Pada Tahun 2100, terjadi perperangan antara kedua kubu negara yaitu Negara Republik dan Negara Zenspire. Efek dari Perperangan ini adalah banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya diakibatkan menjadi korban perang besar ini.
Di Negara Zenspire terbagi menjadi tiga distrik kota. Ada distrik kota satu yang dihuni oleh orang kaya, dan distrik kota dua yang di huni oleh orang yang berkecukupan menengah, dan yang terakhir ada kota distrik tiga yang dihuni oleh orang-orang miskin.
Di kota distrik tiga angka kriminalitasnya sangat tinggi sekali karena mereka harus bisa melakukan apa saja demi perut mereka. Seperti hukum rimba yaitu yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan mati.
Suatu hari muncul salah satu anak yang asal-usulnya tidak diketahui, masuklah dia ke dalam kota distrik tiga dengan pakaian yang compang-camping dan menggunakan syal yang sudah robek di lehernya. Dan juga terlihat anak itu memiliki sebuah liontin yang terbuat kemungkinan Dari emas.
"hah...hah...aku sangat lelah..." ucap anak itu dengan nada yang sangat lemas. Dilihat dari cara berjalannya, anak itu sudah sangat lemas namun entah kenapa dia terus berjalan tanpa arah.
Anak itu mencoba mengamati keadaan sekitar dia. Terlihat banyaknya orang yang berlalu-lalang melewati gang ini. Dan dia melihat banyaknya tindak perampokan dan kekerasan di kota ini, dan anehnya adalah orang sekitar sini seakan bodo amat akan peristiwa tadi.
Karena melihat kejadian itu, anak itu memegang liontin itu dengan erat dengan upaya agar tidak ada yang mengambil ini.
"Aku harus cepat-cepat keluar dari kota ini, kota ini sangat berbahaya. Kalau tidak liontin ini akan di curi oleh salah satu dari mereka"
Setelah mengatakan itu, terlintas anak itu mengingat sebuah kejadian masa lalu dimana ada seseorang yang memberikan liontin ini dan mengatakan sesuatu kepadanya.
"Bawalah liontin ini. Suatu hari ini akan membantumu diluar sana"
Ingatan tersebut berakhir sampai di sana. Sisanya dia tidak mengingat dia berasal dari mana, hingga namanya saja dia tidak ingat.
Namun sayang sekali ada kedua orang yang kelihatannya seperti preman mengepung anak itu. Sepertinya mereka menyadari liontin yang dia bawa.
"Hei kau, sepertinya kau mempunyai barang yang cukup berharga" mendengarnya membuat anak itu semakin memegang erat liontinnya.
"iya, lebih baik kau serahkan saja benda yang kau bawa itu. Maka kami akan melepaskan kamu tanpa luka sedikitpun"
Tapi bukannya menjawab pertanyaan kedua preman tersebut. Anak itu malah melihat ke arah sekelilingnya seolah dia sedang mencari sesuatu.
"Hei kau bisu atau apa hah ?!"
"Bukannya jawab malah diem saja !"
lalu anak itu berlari begitu saja meninggalkan kedua preman itu di belakang. Berlari dengan berharap agar bisa lepas menjauh dari mereka.
"Apa dia lepas begitu saja, hei kau cepat kejar dia !"
"Baik bos" lalu mereka berdua mengejar anak itu. Anak itu berlari melewati orang-orang yang sedang berjalan hingga melewati gerobak yang sedang terparkir disana. Berlari dan berlari dengan sisa tenaga dia membuat dia hampir pingsan.
Sayangnya salah satu preman mendorong anak itu ke gang kecil yang membuat dia terjatuh.
"Agghhh"
"Ketangkap juga kau" ucap preman itu sembari mengatur nafas.
"Bagus-bagus, kau berhasil menangkap dia" dan preman yang satunya lagi sudah datang. Lalu salah satu preman itu melihat sekeliling sembari tertawa.
