NovelToon NovelToon

BERPIHAK SIAPA

Prolog

RUMAH NENEK — PUKUL 12.02 WIB

Siapa yang paling benci arisan keluarga..? aku termasuk. kalau bocil mah enak aja, kalau umur Lo 20-an, apalagi cewek nganggur, jelek, gendut, suka marah-marah kayak diriku ini. mana miskin dan gak punya ayah lagi. parah banget...

lihat bagaimana tamu-tamu melihatku dan membicarakan ku.

'Tahu gini gue ogah datang kesini? mana gue di tinggal sendirian', batinku kesal.

"Zera, nenek mau omong sama kamu." ujar Tante Ana yang baru keluar dari kamar nenek.

'kan? pasti ada sesuatu ini' batinku. kemudian aku bangkit dari sana dan bergegas masuk ke dalam kamar nenek.

CEKLEK!

Begitu masuk ternyata ada ibuku dan nenek disana. aku duduk di samping ranjang nenek. kemudian nenek menggenggam tanganku, entah seketika perasaanku mendadak tidak enak.

"Zera" panggilan nenek dengan nada lembut.

aku tersenyum singkat membalas perkataannya.

"kamu sudah punya pacar..?" tanya nenek tiba-tiba.

"Belum, kenapa nek..?" tanyaku balik.

"Syukurlah jika belum, jadi begini... nenek dan ibu kamu berniat untuk menjodohkan dirimu dengan seorang laki-laki yang kebetulan laki-laki ini juga sedang mencari pendamping hidupnya."

JEDARRR!!

Bagaimana petir muncul di siang hari. aku sampai shock dengan ucapan nenek.

"Laki-laki ini nenek jamin seratus persen sudah nenek seleksi dengan baik. mulai dari bibir, bebet, dan bobotnya. dia sudah memenuhi semuanya..—"

"Tunggu dulu! tapi kenapa? maksudku beri alasan yang jelas kenapa nenek bertindak seperti ini..?" Potongku.

"Umur kamu sudah 22 tahun, bukan? kamu juga belum mendapatkan pekerjaan. nenek tahu memang susah cari pekerjaan di jaman sekarang ini. untuk itu dari pada kamu susah payah cari kerja sana sini tapi gak ada hasil, mending kamu menikah. siapa tahu setelah kamu menikah nanti hidup kamu akan berubah. kamu jadi bisa mengangkat derajat ibu kamu. dan satu lagi.. nenek juga ingin melihatmu menikah sebelum nenek ini sudah tiada. nenek ingin melihat juga cucu dari anak kamu kelak." jelas nenek.

Ku tepis tangannya dariku,

"Nek, aku ini masih muda dan jangan mentang-mentang aku masih belum kerja nenek bisa seenaknya menjodohkan." kataku mulai marah.

"Zera! Yang sopan kamu kalau omong sama orang tua!" bentak ibu membela nenek yang sangat jelas anaknya di rendahkan.

"Muda bagaimana? Zera, cewek yang seumuran dengan kamu ini sudah punya anak loh semua. kamu sudah bukan lagi anak kecil lagi. maaf jika nenek menyinggung mu tentang pekerjaan. kamu meski kerja atau tidak kerja ke depannya kamu juga akan menikah, bukan? inilah yang dinamakan kehidupan Zera. nenek bisa berbicara seperti ini, nenek juga pernah di posisimu..—"

"dan lihat sekarang. nenek bahagia, punya anak, punya cucu. semua berjalan dengan baik. nenek tidak ingin kamu dan ibu kamu hidup susah menerus, jadi bahan omongan orang. memangnya kamu pengen hidup seperti ini terus? tidak kan?" jelas nenek panjang lebar.

aku menatap ibuku yang terlihat sendu mendengarkan pembicaraan kami.

'Sialan' batinku kesal.

"Ibu, bagaimana?" tanyaku serius. ibu menatapku seperti ragu.

