NovelToon NovelToon

Benih Bayaran Madam CEO

Jemputan Manis

Gedung besar dengan kaca yang menghiasi pintu dan jendela itu semakin menambah kilauan gedung itu. Bertuliskan huruf balok YN dan sisanya tertutupi kegelapan yang mulai merundung karena sang Surya baru perlahan tenggelam.

Tampak seorang wanita cantik langsung memasukkan dokumen pertemuan nya dan segera berlari dengan sepatu heels nya ya bewarna hitam legam.

Senyum langsung terlihat setelah melihat sosok pria dengan pakaian yang menyisakan kemeja putih saja dengan wajah rupawan.

"Honey!" Wanita itu segera berlari kedalam pelukan hangat itu yang terbuka sangat lebar.

Yana sangat bahagia karena kedatangan suami tercintanya yang telah menanti di mobil hitam yang terparkir di depan bangunan besar itu.

Merasakan pelukan hangat istrinya, pria itu memutar membuat Yana berteriak kecil karena hal itu. "Miss you!" Bukan sekedar ucapan, tapi ia justru melayangkan ciuman manis yang mendarat sempurna di benda kenyal merona alami itu.

Dengan senang hati, Yana langsung menyambut ciuman manis itu, seolah mereka tidak peduli dengan sekitar karena bangunan ini adalah milik mereka terutama Yana istrinya.

Keduanya baru saja selesai dengan rutinitas kertas dan pena mereka ditambah dengan presentasi. Yana dengan perusahaannya dan suaminya dengan alat kecantikan terbalik memang tapi keahlian tidak memandang gender bukan.

"Lelah?" Tanya pemilik wajah tampan itu.

"Tidak, karena aku mendapatkan vitaminnya." Yana kembali mengecup bibir suaminya dengan pelukan yang masih belum terurai.

"Ayo, kita pulang."Vander membuka pintu mobil meskipun dengan gelayutan sang istri.

Keduanya saling sibuk bekerja tapi hubungan keduanya sangat harmonis dan terbuka. Adegan romantis itu, tentu saja dapat dilihat oleh mata yang lain terutama karyawan di perusahaan Yana.

Tentu saja mereka berbisik-bisik membicarakan kemesraan bos mereka yang membuat mereka iri dan bermimpi mendapatkan hal yang sama.

"Aku tidak berhenti melihat kecantikan dan ketampanan bos dan suaminya mereka sungguh sangat serasi!" Salah satu karyawan bersuara sama melangkah pelan.

Yana dan Vander dikenal dengan pasangan impian, selain memiliki fisik yang saling mendukung, keduanya juga berasal dari kalangan atas yang tentunya tidak ada drama kemiskinan salah satu tokoh yang akan membuat restu tidak diberikan.

Yana mengangguk dan mengendurkan pelukan nya karena mereka akan segera pulang. Vander menutup pintu mobil setelah istrinya duduk manis di sana, Yana kembali mencuri kesempatan untuk mendaratkan ciuman manis.

"Sudah! Atau....." Yana hanya terkekeh menanggapi ucapan suaminya.

Sepanjang perjalanan mereka terlihat saling bicara dan tangan mereka bertaut sempurna di dalam sana, meksipun hampir 5 tahun mereka bersama, meksipun keduanya hasil perjodohan tapi mereka bisa menjadikan itu sebagai kebahagiaan versi mereka.

"Bagaimana di kantor?" Sekarang giliran Yana yang bertanya.

"Baik, dan sebentar lagi akan ada launching produk baru." Yana mengangguk senang mendengar ucapan suaminya. Rambu lalulintas dilewati mobil mereka yang mengantarkan mereka ke kediaman manis mereka.

Rumah bergaya Eropa itu menyambut mereka, baru saja mereka tiba di halaman,keduanya saling menyalurkan kerinduan hampir seharian tidak bertemu.

Vander merangkul pinggang istrinya dengan serangan kecupan yang sudah tidak bisa ia toleran lagi akibat ulah Yana di perjalanan.

Kaki jenjang Yana mendorong pintu kamar mereka dan tak lama terdengar suara tutupan pintu yang cukup keras karena mata sang pemilik sibuk menatap satu sama lain.

