NovelToon NovelToon

Takdir Cinta

01

Kini di salah satu universitas ternama dan terbaik di kota F ada seorang mahasiswi yang baru saja keluar dari ruangan dosen pembimbing nya. Dia baru saja konsultasi terkait penelitian yang dia lakukan.

Begitu dia keluar dia segera menuju sepeda motornya dan dengan wajah tersenyum dia menyambut sapaan dari teman sefakultas, sejurusan, sekelas dan adik-adik tingkatnya. Dia memang salah satu mahasiswi yang populer di kampusnya itu. Bukan hanya cantik saja tapi juga populer karena berbagai prestasi yang dia torehkan untuk kampusnya itu.

Semua orang kenal dirinya hanya satu dua orang saja yang tidak kenal siapa dia dan hal itu hanya terjadi pada adik mahasiswa yang baru saja masuk ke kampus itu.

Bagaimana dia tidak populer jika dia baru masuk semester enam di usianya 20 tahun dan sudah selesai seminar proposal dan kini sedang menyusun skripsinya. Dia adalah mahasiswi jurusan manajemen bisnis karena memang itu adalah keinginannya. Selain itu juga dia memiliki tanggung jawab besar atas sesuatu.

Gadis itu memang selain aktif dalam organisasi di kampusnya tapi dia juga bisa menyeimbangkan nilai akademis nya. Dia sangat hebat. Di angkatan nya baru dia saja yang sekarang sudah melakukan penelitian. Dia bahkan ikut KKN dengan kakak tingkatnya.

Gadis itu adalah Halwa Inayatullah Akbar seorang mahasiswa cantik dan populer dengan hijabnya yang tetap menutup dada tapi penampilan nya sangat mengikuti jaman di mana OOTD yang dia pakai tidak pernah gagal. Namun dia sangat menghormati dirinya dengan tetap memakai hijab menutup dada. Tidak pernah dia memakai pakaian yang jauh dari syariat agama yang dia junjung tinggi.

Halwa biasa dia di panggil dan di kenal oleh semua orang adalah gadis yang sangat ramah dengan kepopuleran nya. Hal itu tidak pernah membuatnya sombong. Dia selalu membantu teman-teman nya yang membutuhkan bantuan nya.

Halwa adalah anak tunggal dari keluarga yang kaya tapi sekali lagi semua kelebihan yang dia punya tak pernah membuatnya sombong. Dia selalu berlaku baik kepada semua orang. Dia jarang menampilkan sisi kayanya itu di depan orang-orang. Walau semua orang tahu dia adalah seorang putri tunggal pewaris HIA Group milik orang tuanya, dia tetap berlaku rendah hati.

Bukti dia tidak sombong atas kekayaan orang tuanya itu dia hanya satu dua kali membawa mobil pribadinya itu ke kampus. Dia selalu saja memakai sepeda motornya hadiah ulang tahun dari ibunya saat dia berulang tahun 17 tahun.

Halwa meraih ponselnya dan menghubungi seseorang tapi sudah tiga kali dia menghubungi orang itu tidak juga kunjung di jawab padahal aktif, "Ck, dia sibuk apa sih? Kenapa gak menjawab telpon ku saat aku butuh." ucap Halwa kesal.

Halwa memang sangat menjunjung tinggi nilai agama akan pakaian tapi dia tetaplah gadis modern yang memiliki hubungan dengan seseorang. Yah, Halwa memiliki kekasih semenjak tiga tahun lalu setelah dia lulus sekolah menengah atas.

Kekasih Halwa itu bukanlah orang yang kaya seperti dirinya hanya seorang pria yang berasal dari keluarga menengah. Tapi Halwa tidak mempedulikan hal itu karena baginya selama mereka saling mencintai maka semua bukan masalah besar.

"Kenapa dia akhir-akhir ini terasa berbeda. Apa ada sesuatu yang terjadi hingga dia mengabaikan aku. Tapi apa? Aku tidak melakukan kesalahan." ucap Halwa bingung.

Setelah beberapa lama berpikir dia akhirnya menelpon seseorang lagi dan baru saja deringan pertama langsung di jawab.

