NovelToon NovelToon

Jangan Panggil Aku Jelek !

Bab 1 : Transmigrasi Menjadi Gadis Jelek

Seorang gadis yang lahir 21 tahun lalu sedang tidur dengan posisi meringkuk, terlihat dari mimik muka nya ia tengah mimpi buruk. Suara gedoran pintu dan teriakan suara wanita yang memanggilnya jelek membuyarkan mimpinya.

Mega menggeliat dan masih enggan untuk membuka mata.

Gedoran pintu semakin panjang dan bisa – bisa pintu kamarnya  jebol jika terus dibiarkan begitu, dengan segera ia bangkit sambil terus mengumpat. Mengumpat perihal pacarnya yang berkhianat.

Langkah Mega terhenti saat melihat sosok di balik cermin almari. Mega mengerjapkan mata berkali -kali lalu menggosoknya. Pantulan dirinya terlihat jelas di depan cermin. Mega mendekati cermin itu dan mengamati lekat wajahnya. Kulit kusam penuh jerawat menambah tingkat kejelekan di wajahnya. Mega mencubit lengannya kasar. Ia meringis dan barulah tersadar pemilik wajah jelek itu adalah dirinya.

 Kekhawatiran dan ketakutan mulai merasuki pikirannya. Mega mengamati setiap inci bagian tubuhnya. Kusam dan dekil. Matanya beredar, mengamati lingkungan yang terasa asing ini. Ia mengingat kejadian semalam. Dirinya tengah bersama Diki sang pacar yang terlibat pertikaian, mereka baru saja putus. Diki mendadak menikah dengan wanita lain. Pacar nya diam-diam punya selingkuhan karena tak tahan dengan kesibukan Mega sebagai MUA. Mega ingat betul dirinya sedang menangis di kamar lalu tertidur, lantas bagaimana bisa bangun – bangun sudah berada pada tubuh gadis jelek ?

“Mega, jelek, cepat keluar kamu!” suara berisik terdengar lagi.

Mega menunda kebingungan ini untuk sementara waktu, ia bergegas membuka pintu untuk melihat siapa pengganggu tidurnya.

Gundukan pakaian yang bau apek terlempar ke arah mukanya begitu Mega membuka pintu. Mega tergugu sejenak menatap dua gadis di depannya.

“Cuci semua baju kami dan pisahkan baju yang berwarna putih!” seorang wanita berusia 21 tahun yang sebaya dengan Mega berdiri angkuh di depannya. Seorang lagi terlihat beda setahun lebih muda darinya, gadis cantik berambut pendek sebahu.

Mega menjauhkan gundukan pakaian itu dari hidungnya, baunya sungguh menyengat.

“Ih, bau banget, gila ya, siapa kalian berani memerintahku ?” umpat Mega.

“Hallo, kamu amnesia atau pura – pura bego!” Loli menggoyangkan lima jarinya. “Cepat sana, sebelum kami berangkat kuliah semua pakaian kami udah dalam keadaan bersih!”

“Ogah!” Mega mengembalikan pakaian ke tangan Sasa. Dan menutup pintu.

Sasa kesal dan  berteriak memanggil ibunya. Seorang wanita dewasa datang dengan penampilan rapi.

“Sasa, ada apa teriak-teriak, mama mau pergi arisan nih!” Sonya datang sambil memasukkan ponsel ke dalam tasnya.

“Mega Ma, dia nggak mau nyuci semua pakaian kami.” Sasa mengadu dengan memasang wajah sendu.

“Iya Ma, bahkan Mega mulai berani membantah.” Imbuh Loli, adik Sasa. Usianya terpaut 8 bulan lebih muda dari kakaknya.

Sonya tentu saja marah. Dia yang merasa sebagai penguasa di rumah almarhum suaminya berhak untuk memperlakukan anak tiri itu sesuka hatinya. Sonya menggedor pintu kamar Mega. Merasa tak dikunci ketiga wanita itu masuk. Melihat Mega yang tengah berdiri menatap cermin.

“Mau diapain aja wajah jelek ya tetap jelek!” umpat Sonya sambil menarik kasar bahu Mega agar menghadap ke arahnya. Wajah jelek yang membuat siapa saja melihatnya menjadi ilfeel. Lama-lama berdekatan dengan gadis itu bisa muntah rasanya.

