NovelToon NovelToon

My Hot Maid

Pertemuan pertama yang membawa kesan buruk

Suara bising terdengar di seluruh ruangannya, lampu disko yang kelap kelip dengan alunan musik DJ yang menyakitkan telinga tapi berbeda untuk orang-orang yang tengah berjoget ria dengan pakaian minim dan tubuh yang saling bersentuhan dengan lawan jenis.

Seorang wanita cantik tengah berjoget dengan pakaian yang seksi, segelas alkohol ada di tangannya.

Para pria mulai mendekati dan mencoba merayu, tapi bagi wanita itu mereka tidak selevel dengannya.

"Hey guys! Hari ini aku yang traktir, minum sepuasnya sampe teler!" Bianca tertawa dengan keadaan yang sudah sangat mabuk tapi ia tetap menari dan meminum minuman miliknya.

"Hore!" Sorakan penuh kebahagiaan terpancar di wajah teman-temannya.

Bianca terus menari tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya, hingga punggungnya menabrak seorang pria berjas hitam dengan stelan yang rapi.

"Hey, tuan. Apa kau buta!" Pekik Bianca yang sudah sangat mabuk.

Pria di depannya hanya diam dan tidak menjawab, tatapan dingin dan tajam menatap Bianca tapi wanita itu tanpa rasa takut mendekati pria itu.

"Etts... Tunggu dulu, wajahmu tampan sekali." Bianca mulai mengelus wajah tampan pria di depannya.

"Sebaiknya kau jaga tangan mu itu!" Samuel menatap wanita di depannya dengan tajam, ia tidak suka dengan wanita yang pura-pura mabuk hanya untuk menggodanya.

"Etts.. Apa kau tidak tahu siapa aku?! Aku Bianca Boenavista seorang wanita cantik dengan kekayaan yang melimpah, pria seperti mu mampu ku beli!" Bianca yang masih berada di dalam pengaruh alkohol langsung menggoda Samuel habis-habisan.

Pria tampan itu mulai mengeraskan rahangnya, ia merasa sangat risih dengan wanita di depannya.

Lalu 2 orang pria mendekati Bianca, ia langsung menarik tangan wanita itu.

"Maaf Tuan, dia teman kami." Kedua langsung membawa Bianca pergi, tapi Samuel terus menatap kepergian Bianca yang menghilang di balik pintu.

Bianca dengan jalan sempoyongan di bawa ke sebuah kamar, klub malam ini berada di bawah sebuah hotel mewah dan sangat memudahkan para pria dan wanita yang ingin melakukan hubungan terlarang untuk langsung memesan kamar.

"Hehehe.. Hari ini Tuhan sedang berpihak kepada kita." Pria itu menatap lapar tubuh Bianca yang kini tengah terbaring di atas ranjang, kulit putih yang mulus dan tubuhnya yang berbentuk gitar spanyol membuat kedua pria itu hanya bisa menelan air liurnya dan tidak sabar untuk merasakan kenikmatan dari tubuh Bianca.

Tapi saat hendak membuka pakaian Bianca, kedua pria itu langsung di hajar oleh orang-orang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

"Bawa mereka pergi!" Samuel langsung memerintahkan anak buahnya untuk membawa orang-orang itu pergi dari klub malam miliknya.

Kini matanya melihat tubuh Bianca yang tengah terbaring di atas ranjang, ia bisa melihat dres milik wanita itu tersingkap ke atas yang membuat paha mulusnya terlihat jelas di depan Samuel.

Bianca mulai terbangun tapi keadaannya masih mabuk, dengan senyuman bodoh Bianca langsung bangun dan berjalan ke arah Samuel.

"Ah, kau pria tampan. Aku pecinta pria tampan," oceh Bianca yang masih berada di dalam keadaan yang mabuk.

Samuel terdiam, ia menelan air liurnya saat melihat belahan dada Bianca yang berukuran 40. Tangan Bianca langsung mendorong tubuh Samuel ke atas ranjang, senyuman jahat dan mesum terpancar jelas di wajah wanita itu.

Perlahan bibir Bianca mendekati wajah Samuel, saat Samuel hendak mencium Bianca tiba-tiba wanita itu memuntahkan isi perutnya tepat ke wajah Samuel.

"Arg.." Samuel berteriak marah dan jijik ia langsung mendorong Bianca agar menjauh darinya.