"Halo, neng Halwa! Ada apa? Apa butuh bantuan?" tanya seseorang dari seberang.

"Aa neng bosan. Bisa temani neng ke mall gak." Ucap Halwa manja.

Lama tidak ada jawaban, "Aa? Jika aa sibuk gak usah deh. Neng bisa pergi sendiri ke mall." ucap Halwa kemudian.

"Tunggu saya di sana. Kamu di kampus kan. Ini saya sedang menuju ke sana." ucap orang dari seberang.

Halwa yang mendengar itu pun tersenyum, "Terima kasih aa. Neng ada di gedung fakultas. Neng tunggu di sini yaa. Terima kasih sahabat neng paling baik." ucap Halwa. Lalu tidak lama setelah itu sambungan di antara mereka pun terputus.

Halwa sambil menunggu sahabatnya itu tiba dia melihat-lihat media sosialnya dan juga media sosial kekasihnya yang sudah tidak aktif begitu Halwa membuka media sosialnya itu.

"Kenapa tiba-tiba menjadi tidak aktif begitu. Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku. Biasanya jika dia aktif media sosial pasti akan menghubungi ku. Tidak aku harus mencari tahu semuanya. Insting hatiku mengatakan ada sesuatu." Ucap Halwa.

Sekitar 10 menit saja tiba-tiba ada sebuah mobil membunyikan klakson mobilnya. Halwa pun langsung menoleh dan tersenyum begitu mengenali mobil siapa itu. Halwa pun segera berlari menuju sahabatnya itu.

"Aa!" ucap Halwa tersenyum.

"Ayo masuk." ucapnya.

Halwa pun mengangguk, "Sepeda motor neng gimana?" tanya Halwa.

Pria itu pun tersenyum dan segera meminta asistennya untuk membawa sepeda motor Halwa itu, "Berikan kunci nya padanya." ujar pria itu.

Halwa pun tersenyum dan kembali mengangguk. Dia segera memberikan kunci sepeda motornya kepada asisten sahabatnya itu yang ternyata ikut. Sahabatnya itu sangat hafal dirinya.

Halwa setelah menyerahkan kunci sepeda motornya kepada asisten sahabatnya itu dia segera masuk ke dalam mobil sahabatnya.

"Kita ke mall?" tanya Alam. Yah, nama sahabat Lila itu adalah Alam Insan Yasaar.

Halwa mengangguk, "Hum." jawab Halwa.

Alam yang mendengar respon dari sahabatnya itu pun sambil fokus dengan jalanan di depannya dia juga bertanya, "Ada apa? Kenapa neng cemberut begitu? Apa ada sesuatu? Apa ini terkait Fikri?" tanya Alam.

Halwa mengangguk, "Hum, dia tidak bisa di hubungi aa. Aktif tapi tidak di jawab. Entah kenapa akhir-akhir ini dia sangat susah di hubungi." Ucap Halwa.

Halwa memang tidak pernah menyembunyikan apapun dari sahabatnya itu. Alam tahu segalanya tentang Halwa. Halwa memang hanya memiliki sati sahabat saja dan Alam selalu ada untuknya.

"Sudahlah. Jangan terlalu di pikirkan. Aku yakin Fikri pasti akan menghubungi mu jika dia sudah tidak sibuk lagi. Dia pasti masih ada urusan. Lebih baik kita senang-senang di mall." Ucap Alam.

Halwa pun mengangguk, "Hum, baiklah. Aku juga ingin ke mall mau melupakan masalah yang menimpaku. Aku sudah pusing dengan penelitian ku itu. Aku butuh healing." ucap Halwa.

Alam yang melihat itu pun tersenyum. Dia senang Halwa itu tersenyum senang. Baginya senyum sahabatnya itu adalah kebahagiaan untuk nya. Selama Halwa bahagia apapun akan dia lakukan.

Halwa adalah seseorang yang membuat nya hingga sekarang tetap sendiri. Bukan tidak ingin memiliki pacar hanya saja baginya mengantar sahabat nya menuju bahagia adalah hal yang harus dia lakukan. Dia akan memastikan kebahagiaan sahabat nya dulu baru akan memikirkan dirinya.