Mega berpaling menatap wanita yang usianya terpaut 25 tahun lebih tua darinya. Bola matanya memindai mengamati postur tubuh wanita itu. Tinggi sekitar 160 cm dengan rambut pendek sedikit ikal. Dandanan yang cukup menor, lipstik terlalu menyala dan make up yang terlalu tebal. Sangat buruk jika ia hendak pergi ke acara kondangan. Wanita paruh baya itu bernama Sonya.

Gadis di sebelahnya memiliki paras yang cantik. Rambut panjang dan lurus sampai ke pinggang. Lipstik dengan pilihan warna salem sangat cocok dengan warna kulitnya. Gadis itu bernama Sasa Elias.

Dan ada satu lagi gadis yang berambut pendek. Tampaknya dia tak pandai bermake up. Pilihan lipstik nya terlalu pucat ditambah make up yang terlalu tebal memberikan kesan lebih tua ketimbang usianya. Dia bernama Loli Elias.

“Siapa kalian dan jangan panggil aku jelek!” ujar Mega menatap satu persatu wajah ketiga wanita yang asing baginya.

Ketiga wanita beda usia itu tertawa melihat ekspresi Mega.

“Hei jelek, jika kamu berani membangkang perintah kami kamu tahu kan akibatnya, cepat keluar kamar dan cuci semua pakaian kedua anakku!” perintah Sonya.

“Enggak mau!” sahut Mega tetap pada pendiriannya.

 Sonya memanggil Loli, Loli mengangguk paham apa yang harus ia kerjakan. Loli segera keluar kamar dan kembali dengan cepat, terlihat ada ember di tangan nya.

“Ini Ma,” Loli menyerahkan ember itu ke Sonya.

Sonya menerimanya dan siap mengguyur air di atas kepala mega. Loli dan Sasa tak ingin melewatkan adegan yang selalu menarik perhatian ini.  Sasa mengeluarkan ponsel siap merekam. Tentu saja itu tidak akan terjadi karena Mega secepat kilat menggerakkan tangan dan berbalik mengguyur Sonya.

Mulut Sonya menganga lebar, seluruh pakaian basah dan riasan di wajah nya pun luntur semua. Sasa dan Loli pun sama terkejutnya dengan aksi Mega barusan. Sasa ingin sekali mencabik muka jelek, tangan nya tertahan oleh tangan Mega. Dengan cepat Mega memelintirnya. Sasa berteriak kesakitan. Meski transmigrasi ke tubuh gadis jelek, kemampuan bela diri Mega tetap melekat.

Sonya memohon agar Mega melepaskan tangannya.

“Cepat kalian bertiga keluar dari kamarku!” bentak mega. Sebelum orang lain membully dirinya, ia harus segera bertindak cepat seperti tadi. Ia takkan membiarkan orang lain meremehkan harga dirinya lagi.

Mereka bertiga ketakutan dan berhamburan keluar.

Mega kembali menatap pantulan dirinya di depan cermin. Yang ia butuhkan saat ini untuk menjadi cantik adalah alat make up.

***

“Sial, anak itu membuat semua penampilanku berantakan. Aku bisa terlambat jika tak segera mengganti penampilanku. Sasa, Loli urus Mega, mama harus segera pergi.” Sonya kembali ke kamarnya dengan kesal dan tentu saja muncul pertanyaan bagaimana bisa Mega yang hanya gadis jelek dan lemah bisa berani dan sekuat itu.

Sasa dan Loli saling pandang, muncul sedikit ketakutan pada diri keduanya. Mereka hanya mengiyakan saja perkataan mamanya, setelah itu mereka berdua segera pergi ke kampus.

Mega mendapatkan panggilan masuk dari Rena. Tertera di nomor kontak dengan nama best friend Rena. Merasa asing juga dengan si penelpon.

“Ya, hallo” ujar Mega dengan enggan pasalnya pagi ini ia rencananya mau membeli produk make up terbaru sebagai koleksi.

“Mega, udah jam berapa ini, buruan ke kampus hari ini dosennya killer loh!” Rena seolah mengingatkan, tapi tidak bagi Mega, kuliah adalah hal lama yang sudah pernah ia alami.

