NovelToon NovelToon

Tuti Malas Sekolah

1. Aku Anak Pindahan

Zzz.. Zzz... (Suara mendengkur Tuti).

“Hei Tuti bangun, liat tuh dah jam berapa? Ga mau sekolah kau?” Mamak menyahut.

Setengah sadar nyawanya langsung terpingkal nan terhuyung-huyung masuk ke kamar mandi “Duhh mamak kok ga bangunin Tuti?!”

“Kau aja yang susah di bangunkan, asik terlelap sama mimpi-mimpi mu itu.”

Lalu aku pun bergegas berdandan dan memakai bedak bayi yang rapi juga wangi. Lalu pergi ke tempat mbok Ijah. “Mak, kita mau kemana?”

“Tempat mbok Ijah.”

“Ngapain..?”

“Ya mau ngapain lagi selain mendaftar sekolah SD mu, diakan orang sini. Ya pasti lebih ngerti.”

*Setibanya di rumah mbok Ijah..

“Udah siapan budhe?”

“Belum Din, ini budhe masih dandan sebentar..”

Lalu kami pun menunggu satu jam lamanya. Dalam hati “Sebentar katanya? Ini saja udah 1 jam. Malah bosen dan ngantuk lagi..”

“Wess, yok Din”

“Yuk nak, budhe kita ke sekolahnya.”

Oh ya aku belum kenalan nich, namaku Tuti Lasmani. Aku awalnya sekolah di Tebingtinggi, Sumatera Utara. Aku pindah karena ikut sama orang tuaku. Aku bosen kalo tinggal dirumah nenekku. Pasti aku dikucilkan karena ntah apa sebabnya. Asal aku mau bergaul pasti main circle, ga asik dehh.. jadi aku pindah ke Riau. Ya nama sekolah ku yang baru itu SD SERIBU KUBAH 001. Ya aku belum tau apakah aku akan di terima di sekolah ini atau tidak? Ya ku ikuti saja lah alurnya.

“Ting-Ting..”  Bel pintu kepsek berbunyi, karena kehadiran kami.

“..ya silahkan masuk.” Kata salah satu guru yang entah ku ketahui namanya.

“Baik, ibuk kesini mau apa? Apa pindahan yaa? Wahh imut juga anaknya buk, imut dan berisi.”

“Hahaha, bisa saja pak. Kedatangan kami kemari mau buat pindahan dari sekolah yang lama ke sekolahnya yang baru di tempat ini.”

“Aduh buk, maaf kami sudah ga menerima peserta didik pindahan lagi. Sekolahnya udh penuh..”

“Pak, mohon pertimbangkan kembali pak. Anak saya mau sekolah disini karena dekat dengan rumah.”

“Duhh maaf yaa, ga bisa buk..”

“Tolong lah pak, dia ini kelas 2. Sayang kalo ngulang lagi..”

“Lho? Kelas 2?! Ohh bisa-bisa saya kira kelas satu. Halo ya...**”  Baru pak kepsek itu menyetujui peserta didik kelas 2. Karena masih ada peserta yang kosong untukku.

Lalu esoknya aku seperti kemarin-kemarin, dan hampir saja terlambat kesekolah. “Ha, ha-halo kawan-kawan. Namaku Tuti Lasmani” mengucapkan perkenalan dengan terbata-bata. Ya memang diriku ini canggung dengan yang baru, serta kikuk pula.

Lalu aku pun sekolah seperti biasanya, dan aku melihat temanku menyontek dengan temanku yang lain. Jadi aku adukan ke Guru Wali Kelasku.

“Bukk, gigi nyontek sama ilir.” Bu guru sambil menghampiri dan menyobek kertas latihan mereka dan duduk mereka dipisahkan. Ya tujuanku baik biar ga ada kecurangan. Tapi hal itu malah di musuhi teman-teman ku.