"Ini adalah tempat yang sempurna" lalu preman tersebut mengeluarkan sebilah pisau dari sakunya. Melihat pisau itu membuat anak itu berjalan menjauhinya namun, sayang sekali di belakangnya ada tembok yang membuat dia tidak bisa pergi kemana-mana.
lalu preman yang memegang pisau maju perlahan dengan tatapan yang terlihat ingin membunuh anak tersebut. Lalu dia mengangkat anak itu dan membantingnya ke tanah yang membuat anak itu mengerang kesakitan. Dirasa belum puas, preman itu langsung mengangkat anak itu dengan cara memegang leher anak itu lalu menghantamnya ke dinding terdekat.
Preman itu hanya tertawa kecil mendengar anak itu mengerang kesakitan. "Inilah akibatnya jika kau tidak pernah mendengarkan perkataan orang tua nak" lalu dia mengangkat pisaunya dan menyayat pipi anak itu. Anak itu hanya bisa menahan rasa sakitnya sedangkan preman tersebut terlihat sangat menikmatinya.
Akhirnya preman tersebut berhenti dan kembali bertanya ke anak itu. "Jadi apa kau mau memberikan benda itu atau..." lalu dia mengarahkan pisaunya ke arah perut anak itu "atau kau ingin nyawamu melayang di tanganku".
"Ehmm bos sepertinya ini sudah kelewatan"
"Apa maksudmu kelewatan ?"
"Maksudku dia hanya anak kecil. Kita cukup buat dia pingsan lalu kita ambil benda yang dia punya. Itu lebih baik daripada..."
"Daripada membunuhnya ?" lalu Preman itu melihat ke salah satu preman yang menanyakan kelakuannya. "Hidup sudah memiliki hukumnya, yaitu yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan disingkirkan". Lalu dia menguatkan genggamannya di leher anak itu yang membuat dia menjadi sudah bernafas.
Dan Preman tersebut hanya bisa mengikuti perintah atasannya. lalu dia kembali melihat ke arah anak itu. "Jadi, kau ingin menyerahkan atau tidak ?" dengan sisa tenaganya dan juga karena susahnya bernafas akibat di genggam lehernya, anak itu akhirnya mengatakan sesuatu ke preman tersebut.
"Nggak, aku nggak akan menyerahkannya. ini berharga bagiku... walaupun kau memaksaku aku tidak akan menyerahkannya". Karena kesal mendengarnya, preman itu langsung menusuk perut anak itu dengan pisaunya.
"A-agggh..."
"Lain kali pikirkan dulu apa yang ingin kau katakan" lalu dia melepaskan tusukannya sekalian melepaskan genggamannya yang membuat anak itu tersungkur bersimbah darah. Tidak lupa dia juga mengambil liontin yang anak itu genggam dengan paksa.
"Ayo kita pergi dari sini. Kita sudah dapat apa yang kita inginkan" lalu kedua preman itupun pergi. Tak ingin menyerah, anak itu mencoba merangkak untuk mengejar mereka. Namun karena sudah kehilangan banyak darah, dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"To-tolong aku..." lalu perlahan matanya mulai menutup.
"Hei apa yang kalian lakukan pada anak itu ?!" lalu anak itu mencoba melihat apa yang terjadi disana. Terlihat ada seseorang yang menyerang kedua preman tersebut hingga menyebabkan salah satu dari mereka tidak sadarkan diri.
Setelah selesai menghajar mereka, orang misterius itu langsung menghampiri anak itu.
"Hei kau tidak apa-apa ?! Bertahanlah !" lalu pandangan anak tersebut menjadi gelap.
Bersambung
"Ughh... dimana aku" setelah dua hari pingsan, anak itu kembali siuman. Tapi terlihat dari wajahnya yang kelihatan kebingungan karena tempat ini terlihat asing baginya.
saat ingin bangun dari tempat tidurnya, dia merasakan sakit yang berasal dari bekas lukanya. Mencoba untuk memeriksanya, dia kaget karena lukanya sudah di obati dan juga sudah di perban juga.