02

Alam pun segera menghentikan mobil nya itu begitu tiba di mall. Dia segera memarkirkan mobil nya.

"Kamu gak boleh sedih neng." ucap Alam sambil melepas seat beal nya.

"Neng gak sedih aa. Hanya kepikiran saja. Insting neng mengatakan bahwa dia berubah dan ada sesuatu yang membuatnya berubah entah apa itu. Neng pun tak tahu." Ucap Halwa jujur.

"Hum, sudah jangan di pikirkan. Kita sudah tiba nih di mall. Ayo kita bersenang-senang di sini melupakan semua masalah." Ucap Alam lalu segera turun dari mobil.

Halwa pun akhirnya melepas seat beal nya dan ikut turun, “Kita mau kemana dulu nih?” tanya Alam.

“Aku ingin punya tas aa.” Jawab Halwa.

Alam pun mengangguk lalu mereka segera masuk ke dalam mall dan menuju toko tas yang tentu saja dengan menuju toko tas dengan brand ternama.

Halwa melihat tas yang dia inginkan walaupun sebenar nya tidak ingin-ingin amat. Dia hanya ingin melampiaskan kesedihan nya itu dengan menghabiskan uang, “Aku mau yang itu aa.” Tunjuk Halwa pada salah satu tas yang lumayan cocok dengan selera nya.

Alam pun mengangguk lalu segera meminta pegawai toko itu untuk menurunkan tas yang berada di atas itu dan memberikan nya kepada Halwa, “Apa masih ada yang kamu mau?” tanya Alam.

Halwa menggeleng, “Sudah aa. Itu aja.” Jawab Halwa.

Alam pun mengangguk lalu segera membayar tas milik Halwa itu, “Ini kartuku aa.” Ucap Halwa mengeluarkan kartu nya.

Alam menggeleng, “Gak usah biar pakai punya aa saja.” Jawab Alam lalu langsung memberikan kartu nya kepada pegawai toko itu.

“Aa nanti neng transfer deh ke rekening aa untuk bayaran tas ini.” Ucap Halwa saat mereka sudah berjalan keluar.

Alam menggeleng, “Gak usah neng. Aa senang kok membelikan tas untuk neng.” Jawab Alam.

“Huh, kebiasaan deh. Terus saja begitu. Jika pergi bareng aa pasti aa selalu traktir neng. Tapi untuk kali ini tidak. Neng menolak. Harga tas itu hampir menyentuh angka tiga digit aa.” Ucap Halwa.

“Gak apa-apa neng. Biasa aja deh dengan aa. Gak usah ambil perasaan gitu.” Ucap Alam.

“Tau gak aa, neng jadi merasa aa itu pacar neng bukan sahabat. Aa sangat loyal kepada neng.” Ucap Halwa.

“Ya sudah jika memang begitu putuskan pacar neng dan menikah lah dengan aa.” Ucap Alam.

Halwa pun terkekeh mendengar ucapan Alam itu, “Aa bisa aja deh becanda nya. Sudah aa hentikan. Gak lucu tahu.” Ucap Halwa masih tertawa.

Alam pun hanya bisa tersenyum, “Aa coba pikir deh. Entah bagaimana nanti jika itu terjadi. Aa jadi suami neng. Wah itu pasti akan terasa aneh. Masa iya sahabat neng jadi suami neng. Ouh No. Neng tidak ingin hal itu terjadi. Neng hanya mencintai Fikri saja. Jangan mengatakan kalimat becanda begitu lagi aa. Gak lucu.” Ucap Halwa lalu dia segera berjalan di depan.

“Selalu saja begitu.” Batin Alam lalu segera mensejajarkan kembali langkah nya dengan sahabat nya itu.

“Kita nonton ya aa.” Ucap Halwa.

Alam pun mengangguk, “Hum, ayo!” ajak Alam lalu segera memesan tiket di ponsel nya.

“Mau kursi di bagian mana?” tanya Alam menunjukkan tempat yang masih kosong.

“Emang aa tahu neng mau nonton film apa?” tanya Halwa.