Setibanya istirahat temanku tadi bilang, “Pantes kau pindahan dan ga ada kawan, rupanya sifatmu Tukang Cepu kayak gini.”

Ya kata-kata pedas itu di lontarkan oleh salah satu teman ku. Ya aku semenjak kejadian itu mulai paham kenapa aku ga disukai oleh kebanyakan temanku sendiri.

.........

Selang 2 bulan ada anak baru yang bernama Jojo, dia anak yang aneh. Dikit-dikit ketawa padahal ga ada yang lucu. Tapi aku temani saja, mungkin saja dia memang seperti itu. Lalu dia menjahiliku dan mengambil botol air minum Ku tadi dibuat mainan. Aku kesal, dan ketika aku lagi makan bekal ku. Langsung sendok itu ku ayunkan dan menghantam pipi nya sampai membiru atau yang disebut 'Lebam’ karena luka dalam. Lalu Guru Wali Kelasku menghampiriku dan aku kena surat peringatan. Aku memohon agar tak di beri tahu pada orang tuaku. Dan guruku tidak perduli dan menyuruh teman-teman ku memberi tahu orang tuaku.

Aku pun nunggu di salah satu warung berharap mereka ga memberi tahu ke mamakku. Namun mereka bagaikan anak ayam yang mendatangi induknya, langsung semuanya mengadu kena panggilan orang tua. (Ya mungkin mereka mau balas dendam karena aku cepuin mereka dan ya begitulah..). Mamakku marah banget, karena aku kena panggilan. Ya aku jelaskan mengapa, kenapa dan kapan. Lalu Mamak juga Bapak datang kesekolah keesokan harinya. Orang tua si korban marah-marah tak terima putranya itu terluka. Lalu karena malas debat ayahku mengeluarkan dompetnya yang tebal berisikan yang Seratus Ribu Rupiah yang tak terkira jumlahnya.

“Berapa pengobatan anakmu?” Sembari mengeluarkan uang yang tebal Bapakku.

“400 ribu!”

Mamakku mencela “hah? 400 ribu? Palingan Cuma 100-200 ribu. Lagian itu cuma lebam aja. Jangan naik haji!”

Ibu Jojo pun sewot dan masam lalu berbanding harga 200 ribu saja karena kalah kelak dan di ulti oleh mamakku “Yaudah 250 ribu. Buat 50 lagi biaya terapi pijit anakku.” Ucap ibu Jojo.

Lalu kami berbaikan depannya, namun dibelakang nya kami musuhan dan tak cakapan apalagi menyapa satu sama lain.

Lalu ketika ada pelajaran satu yang tidak sama sekali kupahami, yakni Aksara dan Bahasa Melayu atau bahasa bakunya “Budaya Melayu Riau”. Lalu aku pun pusing kepayang karena tak memahami tulisan Arab gundul nan pelik menurutku. “Sst, Sstt!! Ini pelajaran apa?” Bisikku.

Andi menjawab ketus “Bahasa Arab Melayu.”

“Ihh aku ga paham bisa ajarin ga?”

“Percuma aja, kau lihat jam berapa itu? Tinggal 10 menit lagi kita pulang.”

Temanku Andi dan Toni bersepakat tuk membantu diriku dan disuruh berjanji ga akan cepu lagi. Lalu aku pun memenuhi janjiku dan tak akan cepu. Ya aku mendapatkan nilai copy-paste ku ini dan aku memfotokopi buku guruku dan belajar otodidak tentang pelajaran Arab Melayu ini.

.........