"Siapa yang melakukan ini ? Apakah orang yang menyelamatkanku kemarin ?" ucap anak itu dalam benaknya. Tak lama terdengar suara pintu yang terbuka membuat dia sedikit kaget.
"Oh ! ternyata kau sudah bangun" terlihat seorang anak perempuan yang kaget melihat anak itu sudah terbangun. Dia juga membawa sepasang pakaian ganti.
"ah maaf aku tidak tau kalau kau sudah bangun. Seharusnya aku mengetuk pintunya terlebih dahulu" ucap dia sembari membungkukkan badannya.
"nggak, nggak apa-apa kok" setelah mendengarnya anak perempuan itu langsung menaruh barang yang dia bawa di meja terdekat.
Karena kebingungan ini tempat apa, anak itu mencoba menanyakan tempat ini. "Kalau boleh tau ini tempat apa ya?"
"Ini adalah panti asuhan akko. Tempat ini terletak jauh dari pusat kota Zenspire jadinya membuat tempat ini jauh dari pusat peperangan". Setelah Mendengarnya penjelasan dari anak perempuan itu, anak itu hanya bisa menundukkan kepalanya karena dia tidak ingat siapa ayah dan ibunya. Mungkin panti asuhan adalah tempat yang terbaik untuk dirinya.
"Uhmm apa kau baik-baik saja ? Mukamu tiba-tiba berubah ekspresinya" ucap anak perempuan itu dengan perasaan yang khawatir.
"nggak apa-apa kok, cuma aku tidak ingat saja siapa ayah dan ibuku" lalu tanpa sadar anak perempuan itu memeluknya membuat anak itu sedikit terkejut.
Lalu anak perempuan mengelus kepala anak itu untuk menenangkannya "Aku tau perasaannya kehilangan orang tua, tapi tenang saja kami disini akan menganggap kamu sebagai keluarga" mendengar anak perempuan itu membuat anak itu tertawa kecil.
"Terimakasih telah menenangkan aku, tapi aku baik-baik saja" ucap anak itu sembari tersenyum. Lalu anak perempuan itu membalas senyumannya.
Setelah menenangkannya anak perempuan itu mulai mengenalkan namanya "Oh ya aku lupa mengenalkan namaku. Namaku adalah Rossie. Siapa namamu ?". Setelah mengenakan namanya anak itu hanya terdiam dan kelihatan seperti bingung.
"Hmm apa kau tidak ingat namamu ?" ucap Rossie sembari memiringkan kepalanya. Dan anak itu hanya meresponnya dengan menganggukan kepalanya.
Mendengarnya membuat Rossie ikut kebingungan juga "Ehh ternyata kau tidak ingat namamu. Kalau begitu aku memanggilmu dengan apa ya ?".
"Rossie ! dimana kamu ! bisakah kau membantuku sebentar !" terdengar suara seperti suara orang dewasa memanggil Rossie.
"Ah pengurus panti memanggilku. Jadinya aku pergi dulunya. Sekarang kau kembali beristirahatlah besok aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu" ucap Rossie sembari berlari keluar dan tidak lupa menutup pintunya.
Setelah Rossie keluar, anak itu mengambil pakaian yang Rossie letakan di meja lalu mengganti pakaian lamanya dengan yang baru. "Kalau dipikir-pikir sudah lama sekali ya aku tidak mengenakan pakaian yang baru" ucap anak itu. Dan sehabis mengganti pakaiannya dia kembali beristirahat.
...****************...
Keesokan harinya dia terbangun karena dia teringat bahwa Rossie ingin menunjukkan sesuatu kepadanya. Tak lama kemudian terdengar suara ketokan pintu.
"Haloooo ini Rossie, apa aku boleh masuk ?"
"Boleh, silahkan saja" lalu pintu pun terbuka dan terlihat Rossie yang sepertinya kelihatan ceria sekali.
"Selamat pagi, apa kau tidur nyenyak" anak itu meresponnya dengan menganggukan kepalanya.
"Bagus apa kau sudah bisa berjalan ?" dan sekali lagi anak itu hanya meresponnya dengan menganggukan kepalanya.