“Mau nonton ini kan?” tunjuk Alam memperlihatkan poster film di ponsel nya itu.

Halwa pun mengangguk tersenyum, “Hum, kok aa tahu sih. Ya sudah pesan saja tiket nya. Terserah aa mau ambil kursi bagian mana tapi jangan terlalu di depan yaa aa.” Ucap Halwa.

Alam pun mengangguk lalu segera memesan tiket di bagian tengah. Begitu tiba di lantai bioskop berada. Alam pun segera mengambil tiket fisik sementara Halwa melakukan antrian pop corn.

Halwa melihat sekeliling mall itu hingga tiba-tiba dia melihat siluet punggung seseorang yang sangat dia kenal, “Itu .. abang Fikri gak sih? Sama siapa dia?” tanya Halwa pada diri nya dan hendak menyusul siluet kekasih nya itu tapi tiba-tiba Alam datang.

“Mau kemana neng?” tanya Alam.

“Itu aa. Neng seperti melihat punggung abang Fikri di sini tadi. Di sana.” Tunjuk Halwa.

Alam pun melihat ke arah yang di tunjuk oleh Halwa itu namun tidak menemukan apapun di sana, “Gak ada kok neng.” Ucap Alam.

Halwa pun menarik nafas panjang, “Mungkin neng salah lihat. Tidak mungkin juga abang Fikri ada di sini. Dia itu kan sedang menjaga toko nya.” Ucap Halwa lalu segera membayar pop corn.

Alam pun diam, “Halwa gak mungkin salah lihat dan salah mengenali. Mungkin itu memang Fikri. Tapi sama siapa dia ke sini. Lalu kenapa dia tidak menjawab panggilan neng.” Batin Alam.

“Ayo aa kita masuk saja.” Ujar Halwa yang memang jadwal pemutaran film yang akan mereka tonton itu segera di mulai.

Alam pun segera ikut dan mereka segera masuk studio dan duduk sesuai nomor tiket mereka.

“Aku yakin itu tadi abang Fikri. Aku tidak salah lihat. Tapi siapa gadis itu. Semoga saja itu teman nya. Semoga saja dia tidak bermain api di belakangku. Aku tidak bisa membayangkan jika itu terjadi nanti. Aku akan membenci nya seumur hidupku.” Batin Halwa.

“Kenapa? Apa masih kepikiran hal tadi?” tanya Alam yang menyadari bahwa Halwa diam saja.

Halwa pun menggeleng lalu tersenyum, “Gak kok.” Jawab Halwa.

Tidak lama setelah itu film pun di mulai. Mereka menikmati film itu dengan suka cita. Halwa pun seketika lupa dengan apa yang membuat nya sedih dan kepikiran selama seharian ini.

Setelah hampir dua jam akhir nya film yang mereka tonton pun selesai. Halwa dan Alam pun segera keluar dari studio.

“Mau makan dulu atau sholat?” tanya Alam saat mereka sedang berada di lift menuju lantai bawah mall.

“Makan dulu. Lapar aa. Halwa juga tidak mau nanti tidak khusyuk sholat karena memikirkan makanan.” Jawab Halwa.

Alam pun mengangguk tersenyum lalu mereka segera keluar mall dan menuju mobil, “Mau makan di restoran apa?” tanya Alam saat mereka sudah berada di dalam mobil.

“Hmm, ke restoran Italia saja. Neng mau makan Rissoto dan Pizza.” Jawab Halwa.

Alam pun kembali mengangguk lalu dia segera melajukan mobil menuju restoran Italia terdekat yang memang terkenal dengan makanan khas Italia kental seperti sedang makan di Negara nya.

Begitu tiba di restoran mereka pun segera mencari tempat duduk di sana dan memesan makanan yang di inginkan Halwa itu, “Aku mau dua porsi Risotto terus Pizza ukuran besar.” Ucap Halwa.

Alam pun mengangguk lalu segera memesan nya. Dia tidak bertanya mau pizza dengan toping apa karena dia sudah hafal pizza favorit sahabat nya itu.

03

Kini Alam mengantarkan Halwa ke kediaman nya itu, “Terima kasih aa.” Ucap Halwa saat mereka sudah tiba di kediaman nya itu.