"Ibu setuju, benar apa kata nenek kamu. ibu ini sudah tua Ra. ibu juga pengen anak ibu ini menikah, hidup bahagia bersama keluarga kecilnya kelak. ibu gak pengen apa-apa cukup kamu menikah itu cukup buat ibu bahagia" ucap ibu terlihat sedih.

"Semua setuju, Tante kamu, om kamu semua setuju. kalau nanti soal biaya perkawinan nanti, kamu gak usah memikirkan itu yang penting kamu siap." tambah nenek.

"Tapi..—"

TOK.. TOK!

CEKLEK!!

Pintu kamar terbuka,

ibu langsung berdiri dan menyambut orang yang tengah memotong pembicaraanku. nenek, dia ku lihat semringan seperti menyabut seorang raja. sedangkan aku diam tak mau melihat siapa yang datang.

"Maaf menunggu lama,"...

"Tidak masalah, sini duduk.. oh perkenalkan ini ibunya Zera dan ini Zera" ujar nenek memperkenalkan diriku dan ibuku. aku hanya diam tak berani menatapnya.

"Hai Zera, perkenalkan nama saya..—"

**********************

TOKO SURYA.... PUKUL 20.37 WIB.

"Itu dia!? Zera!" teriak om Surya berdiri bersama dengan seorang cowok tampan, tinggi, kulit putih.

"Ada apa om cari saya?" tanyaku kepada om Surya Begitu aku sudah berada di hadapannya.

"Bukan om yang nyari dia yang nyari kamu" ujar Om Surya menatap sekilas ke arah cowok disampingnya.

"Siapa ya?" tanyaku kepada cowok itu.

"Om tinggal masuk ya? kalian bicara saja," kata om Surya menggeret anak perempuan untuk ikut masuk ke rumahnya. kini tinggal kami berdua yang tak saling mengenal.

"Saya anak dari Ibu Indah yang kamu tolong pas kejadian di pasar" katanya.

aku mengangguk paham, "Tapi bagaimana bisa anda tahu saya tinggal di daerah sini?" tanyaku.

"Ah.. itu supir saya sengaja foto kamu waktu kamu dibawa ke rumah sakit, nah kebetulan daerah sini dekat dengan rumah om saya ini jadi..—"

"Om? om Surya maksud anda?" tanyaku kaget. dia mengangguk.

"jadi begitu.. Omong-omong kenapa cari saya malam-malam begini lagi? apa barang Tante indah ada yang hilang?" tanyaku khawatir.

"tidak-tidak, semua aman" katanya. aku bernafas lega.

Cowok itu memberikan sebuah paper bag kepadaku, "Itu dari saya sebagai ucapan terima kasih telah membantu mama saya dan saya ingin menawarkan pekerjaan kepada kamu di perusahaan kecil saya," jelasnya sambil memberikan kartu namanya kepadaku.

"Saya tunggu jam 8 —ah saya lupa, perkenalkan namanya Arlen" lanjutnya memperkenalkan diri.

"A..ah i..iya, saya Zera" kataku gugup membalas memperkenalkan diriku. dia tersenyum manis.

"Kalau begitu saya pamit pulang, jangan lupa besok langsung datang" katanya sekali lagi dan dia pergi memasuki mobil kerennya setelah itu pergi.

aku Mendadak kaku seketika melihat kartu nama Arlen di tanganku. tanganku sampai gemetaran. hatiku rasanya meledak seketika.

"K..kerja?! ahh!! yes!! auw.. auw.. Yes.. yes!!" teriakku bersemangatnya sampai lupa dengan luka yang baru saja di jahit.

"RA KENAPA LO?!" teriak Risa di atas rumahnya lebih tepatnya balkon kamarnya.

"GUE BESOK KERJA DI PERUSAHAAN COWOK TADI!" Teriakku senang.

"MAKSUD LO! DI PERUSAHAAN SEPUPU GUE?!"

Aku mengangguk sebagai jawaban, Risa cewek itu bersorak gembira atas kabarku.

"Akhirnya sahabat gue kerja ya tuhan!! akhirnya gue di traktir juga!!"

aku hanya bisa tertawa ngakak mendengar doanya. "GUE PULANG DULU," Pamit Ku.