Dirumah aku pun langsung membuka buku ku itu dan mempelajari aksara, kata bersambung, kata-ejaan, huruf konsonan dan yang lainnya. Tapi tetap saja tak ku mengerti, karena berbeda dengan bahasa Arab yang sebenarnya. Namun besok-kebesok tetap ku pelajari dan ku pahami. Jadi ketika pelajaran bahasa Arab aku harus melihat aksaranya agar tau apa makna dan arti dari Bahasa Arab Melayu itu ke Bahasa Indonesia. Agar aku mendapatkan nilai yang memuaskan dari hasil nilai ku sendiri. Lalu tak lama lagi Guru Wali Kelasku sudah mau naikan kami kelas 3, ya aku belajar dan belajar sungguh-sungguh. Karena waktunya tinggal 3 bulan, 12 hari lagi menjelang ujian nanti. Lalu untuk menambah nilai, kami disuruh mengikuti “Ekstrakurikuler”. Ada beberapa yakni Rohani Islam dan Hadroh, Olahraga Voli dan Bulu tangkis, Seni dan tari Dan terahkir Pramuka. Lalu aku pun memilih Rohani Islam dan Hadroh. Datang jam 3 pada Rabu dan Kamis saja. Aku menjalaninya terus menerus tanpa I-S-A (Izin-Sakit-Alfa). Lalu Guru pembina kami lambat laun kebanyakan tidak hadir dan entah kemana. Lalu peserta ekstrakurikuler yang ada di Rohani Islam dan Hadroh ini pun pada berpindahan ke ekstrakurikuler yang lain. Ekstrakurikuler Rohani Islam dan Hadroh ini pun di bubarkan disebabkan tak ada pembinanya. Namun aku tak berminat dan tak ada ekstrakurikuler yang ku ikuti sama sekali.

(BERSAMBUNG..)

 

2. Pengen Madrasah deh..

Ya, aku ingin sekali Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah atau yang disingkat (MDTA) Dulu sewaktu kecil aku ingin sekali bersekolah agar di beri uang jajan, banyak teman dan keseruan lainnya. Kalau MDTA ku sekarang dekat rumah ku, tak jauh 300m saja sudah ada MDTA itu. Karena aku ga tau jadi aku penggunakan pakaian gamis serba hitam putih dan Membawa ransel hitam serta sepatu sekolahku. Aku mendaftar dan langsung diterima di hari itu juga. Lalu aku pulang kembali karena di sana tak ada yang memakai sepatu melainkan sandal, karena aku ilfeal jadi aku pakai sandal juga.

“Hai nak, siapa namanya? Imut banget..” Ucap kepsek itu.

Aku malu-malu kucing “Tuti Lasmani buk.”

Kepsek itu mengangguk-angguk kan kepalanya “Ohh, Tuti. Oh ya kelas 1 ada di pojokan kiri sebelah Kantor ini ya.. Selamat dapat teman baru.”

Aku menyalim sembari pergi “Terimakasih buk Hena”.

Bel sekolah MDTA itu pun berbunyi, kelas segera dimulai. Aku menunggu di pojokan ruang kelas karena aku anak baru.

(Sett, ceklok..) Pintu berbunyi ada yang masuk keruangan kelas.

“Ehh ada anak baru ya, namanya siapa? Tapi anak-anak sebelum itu absen dulu ya..” Buk guru itu pun mengabsen kelas itu satu-persatu.

“Ehh iya tadi namanya siapa dan bisa jelasin dimana tempat tinggalnya sekarang, juga SD nya yang sekarang juga dimana?”

“Duhh ini buk guru banyak banget pertanyaan” Gumamku.

Menjawab dengan halus dan kepala yang merunduk “Halo, Nama saya Tuti Lasmani. Saya pindahan dari Tebingtinggi, Sumatera Utara. Dan saya sekarang tinggal di Simp.nanas ga jauh dari sini 300m aja kok. Sekarang sekolah SD baruku ada di SD SERIBU KUBAH 001. Salam kenal ya..”

“Oke, sekarang Tuti bisa duduk di dekat Sandi ya..”

“Ba-Baik buk..” Aku jalan mendekat tempat dudukku, sambil menderet bangku agar bisa duduk.