"Tutup pintu utama dan jangan ada yang menganggu!" Terdengar titah dari wanita berusia setengah abad yang mendiami keluarga itu sebagai pengurus rumah yang sangat mengerti akan kondisi majikan nya.

Beberapa pelayan lain langsung mengangguk setuju dan kembali ke tempat mereka untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Menjadi bisu, tuli dan buta merupakan makanan sehari-hari merasa disini akan rutinitas panas majikan mereka.

Kamar utama yang tadinya sangat rapi itu sekarang sudah seperti terkena ombak besar yang memporak-porandakan kamar mereka.

Vander berbaring sambil menatap wajah cantik yang berkilauan karena keringat akibat aktivitas mereka. Senyum terlihat sangat jelas di wajah keduanya hanya selimut yang menutupi tubuh mereka yang sudah polos seperti bayi.

"Kenapa?" Tanya Yana yang melihat suaminya terus menatap dirinya dirinya.

"Aku mencintaimu." Hanya itu yang Vander katakan membuat Yana mendekatkan wajahnya ketika tinggal beberapa centi lagi, suara dering telepon mengacaukan semuanya.

Senyum di wajah Yana langsung memudar saat mendengar sosok yang menghubungi Vander.

Bersambung.....

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak

Neraka Yana

Dengan kekesalan yang ia sembunyikan di hati, Yana menyusun beberapa barang yang akan mereka perlukan ke dalam koper bewarna biru langit itu.

Panggilan itu, membuat mood Yana sungguh rusak. Mertuanya baru saja menghubungi Vander yang membuat mereka langsung bersiap-siap, bahkan ketika membersihkan tubuh mereka, Yana kehilangan selera bermain kembali.

Mereka akan menempuh perjalanan yang cukup jauh, untuk menuju kediaman mertua Yana yang tidak berada di kota yang mereka tempati.

"Kenapa Mama menghubungi mendadak?" Yana bertanya dengan senormal mungkin dan tidak memperlihatkan kekesalannya.

"Mama hanya lupa karena senang." Vander menjawab dengan kekehan kecil tidak tau ada api yang tengah menyala dihati istrinya.

Panggilan itu meminta keduanya datang karena pesta penyambutan sosok kecil yang menambah anggota keluarga mereka.

Sepanjang perjalanan Yana tersenyum tapi tidak dengan hati dan pikirannya karena ia yakin mertuanya akan kembali mengungkit perihal buah hati diantara pernikahan mereka yang berusia hampir 5 tahun ini.

'Kau tidak tau Vander, neraka apa yang tengah dipersiapkan Mama untuk ku.' Sambil menatap senyuman suaminya, Yana sedang berusaha menguatkan hatinya.

Persoalan anak akan menghantui Yana disana, bukan suka cita yang akan ia dapatkan tapi duka berbalut sukacita yang dibalut rapi oleh mertuanya. Mama Vander bicara seolah Yana yang bersalah karena belum ada buah hati diantara pernikahan mereka.

Yana bukannya mandul tapi suaminya lah yang bermasalah, tapi Yana tidak mengatakan itu mengingat rasa cintanya pada pria itu. Ia juga tidak tega dan suaminya tidak kecewa akan itu ia menganggap mungkin belum diamanahkan untuk mereka.

Gerbang besar itu langsung menyambut mereka dan terlihat beberapa saudara yang sudah hadir membuat Yana segera mengambil energi sebanyak-banyaknya untuk menghadapi serangan di dalam.

"Putraku telah tiba!" Mama Vander langsung memeluk putranya yang disambut dengan baik oleh Vander, bagi Vander Mama nya tengah tersenyum bahagia tapi bagi Yana justru tatapan dengan pertanyaan kapan akan hamil.

"Mama, Yana..." Wanita berusia 45 tahun itu segera memeluk Yana membuat Yana sesak napas.

"Selamat datang menantu ku tersayang!"

"Bagaimana kabar mama." Yana menunjukkan kesopanannya karena ia memiliki nilai-nilai meksipun tengah terancam saat ini.