"Kalau begitu aku mau kau bertemu dengan teman-temanku. Kau pasti akan menyukainya" lalu Rossie memegang tangan anak itu dan menuntunnya ke tempat yang dia mau. Setelah sampai, ternyata Rossie dan anak itu sampai ke ruang makan dimana banyaknya anak-anak lain seumurannya sedang berbincang satu sama lain.
"Hei lihat itu Rossie !" terdengar suara teriakan anak yang berasal dari salah satu meja di bagian belakang.
"Hei itu teman-temanku. Ayo kita kesana" lalu Rossie membawa anak itu ke teman-temannya yang terdiri dari tiga orang anak. Setelah sampai di mejanya, mereka langsung kebingungan melihat anak yang dibawa oleh Rossie.
"Hei Rossie dia siapa ? apa ini teman barumu?" ucap salah satu anak yang sangat energik dan juga berisik.
Rossie dan anak itu pun duduk dan menjelaskannya semua "Dia adalah anak yang diselamatkan oleh Pak Akko. Masa kau tidak tahu sih ?"
"Oh kukira rumor"
"Astaga Robby kau ini..." terlihat muka Rossie berubah total yang awalnya ceria menjadi marah hanya karena anak yang bernama Robby ini.
"Baiklah aku minta kalian tidak memulai pertengkaran disini kalau tidak kalian akan dihukum disuruh mencuci piring oleh pengurus panti" setelah mendengar ancaman dari salah satu anak perempuan yang kelihatannya lebih dewasa dari pada mereka berdua. Hebatnya mereka berdua menjadi diam dalam sekejap.
"Haih....kau ini sekalinya ngasih ancaman nggak main-main ya..." ucap seorang anak laki yang kelihatannya seperti remaja.
"Oh...jadi kau juga pengen ikutan nyuci piring ?" Setelah mengatakan itu, dia langsung menjadi diam juga.
"Hah sudahlah...oh ya aku lupa mengenalkan namaku. Namaku Sylvie, yang kecil ini adalah Robby dan yang paling tua namun kelakuan seperti anak-anak yaitu Aoi"
"Hei itu tidak benar !"
"Jadi, siapa namamu ?" karena anak itu tidak tahu namanya maka dia hanya diam saja tidak bisa menjawabnya.
"Uhh itu dia masalahnya kak Sylvie, dia sepertinya lupa siapa namanya"
"Hmm kalau begitu kita kasih nama baru bagi dia saja ? kita yang buat biar dia yang menentukannya. Apakah kalian setuju ?" setelah mendengar saran dari Sylvie. Mereka semua berusaha membuat nama bagi anak itu. Namun setelah berlama-lama berfikir, tidak ada yang berhasil membuatnya.
"Ahh aku menyerah, aku tidak bisa membuat nama. Lagipula bukannya harusnya orang tuamu yang membuatkanmu nama ya ?"
"Aku tidak tahu siapa orang tuaku... jadinya aku tidak tahu atau lupa siapa namaku" ucap anak itu dengan nada datar. Seketika juga Robby langsung meminta maaf karena mengatakan itu.
Tapi tidak lama kemudian Rossie mendapatkan ide saran nama untuk anak itu. "Oh aku tahu, bagaimana kalau kita namai dia 'Sora' ? Karena Sora yang berarti langit dan mata dia berwarna biru seperti langit. Jadi bagaimana menurutmu ?" Setelah memikirkan nama itu, anak itu langsung menyetujuinya.
"Aku menyukainya"
"Baiklah, mulai saat ini namamu adalah Sora" ucap Rossie dengan sembari memeluk Sora dengan erat. Lantas Sora pun tersenyum karena setelah sekian lamanya tidak lama merasakan rasanya dipeluk oleh seseorang.
Setelah itu terdengar suara panci yang berasal dari depan. "Perhatian anak-anak ! Ayo mengantri karena makanannya sudah siap" sontak semua anak mengantri dengan rapih sembari membawa piring yang sudah disediakan. Rossie dan teman-temannya mengajak Sora untuk ikut mengantri juga.