Mega mendesah, tidak ada jalan lain untuk kembali ke kehidupan aslinya. Dengan terpaksa Mega akan menjalani transmigrasi ini menjadi gadis jelek dan berusaha mengembalikan kecantikannya lagi.

Mega mengecek buku dan tertera di sana kalau dirinya kuliah di universitas Nusantara.

Saat akan berangkat ke kampus, senyum Mega mengembang tatkala pandangan matanya tertuju pada gundukan pakaian kotor. Mega melakukan sesuatu untuk mengerjai mereka.

 

 

Bab 2 : Jangan Panggil Aku Jelek

Saat berada di dalam kelas, Mega merasakan dirinya kembali beberapa tahun lalu saat kuliah dulu. Dosen pun masuk dan mulai mengabsen mahasiswa.

Sang dosen mengeluarkan selembar kertas dan memberikan pada semua mahasiswa. Ternyata sedang ada ujian. Rena lupa tak memberi tahu hal ini pada Mega. Tangannya terkatup memohon maaf, Mega tak masalah dan memaafkannya.

Soal ulangan ada 20 poin. Belum genap 20 menit, Mega sudah memenuhi lembar ulangan dengan jawabannya. Mega beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah meja dosen. Semua mata mahasiswa melihat ke arah Mega. Termasuk dua saudara tirinya.

Kian pun juga sama dengan mahasiswa yang lain, matanya fokus ke arah Mega. Tak seperti biasanya gadis jelek itu mengumpulkan kertas ulangan paling awal. Sosok pria paling tampan itu memperhatikan Mega.

Semua mengira bahwa Mega hanya asal jawab saja, tapi saat dosen mengumumkan hasil ulangan saat itu juga Mega lah yang mendapatkan nilai teratas.

“Hai, jelek, kamu menyontek kan!” tuduh Sasa tak terima karena biasanya dia yang teratas. Loli juga ikut membenarkan tuduhan kakaknya.

Mega tak menggubris tuduhan Sasa dan melenggang begitu saja melewatinya.

Sasa tak terima dan mengadu pada pak dosen bahwa Mega menyontek. Dosen pun tak terima atas kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswanya. Pria berkacamata itu sangat anti dengan kecurangan.

Sebelum Mega berhasil melangkahkan kaki meninggalkan kelas, pak Dosen memanggilnya.

“Berhenti Kamu, Mega Elias!” Teriak pak Teguh, wajah nya terlihat merah dan setelah Mega menoleh beliau memberi isyarat agar dia mendekat.

Mega menyebik acuh meskipun langkahnya berbalik menghadap beliau. Sasa dan Loli saling adu tos. Mereka mengira Mega bakal mendapatkan hukuman atas kecurangan yang ia lakukan. Tak ada mahasiswa yang bisa menghindar dari amarah pak Teguh.

Di depan semua teman – temannya, pak Teguh bertanya. “Mega Elias, apakah benar kamu menyontek ?” netra pria dewasa itu memindai gelagat Mega, namun tak satu pun terlihat bahwa Mega telah berbuat curang.

“Sorry enggak level, enggak ada kata menyontek dalam hidupku!” sahut Mega penuh penekanan.

Pak Teguh menarik nafasnya sedalam – dalamnya lalu membuangnya perlahan. Tanpa banyak bicara beliau langsung menyodorkan pada Mega berbagai pertanyan dan alhasil Mega mampu menjawab semua pertanyan itu lengkap tanpa keraguan sedikit pun. Kurang yakin lagi dengan kepandaian Mega yang mendadak ini, beliau mengeluarkan buku berisi soal dan meminta Mega untuk mengerjakan soal itu.

Mega mendesah lelah. Agar dirinya bisa lekas pergi dan terbebas dari tuduhan yang tak berguna ini ia mengeluarkan pulpen dan kertas untuk menjawab soal aritmatika tersebut. Dalam hitungan detik ia sudah selesai dan mengembalikan buku itu pada pak Teguh.