Pelajaran di hari itu Aqidah & Akhlak. Yaa banyak sekali mencatat, tapi aku tidak mengeluh. Dan setibanya ahsar aku pun sholat dan mengambil wudhu sesegera mungkin melakukan ibadah sholat. Dan ketika siap istirahat aku pun membeli jajan mie goreng yang harganya Rp.2.000,00 tersebut. Lalu kubawa kekelas dan kuhabiskan disana. Tapi sebelum pulang, kami diberi tugas menghafalkan gerakan, niat, doa Berwudhu dan sholatnya. Aku pun kalang kabut, karena tak tahu darimana dulu yang harus kuhafal, namun ku jalani saja dan kuhafal sedikit demi sedikit, kami juga diberikan waktu 1 bulan oleh Buk yang entah ku tahu namanya, tadi aku lupa sih nanya namanya.

.........

Hari ini hari Rabu, kami di kumpulkan ke lapangan oleh kepsek dan disuruh menyanyikan Lagu Wajib Nasional. Setelah kami menyanyi hampir 40 menitan, kami ke kelas dan memulai pelajaran pertama yakni matematika. Aku bosen dengan pelajaran itu, memikirkan angkanya saja membuatku pusing dan segera mengakhiri nya, tapi ga bisa. Ya kujalani saja dengan berat hati. Lalu kami praktek IPA, yakni membuat Kincir Angin sederhana dengan media Jarum, pipet dan kertas sebagai kincir nya. Lalu kami hampir keseluruhan berhasil membuatnya, lalu kami membantu yang kurang mengerti cara membuatnya. Tak terasa sudah waktu pulang sekolah SD.

Kini langsung pulang kerumah, ganti baju dan berangkat ke MDTA. Ya jadi seakan-akan sekolah ku ini jadi Full-day. Dan aku terlambat di hari itu.

(Tok-Tok-Tok, ceklok..) Pintu kelas berbunyi.

“Buk maafin saya saya telat, tadi saya dari SD SERIBU KUBAH 001 dan langsung bergegas kesini dan tak tahu ibuk sudah masuk.”

“Wiss ra usah no pikerne, sing penting awak mu wes rene.”

“Ehh maaf, ibuk kebiasaan pake bahasa Jawa. Artinya Ga usah kamu pikirkan, yang penting kamu udah disini. Oh g-gitu ya buk..”

“Wahh ibuk ini baik sekali” Gumam ku.

“Namamu siapa? Kenapa kau imut sekali kayak orang cina lagi matanya sipit. Ayah/Ibu mu orang cina ya?”

“Ngga kok buk, hehe.. Saya orang Jawa sama kayak mamak dan bapak.”

“Ohh gitu, yaudah sana duduk lagi. Biar ibuk konfirmasi buat absen ulang.”

Ia pun berjalan ke Kantor untuk membuat ulang absen kelas kami. Dan lalu ia kembali lagi ke ruangan kelas kami mengajar pelajaran Fiqih. Kami bablas menghapal, dan akupun semangkin pening. Hafalan yang semalam aja belum terhafalkan malah ditambah hafalan baru. Namun ku bersemangat di hari itu untuk menghafal semua sedikit demi sedikit agar guru yang baru mengenalku tak kecewa.

.........

Tinggal di Simp.Nanas ini sepi banget, jangan kulihat ada kereta apalagi mobil. Yang lewat palingan satu dua doang. Yaa aku pindah-pindah sekolah karena ikut orang tua dan lingkungan pertemanan yang cukup buruk menurutku. Tapi aku tetap tabah dan mencoba untuk bersosialisasi di desa baru tempat ku tinggal. Dan akhirnya aku bisa bersosialisasi setelah 2 bulan disini.