"Sangat baik! Apalagi mendapatkan cucu lagi!" Mertuanya bicara dengan mata yang tak bersahabat mengarah pada Yana.

"Ayo masuk nak!" Terlihat Papa Vander mengajak putra dan menantunya segera masuk untuk istirahat.

Yana tak lupa menyapa Ayah mertuanya begitu juga dengan Vander. Merasakan tangannya digenggam saat mereka melangkah masuk membuat perasaan Yana menghangat karena perlakuan itu.

Ketika acara dimulai, telinga Yana sudah sangat panas mendengar ucapan ibu mertua serta yang lainnya perihal anak.

"Jika Yana belum bisa hamil juga. Maka... aku akan menikahkan Vander kembali!" Perkataan itu bak anak panah yang menghujam hatinya.

"Mama, apa yang mama katakan?" Vander tentu saja terkejut dengan ucapan Mama nya yang tiba-tiba saja berubah beracun padahal tadi baik-baik saja.

"Mama tidak bisa lagi menunggu Vander. Sudah lima tahun kalian menikah, tapi..... Yana belum hamil juga? Sampai kapan mama menunggu? Bahkan adik mu sudah memiliki dua anak tapi kau...." Bermodalkan air mata membuat Vander sedih.

"Mama, aku yakin kami akan segera memiliki anak. Mama bersabarlah sedikit lagi." Pinta Vander yang mencintai Yana.

"Baik! Satu tahun! Jika dalam satu tahun tidak juga, maka.... ikuti permintaan Mama!" Vander segera mengangguk dengan penuh keyakinan sedangkan Yana merasa udara di sekitarnya hilang karena itu tidak mungkin terjadi.

Perkataan dengan ancaman serta waktu itu menjadi beban baru bagi Yana. Bahkan malam yang seharusnya menjadi waktu bersama istirahat baginya tidak berlaku sekarang, pelukan Vander yang menenangkan dirinya tidak bisa membuat ia tenang.

Yana tengah bergelut dengan pikirannya, wanita cantik itu menyalakan ponselnya mencari jalan keluar untuk permasalahan ini hingga sebuah iklan membuat ide gila muncul dipikiran nya.

Bersambung.....

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya terimakasih banyak

Solusi Gila

Iklan tak bermoral itu membuat Yana mendapatkan jalan keluar meksipun dengan kesesatan. Dan baru setelah itu, Yana akhirnya tertidur pulas sambil mengatakan maaf dengan lirih pada Vander. "Honey, maafkan aku. Tapi tidak ada jalan lain untuk mempertahankan rumah tangga kita."

Pagi ini Yana sudah lebih baik, selain mendapatkan solusi ia juga sudah kembali berada dikediaman mereka tanpa sanak keluarga yang membuat tekanan batin.

"Spaghetti bolognese dengan daging yang banyak, untuk honey ku." Senyum sudah Yana berikan selebar mungkin tapi Vander tidak ada reaksi membuat wanita itu bingung.

"Ada apa?" Tanya Yana menatap suaminya.

"Maaf...."Kening Yana berkerut mendengar kata itu.

"Untuk?"

"Perkataan Mama waktu itu. Jangan disimpan ya, mungkin Mama hanya marah." Vander sengaja bicara ketika mereka sudah kembali ke rumah karena itu lebih tepat baginya, hanya ada kepala mereka berdua tidak ada ketiga dan seterusnya yang menambah beban baru.

Yana menyentuh tangan itu, dan membuat tatapan mereka bertemu sejenak. "Aku tau, tidak apa. Aku paham, yang jelas kau tidak akan menikah lagi kan?"

"Tentu saja tidak! Hanya kau istriku!" Vander langsung mendekap erat tubuh Yana dan terasa ada air yang mengalir di sana.

"Karena aku yakin kita akan segera diberikan kepercayaan, aku yakin itu!" Yana merasa bara ditangannya mulai menyala karena keyakinan yang sia-sia itu.

'Aku semakin yakin karenanya!' Tekad Yana semakin besar untuk melakukan ide gilanya.

Seperti ucapan Vander, produk baru segera diluncurkan dan untuk itu, Vander pergi ke kota yang menjadi tempat launching.