"OKE HATI-HATI!"

aku berlari pergi ke rumah segera mengabarkan berita menggembirakan ini kepada ibu tercinta.

BERSAMBUNG....

1 : kenalan ygy

"Zera.."

Seorang cewek bertubuh agak berisi, kulit sawo matang khas Indonesia, rambut hitam panjang bergelombang. Menoleh ke belakang begitu namanya dipanggil oleh sang ibu.

Zera Damarsetyo. Panggil saja zera. Dia sudah lulus sekolah namun belum juga mendapatkan kerja. Dan akhirnya dia memutus untuk membantu ibunya menjaga warung dan menjadi guru les privat di sekitar area rumahnya.

Ibunya memiliki sebuah warung nasi alias warteg yang biasanya dikenal sebagai "Warteg janda". Karena yang punya janda dan pegawainya juga janda muda anak satu.

"Zera, antar ini ke Toko Surya sekalian ke pasar nanti list nya ibu chat" Ibu Dewi, Ibunya zera. Memberikan uang dan kantung plastik berisikan nasi bungkus.

"Oke," kata zera mengambil uang dan kantung plastik itu.

"Jangan lupa minta uang nya juga" kata ibunya saat Sang anak menaiki sepedanya.

"iya, Rara berangkat" kata zera lalu melesat pergi dengan sepeda kesayangan milik almarhum sang ayah.

**********

TOKO SURYA..

Sesampainya di tujuan zera memarkirkan sepedanya di tempat biasanya. Dia masuk ke toko tersebut.

Toko Surya.. milik om Surya sahabat almarhum ayahnya. Orang berdarah China ini seorang duda beranak satu. Namanya Risa. Sahabat zera dari Orok.

Om Surya ini hampir menjadi ayah tiri zera dulu. Tapi ibu zera menolak dan begitu juga dengan Risa. Padahal zera malah senang waktu ibunya dilamar. Siapa yang gak senang orang duda kaya China lagi.

"Paket nasi janda selalu terdepan!" Seruku senang begitu masuk.

"Berisik Lo Tarzan! Istighfar Lo! Bikin orang budeg aja Lo!" Omel Joko. Pegawai om Joko. Tubuhnya gendut dan agak ngondek. Alias banci.

"Lo yang istighfar, liat tuh alis Lo model cicak" ledek zera.

"Norak Lo! Model gini lagi viral," kata ngegas Joko.

"Norak-norak.. Lo yang norak!" Tak kalah ngegas.

"Sttt.. udah-udah" kata om Surya melerai keduanya yang selalu bertengkar.

"Pagi Om Surya," sapa zera langsung berwajah ramah.

Om Surya tersenyum senang, "Pagi juga, Rara" sapanya balik.

"nih pesanannya totalnya 50 ribu" kata zera. Om Surya segera mengambil uangnya lalu memberikannya pada zera.

"Sasa mana om?" Tanya zera.

"Dia ngumpulin tugasnya di kampus," jawab om Surya. Zera mengangguk paham.

"Ya udah, Rara pamit pergi" ijin pamit zera. Om Surya mengangguk.

Dia berbalik, melirik Joko yang lagi menata barang sambil menatap sinis zera.

"Apa Lo?! Gue colok juga nih" ancam zera.

"Om-om zera om!" Adu joko meminta perlindungan om Surya.

"Ra.." tegur om Surya. Zera meringis lalu keluar dari toko tersebut. Menaiki sepedanya dan pergi ke tujuan selanjutnya. Pasar.

**********

PASAR

ZERA menyusuri jalan raya menuju sebuah pasar di ujung perempatan jalan. Jalan dipenuhi kendaraan dan angkutan umum, angkot. Sesekali melintas bus besar atau truk kontainer. Di pinggir-pinggir jalan disesaki penjual gerobak aneka dagangan. Bakso, cilok, gorengan, mi ayam. Ada juga penjual buah: duku, buah naga, dan rambutan.

Di sekitar pasar terdapat ruko, kios-kios, toko pakaian, toko obat, rumah makan. Semua berjejer rapat.