Aku melihat tetanggaku ada yang pindah dan dia membangun Toko Monza kecil. Aku melihat dari jauh ada anak perempuan yang seusia denganku namanya Noni. Noni terbilang cukup lantam dan licik dari tampangnya, aku kurang suka menemaninya jadi aku menjauh darinya. Setelah kusadari ia bersekolah di tempat MDTA denganku yang sama. Ia duduk dekat bersebelahan denganku karena sekarang Sandi sudah 5-7 kali Alfa beruntun dan entah kemana. Jadi ketika aku sehabis ahsar melakukan sembahyang sholat, Noni tak ada disana dan kulihat di mejaku tak ada penghapus berbentuk bunga matahari yang indah itu. Aku mencari disekelilingku namun tak ada juga. Aku memohon bongkar tas kawan-kawan ku beserta Noni tak ada kian. Lalu lusa harinya, aku melihat penghapus ku bersama Noni. Ia tak mau mengaku, Dan kami pun adu Jambak dan cakar. Lalu datang dari jauh Buk yang mengajar Fiqih atau namanya Lasmine ini malah menuduhku mengambil hak orang dan disuruh membagikan penghapus ini. Ya jelas, siapa sih yang mau hak nya sendiri dibagi orang lain apalagi itu penghapus kesayangan ku.

“Ngga buk, ini penghapusku. Ga akan kubagikan sama siapapun. Kan dia mencuri penghapusku!”

“Ohh gitu kamu ya Tuti, kamu pelit sama teman sebangkumu. Nak ambil ini, kau belikan penghapus yang baru.” Sambil buk Lasmine mengeluarkan uang disakunya sebesar 5 ribu.

“Kamu tega menuduh temanmu mencuri dan kamu tak mau berbagi sama temanmu. Ingat ya Tuti Rasulullah itu pernah bersabda, (Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak membaca shalawat kepadaku. [H.R. At-Tirmidzi])”

Hatiku hancur berlinang air mata, air mataku membasahi pipiku dia selama ini memandangku sebelah mata dan hanya mendengarkan satu belah pihak. Aku menangis dan mencuci mukaku di wastafel sekolah. Aku kembali kekelas dan samar-samar kudengarkan.

“...Jangan karena penghapus aja yang sepele harga Cuma 2 ribu aja kita jadi orang yang pelit, ingat anak-anak jangan menjadi Tuti yang pelit. Kita sebagai umat muslim harus berbagi, dan...” Hatiku terisak goresan batin nan mental, tega guru seperti itu berkata demikian. Jika di renungkan kembali guru itu ga ada yang pilih kasih dan menzolimi muridnya sendiri. Namun ku tabah saja dan tak membicarakan ini pada orang tuaku.

Padahal itu penghapus kesayangan dari mamakku dan aku selalu menyimpannya. Aku pun menunggu hingga mau pulang lalu aku kembali masuk kelas dengan raut muka yang murung serta jilbabku yang compang-camping macam pengemis terlagi bagaimana lagi bentuk nan rupanya. Dalam lubuk hati ku yang terdalam “Aku menbenci Noni dan Guru Lasmine itu.”

(BERSAMBUNG...)

3. Hujan

Hari ini hujan. Baru saja ku pulang sekolah SD ku. Gundah memikirkan kapan hujan saat ini terhenti. Apalagi ini masuk di pelajaran Bahasa Arab.

Mengintip keluar rumah ruko ku “Mak, hujan. Ga usah madrasah lah.”

Memalingkan mukanya yang baru saja mengangkat baju akibat hujan yang tiba-tiba. “Ga,ga,ga ga ada! Sekolah sana. Tunggu hujan berhenti baru pergi.”

“Yaudah mana payung?” Sambil mengulurkan tangan ku.

“Kita mana punya payung, mantel aja udah rusak”

Muka sebal menyerungutku “Yaudahlah.”

Sekarang sudah jam 14:37, Sekolah disini kalo hujan sama dengan tidak sekolah. Ku sampai disekolah jam 14:52.

Lari di koridor menuju kelas dengan nafas terengah-engah juga tas yang jatuh “Asalamualaikum. Maaf pak, saya telat.”