"Kau yakin tidak mau ku temani?" Vander kembali memastikan karena Yana tengah sakit saat kepergian nya, pria itu bisa saja tidak hadir karena menjaga istrinya.

"Tidak usah, itu namanya tidak profesional dan aku hanya demam sedikit. Nanti juga sembuh, lagipula ada Bibi yang menjaga ku."

"Apa perlu tempat nya ku ganti?"

"Maksudnya?"

"Dirumah kita saja, agar aku bisa menggenggam tangan mu." Wajah Yana bersemu merah mendengar nya.

"Ada-ada saja. Ayo, sudah waktunya."

"Aku pergi, aku akan menghubungi mu setelah tiba. Aku mencintaimu, jangan lupa minum obat tepat waktu."

"Iya, hati-hati. Aku menunggumu, i love you!" Yana berteriak sambil melihat mobil suaminya berjalan menjauh.

Setelah memastikan suaminya sudah pergi, Yana segera mengurus pelayan di rumah nya. Dengan mengatakan ia pergi ke kantor mengurus pekerjaan yang menumpuk setelah merasa baikan apalagi ditambah dengan dokter yang memeriksa dirinya, wanita itu pergi keluar dengan lancar.

"Hanya 7 hari!" Gumam Yana melajukan mobilnya ke kantor sejenak lalu menuju tempat pertemuan nya dengan pria bayarannya.

Tempat yang berbentuk apartemen kecil di sudut kota itu menjadi tempat pertemuan mereka. Apartemen ini adalah apartemen Yana ketika kuliah yang tidak diketahui oleh siapapun bahkan orang tuanya.

Jam dinding menunjukkan pukul 8 malam, Yana merasakan jantungnya berdetak kencang dengan pengkhianatan ini. Ia menatap ponselnya dari nomor telepon yang mengatakan bahwa ia sudah di depan apartemen dan menuju pintu apartemen milik Yana.

Kaki jenjang berkulit terang nan mulus itu menuju pintu dan.....

Sosok pria dengan kaus dan celana jeans hitam sudah menyambut netra Yana. Dari atas hingga bawah, Yana memindai pria itu, sesuai kriterianya. 'Hebat juga!' Yana merasa takjub dengan pilihan calo bayaran yang sangat sesuai dengan keinginannya, baik dari wajah dan tubuh.

"Selamat malam." Pria itu akhirnya bersuara membuat Yana sadar.

"Masuklah!" Perintah Yana dan pintu itu segera tertutup, sekarang dirinya berada di ruangan yang sama dengan pria lain yang bukan suaminya.

"Mana...." Kertas bertuliskan laporan kesehatan itu segera bertatapan dengan manik matanya, Yana membaca laporan kesehatan pria yang akan membuahinya itu.

"Rumah sakit ini..... Sepertinya bos mu sangat bagus! Aku tidak menyangka ia melakukan pemeriksaan di sana." Pria itu tidak menjawab hanya mengangguk saja.

"Apa langsung?" Yana cukup kaget dengan pertanyaan pria itu apalagi ditambah dengan tubuh perfeksionis yang dimilikinya.

Tidak kalah dengan Vander tapi pria itu memiliki kulit yang lebih cerah dibandingkan suaminya, hanya itu perbedaan nya serta manik matanya yang memiliki ciri khas tersendiri yang membuat Yana terhipnotis.

"Kau bicara seperti sudah berpengalaman."

"Ya, kami para pria memiliki naluri yang sangat ahli dalam hal ini. Madam juga tau kan?"

"Aku tidak punya waktu! Kalau begitu mari kita lihat! Apakah kau sungguh hebat?" Yana merasa ditantang oleh pria itu dan senyum memesona terkembang mendengar ucapan Yana.

Tangan kekar itu perlahan melingkar dan Yana tidak merasa marah atau canggung karena ini. Seolah mereka adalah pasangan, tangan serta benda kenyal itu langsung bergerilya di tubuh masing-masing yang akan menjadikan malam ini menjadi milik mereka, bahkan Yana begitu menikmatinya permainan pria yang berada di atasnya itu.

Bersambung......

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!