Pria itu segera berlari ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang sudah di nodai oleh muntahan Bianca.

"Wanita sialan, beraninya kau muntah di wajah ku!"

Samuel langsung keluar dari kamar mandi, ia melihat Bianca masih terlelap tidur. Tanpa rasa peduli dan yang ada hanya rasa malah dan jijik Samuel langsung meninggalkan Bianca sendirian di dalam kamar.

*

*

Bianca terbangun dari tidurnya, ia melihat kamar yang terasa sangat asing baginya.

"Arg.. Kepala ku sakit." Pekik Bianca yang memegangnya kepada dengan tubuh yang mulai bangkit.

Hidup mancungnya mulai mengendus-endus bau yang tidak sedap, "Ih, bau apaan nih? Bau banget!" Bianca langsung menutupi hidungnya karena tidak kuat mencium bau busuk yang sebenarnya bau muntahan nya sendiri.

Bianca buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, ia segera membersihkan dirinya. Lalu Bianca sadar jika bau busuk itu dari bajunya, "Sial, baju ku kotor mana bau lagi."

Bianca hendak menghubungi temannya tapi ia lupa jika dirinya tidak membawa handphone sama sekali karena handphone di titipkan di tas sahabat nya. Bahkan ia lupa dimana ia menyimpan tas miliknya, "Sial, bagaimana ini? Aku tidak memiliki pakaian dan dompet ku juga tidak ada, lalu bagaimana aku membayar kamar ini." Oceh Bianca yang mulai panik.

Terdengar suara ketukan di pintu kamar, Bianca mulai waspada ia yakin itu pengurus kamar yang menyuruhnya untuk keluar.

Bianca dengan perlahan membuka pintu kamar, ia masih menggunakan sehelai handuk.

"Ada apa?" Bianca bersembunyi di balik pintu dan hanya memperlihatkan kepalanya saja.

"Maaf Nona, ini sudah waktunya untuk anda keluar dari kamar dan anda bisa langsung membayar tagihan kamar anda, dan juga minuman yang anda pesan."

...Oh My God!!!!! Bagaimana ini, aku lupa dompet ku dimana! Bagaimana cara ku membayarnya dan handphone ku malah tidak ada...

"Ah, begitu. Boleh aku meminjam telpon untuk menghubungkan teman ku. Tadi malam aku kehilangan dompet dan handphone ku ada di tas teman ku. Jadi untuk saat ini aku tidak memiliki uang," jawab Bianca dengan memasang senyuman malu dan bodoh.

"Maaf Nona tidak bisa, sekarang anda ikut saya dan bertemu dengan manager!"

"Enggak mau, kau bisa meminjamkan handphone mu sebentar. Aku janji setelah itu, aku pasti akan langsung bayar!"

"Tidak bisa Nona, anda bisa menelpon di ruang manager. Tapi sekarang anda bisa ikut saya!" Pengurus kamar pun langsung menarik tangan Bianca tapi wanita itu segera melepaskan tangan pria itu dan langsung menutup pintu kamar.

Ketukan terdengar sangat keras, suara teriakan pengurus kamar membuat Bianca semakin panik bahkan kini ada beberapa pihak keamanan yang berada di depan kamar Bianca.

"Sial bagaimana ini!?"

Bianca terus berpikir, lalu ia melihat sebuah telpon rumah di meja dekat ranjang.

Hatinya seketika bersorak senang, ia langsung menghubungi nomor handphone miliknya.

"Sial.. Rebecca ayolah angkat!"

Bianca terus berdoa di dalam hati, ia berharap jika temannya bisa segera mengangkat panggilan darinya. Tapi Bianca langsung menelpon pihak rumah dan untungnya kepala pelayan yang mengangkatnya.

Saat Bianca henda bicara, pintu kamar tiba-tiba di dobrak dengan paksa.

Apa kau pikir aku seperti sebuah kotoran!

"Lepaskan aku!"

Bianca di bawa ke sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna putih dan hitam, ia bisa melihat sosok pria tengah duduk membelakanginya.

"Jadi kau tidak mampu bayar minuman dan kamar yang kau pakai!" Pria itu meninggikan suaranya membuat Bianca sedikit ketakutan.

"Aku mampu bayar tapi biarkan aku menelpon orang rumah dulu, dompet ku hilang jadi sekarang aku tidak memiliki uang sama sekali."