“Ga apa kok nak, kalo hujan mau ga sekolah gak apa-apa. Maklum hujannya juga deras, air di jalan sana aja udah naik. Udah mau banjir.”

“Hehe iya pak, rok saya aja sampe basah gini..” menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

“Sudah duduk ya..”  Sembari Pak Nuh memperbaiki SIA ku, dan dibuat jadi Hadir.

Ia pun mengajar bahasa Arab dasar, yakni Aksara Arab, bahasa keseharian, kosakatanya dan hafalan bahasa Arab. Kini kian sudahlah bertumpuk hafalanku. Mangkin hari mangkin banyak saja hafalan ini.. tapi ku sesegera hafalkan saat itu juga. Agar tak menumpuk seperti Fiqih dan Aqidah Akhlak. Kalau dua itu nanti saja menurutku.

“Ainun mata, Anfun hidung, lisanun lidah..” Gumam ku sambil mata melirik kelangit-langit kelas.

“Ti, kau dah hapal?”

“Ro’sun.. haa? Apa.. oh, belum nih.. baru 3 dari 10”

“Aku udah aku mau maju duluan.”

“Ehe iya semangat Iki.”

Iki senyum sambil pergi maju kedepan tuk hafalan.

Ketika istirahat Buk Lasmine mendatangiku “Heh Tuti bayar uang sekolahmu! Udah 2 bulan ini.”

“Iya buk entar saya bilang ke mamak.”

“Cepat, awas aja kalo lupa!” matanya menyirat tajam seolah diriku musuh.

Akupun tak perduli sambil pergi ke masjid hendak melaksanakan sembahyang sholat. Lalu salah satu temanku berkata..

“Ehh itu Buk Lasmine kenapa sinis kali sama mu?” nepuk bahuku

“Ga tau tuh, kenapa. Padahal dulu baik banget. Yaudahlah ga usah dipikirin”

.........

“Mak, tadi kata Buk Lasmine bayar uang sekolah.”

“Iya ingatin besok buat bayar.”

“Iya mak” Lalu aku pergi ke kamarku untuk tidur menunjukan waktu pukul 21:09.

Pertemuan selanjutnya di madrasah, aku lupa menghafal yang disuruh Buk Lasmine. Aku tau pasti Buk Lasmine menunjukku duluan agar dia mencari kesalahanku. Sudah 4 bulan ku disini dan dia selalu begitu. Aku baru hafal setengah nya, dan dia masuk langsung lah. Tanpa absensi langsung menunjukku.

“Tuti, maju.” Ucap datar nya.

Aku berusaha menghafalnya dan hanya setengahnya.

“Udah, segitu aja? Gini nya kenapa kau baru hafal secuil itu. Padahal udah 1 Minggu ibuk kasih! Kau menghargai waktu. Main aja kerjamu, hapalan sedikit gitu aja ga hafal. Sana berdiri kau di depan kelas, Cepat!!” Nadanya nyaring nan lantang menggema di telingaku.

Jadi mau tak mau ku terima nasibku itu, sepala ada keponakannya sekelasku tak hapal dibantu dan tanpa di hukum beserta temanku yang lain. Kenapa ya dia pilih kasih begitu.. memang apa salahku? Ada ya guru seperti itu? Bertindak pilih kasih dan keji kepada serta didiknya. Memilih-milih murid yang unggul dan yang kurang.

“Kenapa ya Buk Lasmine berubah. Memang apa salahku?” Gumam hatiku sambil menghafal. Dan setetes dua tetes jatuh air mata menerpa kertas hafalanku.

.........

Tak terasa hari Sabtu. Waktunya aku pergi main ke rumah temanku Ningsih. Aku jalan ke rumahnya palingan ±350m saja dari rumahku. Karena aku ga ada sepeda, jadi ya jalan. Aku melihat Buk Lasmine lewat naik kereta Revo nya dari kejauhan.

“Buk Lasmine..” Sahutku.

Dia memalingkan muka, lewat tampang sombong mendatar.