Pak Teguh melepas kacamatanya untuk sekedar dibersihkan, berharap dengan begitu ia tak salah lihat lagi. Baik memakai kacamata sebelum atau sesudah dibersihkan, jawaban Mega sama benarnya. Pak Teguh kemudian mempersilahkan mahasiswa yang berwajah jelek itu untuk pulang. Senyum Mega mengembang menatap sinis ke arah dua saudara tirinya. Sasa mengepalkan tinju tak terima dengan semua ini, status nya harus lebih tinggi dari siapa pun termasuk si jelek itu. Berbeda dengan teman seisi kelas yang berdecak kagum pada kehebatan Mega.

Sementara Kian merasa penasaran atas perubahan Mega yang luar biasa tadi.

Rena menahan langkah Mega untuk bertanya perihal ulangan tadi. Mega menjawab kalau ia sudah pernah mengerjakan soal itu tapi ia lupa kapan. Rena tak percaya jika Mega mendadak pintar.

Mega yang terkenal jelek dan bodoh itu menjadi pembicaraan di ruangan dosen.

Sekitar pukul 13.00 Mega sudah tiba di rumah. Sasa dan Loli sudah melaporkan kejadian di kelas tadi. Sonya menghentikan langkah Mega yang hendak makan siang.

“Berhenti kataku!” bentak Sonya membuat Mega menoleh malas.

“Kamu sudah merusak baju kedua anakku dan sekarang kamu dengan enaknya mau makan tanpa bekerja dulu!”

Ya, Mega sudah menyelesaikan tugasnya sesuai perintah mereka, mencuci baju. Beberapa pakaian yang mudah luntur ia campur menjadi satu.

“Makanya jangan suruh aku cuci baju. Aku bukan babu kalian.” pangkas Mega tak mau disalahkan.

Sonya melongo mendengar sahutan Mega yang sudah lancang itu. Tidak seperti biasa, Mega pasti akan memohon ampunan agar tak dihukum tapi kali ini Mega melonjak.

Lantas Sonya menyeret paksa tangan Mega dan membawanya ke gudang. Menutup pintu dengan kasar. “Rasakan hukuman ini. Kamu berani melawan mama maka jangan harap bisa makan malam nanti sampai kamu menyesal!” Kemudian Sonya pergi.

Mega mendesah kasar, bukannya dia merenungi nasibnya tapi dia sedang mencari ide agar semua orang sadar kalau dia punya hak juga di rumah ini. Mega melihat jendela yang sudah tua. Melangkahkan kaki ke arah sana. Dengan sekali tendangan saja, jendela itu langsung jebol. Mega melarikan diri dan lewat pintu samping. Ia tak melihat ibu tiri dan dua saudara tirinya. Mega menarik kursi dan melanjutkan makan siang yang tertunda tadi.

Mega menyalakan musik di ruang tengah dan menambah tingkat volumenya.

Sonya yang tadinya tidur siang merasa terganggu dengan suara musik di ruang tengah. Begitu juga dengan Sasa dan Loli. Ketiga wanita itu keluar kamar masing – masing menuju ruang tengah.

“Siapa yang membunyikan musik keras begini, bisa jebol telingaku!” teriak Sonya marah-marah sambil menekan tombol off.

“Bukan kami Ma,” ujar Sasa dan Loli bersamaan.

“Kalau bukan kalian lantas siapa?”

Mega muncul dari balik tembok. “Aku yang menyalakannya, kenapa, kalian terganggu ya ?” sindir Mega sambil melipat kedua tangan di depan dada.

“Kamu, bukankah mama tadi mengunci mu di gudang?” Sonya menatap Mega tak percaya bisa keluar.

“Kalian bodoh atau bagaimana, aku pemilik rumah ini, seharusnya kalian tahu kalau aku punya kunci cadangan.” Bohong Mega padahal ia kabur lewat jendela.

“Jelek. Kamu tahu apa tentang rumah ini?” Sasa tak suka dengan sikap Mega yang mulai berani melawan.

“Jangan panggil aku jelek, jika kalian semua masih ingin tinggal di rumahku!” bentak Mega, matanya menyorot tajam ke arah mereka satu per satu.

Ketika wanita itu bergidik ngeri dengan suara Mega yang lantang.