Samuel langsung memutar kursinya dan menghadap ke arah Bianca, ia bisa melihat wanita itu masih menggunakan sehelai handuk berwarna putih.

Bianca terpesona dengan ketampanan pria di depannya sampai mulutnya tidak berhenti terbuka.

...Gila tampan banget, godain dikit bisa kali...

Bianca langsung berjalan mendekat ke arah Samuel, "Jadi begini.." Tapi Samuel langsung menghentikan langkah Bianca.

"Berhenti di sana! Jangan sampai kau mendekat lagi!"

"Eh?" Bianca kini terdiam dengan wajah yang bingung dan linglung, ia heran melihat reaksi pria di depannya.

Bahkan Samuel mengambil pengharum ruangan dan menyemprotkan nya ke depan Bianca.

...Apaan ini? Semua pria berlomba-lomba untuk mendekati ku tapi dia malah melihat ku seperti seonggok kotoran...

"Maaf Tuan?"

"Samuel."

"Oke, maaf Tuan Samuel saya merasa tersinggung dengan perlakuan anda kepada saya? Apa anda pikir saya seperti sebuah kotoran."

"Maaf jika anda merasa tersinggung tapi saya tipe pria yang sangat cinta kebersihan, terlebih lagi saat melihat tampilan anda saat ini."

Mata Samuel melihat ke arah Bianca yang hanya menggunakan sehelai handuk, "Apa lihat-lihat!" Dengan nada tinggi Bianca langsung menutupi area dadanya dengan kedua tangan miliknya.

Lalu tak beberapa lama seorang wanita tua datang, "Maaf membuat anda kerepotan dengan sikap Nona Bianca, saya ke sini membawa uang untuk membayar tagihan Nona Bianca."

Bianca langsung tersenyum bahagia dan haru saat melihat kepala pelayan datang untuk membayarkan tagihan miliknya.

"Baik dan sebaiknya kau jaga wanita itu!"

Tina langsung memberikan kartu debit milik Bianca, wanita itu segera melunasi tagihan kamar dan beberapa minuman yang ia pesan. Setelah itu Bianca langsung pulang ke rumah, tak lupa ia juga menggunakan pakaian yang di bawa oleh Tina dari rumah.

"Uh.. Bibi Tina, aku sayang kepada mu." Bianca memeluk dengan perasaan yang senang karena wanita tua itu sudah menyelamatkannya.

"Nona sebaiknya anda jangan melakukan hal seperti itu lagi, jika anda masih melakukannya saya tidak akan membantu anda lagi."

"Oke oke, kau tenang saja ini yang terakhir. Tadi malam aku sangat mabuk dan lupa menyimpan dompet ku dimana."

"Dompet anda sudah saya temukan."

"What? Sungguh tapi dimana?"

"Di kamar anda."

"Hah? di kamar ku, bagaimana bisa?"

"Sepertinya anda lupa membawa dompet anda, sebaiknya Nona jangan pergi ke klub malam itu lagi. Jika Tuan dan Nyonya sampai tahu, mungkin mereka akan marah besar."

"Oh My God, please Bi jangan beritahu mereka tentang hal ini. Aku tidak mau uang jajan ku di potong," Bianca langsung merengek kepada kepala pelayan karena ia yakin jika kedua orang tuanya pasti akan marah besar.

"Untuk kali ini saja." Jawab Tina seraya menghela nafas.

"Uh, kau memang yang terbaik."

"Tuan Rian kini berada di rumah dan menunggu anda pulang."

Bianca langsung memutar bola matanya saat mendengar nama pria yang menjadi tunangannya itu.

"Untuk apa sih pria sialan itu datang ke rumah? Sudah berapa kali aku bilang, aku gak mau nikah sama dia. Pria itu licik, dia tunangan sama aku cuman pengen nguasain harta ku aja." Bianca langsung mengoceh, ia sama sekali tidak menyukai Rian karena pria itu hanya mencintai hartanya saja.

Tina hanya diam karena menyangkut tentang Rian bukankah wewenangnya.

Sesampainya di rumah...

Bianca langsung berjalan cepat melewati pria yang berstatus tunangannya.

"Bianca!" Panggil Rian saat melihat Bianca melewatinya begitu saja.

Tapi Bianca kini pura-pura tuli, ia tidak peduli meski sudah di panggil berkali-kali oleh pria itu.