Saat ingin mengambil bagiannya, salah satu pengurus panti melihat ke arah Sora dengan rasa penasaran. "Oh astaga kau kurus sekali !" lalu dia menambahkan porsi makanannya dengan jumlah yang lumayan banyak. "Ini, sekarang kau makan yang banyak ya"
"Uhmm terimakasih" lalu Sora pergi dan bergabung bersama teman-temannya untuk makan bersama. Saat mencoba makanannya Sora langsung melahapnya dengan cepat seakan seperti baru pertama kali memakannya.
"Hei pelan-pelan nanti keselek" ucap Sylvie sembari memberikan segelas air untuk Sora.
"Ma-maaf, soalnya baru kali ini aku bisa makan enak"
"baru pertama kali ? Memangnya sebelumnya kamu makan apa ?"
"uhm cuma buah-buahan dari pohon, dan kalaupun lagi beruntung aku bisa makan roti bekas orang" mendengar penjelasan dari Sora membuat Sylvie menjadi merasa kasian. Karena merasa kasian dia memberikan jatah makanannya untuk Sora.
"eh tidak usah kak Sylvie, ini juga masih banyak" ucap Sora sembari menahan tangan Sylvie yang ingin menuangkannya.
Sylvie pun hanya bisa tersenyum dan berkata "nggak apa-apa, lagipula aku sudah kenyang".
"uhmm kalau begitu terimakasih" lalu Sora melanjutkannya hingga habis tak tersisa.
...****************...
Saat sudah selesai makan, Sora dan teman barunya pergi keluar untuk bermain sejenak. Disaat Robby dan Rossie berlarian kesana kesini, Sora hanya diam melihat mereka bermain sambil duduk dibawah pohon.
"Hei kenapa kau tidak ikut bermain ?" ucap Aoi lalu ikut duduk bersama Sora.
"Aku lebih suka melihatnya dari pada ikut bermain"
"Heh ternyata kau ini pendiam ya" lalu Aoi memegang kepala Sora lalu mengelusnya.
"Dengar, sebaiknya kau ikut bermain bersama. Jangan sampai kau menyesalinya saat mereka tidak bersamamu lagi" ucap Aoi dengan wajah seriusnya.
"Kak Aoi...."
"Uh intinya kau harusnya lebih menghabiskan waktu untuk bersama temanmu itu saja hahahaha...." setelah mendengar nasihat Aoi, Sora langsung berdiri dan menghampiri Robby dan Rossie untuk bermain bersama. Sementara Aoi hanya bisa melihat Sora bermain dengan teman barunya.
"Kau harus menghabiskan waktu bersama temanmu...hah sejak kapan kau menjadi bijak Aoi. Tapi itu lebih baik, daripada diriku yang telat melakukannya..."
"Oh ! Aku baru tahu kau bisa menjadi bijak" Kaget, Aoi langsung melihat ke arah belakangnya.
"Sylvie ! Sejak kapan kau ada di sana ?"
"Sejak dari tadi" Ucap Sylvie sembari tersenyum.
"Hei ! Nggak boleh tau kalau menguping pembicaraan orang"
"iya maaf deh"
...****************...
Saat hari sudah berganti menjadi malam, Sora yang sudah lelah karena bermain seharian, sekarang dia sedang bersiap-siap untuk tidur. Saat mau memasuki kamarnya, dia dipanggil oleh dua pengurus panti asuhan.
"Oh kau pasti anak baru itu kan ?"
"Iya, kenapa ?"
"Maaf karena memanggilmu di jam segini, namun kami harus memberitahumu tentang peraturan panti asuhan ini" Lalu Sora menutup pintu kamarnya dan mendengarkan apa yang ingin pengurus panti katakan.
"Baiklah, kau tahu kalau sekarang ini negara kita sedang berperang dengan negara lain. Jadinya kami pengurus panti melarang anak-anak keluar dari panti saat malam hari" lalu pengurus panti menunjuk ke arah jam dinding.