Alam pun tersenyum, “Aa gak mau menyapa ayah sama bunda dulu?” tawar Halwa.

“Nanti saja neng. Hari aa masih harus melakukan sesuatu. Sampaikan saja salam aa kepada ayah dan bunda.” Ucap Alam.

Halwa pun mengangguk, “Baiklah. Jika memang begitu. Aa hati-hati pulang nya. Ohiya neng juga titip salam untuk mami dan papi. Katakan bahwa neng rindu kue buatan mami.” ucap Halwa.

Alam pun mengangguk, “Baiklah akan aa katakan kepada mami.” ucap Alam sambil menghormat layak hormat kepada bendera.

Halwa yang melihat itu pun tertawa, “Sudah aa. Sana pulang.” Ucap Halwa.

“Neng dulu yang masuk deh ke rumah baru aa pulang.” Ujar Alam.

“Ck, neng mau lihat aa pulang. Sudah aa sana ayo cepat pulang. Kata nya tadi masih harus melakukan sesuatu.” ucap Halwa.

Alam pun tersenyum, “Ahh baiklah. Aa pamit.” Ucap Alam melambaikan tangan nya itu dan di balas oleh Halwa pun lambaian tangan pula.

Alam segera melajukan mobil nya meninggalkan kediaman sahabat nya itu dan Halwa pun baru masuk saat mobil Alam pergi.

“Assalamu’alaikum!” salam Halwa.

“Wa’alaikum salam.” Jawab bunda Aisyah.

“Ayah, lihat lah anak gadis kita ini sudah pulang.” Sambung bunda Aisyah memanggil suami nya.

Ayah Akbar pun keluar dari kamar nya dan tersenyum mendekati putri dan istri nya itu, “Kenapa baru kembali nak. Ayah tadi sempat khawatir tapi untung lah asisten Alam memberi tahu ayah bahwa kau pergi dengan Alam.” Ucap ayah Akbar memeluk putri nya itu dan ada nada khawatir terdengar dalam kalimat ayah nya.

“Maaf ayah. Halwa sudah membuat kalian khawatir. Lagi pula kan Halwa pergi dengan aa.” Jawab Halwa manja.

“Iya ayah tahu. Maka nya untuk itu ayah tadi akhirnya tenang.” Ucap Ayah Akbar.

“Yah, untung saja kau tidak pergi dengan pacarmu itu.” ucap bunda Aisyah.

“Bunda!” panggil Halwa manja.

“Maaf nak. Bunda memang tidak melarangmu untuk berpacaran dengan nya tapi untuk menerima nya maaf bunda gak bisa. Ini bukan soal status sosial hanya saja bunda merasa bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kita. Maaf!” ucap bunda Aisyah lalu segera pergi meninggalkan suami dan putri nya itu.

“Ayah, kenapa bunda tidak pernah mau menerima abang Fikri? Dia baik ayah.” ucap Halwa menatap ayah nya itu.

“Ayah tahu nak. Tapi kau tahu sendiri bagaimana sifat bundamu itu. Dia keras. Jika dia tidak menyukai sesuatu maka itu akan dia tunjukkan secara terang-terangan.” ucap ayah Akbar.

Halwa pun menarik nafas panjang nya, “Ya sudah Halwa mau ke kamar dulu ayah. Mau mandi. Bau!” ucap Halwa lalu segera mencium punggung tangan ayah nya itu dan segera menuju kamar nya.

Ayah Akbar pun menatap punggung putri nya yang naik lewat tangga menuju lantai dua, “Maaf ayah dan bunda nak. Selain bunda. Ayah juga sebenar nya tidak begitu menyukai pacarmu itu. Dia memang pemuda yang baik tapi entah kenapa ayah memiliki firasat buruk akan diri nya. Maafkan ayah nak. Jika bisa memilih ayah lebih suka kau dengan Alam.” Gumam ayah Akbar itu.

***

Halwa segera merebahkan tubuh nya itu di ranjang empuk nya dan meraih ponsel nya lalu mencoba menghubungi kekasih nya itu tapi tak juga di jawab.