Rian lalu menarik tangan Bianca yang membuat wanita itu langsung menatapnya dengan malas.

"Ada apa sih?"

"Kau darimana saja?"

"Bukan urusanmu, lagi pula untuk apa kau pagi-pagi sudah datang ke rumah ku. Apa kau tidak punya rumah?!"

"Bianca, jaga bicaramu. Aku ini tunangan mu dan kita akan menikah."

"Enggak, aku gak mau nikah sama kamu. Jika kau ingin tetap menikah kau bisa menikah saja dengan ayah ku karena dia yang menginginkan mu menjadi menantunya."

"Bianca, kau ini bicara apa sih? Sayang, sebaiknya kau jaga bicaramu. Dan lagi jam segini kau baru pulang ke rumah? Kau darimana saja semalam?"

"Bukan urusanmu, tapi yang jelas aku bersenang-senang dengan seorang pria."

Plak..

Bianca langsung memegangi pipinya, matanya menatap marah pria di depannya yang berani menamparnya.

"Beraninya kau menampar ku dasar pria b*rengsek!" Maki Bianca dengan emosi yang sudah meluap ke ubun-ubun.

"Harusnya aku yang marah! Jika bukan karena keluarga mu yang kaya, mana mungkin pria terhormat seperti ku mau menjadi tunangan wanita murahan seperti mu!"

Bianca langsung tersenyum, kini Rian sudah menunjukkan taringnya.

"Waw.. Kini kau sudah melepaskan topeng busuk mu itu!"

Rian segera meminta maaf tapi Bianca mengacuhkannya dan langsung pergi menuju kamar tidurnya.

Ketukan di pintu kamar Bianca terus terdengar, ia tahu jika itu Rian tapi Bianca sama sekali tidak peduli dengan pria itu.

Hari sudah mulai menjelang malam, Bianca yang ingin segera tidur langsung di panggil oleh ayahnya yang baru pulang dari luar kota.

Entah kenapa Bianca sangat malas untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan salah satu saudari angkatnya.

"Ada apa?" Bianca langsung to the points karena ia sudah sangat mengantuk.

"Bianca tadi pagi kau bertengkar dengan Rian? Lalu kau juga pulang pagi-pagi, darimana kau semalam." Moris langsung menanyai putri sulungnya.

"Emmm.. Apa yang ayah katakan, memangnya siapa yang menyampaikan informasi yang tidak benar itu." Bianca berusaha untuk mengelak semua tuduhan yang di lontarkan oleh ayahnya.

"Rian, dia mengatakan jika kau pulang pagi-pagi dan bermain dengan para pria di luar sana." Moris kini meninggikan nada bicaranya.

...Rian sialan, awas kau....

"Aku tidak melakukan hal itu, aku berani bersumpah jika aku berbohong aku rela jika Rian di sambar petir."

"Kakak, sebaiknya kakak mengaku saja. Jangan malah menuduh Kak Rian berbohong." Yurika langsung membela Rian, ia adalah anak angkat dari keluarga Boenavista.

"Sebaiknya kau jangan ikut campur deh, lagi pula kau tidak di ajak!"

"Cukup! Bianca, ini peringatan terakhir untukmu jangan pernah melakukan hal itu lagi."

"Oke oke!"

Bianca langsung pergi begitu saja, hatinya terasa sangat sakit jika lama-lama melihat pemandangan kedua orang tuanya lebih menyayangi anak angkat mereka.

Kabur dari rumah berujung jadi pembantu

Bianca dengan perasaan kesal dan marah langsung memasukkan pakaian-pakaian miliknya ke dalam koper, tak lupa ia juga membawa uang tunai yang sangat banyak.

"Uh.. Aku bosan tinggal di rumah yang isinya orang-orang idiot semua!" Pekik Bianca yang terus memasukkan barang-barang miliknya ke dalam koper.

Ia juga membawa kunci apartemen miliknya yang ada di pusat kota Jakarta, untuk saat ini Bianca memutuskan untuk kabur dari rumah ia sudah kesal dengan sikap kedua orangtuanya.

Keesokan harinya...

Moris dan Daniela tengah memakan sarapan milik mereka, begitu juga dengan Yurika. Lalu seorang pelayan datang menghampirinya untuk mengatakan jika Bianca akan kabur dari rumah.