"Kau lihat jam itu ? Saat jarum panjangnya di angka 10 berarti itu waktunya untuk tidur. Dan jika kamu menangkap salah satu anak yang belum tidur di atas jam 10, kami akan menghukumnya. Apa kau paham ?" Sora hanya menganggukan kepalanya.
"Bagus, anak pintar" lalu pengurus panti itu mengelus kepala Sora. "Sekarang kau pergi tidurlah" setelah itu pengurus panti itu pergi meninggalkannya. Setelah itu Sora masuk ke kamarnya dan berbaring di kasurnya kemudian tertidur.
Bersambung
Sudah sekitar seminggu Sora menghabiskan waktunya di panti asuhan ini, mulai dari bermain bersama temannya hingga membantu para pengurus panti asuhan. Dan saat ini, Sora sedang menyendiri di bawah pohon sembari melihat pemandangan disekitarnya. Sampai saat Rossie memanggilnya dari kejauhan sambil berteriak.
"Hey Sora !" mendengar teriakannya membuat dia melihat ke arah dia. Rossie mendatanginya dengan berlari. Saat dia sampai dia langsung duduk disebelahnya dan mengatur nafasnya karena kelelahan.
"Eh Rossie, kenapa memanggilku ?"
"Tunggu sebentar..." setelah nafasnya kembali normal dia langsung menjelaskan kenapa dia memanggilnya.
"Pak Akko ingin bertemu denganmu"
"Pak Akko ?"
"Oh ya aku lupa menjelaskannya, Pak Akko itu yang pemilik dari tempat ini. Makanya nama panti ini adalah 'panti asuhan akko'.
"Jadi begitu...." ucap Sora sambil menganggukan kepalanya.
Sehabis itu Rossie langsung dan berkata "ayo ikut aku sekarang, aku akan membawanya ke dia". Lalu Sora mengikutinya hingga pergi ke tepi danau di belakang panti tersebut. Dan terlihat ada seorang pria yang sedang melakukan kegiatan mancing di pinggir danau.
"Pak Akko ! Aku telah membawa Sora"
"Ah iya sini silahkan" lalu Sora dan Rossie duduk di samping Pak Akko.
"Udah dapet berapa ikannya?"
"Ahh... lumayanlah buat makan nanti" ucap Pak Akko sembari tersenyum. Tidak lama setelah itu, pancingannya bergetar yang membuat Pak Akko langsung memegangnya. Lalu mereka melihat Pak Akko yang sedang berusaha menangkap ikannya yang terjerat di pancingannya sembari menyemangatinya. Ya lebih tepatnya Rossie yang menyemangati sedangkan Sora hanya melihatnya.
"Wah ayo pak semangat"
"Uissh gede ini pasti ikannya" dengan sekuat tenaga Pak Akko menarik ikannya lalu akhirnya tertangkap juga. Dan benar apa yang di katakan Pak Akko, ikannya memang besar. Sebesar paha orang dewasa.
"Wah ! Ini pasti enak ini kalau di bakar ini...." ucap Pak Akko dan diikuti oleh anggukan dari Rossie dan Sora.
"Oh ya, Rossie tolong kau bawa ikan ini ke pengurus panti, biar dimasak sama mereka"
"Baiklah" lalu Rossie dan Sora pergi ke pengurus panti, namun tangan Sora di tahan oleh Pak Akko.
"Kau tidak perlu, dia kuat kok mengangkatnya. Lagipula aku ingin berbicara denganmu" lalu Sora duduk di sampingnya sedangkan Rossie membawa ikannya.
"Jadi, namamu Sora ya...nama yang bagus"
"Sebenarnya Rossie yang memberikan nama itu"
"Oh begitu ternyata" lalu Pak Akko melemparkan umpannya kembali ke danau. Setalah itu situasi menjadi canggung dan berakhir menjadi diam. Tidak ada yang memulai obrolan hingga pada saat Pak Akko mecoba untuk mencairkan suasana.
"Bagaimana lukamu? apakah sudah sembuh?"