Buru-buru Sonya merubah sikapnya, “Mega sayang, kamu pasti bercanda kan, sebelum meninggal papamu beramanat menitipkan kamu kepada mama, dia bilang kamu juga harus kuliah sampai lulus. Jika kamu tak membiarkan kami tinggal di rumah yang besar ini, siapa yang akan mengurusmu dan rumah ini?” Sonya mempengaruhi Mega. Karena jika apa yang dikatakan Mega menjadi nyata, Sonya dan kedua anaknya akan tinggal dimana, sementara harta warisan semua berada di tangan Mega. Sonya belum sempat melenyapkan Mega.

Sonya yakin Mega hanya menggertak saja, walaupun demikian diri nya harus berpura - pura baik untuk sementara waktu.

Mega terdiam sesaat, bukannya dia terpengaruh tapi dia bermaksud mengerjai ibu tirinya itu. “ Baik. Aku memberi kesempatan kalian untuk tinggal bersamaku lagi. Dengan syarat, jangan pernah panggil aku jelek!”

Sasa dan Loli tak mau dan menyalahkan Sonya, Sonya membisikkan satu kalimat yang membuat kedua putrinya mengangguk setuju.

“Baik. Kami sepakat untuk tidak memanggil kamu jelek lagi.”

Mega tersenyum puas.

Keesokan harinya, ketika Mega siap berangkat ke kampus Sasa mendatangi kamarnya.

“ Tunggu, Jel ... eum maksudku Mega,” Sasa hampir saja keceplosan memanggil jelek. “Ini, kemarin semua teman di kelas sudah mendapatkan undangan dari Kian, kamu pasti datang kan?” Sasa menyerahkan kertas undangan. Dari nada bicaranya ia seolah mengejek.

“Undangan? “ Mega mengernyitkan dahi tak mengerti, bagaimana bisa gadis jelek seperti dia mendapatkan undangan.

“Iya, itu undangan reuni SMP. Sudah dulu ya Mega, aku berangkat kuliah dulu. Yuk, Loli!” Sasa dan Loli meninggalkan Mega yang masih terpaku.

Mega mengeluarkan kertas dari dalam plastik. Isi undangan itu reuni teman SMP yang akan diadakan satu minggu lagi di rumah Kian.

Mega memperhatikan tampilan dirinya di depan cermin. Terlihat jelas muka kusam dan penuh jerawat. Benjolan itu tidak akan hilang kurang dari seminggu. Mega memutar otaknya bagaimana bisa dia mendapatkan uang untuk membeli alat make up yang terbilang cukup mahal. Sementara dirinya tak pernah memegang uang sepeser pun.

Langkah Mega berbelok ke arah Sonya yang sedang sibuk menonton tv. Mega menadahkan tangan.

“Tanganmu kenapa?” Sonya melihat telapak tangan Mega  yang kosong sambil terus mengunyah cemilan.

“Aku minta uang !”

Sonya tersedak sambil menepuk tengkuknya. Ia mengambil gelas di depannya dan meneguknya sampai setengah gelas. “Uang apa yang kamu maksudkan?”

“Tentu saja uangku. Tidak mungkin aku hidup tanpa uang sementara kalian setiap hari makan enak terus.”

Mendadak Sonya menjadi gagap dibuatnya. “ I- itu, u-uangnya dulu nya memang ada untuk jatah kamu. Kamu lupa, kemarin kamu baru keluar dari rumah sakit, uang mama hampir habis untuk biaya pengobatan kamu. Untuk bulanan memang ada, nih!” Sonya mengeluarkan selembar seratus ribuan dan memberikan pada Mega.

“Mana cukup!” Mega mendesah kesal lalu pergi.

Ia memutar otaknya agar bisa mendapatkan uang. Sonya tidak akan mudah menyerahkan harta papanya. Mega tahu Sonya sangat licik. Terpaksa setelah pulang kuliah Mega mencari pekerjaan sampingan.

Mega melamar kerja di cafe dan di toko kue. Tapi semuanya menolak Mega dengan alasan wajahnya yang jelek.

Rena sang sahabat membantu Mega untuk mendapatkan pekerjaan. Menjadi pembantu di tempat bibi Rena bekerja. Di rumah keluarga Raditya.

“Hai, gadis jelek! Kamu jadi pembantu di rumahku?” seorang pria yang mejadi idola di kampusnya menusuk dengan kata-kata yang tak pernah Mega suka.