Moris dan Daniela pun langsung bangkit untuk melihat putri sulungnya, mereka berdua terdiam saat melihat banyak pelayan tengah membawa beberapa koper besar milik Bianca.

"Bianca, apa yang kau lakukan?" tanya Daniela kepada putri sulungnya.

"Aku akan kabur dari rumah." Jawab Bianca tegas.

"Kau ingin kabur dari rumah dengan tampilan seperti ini?" Moris menatap Bianca dari atas sampai bawah, pakaian wanita itu sangat modis ia menggunakan dres berwarna putih dengan sebuah topik pantai di kepalanya dan sebuah kacamata hitam.

"Tentu saja dan aku akan kabur dari rumah."

"Baiklah jika seperti itu, tapi kau tidak boleh membawa barang-barang dari rumah ini." Moris langsung menyuruh pelayan untuk membawa kembali koper-koper milik Bianca.

"What? Gak bisa gitu dong, itu baju-baju ku!" Bianca langsung protes dengan melepas kacamata hitam miliknya.

"Tentu saja aku bisa melakukannya, karena semua yang kau bawa itu menggunakan uang ku. Jadi jika kau ingin kabur, kau bawalah baju yang kau pakai saja tanpa membawa kartu ATM ataupun yang lainnya!"

"What, ayah kau kejam sekali." Maki Bianca dengan tatapan mata yang tidak percaya.

"Terserah!"

Bianca yang kesal langsung kembali masuk ke dalam kamarnya, Moris dan Daniela tersenyum melihat tingkah laku Bianca yang sangat lucu bagi mereka.

"Kau ini selalu saja menjahili Bianca, kau lihat wajahnya? Dia pasti sangat marah." Daniela langsung mencubit perut suaminya.

"Aw.. Aw... Sakit, tapi biarkan saja. Anak itu terlalu di manja, lagi pula dia tidak akan berani kabur. Kau tahu, dia sering melakukan hal itu dan baru 1 hari kabur sudah kembali lagi ke rumah."

Moris dan Daniela nampak tertawa senang ketika membahas sikap Bianca yang menurut mereka sangat lucu.

Bianca kini berada di dalam kamar, ia tidak suka dengan sikap kedua orangtuanya. Kesal dengan hal itu Bianca langsung memutuskan untuk pergi dari rumah tanpa membawa apapun tapi ia membawa sebuah koper kecil miliknya.

Kini Bianca berjalan luntang-lantung ke sana ke sini tanpa arah dan tujuan, ia bingung harus kemana.

"Arg.. Bodoh, kenapa aku malah kabur." Rengek Bianca yang ingin menangis karena ia tidak memiliki uang sama sekali.

Lalu sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya, kaca mobil penumpang pun terbuka menampilkan sosok pria tampan yang pernah Bianca temui.

"Tuan Samuel?"

"Apa yang sedang kau lakukan?" Samuel melihat Bianca dari atas sampai bawah.

"Emm.. Aku kabur dari rumah."

Samuel langsung mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban dari Bianca, "Kabur? Jadi kemana tujuan mu sekarang?"

"Aku tidak memiliki tujuan, tapi Tuan Samuel apa kau bisa memberikan tumpangan?" Bianca langsung merengek dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tidak!"

"Ayolah, jika kau tidak mau memberikan tumpangan. Aku akan masuk lewat kaca mobil," Bianca langsung memasukkan setelah tubuhnya lewat kaca mobil.

"Apa kau gila! Keluar!"

"Enggak mau!"

"Oke oke, aku akan memberikan tumpangan hanya tumpangan."

Bianca dengan senyum merekah langsung masuk ke dalam mobil Samuel, "Terimakasih Pak Samuel, anda memang orang baik."

selama di perjalanan Bianca mendekat ke arah Samuel, bahkan sangat dekat yang membuat pria itu marah-marah.

"Sebaiknya kau menjauh dari ku!"

"Tidak bisa, kau terlalu tampan untuk di jauhi. Tubuh ku ini terasa di tarik oleh data tarik mu."

Samuel hanya menghela nafas, sepertinya ini pilihan yang salah karena membiarkan wanita itu masuk ke dalam mobilnya.

"Jadi kau akan turun dimana?"

"Hah? Aku sudah katakan, aku tidak memiliki tempat tinggal sama sekali. Jadi aku tinggal di tempat mu yah."