"Pagi Om Jonah" sapa zera begitu sampai di tempat parkir.

Om Jonah adalah preman yang jaga parkir dan jaga pasar. Tubuh berotot dengan tato ditangannya. Tenang aja dia ini gak jahat kok ramah banget malah. Dia punya istri dan anak satu masih TK.

Om Johan juga sahabat almarhum ayahnya zera. Sebenarnya ada satu lagi sahabat ayahnya, tapi beliau tinggal di Bandung. Total sahabat ayahnya zera ada tiga orang. Satu orang China, satu preman, dan satu lagi seorang polisi.

"Pagi, mau belanja? Perlu di jaga?" Tawar om jonah. Zera menggelengkan kepalanya.

Ting!

Pesan masuk di ponsel zera dari sang ibu. "Rara masuk dulu, titip sepeda" kata zera. Om jonah mengangguk.

Saat berbalik zera menemukan mobil mewah terparkir disana. "Baru kali ini ada mobil di pasar, mana bagus lagi. Bodohlah" guman zera sendiri. Dia berjalan memasuki pasar itu.

Di buka pesan dari ibunya dan membaca list belanjanya. Setelah itu memasukan kembali ke dalam saku.

"COPET!!"

"MINGGIR!"

Tiba-tiba ada yang berseru di tengah-tengah pasar. Orang-orang disana mulai pada resa.

Seorang pria kurus, rambut gondrong, dan kulit pucat. Terlihat mencurigakan di tengah-tengah desakan orang-orang didalam sana. "Sepertinya dia orangnya" tebak zera menatap pria gondrong itu.

Pria gondrong itu berlari ke zera tepatnya dia mau keluar. Zera pun dengan reflek mengaitkan kakinya ke arah kaki copet yang sedang berlari.

BRUK!!

Copet tersebut jatuh tersungkur di atas tanah. Zera langsung menduduki pria itu. Orang-orang disana langsung menatap ke arah zera.

"Kembalikan" kata zera.

Pria itu tertawa di bawa zera, "MINGGIR Bangs*t!" dan..

Sret!!

"Akh!" Pria itu menggoreskan pisau miliknya ke lengan zera dan membuat zera turun dari atas pencopet itu.

Baru juga pencopet itu bangkit yang hendak lari dan lagi-lagi zera menjegal kaki pencopet itu lagi. Hingga pisau copet itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke depan sana namun langsung di amankan oleh om Johan yang sudah tiba.

"Mampus Lo" ucap zera mengambil tas milik orang yang dia curi. Om Johan langsung membawa pencuri itu pergi untuk di eksekusi. Maksudnya di bawa ke pihak kepolisian.

"Tasku" seru ibu-ibu berpakaian modis menghampiri zera.

"Ah ini, lain kali hati-hati ya Bu" kata zera memberikan tas ke sang pemilik.

"Terima kasih— astaga darah!" Pakih kaget ibu itu melihat darah di lengan zera.

"Gpp Bu..— eh!"

"Ayo ke rumah sakit!" Ibu-ibu itu menarik zera tiba-tiba dan membawanya keluar menuju ke arah mobil.

"Pak Yono! Buka mobilnya" Seru ibu itu kepada sang supir yang lagi asik minum kopi. Segera supir itu membuka pintu mobil.

"Ta.. tapi —"

"Udah ayo cepat masuk! Keburu infeksi" di dorong tubuh zera untuk masuk kedalam mobil mewahnya. Begitu zera masuk ibu itu pun masuk.

"Ayo pak ke rumah sakit dekat sini" suruh ibu itu kepada supirnya yang masuk menyalakan mobil.

"Baik Bu" kata supirnya. Mobil pun bergerak dan meninggalkan pasar.

Ibu itu mengambil sebuah kain di mobilnya lalu mengikat di lengan zera yang terluka. Biar gak ada banyak darah yang keluar. Zera yang punya luka hanya diam dan nurut.

****************

RUMAH SAKIT...

Zera tengah di tangani oleh dokter. Ibu modis tadi dan supirnya duduk melihat dokter yang sedang menjahit tangan zera.

