PLAKK
Sebuah tamparan mendarat dengan indah pada pipi mulus seorang gadis.Tidak ada rintihan ataupun tangisan sama sekali.Bahkan perih dipipinya tidak sebanding dengan luka yang ada dihatinya.
Namanya Adya Viracantika, yang memiliki arti perempuan cantik penuh kebaikan.Namun berbanding terbalik dengan namanya, kisah hidup nya begitu penuh dengan kekejaman.
Tidak ada ketenangan setelah meninggalnya sang ibu tercinta.Saat usianya 5 tahun,Ibu Adya yang bernama Widya pulang kepangkuan sang maha pencipta.Saat adiknya yang baru berusia 3 tahun hanya bisa menangis dan berteriak mencari ibunya, detik itu juga sang ayah berubah menjadi pria arogan.
Setiap hari Wira, nama ayah Adya, hanya bisa mabuk mabukkan dan berjudi.Suatu ketika ia pulang kerumah membawa seorang wanita dan satu anak perempuan seumuran dengan Adya dan memperkenalkan mereka sebagai anggota keluarga baru.
Kesengsaraan Adya pun dimulai.Mendapat perlakuan tidak baik mulai dari fisik hingga batin,membuatnya tumbuh menjadi gadis yang tangguh juga sedikit arogan.
Kembali lagi pada Adya.Setelah sekian lama akhirnya sang ayah kembali melayangkan tamparan pada pipi nya.
"Dasar anak tidak tahu diri ! Sudah baik aku mau membesarkanmu, tapi malah begini balasanmu Hahhh!" Hardik Wira
Adya bahkan tersenyum sinis menatap kearah mata sang ayah lalu berucap dengan santai. "Bahkan selama ini aku tidak pernah membantah ucapanmu.Tapi untuk menjadi penebus hutang,dengan keras aku menolaknya."
Adya berlalu pergi dari hadapan Wira.Ia marah juga kecewa.Ia tidak habis pikir, selama ini ia melihat ayah nya baik baik saja, namun tidak disangka bisa memiliki hutang yang terlampau banyak.Parahnya sang ayah ingin menjadikan nya sebagai penebus hutang.
Adya membawa tas ransel berisi sedikit pakaian dan satu buah laptop milik nya sendiri.Ia tidak membawa satu pun barang pemberian Wira bahkan mobil.
Ia akan pergi dari rumah ini.Tidak peduli dengan kemarahan Wira ataupun istrinya nanti, ia sudah muak.
Saat hendak menuju garasi, ia berpapasan dengan sang adik yang baru pulang dari sekolah.
"Mau kemana Kak ?" Tanya Devon dengan heran.Pasalnya sang kakak membawa ransel yang cukup besar.
"Gue mau pergi, lo baik baik disini."
"Jadi lo mau ninggalin gue sendiri ?" ucap Devon kecewa
Tidak ingin melihat sang adik kecewa,Adya segera pergi meninggalkan Devon.Namun saat ia menghidupkan motornya,Devon sudah naik dan duduk dengan tenang dijok belakang.
Adya menoleh kearah belakang.
"Lo mau ngapain?"
"Mau ikut lah.Ya kali gue disini sendirian.Kalo dimarahin sama setan itu, siapa yang mau belain gue." Balasnya dengan menggebu gebu.
"Gue mau minggat T*l*l ! Bukan mau liburan, ngapain ikut !" balas Adya tak kalah sengit.
Tidak ingin berlama lama, Adya segera melajukan motornya sekaligus membawa sang adik.
Sebuah motor dengan tipe Honda CRF150L itu Adya dapatkan saat mengikuti balap liar.Memang salah satu penghasilan nya adalah dengan balap liar.Tidak setiap saat, ia hanya bermain ketika jenuh saja.
Motor trail nan gagah itu melaju dengan kecepatan sedang,membelah jalanan ibu kota yang cukup lenggang sore itu.Membawa dua anak manusia yang tidak punya tujuan untuk sekedar melepas beban.
Devon yang tahu kakak nya tengah sedih, memiliki inisiatif untuk memeluknya dari belakang.Meski hanya sedikit ia juga ingin sang kakak membagi beban dengan nya.
Merasakan ada sebuah tangan yang melingkar diperutnya,membuat Adya tak kuasa menahan tangis nya.Selama ini ia berjuang keras agar sang adik memiliki hidup yang bahagia.Walaupun ia sendiri jarang mendapatkan hal tersebut.
Setelah beberapa saat, mereka sampai pada sebuah bangunan yang tidak terlalu besar.Lalu memakirkan motornya digarasi tanpa rasa ragu seperti sudah sering datang kemari.
"Queen, tumben kemari saat masih sore?" Tanya heran seorang laki laki yang memakai pakaian serba hitam.
