima.

"Tapi selama ini dia hidup dengan saya Tuan Sean," timpal uncle Sean.

Paman David menggelengkan kepala, bisa-bisanya di depan pusara mereka malah mendebatkan hal gaib.

"Sudah, sudah jangan berdebat karena akulah yang ditunggu Rara disana," ucap Paman David yang membuat Uncle Sean dan Daddy Daffa menatapnya dengan tatapan maut.

Tak ingin menjadi luapan amarah sahabatnya Paman David berjalan cepat keluar area pemakaman.

"Bisa-bisanya berharap kalau dirinya yang ditunggu Rara, tidak kah dia lupa kalau aku ini suami Rara," maki uncle Sean

********

"Albert, besok temui calon kamu di love Kafe sepulang dari kantor," titah Daddy Daffa.

"Ruang VIP meja nomor 7," sahut Paman David.

Albert nampak melemas, dia melirik Uncle Sean yang pura-pura sakit kembali.

"Uncle Albert masih belum bisa move on dari Mommy," timpal Albert.

"Mommy kamu tidak akan tergantikan tapi kamu butuh pendamping, butuh keturunan yang nantinya akan meneruskan keluarga kita," jelas uncle Sean.

Albert yang tidak ingin debat mengiyakan perkataan para Daddy, dia memiliki rencana lain agar si wanita lah yang menolak menikah dengannya.

Senyuman licik tersungging di wajah Albert tentu para Daddy membalas senyuman licik Albert dengan senyuman licik pula.

"Kita lihat saja siapa yang akan menang, kamu atau kami," batin Daddy Daffa.

Seakan tau apa yang dipikirkan anaknya, Daddy sudah menyiapkan sejak awal dengan mengancam Elizabeth untuk membuat Albert mau menikahinya.

"Kita lihat saja besok, aku yakin wanita pilihan kalian akan mundur pelan-pelan," batin Albert.

Wanita Jadi-jadian

Dari kejauhan Albert menatap malas gadis yang duduk di meja nomor tujuh, dia nampak menyunggingkan senyuman licik.

"Jadi itu gadis pilihan kalian," batin Albert.

Albert berjalan menuju meja nomor tujuh, dia langsung duduk kemudian menatap malas wanita yang ada di depannya.

"Pasti kamu ya yang bernama Albert."

Elizabeth menjulurkan tangannya tapi Albert tidak menyambut tangan Elizabeth sehingga membuat Elizabeth malu kemudian menarik tangannya kembali.

"Aku nggak suka basa basi, sebenarnya aku nggak menyetujui kencan buta seperti ini tapi berhubungan daddy-daddy aku yang meminta akhirnya mau nggak mau aku bersedia," kata Albert.

Elizabeth mengangguk, dia juga sama kalau tidak diancam para Daddy dia juga tidak mungkin mau kencan buta seperti ini.

"Dengar ya, pikirkan dengan baik, bijak dan saksama, aku tuh orang pelit, orangnya gila kerja dan tidak romantis, jadi jangan mengharapkan pernikahan yang indah bersama aku," jelas Albert.

Elizabeth hanya tersenyum, kemudian dengan santai dia meminum minumannya.

"Nggak masalah, aku malah suka orang yang pelit karena dengan begitu aku dan dia bisa cepat kaya apalagi kamu gila kerja, bisa-bisa uangnya menumpuk, untuk romantis kayaknya aku juga nggak perlu pria romantis, menurut aku pria romantis itu lebay, kebanyakan drama," sahut Elizabeth.

"Brengsek wanita ini," umpat Albert dalam hati.

Niatnya ingin membuat Elizabeth ilfil namun yang ada Elizabeth malah setuju dengan statemennya.

"Meskipun aku tinggal di Inggris tapi aku asli orang timur jadi aku kelak akan menikah sesuai syariah orang timur yang melakukan poligami, kamu nggak keberatan kan?"

Melihat raut wajah Elizabeth, Albert yakin jika kali ini Elizabeth akan marah dan membatalkan perjodohan mereka.

"Malah bagus dong ada yang membantu aku mengurusi kamu, kalau aku dapat tamu bulanan jadi ada yang menggantikan aku melayani kamu di ranjang,"

Albert melongo menatap Elizabeth, entah terbuat dari adonan apa wanita di depannya ini, mana ada wanita yang mau dipoligami.

"Jadi gimana? aku masuk kan dalam nominasi kamu?" tanya Elizabeth.

"Gundul mu! wanita aneh seperti kamu malah membuat aku merinding," batin Albert.

Albert hanya diam dia tak tau lagi harus berkata apa, hal yang paling dibenci wanita saja dia bersedia.

"Oh ya aku tuh suka sama hewan melata, aku suka memelihara ular,"

Albert berusaha mencoba lagi, siapa tau Elizabeth ilfil dan melambaikan tangan.

"Wah kita sama, apa perlu aku datangkan Anaconda dari Amerika, di sungai Amazon kan banyak tuh Anaconda atau kobra dari India," sahut Elizabeth.

Albert bengong menatap Elizabeth, apa harus dirinya yang melambaikan tangan?

"Lebih baik kita nonton film yuk, ada film romance terbaru," ajak Elizabeth.

"Ogah, aku nggak suka nonton," tolak Albert.

"Lalu apa yang kamu suka?" tanya Elizabeth.

"Aku lebih suka ke aktivitas yang memicu adrenalin," jawab Albert.