TAK!

Dokter mengakhiri jahitannya dan kini tinggal mengoleskan salep setelah itu memperbanya.

"Lukanya akan sembuh dalam seminggu, jangan kena air, dan harus rutin mengoleskan salep. Satu lagi jangan bergerak terlalu banyak." Ucap dokter dan setelah itu selesai.

"tunggu sebentar saya ambilkan salep dan obatnya" ujar dokter itu lalu pergi.

"Maafkan Tante dan terima kasih sudah menolong Tante hingga kami begini," kata tulus dari ibu-ibu modis itu.

Zera tersenyum senang, "tidak masa Tante, saya juga terima kasih sudah membawa saya ke sini" kata zera.

Ibu itu mengangguk paham, "Setelah ini saya antar kamu pulang ya? Sekalian saya minta maaf ke orang tua kamu?"

"Tidak usah Tante! Tolong antarkan saya saja ke pasar" tolak zera.

"Kenapa ke pasar lagi?" Tanya bingung ibu tersebut.

"Sepeda saya dipasar soalnya, sekalian saya mau belanja" kata zera.

"Baiklah saya antar kesana, menemani kamu belanja dan mengantar kamu pulang." Kata ibu itu.

"Tidak usah Tante, saya bisa sendiri"

"Gak bisa nak, tangan kamu baru dijahit..—"

Drtt..drtt...

Ponsel milik ibu modis itu berdering. Segera diangkat telfon itu dan keluar dari sana. Tak lama dokter datang lagi membawa salep dan obatnya. Menjelaskan semua kepada zera. Tak lama ibu modis itu kembali lagi dan setelah itu bayar lalu keluar.

"Maaf saya gak bisa antar kamu tiba-tiba saya ada urusan di kantor," kata ibu modis itu.

"Iya gpp Tante, saya biar naik ojek online saya dari sini" kata zera. Ibu itu tersenyum sambil membelai rambut zera.

"Tidak kamu tetap di antar supir saya sampai rumah, Terima kasih ya dan semoga cepat sembuh" kata beliau. Zera mengangguk paham.

"Pak tolong antar ya sampai ke rumah jangan biarin dia angkat barang, saya akan naik ojek online." Pinta ibu modis itu ke supirnya.

"Baik Bu"

"Sana masuk," kata ibu itu. Zera pun masuk ke dalam mobil sendirian dan meninggalkan Bu modis itu disana sendiri.

**************

RUMAH...

"Yakin neng saya Antar sampai sini? Saya antar sampai rumah aja ya?" Tawar supir ibu modis tadi merasa tidak enak menurunkan zera bukan di depan rumahnya melainkan di gapura kampung rumahnya.

"Gpp pak, terima kasih ya pak. Tenang aja nanti saya suruh orang buat angkat ini. Bapak berangkat aja siapa tahu Tante tadi butuh bapak" kata zera.

"ya sudah, bapak pamit. Assalamualaikum" kata supir itu pamit.

"Waalaikumsalam" kata zera. Supir itu masuk ke dalam mobil lalu pergi meninggalkan zera dan barang bawaan beserta sepedanya.

Setelah mobil itu sudah jauh, zera menghela nafasnya menatap lukanya.

"Bahaya kalau ini sampai tahu ibu" guman zera. Melepaskan perban di lukanya dan membuangnya ke tempat sampah sana.

"Ish.. sakit juga" gumamnya. mengangkat barang itu, mengangitkan ke sepeda, menaiki sepedanya dan lalu pergi ke rumahnya. Bersikap biasa saja meski perih setengah mati di lengannya.

Kring!! Kring!!

Zera sampai di depan warungnya. Mbak Yanti. Pegawai ibu zera langsung membantu zera menurunkan barang yang dibeli dari pasar. Zera turun dari sepeda, memarkirkan sepedanya dan masuk ke warung ibunya yang lumayan rame.

"Kak Lala(Rara)! Sini Dodo gambal ini" seru bocil yang tengah duduk disana. Zera menghampiri bocil itu untuk melihat gambarannya.