“Kok dia ga sapa baliknya, padahal aku sudah melambaikan tangan dan menyapa namanya. Ahh sudahlah.” Sambil pergi kerumah temanku Ningsih tadi.

Aku main kerumah Ningsih dan melihat neneknya. Neneknya cukup galak dan aku harus berhati-hati dalam ucapan, prilaku, ataupun yang lain. Salah sedikit saja neneknya bisa ngomel-ngomel. Agak ngeri juga kalo main ketempat Ningsih, tapi dia sahabatku.

“Ningsih, Ningsih...” Mengetuk pintu rumahnya yang terbuka.

Nenek Ningsih jalan kearahku “Cari siapa?”

“Ningsih ada nek?”

“Ada panggil aja” Neneknya kembali ke kamarnya mau tidur kembali.

“Ehh Ningsih main masak-masak yuk, tapi yang beneran.”

“Ehh ayok, aku juga lagi bosen panggil Putri aja ajak juga biar rame. Tapi ga usah ajak Yanti.”

“Emangnya Napa?”

“Dirusuhin ntar kau, ga enak mainnya dia yang nguasai. Nanti dapat daun pisangnya aja mau kau?”

“Ngga, ngga deh.. iya ga usah ajak dia”

“Yaudah aku ke kede beli barangnya dulu.”

Lalu kami pun berkumpul di titik temu dan masak mie goreng aja. Ya namanya juga anak-anak, sukanya yang simple tapi enak.

“Aku aja yang hidupkan apinya ya”

“Ga usah Ti, biar aku aja” Sambil ambil plastik hitam

“Hidup sebentar apinya, tengok mati lagi. Sini lah” Aku meraih dedaunan kering pohon getah.

“Kau mau masak apa buat kebakaran? Kau tengok pancinya sampe hitam.”

“Mana panci ini, inikan kaleng bekas.” Gumamku sewot.

“Kau tengokan mati lagi, Cuma sementara.” Sambil Ningsih menunjuk-nunjuk apinya yang sebentar lagi padam.

“Yaudah, tunggu sini kucari kayu sama daun yang banyak”

“Ihh jangan nanti jadi banyak asap ditambah lagi kebakar bodoh.”

“Ihh diam ajalah kau, biar cepet mateng juga” Aku sambil mengambil kayu-kayu ranting disekitar itu.

Lanjut kami memasak dan sambil mengambil daun pisang juga. Lalu mie pun tak terasa sudah matang.

“Hmm enak ya Ning,”

“Iyakan, bentar ku tuang dulu” Sambil mengeluarkan mie rebusan di kaleng bekas susu.

Kami pun makan bagi bertiga disitu.

.........

Ya tak terasa sudah jam 17:00 sore, waktunya ku pulang dan membereskan semuanya yang kami buat masak tadi. Takut neneknya Ningsih marah.

“Nek Tuti pulang ya,..”

“Iya ndok, ati-ati yoo”

Aku pulang dengan wajah senang sehabis makan mie yang tak seberapa itu. Kenikmatan bukan di mie nya, tapi kebersamaan nya menurutku.

“Ini malam minggu ya, ahh aku mau nonton TV lah di SCTD. Judulnya Ganteng-ganteng Srigila.” Gumam hatiku.

“Ehh awas bapak mau nonton” Padahal bapakku habis saja dari dapur yang sekian lamanya. Aku mengalah dan pergi meninggalkan ruang TV itu.

Lalu aku pun bermain monopoli sendirian karena Adikku asik bermain game di gawainya. Dan tak terasa Bapakku jalan-jalan bersama Mamak dan Adikku saja. Aku ditinggal dengan alasan sudah besar. Ya, yaudah palingan karena sempit apalagi mobil kami dijual 7 tahun silam. Ku nikmati saja dirumah sendirian, lagian dirumah sendirian juga enak-enak saja.

(BERSAMBUNG...)

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!