Dari jawabannya, Albert menemukan cara untuk membuat Elizabeth melambaikan tangan, dia ingin mengajak Elizabeth ke suatu tempat.

"Ikut aku,"

Albert menarik tangan Elizabeth, dia menyuruh Elizabeth untuk masuk ke dalam mobil.

"Kita mau kemana?" tanya Elizabeth.

"Nanti kamu akan tau sendiri," jawab Albert.

Albert mengendarai mobilnya menjauh dari hiruk pikuk kota London, dia menuju sebuah bukit dengan jalan yang berkelok.

"Waktunya have fun," kata Albert yang kemudian menambah kecepatan laju mobilnya.

Albert pikir dengan menambah kecepatan mobilnya Elizabeth akan ketakutan dan melambaikan tangan namun yang terjadi Elizabeth malah membuka kaca mobil dan berteriak.

Aaaaaaa, nampak Elizabeth sangat senang bahkan dia meminta Albert untuk menambah kecepatan mobilnya.

"Ayo Albert tambah lagi," teriaknya.

Bukannya menambah kecepatan Albert malam mengurangi kecepatan mobilnya, dia sungguh tak habis pikir dengan Elizabeth, biasanya para wanita takut dan memohon agar tidak ngebut sedangkan dia malah meminta Albert untuk menambah kecepatan mobilnya.

"Kenapa dipelankan laju mobilnya?" protes Elizabeth.

"Nyetir sendiri kalau ingin melaju dengan kecelakaan maksimum," jawab Albert.

"Memangnya boleh aku menyetir?" tanya Elizabeth dengan antusias.

Merasa kesal Albert pun menepikan mobilnya, dia mencengkram lengan Elizabeth dan menatapnya dengan tajam.

"Kamu kenapa sih ngebet banget ingin menikah dengan aku? kalau ingin hartaku bilang saja aku akan memberimu tapi batalkan rencana gila ini!"

Elizabeth yang merasa kesakitan berusaha melepas tangan Albert namun karena cengkeraman Albert sangat kuat sehingga dia mencoba melepaskan tangan Albert dengan cara menggigitnya.

"Auwww wanita brengsek!" makinya.

"Kamu tuh yang brengsek, apa begini caramu memperlakukan wanita," sahut Elizabeth.

Albert yang kesal meminta Elizabeth untuk turun dia benar-benar sudah muak dengan Elizabeth yang menurutnya ingin sekali menikah dengannya.

"Lihatlah hari mulai gelap bagiamana bisa kamu meminta aku untuk turun,"

"Bukan urusan aku," sahut Albert.

Elizabeth memohon pada Albert untuk tidak menurunkannya di jalan mengingat langit sudah mulai gelap.

Albert tersenyum menyeringai, dia memiliki ide untuk membuat Elizabeth mau melambaikan tangannya.

"Baiklah aku tidak akan menurunkan kamu tapi dengan satu syarat,"

"Apa?" tanya Elizabeth.

"Kamu cukup bilang pada ketiga Daddy jika kamu tidak mau menikah dengan aku," jawab Albert.

Mendengar jawaban Albert tentu membuat Elizabeth terdiam, kalau dia tidak mau menikah dengan Albert dirinya akan di penjara, lantas siapa yang akan merawat ibunya? tapi kalau tidak dia akan diturunkan di tengah jalan gelap.

"Waktuku nggak banyak, cepat!" bentak Albert.

"Ya ya aku turun, tapi kalau ada apa-apa dengan aku bersiaplah kamu akan dimarahi ketiga daddy kamu itu," ancam Elizabeth lalu turun.

Albert melajukan mobilnya lagi dengan kencang tanpa memikirkan Elizabeth yang ketakutan.

"Astaga gelap sekali," kata Elizabeth.

Bermodalkan ponsel Elizabeth mencoba berjalan sambil meminta bantuan pada pengendara lain yang lewat.

Lama berjalan namun tak ada satupun pengendara yang lewat sehingga membuat Elizabeth semakin tak karuan.

Elizabeth yang lelah berhenti sejenak, dia memutar bola matanya namun yang ada hanya kegelapan dimana-mana.

"Awas kamu Albert," gumam Elizabeth.

Sudah putus asa tiba-tiba dari kejauhan ada mobil yang akan melintas, Elizabeth bersiap dengan senter ponselnya.

**********

Tepat pukul sembilan malam Albert tiba di rumahnya, ketiga Daddy sudah menunggunya karena tidak sabar untuk mendengar pengalaman kencan pertama anak mereka.

"Bagaimana?" tanya Daddy Daffa.

"Ya gitu," jawab Albert.

Albert memutar bola matanya dengan malas lalu mendekati Uncle Sean yang masih pura-pura sakit.

"Uncle udah sembuh?" tanya Albert.

"Belum," jawab Uncle Sean.

"Kenapa diluar?" tanya Albert lagi

"Uncle ingin mendengar cerita kamu, bagiamana Elizabeth, cantik kan?" tanya Uncle Sean.

"Apanya yang cantik, tonggos gitu," jawab Albert.

"Itu bukan tonggos tapi dia memakai kawat gigi," sahut Daddy Daffa.

"Sama saja, dia itu wanita jadi-jadian," timpal Albert.

Ketiga Daddy saling pandang, merasa ambigu dengan ucapan anaknya yang mengatakan jika Elizabeth adalah wanita jadi-jadian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!