“Sibuk apa sih kau bang? Kenapa menjawab teleponku pun kau tidak punya waktu. Jangan buat bunda semakin tidak menyukaimu bang.” Ucap Halwa.

Yah, Halwa ingat saat dia pertama kali mengatakan bahwa dia memiliki kekasih dan pacar nya itu adalah Fikri. Saat itu bunda nya sempat marah pada nya dan bahkan tidak bicara dengan nya selama seminggu. Sementara ayah nya memang tidak mengatakan apapun dan diam saja. Ayah nya juga tetap memperlakukan nya dengan baik. Tidak ada yang berubah sama sekali. Hanya saja Halwa tahu bahwa ayah nya itu juga sama seperti bunda nya kecewa pada nya. Tapi ayah nya tidak menunjukkan nya secara jelas karena tidak ingin membuat nya bersedih.

“Kenapa kalian tidak menyukai abang bun,yah?” tanya Halwa.

Cukup lama batin nya itu berperang dengan semua yang terjadi hari ini yang pada akhir nya dia pun terlelap karena mungkin batin nya sedang lelah.

“Kau tega padaku bang? Kenapa kau melakukan perbuatan terkutuk itu?”

“Maaf!”

“Kau jahat bang. Aku membencimu. Kau tega mengkhianati cinta kita.”

Seketika Halwa terbangun dan dia pun segera mengelus dada nya, “Mimpi. Hanya mimpi. Tapi kenapa aku bermimpi begitu? Bagaimana bisa abang tega melakukan itu padaku. Itu hanya mimpi. Mimpi itu hanya bunga tidur saja.” ucap Halwa mengusap wajah nya karena entah kenapa air mata nya itu jatuh tanpa permisi.

“Tidak, aku tidak akan bisa menerima itu. Tidak.” Ucap Halwa mencoba melakukan penyangkalan akan mimpi nya itu.

“Itu terasa sangat nyata. Tidak itu hanya mimpi. Percaya lah Halwa itu hanya mimpi saja.” ucap Halwa lagi.

Halwa pun memilih untuk menuju kamar mandi membersihkan diri nya dengan harapan guyuran air di tubuh nya bisa menghilangkan semua pikiran buruk yang mulai mengganggu pikiran nya itu.

***

Sementara di sisi lain, ada seorang pemuda yang baru saja mengecek ponsel nya dan tersenyum melihat ada banyak panggilan di ponsel nya.

“Kau sangat mencintaiku yaa. Aku juga mencintaimu.” Ucap pemuda itu yang tidak lain adalah Fikri kekasih Halwa.

Fikri pun segera mengirimkan pesan permintaan maaf karena tidak sempat menjawab dan membalas pesan dari kekasih nya itu, “Fikri, kamu sedang ngapain. Tolong layani pembeli di toko.” Teriak ibu Fikri.

Fikri pun segera meletakkan ponsel nya itu di kamar nya dan segera menuju toko dan tersenyum melihat siapa di sana.

“Ava, kau di sini?” tanya Fikri.

“Iya kak.” Jawab Ava.

“Kau mau beli apa?” tanya Fikri ramah.

Ava pun segera mengatakan apa yang akan dia beli dan Fikri pun melayani gadis itu. Memang Fikri itu ramah dengan semua orang. Dia mudah bergaul dengan siapa saja.

Setelah itu Ava pun pergi dari sana dan sebelum pergi kedua nya saling tersenyum satu sama lain. Entah senyum apa itu tidak ada yang tahu.

Kembali di sisi Halwa, kini dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan memakai batrobe saja dan tiba-tiba saja ponsel nya berbunyi tanda ada notif yang masuk.

Halwa pun segera meraih ponsel nya dan tersenyum membaca pesan yang di kirimkan oleh kekasih itu, “Dia seperti nya memang sibuk. Aku saja yang sudah berpikiran aneh-aneh.” Ucap Halwa lalu membalas pesan itu.

“Kok, gak di balas lagi sih. Oh mungkin abang sibuk. Aku harus mengerti.” Gumam Halwa lalu dia segera menuju walk in closet dan memakai pakaian nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!