“Jangan panggil aku jelek! Aku pasti akan membuat kamu menyesal.” Ancam Mega yang segera pergi ke dapur membantu Bik Atun menyiapkan makan malam.

Kian hanya tersenyum puas menatap kepergian gadis jelek itu.

 

 

 

 

 

 

 

Bab 3 : menjadi cantik

Siang ini matahari begitu terik, panas menyengat kulit, apalagi kulit kusam gadis yang lahir 21 tahun lalu itu terasa gatal. Sesekali dia mengusap wajahnya dengan tisu bukannya hilang noda di wajah malah tisunya menempel di beberapa titik.

Mega mengangkat jemuran dan segera membawanya masuk untuk sebagian ia setrika. Pakaian yang menggunung itu ia selesaikan dengan cepat hingga pukul 3 sore.

Karena desakan uang yang harus terkumpul secepat mungkin, Mega memberanikan diri untuk meminta gajinya di awal bulan.

“ Kamu pasti sangat terdesak, baiklah sebelum pulang nanti temui aku di ruang tamu.” Ujar nyonya Raditya.

“Terima kasih Nyonya, saya kedepannya akan bekerja lebih giat lagi !” Mega membungkukkan badan dengan perasaan lega, ternyata pemilik rumah itu sangat baik dan tidak bertanya yang aneh – aneh.

Mega menyelesaikan pekerjaan dengan baik, setelah selesai membantu bik Atun dirinya pamit undur diri. Sebelum pulang ia menemui nyonya Raditya dan mendapatkan apa yang ia inginkan.

Hari mulai gelap, Mega menghentikan langkahnya disebuah mini market untuk membeli make up yang ia cari.

Sesampainya di rumah, Sonya menghardik kepulangan Mega.

“Dari mana kamu, jam segini baru pulang!”

“ Satu hal lagi yang harus Mama tahu, aku paling tidak suka jika seseorang ikut campur urusan pribadiku.” Sahut Mega.

Sonya benar – benar kewalahan untuk menghadapi Mega jika bukan satu alasan yang membuat dia harus bertahan dengan anak itu. “Maksud mama baik, mama kan khawatir jika terjadi sesuatu padamu, apalagi kamu perempuan sangat bahaya di luar sana.” Sonya menurunkan tempo nadanya. Awalnya ia sangat kesal karena seharian ini melakukan pekerjaan rumah seorang diri. Biasanya Mega yang melakukan semuanya.

“ Terima kasih atas rasa simpati Mama, aku capek mau tidur.” Mega melewati Sonya begitu saja.

Sonya tidak bisa terus begini di bawah ancaman anak jelek itu. Ia harus menyusun rencana untuk menyingkirkan dia agar bisa menguasai harta warisan almarhum suaminya.

.....

Keesokan paginya.

Mega harus cepat bangun sebelum ketahuan Sonya. Ia tidak ingin wanita cerewet itu mengetahui keberangkatannya. Selesai mandi ia mulai merias diri di depan cermin. Semalam ia juga sudah mencoba masker wajah. Langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat wajahnya putih dulu. Beberapa peralatan make up sudah berjejer di atas meja rias. Dengan keahlian jari emasnya ia mulai merias diri. Meski hasilnya belum maksimal, Mega tetap percaya diri.

Sekitar pukul 7 pagi ia sudah sampai di rumah keluarga Raditya. Ia menyempatkan bekerja dulu sebelum berangkat kuliah nanti pukul 9. Mega menemui bik Atun di dapur.

“Masya Allah Mega, aku jadi pangling tak mengenalimu! Aku pikir kamu siapa, pakai lipstik nih!” goda bi Atun.

“ Aku kan mahasiswa Bik, tidak mungkinkan jika aku selalu tampil kusam di depan semua orang. Menjadi cantik bukanlah pilihan melainkan hak setiap wanita.” Mega langsung menyambar tumpukan baju kotor dan mulai mencucinya.

Bik Atun  mengangguk setuju.

Selesai mengerjakan pekerjaan rumah, Mega lantas berangkat ke kampus. Di depan sana ia melihat sosok Kian yang sedang memanasi mesin mobil.