Bocil ini namanya Edo. Anaknya Mbak Yanti. Umurnya 4 tahun. Bocil cadel, yang suka bawa tas kemana-mana. Padahal isinya cuman buku gambar dan pensil warna.

"Ini gambar apa do?" Tanya zera bingung dengan gambaran Edo.

"Jelangkung itu, Bu es jeruk sama makan kayak biasanya" jawab Risa tiba-tiba nimbrung dan duduk didekat Edo.

"Ini bukan jelangkung ini Edo," kata kesal Edo.

"Panas banget cuy," gerahnya sambil buka jaketnya.

"Ih bau!" Seru Edo mencium bau keringat Risa.

"Enak aja, wangi gini dibilang bau" kata Risa tak terima.

"Gue setuju dengan Edo, Lo bau Bangs*t!" Kata zera menutup hidungnya. Edo pun pindah duduk ke samping zera.

"Hehe.. ya maap orang dari kampus,"

Tak lama Mbak Yanti mengantarkan makanan Risa dan setelah itu balik lagi ke dapur.

"Makan dulu guys," kata Risa dan langsung melahap makanannya.

"Jelangkung itu apa?" Tanya Edo sambil gambar.

"Jelangkung itu sebutan untuk orang yang baik dan ganteng. Kayak Edo" jelas Risa bohong.

"Sesat Lo" maki zera kesal. Risa tertawa kecil sambil makan.

"Jadi begini do,.. bener kata kak Sasa itu. Kalau kamu liat cowok yang ganteng baik panggil aja om jelangkung" tambah zera. Kedua cewek itu tertawa sedangkan Edo mengangguk bingung melihat kedua kakaknya itu.

"Sasa... Rara... Ngajarin adiknya yang bener!" Seru Bu Dewi. Ibunya zera yang menguping pembicaraan keduanya.

**bersambung...

mohon ditunggu revisi selanjutnya...

jangan lupa untuk share, like, dan vote dan juga komentar.. hehe.. biar semangat nih author**..

2 : Perkara (pov zera)

Rumah Tina – Pukul 15.20 Wib.

Kini sekarang waktunya gue ngajar les. kali ini di rumah Tina dulu setelah selesai ngajar lagi di rumahnya si kembar Dani dan Dina.

Tina ini anak SMP yang sering galau.

"cowok bangs*t!" tiba-tiba kan teriak gak jelas, padahal aku baru mau jelasin materi buat besok.

"Hiks.. teganya Lo selingkuh di depan gue! peluk-pelukkan di depan gue! si*l*n!" makinya lagi uring-uringan.

"Gue baru aja jelasin udah marah-marah aja Lo" responku datar. dia menghela nafasnya kasar.

"Maaf...maaf.." ucapnya lesuh. nah.. terus kalau udah gini aku juga ikut males. percuma jelasin materi kalau pikiran gak tahu kemana?.

"lanjut gak nih?" ujarku kesal.

"Hehe... maunya konsultasi sih" cengirnya.

dengan berat hati ku tutup buku pelajarannya dan dia terlihat senang. bingung sekali aku, sebenarnya aku ini guru les atau psikolog. entahlah..

"masalah apa lagi kali ini?" tanyaku.

"Cowok gue selingkuh. gue tadi liat dia peluk-pelukkan sama kakak kelas—"

"Putusin! cowok gak bener itu" selatku langsung to the poin.

"Tapi kata temenku bilang kakak kelasnya yang kegatelan kalau ngeliat cowok ganteng." lanjutnya.

"Nah Lo kan tadi bilang kalau cowok Lo lagi berpelukan Teletubbies. Lo liat gak respon cowok Lo gimana?" tanyaku.

"Gue liat cowok gue ngelus rambutnya" katanya sedih.

"Fix, cowok Lo selingkuh! putusin dan gak usah pacaran lagi. fokus belajar supaya bisa masuk SMA favorit dan mendapatkan nilai yang bagus" kataku.