"Ah iya, sudah sembuh sepenuhnya"
"ah itu bagus...oh ya aku ingat sesuatu" lalu Pak Akko mengambil sesuatu dari kantongnya.
"Aku menemukan ini di salah satu preman tersebut" ternyata itu adalah liontin yang Sora kira sudah hilang.
"Ah itu punyaku! Terimakasih" dengan cepat dia langsung mengambilnya lalu memegangnya dengan erat.
Melihat Sora yang terus memegang liontin itu dengan kuat. Pak Akko menanyakan tentang benda tersebut. "Benda itu pasti penting bagimu. Kalau boleh tau, seberapa penting benda itu bagimu?".
Mendengarnya, Sora langsung melihat liontin dengan wajah yang sedih. "Entahlah, aku pun tidak tahu. Tapi yang pasti ada seseorang yang menyuruhku untuk menyimpannya".
"Ah aku mengerti sekarang...." ucap Pak Akko sembari menganggukan kepalanya. Tidak lama kemudian, suasana menjadi canggung kembali hingga pada akhirnya Sora mengatakan sesuatu ke Pak Akko.
"Uhm Pak Akko, terimakasih karena telah menyelamatkanku" ucap Sora sembari melihat ke arah Pak Akko.
"Sama-sama" saat sudah ingin malam hari, Pak Akko kembali bersama Sora ke panti asuhan.
...****************...
Di tengah malam, Sora yang kebelet ingin kencing bangun dari tidurnya untuk pergi ke kamar mandi. Setelah selesai dengan urusannya dia langsung pergi ke kamarnya hingga mendengar ada suara orang yang sedang melakukan pembicaraan.
Karena penasaran Sora mencoba untuk mendengarkan percakapan mereka dari belakang tembok. Terdengar suara para pengurus panti dan Pak Akko sedang berdebat dengan suara perempuan misterius.
"...Sudah kubilang, kami tidak akan melakukan permintaan gila kalian!" ucap pengurus panti yang terdengar dari suaranya dia sedang marah.
"Ayolah, kalian tahu kalau kami akan datang untuk meminta apa yang sudah tercantum ke dalam kontraknya" dan terdengar juga suara perempuan yang sangat mengintimidasi dengan suara beratnya.
"Ta-tapi, meminta lima anak untuk dijadikan tentara. Apakah itu tidak berlebihan" ucap pengurus panti yang terdengar khawatir.
"Dengar, kontrak tetaplah kontrak. Jika kalian tidak menuruti apa yang aku minta. Maka, kami akan menghentikan aliran dana untuk panti ini"
"Kau ini..."
"Lagipula, kau pasti setuju kan. Akko?" setelah perempuan mengatakan itu,
Pak Akko hanya berdiam saja tidak menjawabnya.
Karena melihat Pak Akko yang hanya berdiam saja, pengurus panti mencoba meyakinkan tentang keputusan perempuan itu. "Hei, kau tidak berpikir akan menurutinya kan?" lagi Pak Akko hanya diam saja.
"Hei, jawab!" dengan berat hati Pak Akko tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang perempuan itu mau.
"Baiklah, aku akan melakukannya. General Carmilla" pengurus panti menjadi syok karena mendengar jawaban dari Pak Akko.
"Seperti yang aku harapkan. Kau memang tidak pernah mengecewakan kami. Terlebih lagi saat kau masih bertugas"
"Apa kau puas? Jika kau puas silahkan tinggalkan tempat ini" dirasa sudah cukup mendengarkannya, Sora segera kembali ke kamarnya. Tapi dikarenakan tidak berhati-hati membuat dia jatuh karena terpeleset.
"Siapa itu?!" perempuan itu melihat ke arah Sora yang membuat dia menjadi takut. Sora mencoba untuk pergi namun tangan dia ditahan oleh perempuan tersebut.
"Wah, wah. Lihatlah ada anak bandel disini" ucap perempuan itu sembari memegang tangan Sora.