"Apa? Kau gila yah, kita saja baru beberapa kali ketemu dan kau malah meminta tinggal di tempat ku."

"Ayolah, ku mohon." Rengek Bianca seraya memeluk tangan Samuel.

"Lepaskan, ku bilang tidak!"

"Please."

"Turun dari mobil ku sekarang!" Usir Samuel.

"Enggak mau, izinkan aku tinggal. Hiks... Hiks.. Hiks..."

Samuel hanya bisa menghela nafasnya seakan pasrah. "Oke, aku akan memberikan mu tumpangan untuk tinggal tapi aku membantu mu tidak gratis."

"Eh? Apa?"

"Iya, kau bisa bekerja sebagai pembantu di apartemen milik ku. Aku memiliki sebuah apartemen yang jarang di gunakan, tugas mu hanya membersihkannya dan menjaganya."

Tawaran yang di berikan oleh Samuel cukup menggiurkan, tanpa pikir panjang Bianca langsung setuju untuk menjadi pembantu di apartemen milik Samuel.

"Tapi berapa gaji ku?"

"Emm.. Mungkin 4 juta selama satu bulan."

"What? Hanya 4 juta, gaji macam apa itu kecil banget!" Bianca langsung menyipitkan matanya saat mendengar gaji yang ia dapatkan.

"Jika kau tidak mau ya sudah, kau bisa cari pekerjaan yang lain."

Bianca mulai melihat ke atas, ia kini sedang berpikir. "Oke oke, aku terima meski gaji nya kecil."

Lalu mobil yang di tumpangi oleh Bianca menuju sebuah kompleks apartemen yang sapi dan seperti sudah sangat lama.

"Dimana ini?" Bianca yang baru turun dari mobil merasa sangat merinding melihat keadaan apartemen milik Samuel yang sangat sepi.

"Ini tempat apartemen ku, dan ini kuncinya!"

"Tapi apa kau yakin? Tempat ini sangat menakutkan."

"Iya, aku sudah sering mencari pembantu untuk menjaga apartemen ku tapi semuanya menolak dan untungnya kau bersedia. Terimakasih yah." Samuel langsung tersenyum dan pergi begitu saja meninggalkan Bianca.

Dengan kaki gemetar Bianca berjalan masuk ke dalam apartemen, ia ingat jika kamar apartemen milik Samuel ada di nomor 405 di lantai 4.

Bianca melihat ke sekeliling dan sangat sepi, ia segera pergi ke lantai 4.

Sesampainya di lantai 4, Bianca bisa melihat kamar dengan nomo 405 tanpa pikir panjang wanita itu langsung masuk menggunakan kunci yang di berikan oleh Samuel.

Mata Bianca langsung melihat ke sekeliling, ruangan yang nampak sangat gelap dan sepertinya berdebu.

Tangannya mulai meraba-raba saklar lampu, dan saat lampu menyala, Bianca langsung terkejut saat melihat ruangan yang sangat berdebu dengan semua perabotan rumah yang di tutupi oleh kain putih.

"Arg... Apa-apaan ini!" Maki Bianca, ia merasa telah di tipu oleh Samuel.

Bagi Bianca ini bukanlah apartemen melainkan lebih mirip sebuah gudang penyimpanan.

Bianca langsung melihat semua perabotan yang masih sangat bagus, bahkan ada yang masih di bungkus oleh plastik.

Bianca langsung mencari alat penyedot debu yang pastinya ada di tempat ini, cukup lama mencari akhirnya Bianca menemukannya alat penyedot debu dan beberapa alat kebersihan yang masih komplit bahkan terlihat belum di gunakan sama sekali.

"Sialan, aku yang seorang wanita kaya harus melakukan pekerjaan seperti ini!"

Bianca langsung mengambil sebuah sapu untuk membersihkan debu-debu di di lantai, suara batuk terdengar dari Bianca.

Dengan perasaan kesal dan marah Bianca terus membersihkan semua bagian apartemen dari atas sampai bawah, hingga akhirnya tubuh Bianca tergeletak lemas di atas lantai.

Sebuah senyuman kepuasan terlihat di wajah Bianca saat melihat pemandangan apartemen yang kini sudah sangat bersih dan juga rapi.

"Sekarang kalian lihat, aku juga bisa membersihkan rumah!" Oceh Bianca yang ocehan itu ia tujuan untuk kedua orangtuanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!