Mega lewat begitu saja tanpa menyapa anak majikannya.

Kian menoleh, “ Siapa gadis itu, tidak mungkin dia si gadis jelek,” Kian mengangkat bahunya dan segera melajukan mobilnya.

Mega tengah menunggu bus, dan mobil Kian berhenti tepat di depan Mega. Pengemudi mobil itu menurunkan kaca mobil. “ Ya ampun, aku kira kamu siapa, ternyata si jelek! Mau make up setebal apa pun itu kamu terlihat seperti badut. “ cemooh Kian.

“Terus saja kamu menghinaku Tuan Muda, tapi awas saja jika kamu kepincut dengan kecantikanku. “

Kian tertawa lepas. “Apa yang kamu katakan hah, kepincut  ? Hanya orang gila yang bakal suka sama kamu. “ kemudian mobil itu melaju kencang.

Mega mengumpat dan akan membalas sakit hati yang ia rasakan tadi. “Kita lihat siapa nanti yang akan jatuh cinta duluan. Aku yakin tidak ada pria yang menolak jika aku berubah cantik.”

Bus pun berhenti untuk mengangkut penumpang termasuk Mega dan membawanya ke kampus.

Seluruh isi kelas riuh pikuk dengan dandanan Mega. Hampir semuanya mengatai Mega berdandan seperti badut kecuali dua orang, Rena sahabat Mega dan Liam sahabat Kian.

“Apa lihat – lihat, kamu juga mau mengataiku seperti badut sama dengan anak mama itu! “

Seorang pria keturunan cina hanya tersenyum ke arah Mega. “ Awal yang bagus. “ ujar Liam saat istirahat.

Mega dan Rena dibuat melongo oleh pria pendiam yang satu ini.

Liam hanya mengucapkan satu kalimat lalu pergi menyusul Kian di kantin.

Sudah hampir satu minggu Mega bekerja di rumah keluarga Raditya. Selama itu pula Mega menggunakan make up. Usaha nya membuahkan hasil, kulit kusamnya mulai luntur dan jerawat pun mulai hilang.

Sasa dan Loli merasa iri dengan cara make up Mega yang mereka tahu Mega hanya anak cupu yang tak tahu apa – apa urusan make up.

Malam ini Kian Raditya mengadakan reuni SMP di rumahnya. Mega jauh – jauh hari bersama bik Atun menyiapkan semua kebutuhan reuni.

Acara pembukaan akan segera dimulai. Mega segera merias dirinya dengan make up andalannya. Tak butuh waktu lama, jari emas nya menyulap wajah Mega menjadi cantik dari siapa pun.

Mega berjalan anggun melewati pintu samping. Dan benar saja, semua mata menyorot penuh kagum kecantikan Mega.

“Wah, cantiknya! Siapa gadis itu ?” tanya mahasiswa lain.

Sasa dan Loli tak berhenti menyorot pula. Rasanya ia kenal dengan gadis cantik itu. Tapi mereka berdua tak tahu kalau itu saudara tirinya.

Saat Mega mendekati saudara tirinya, barulah sadar kalau gadis yang mereka kagumi adalah Mega.

Sasa dan Loli tak berhenti menganga.

“Hapus air liur kalian sebelum jatuh !” ledek Mega yang kemudian bergabung dengan mahasiswa lain.

“ Si jelek bagaimana bisa menyaingi kecantikan kita Kak ?” Loli menghentakkan kakinya ke lantai.

“ Ini pasti ada yang salah. Tidak mungkin kan jika mama diam – diam memberikan si jelek itu uang untuk perawatan?” terka Sasa, dirinya menyesal mengundang Mega dalam acara reuni ini. Ia pikir rencana untuk mempermalukan dia kepada teman SMP akan berhasil. Nyatanya, Mega tampil cantik malam ini.

Kian baru saja turun dari kamarnya. Sebagai tuan rumah ia yang akan membuka acara dengan sambutan. Saat mengucapkan selamat malam dan menyambut teman – teman, matanya fokus menatap satu titik yang berhasil menghipnotis dirinya.

“ Dia terlihat cantik malam ini .” batin Kian.

Mega yang tak tahu diperhatikan Kian sedang asyik mengobrol dengan Liam.

 

 

 

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!