"kakak mah omong gampang, ini udah soal hati ini kak.. hiks.. hiks.."

aku menghela nafas panjang, "dih... kalau soal cowok aja pakai hati. paru-paru juga dong"

"CK, Kakak mah gitu... gak ngasik solusi malah ngelawak muluk" ujarnya kesal di sela tangisnya.

"gue kan udah bilang putusin dan fokus belajar. itulah solusi gue, memang Lo mau gue kasih solusi apa? pertahankan cowok Lo? anggap cowok Lo gak ngapa-ngapain? kan Lo ngeliat sendiri, kan?"

"Iya memang tapi kan aku masih cinta sama dia kak"

"Emang buta Lo! dengerin ya... cowok tuh banyak gak dia doang. umur-umur Lo gini masih cinta-cinta monyet, Lo belum tahu di luaran sana yang lebih-lebih. apalagi pas Lo masuk SMA nanti, SMA favorit lagi. banyak bener tuh cogan-cogan berkualitas dan berbakat daripada cowok jamet kayak cowok Lo. dunia ini luas. jangan takut Lo gak dapat jatah cowok dan yang  perlu lo takutin sekarang adalah bagaimana Lo harus masuk ke SMA favorit itu? hanya satu cara. belajar" jelasku panjang lebar.

"tahu dah... dari tadi omongannya cuman belajar aja," gerutnya kesal. aku tertawa kecil.

"Hala percuma juga tadi gue masukin saran kalau besoknya Lo ada cowok baru, iya kan?"

Tina cengengesan, "Iya sih" katanya.

"Emang anj*ng" makiku kesal. dia malang ngakak.

**********************

RUMAH SI KEMBAR DINA DANI..

"Soal terakhir..? 7+8-6..?"

Dina Dani langsung berhitung dengan jari-jari mereka.

"9!" seru Dani semangat.

Dina langsung lesuh kecewa karena dari sepuluh soal yang aku berikan, dia cuman menjawab 1 pertanyaan. sisanya di jawab sama Dani.

"Kita akhiri pelajaran hari ini..— he! Dina kenapa?" tanyaku panik melihat Dina yang mewek mau nangis.

"Uwahhh! uwaahhh!" tangsinya pecah.  langsung ku peluk dia.

"He.. Dina kenapa nangis? udah cup.. cup" kataku mencoba menenangkan.

"cengeng~ cengeng~ mangkanya belajar! kayak aku nih pinter kayak kak Rian" ledek Dani makin membuat Dina nangis kesurupan.

"huss.. Dani gak boleh gitu, itu namanya Dani sombong tuhan gak suka loh sama anak yang sombong" kataku.

Dani langsung menundukkan kepalanya, "maaf.." gumannya pelan terdengar gemetar.

'Lah mau nangis nih bocah' batinku panik. dan benar saja Dani langsung nangis.

"Uwwahhh...maaf! Dani minta maaf uwaah!" tangis Dani. aku pun memeluknya dan kini diriku ini di peluk sama bocah kembar ini.

'Pecah nih kepala gue' batin gue pasrah.

"lah kok pada nangis?" tanya Rian muncul di kamar si kembar. akhirnya bisa bernafas lega.

"panjang ceritanya, tolongin." ucap gue mulai sesak nafas. Rian langsung membawa pergi Dani dan aku menenangkan Dina.

*******************

setelah 15 menit akhirnya berhasil membujuk agar si kembar berhenti menangis.

GLUK! GLUk!

tak!

air dingin yang di suguhkan oleh Rian dalam hitungan detik langsung habisku minum. sangking gerah dan capeknya.

"Lemah, gitu aja capek. gimana nanti ngurusin anak sendiri?" ledek Rian duduk di sampingku.

"Enak aja Lo omong! kalau gue cowok gak bakal capeklah. berhubung gue cewek ya kalahlah" kataku sedikit emosi.

"Jangan jadi cowok. jadi cewek gini aja Lo nyusahin gue apalagi Lo cowok. mending gini aja apa adanya" kata Rian.

"S*al*n Lo!" makiku. Rian tertawa kecil.

kami berdua menatap si kembar yang lagi asik main di lantai.