"Hei, lepaskan dia!" Pak Akko mencoba untuk menghampirinya, namun entah apa yang terjadi tubuh Pak Akko tidak bisa bergerak.
"Haih tenang, aku tidak akan menyakitinya" lalu perempuan itu melepaskan tangan Sora habis dia berlutut dan memegang bahu Sora.
"Halo, namaku Carmilla. Siapa namamu?" karena ketakutan Sora menjawabnya dengan terbata-bata.
"So-Sora"
"Ah...nama yang bagus" setelah itu dia melepaskan pergelangan tangannya dari bahunya Sora yang membuat Sora menjadi sedikit tenang.
"Jadi, karena kau telah mendengarkan semuanya..." lalu Carmilla mengulurkan tangannya mencoba mengajak Sora untuk bergabung dengannya.
"...Maukah kamu bergabung denganku? Kita akan menghentikan semua perperangan ini" Sora hanya terdiam mendengar ajakan dari Carmilla. Dia terdiam karena memikirkan jika dia bergabung dengannya, berarti Sora akan membantu Carmilla menghentikan perang dan panti asuhan tetap menerima dana bantuan.
Tapi. Jika Sora menolak, maka panti asuhan tidak akan perna mendapatkan bantuan dana dan pernah ini akan tetap bergejolak. Setelah memikirkannya dengan matang Sora menjawab "Ya, aku akan bergabung".
"Sora! Jangan!" tiba-tiba Pak Akko berteriak kesakitan tanpa alasan yang jelas.
"Carmilla kau...."
"Anak pintar, baiklah sekarang sisa empat anak lagi" setelah itu Carmilla berdiri dan disaat yang bersamaan Pak Akko jatuh tak berdaya. Sontak para pengurus panti menolongnya.
"Jadi Akko, apakah kau sudah memutuskan siapa anak yang akan kau serahkan" ucap Carmilla dengan senyumannya. Pak Akko yang kelelahan tanpa alasan yang wajar hanya bisa melihatnya sembari mengatur nafasnya.
"Itu tidak perlu" mendengar Sora berkata begitu Carmilla langsung melihat kearahnya.
"Aku akan mengajak teman-temanku. Mereka pasti akan setuju" mendengarnya membuat Carmilla mengelus kepalanya dengan keras.
"Sungguh anak yang baik karena telah membuat pekerjaanku menjadi mudah. Tidak seperti orang tua ini yang hanya menyusahkan saja" sindir Carmilla sembari melihat ke arah Pak Akko.
"Jadi, sekarang kau pergi bangunkan mereka. Kita akan berangkat malam ini"
...****************...
Disaat mereka dibangunkan oleh Sora. Mereka cukup kaget karena hal ini karena tidak disangka mereka akan bergabung ke pasukan militer, karena menurut rumor. Mereka beranggapan bahwa mereka pasti tidak akan bisa kembali hidup-hidup.
Namun mereka juga memaklumi karena Sora menjelaskan bahwa jika tidak ada yang mau maka panti asuhan ini tidak akan mendapatkan dana bantuan lagi. Jadinya dia menyetujuinya.
"Maaf karena telah membawa kalian ke masalah ini" ucap Sora karena merasa bersalah telah membawa teman-temannya ke dalam masalah ini.
"Yah tidak apa-apa lah, lagipula asalkan kita selalu bersama. Kita akan baik-baik saja karena kita akan melindungi satu sama lain" ucap Aoi sembari memeluk mereka semua dari belakang.
"Cukup basa-basinya, ayo kita berangkat sekarang juga" lalu mereka menaiki mobil. Terlihat para pengurus panti diluar untuk melihat kami pergi tapi tidak dengan Pak Akko. Dia tidak terlihat, mungkin saja dia ada didalam. Tidak lama kami berangkat dan mulai menjauh dari panti asuhan.
Saat sampai ditujuan, terlihat bangunan yang megah. Hingga membuat para anak-anak terlihat kagum dengan bangunannya.
"Selamat datang di Pusat Akademis Pelatihan Militer Zenspire anak-anak"
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!