"Keren sih. Kak Jihan bisa ngurusin si kembar ini" gumanku tulus.

"Kakak gue udah bisa, mau di anterin pulang gak..?" tawar Rian.

"Gak usah. nanti sii kembar siapa yang jaga? kakak Lo kan belum pulang" kataku. Rian mengangguk setuju.

Btw... Rian ini sahabat kecilku sejak duduk di SD. sebenarnya ada lagi sahabatku satu lagi, cowok dari orok malahan. sayang dia lagi di Bandung.

Dan si kembar ini tuh ponakannya si Rian, kak Jihan ini kakaknya Rian. mamanya si kembar. begitu lah...

"adem bener kalau mereka lagi akur gini, pas berantem aja bikin susah" kataku tiba-tiba. entah muncul aja dari otak.

"mau coba? nanti kalau udah terbiasa kayak Kakak gue" tawar Rian dengan wajah anehnya.

"coba gimana..?" tanyaku memastikan.

"Coba buatlah, dapat dua kayak mereka. mau gak..?"

"Udah gila Lo! Ama siapa gue buat?! Ama kucing? yang bener aja Lo!" kataku agak pelan takut nanti si kembar kaget.

"Kan ada gue yang siap membantu," ucapnya malah sambil ngedipin mata. serem bener.

"Gue colok mata Lo! kalau sampai berani nyentuh gue! udahlah... gue pergi dari pada otak gue tercemar dengan ucapan Lo yang mesum itu" kataku kesal lalu bergegas mengambil bangkit dari sana. sayangnya si Rian kep*Rat itu menahanku pergi.

"Belum juga coba, main pergi aja. rasain dulu enak kok gue jamin" lihatlah mukanya itu pengen ku sambit.

"Gak waras!" aku langsung menepis tangannya dan langsung bergegas lari pergi.

"assalamu'alaikum Kak pamit pulang!" teriakku di depan pintu. ku liat Rian tertawa disana tanpa dosa.

"Waalaikumsalam " balas serempak si kembar. kemudian aku pun pergi dari rumah itu.

**************

PUKUL 20.20 WIB — RUMAH...

"assalamu'alaikum" kataku begitu masuk rumah.

"Lama bener ngajarnya?" Tanya ibu dengan nada agak emosi padahal lagi nonton sinetron.

"Materi banyak tadi, kenapa sih keliatan marah?" Tanyaku.

ibuku menghela nafas berat lalu mematikan tv-nya. menatapku dengan serius.

"Tadi nenekmu kesini sama Tante Yuni" katanya.

deg!

aku sedikit tersentak dengan perkataan ibu. tiba-tiba dadaku mendadak panas.

"kenapa mereka kesini? bagiamana bisa mereka tahu?" tanyaku dengan serius.

"nenek tahu dari mata-matanya, tujuan mereka kesini menyuruh kita untuk datang ke rumahnya besok. ada acara pengajian memperingati hari kematian kakek dan sekaligus arisan keluarga." jelas ibu.

"Kita gak sudah datang..—"

"Ra, ini sudah lama sekali. kita gak boleh terus-terusan seperti ini Ra. mereka itu keluarga kita" potong ibu.

"Keluarga? mereka bukan keluarga lagi, merekalah yang memutuskan semuanya. ibu gak inget apa yang mereka perbuat kita. mereka memaki kita, menginjak harga diri kita, dan membuang kita seperti sampah. ibu gak inget semua itu?" kataku dengan nada agak tinggi.

"Iya, ibu masih mengingatnya. mereka juga sudah meminta maaf kepada kita, Ra. tolong mengertilah... nenekmu itu ibu kandung ibu. mana tega ibu memusuhi terus-menerus." ucap ibuku.

'Si*l!' makiku dalam hati.

"aku pikirkan dulu" ujarku dan pergi ke kamarku dengan hati yang kesal.

ibuku memang seperti itu. terlalu gampang memaafkan. sungguh aku benci ibuku yang seperti itu.

BERSAMBUNG...

SEMANGAT!!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!