Melihat Adya yang dipanggil Queen hanya diam saja,membuat nya mengerti jika suasana hati nya sedang tidak baik.Bima dan Devon yang sudah saling kenal meskipun tidak akrab, memilih mengikuti sang Queen untuk masuk kedalam.
Ruangan luas lengkap dengan kursi dan beberapa karpet dilantai itu adalah sebuah basecamp yang digunakan Adya bersama teman teman nya untuk sekedar berkumpul atau membahas hal serius lain nya.
Mereka saling kenal sejak SMA dan bertahan hingga saat ini usia mereka sudah 20 tahun atau bahkan lebih.Queen sendiri adalah panggilan yang mereka sematkan kepada Adya karna mereka memang menganggapnya sebagai ratu.Adya bukan satu satunya anggota wanita didalam geng tersebut,namun ia adalah satu satu nya wanita yang berani menjadi pemimpin.
BLACK ROSE
Nama kumpulan mereka yang memiliki simbol indah,namun berduri tajam.Anggota inti selain Adya,adalah Bima,Frans,dan Yogi.
Meskipun Queen sangat cantik nyaris sempurna, tidak ada satupun dari mereka yang menaruh hati kepadanya.Rasa yang dibangun oleh mereka benar benar bersih dan suci.
Queen menghela napas nya pelan
"Malem ini gue mau numpang tidur disini."
"Apaan sih Queen.Ini rumah kita, nggak ada yang namanya numpang." Saut Yogi yang tidak terima dengan perkataan Queen.
"Tapi kali ini gue bawa adik gue."
"Adik lo adik kita juga Queen." Sekarang giliran Bima yang menyahut,
"Santai aja Dev,anggep kita keluarga lo sendiri" lanjutnya menatap kearah Devon.
"Siap Bang.Thanks selama ini udah jagain Kakak gue." balas Devon dengan tulus.
Bima,Frans,dan Yogi segera berlalu dari ruang an itu karna ingin memberi waktu kepada Queen agar bisa mengistirahatkan diri sejenak.
Devon memang tidak dekat dengan inti Black Rose,namun hati nya mengatakan bahwa mereka adalah orang yang baik serta tulus.Melihat bagaimana nyaman nya sang kakak berada disini, membuatnya paham mengapa kakak nya lebih memilih jarang berada dirumah.Karna rumahnya sendiri sudah hancur sejak bertahun tahun lalu.
Ingatan Devon menerawang jauh dimana saat ayah nya berubah menjadi arogan.Tidak ada perhatian atau sekedar usapan lembut lagi.Saat kecil ia sering melihat kakak nya dibentak dan dikasari oleh ibu tirinya,ketika Adya dan Risa saudara tirinya bertengkar karna masalah sepele.Pekerjaan rumah tangga juga kakak nya sendiri yang mengerjakan.Sering kali Devon diam diam membantu Adya,namun juga sering kali ditolak dengan alasan pekerjaan Devon yang kurang baik.
Lambat laun, Devon tahu jika kakak nya sangat menyayanginya hingga tak ingin terjadi sesuatu yang buruk jika ia membantunya untuk sekedar mengerjakan pekerjaan rumah.
Adya yang beranjak remaja sedikit demi sedikit juga tahu jika ia hanya dimanfaatkan oleh ibu serta saudara tirinya.Tak lupa pemberontakan ia lakukan meski hanya sedikit agar tidak ada penindasan yang lebih keras lagi terjadi padanya.
Tidak hanya didalam rumah, di dalam sekolah pun Adya sering menjadi arogan kepada orang lain.Itulah senjata yang digunakan oleh ibu tirinya sebagai tambahan bumbu kebencian Wira sang ayah.
Angin berhembus menerpa wajah seorang gadis yang tengah melamun dihalaman sebuah rumah.Kini suasana hatinya sudah nampak sedikit membaik setelah ia menenangkan diri dalam basecamp Black Rose.
Adya melirik jam ditangan kiri nya yang menunjukkan pukul 8,ia berniat untuk keluar mencari makan.
Bima yang tidak sengaja melihat Queen menghampiri motornya hendak bertanya,namun tanpa diduga Queen sendiri sudah berucap sebelum ia mengeluarkan suara.
"Gue mau cari makan sebentar.Gausah khawatir." Nadanya meyakinkan.
"Okey." Bima membalas maklum.
Mengendarai sendiri motor trail nya dengan pelan melintasi jalanan yang sudah sedikit sepi.Tidak ada ketakutan sama sekali karna pukul 8 masih terlalu sore untuk nya yang sering keluar larut malam.
Saat selesai membeli makanan dan hendak pulang,Bella dihadang oleh beberapa pria dengan tubuh kekar.Tanpa bertanya ia sudah tahu jika mereka adalah utusan sang ayah.
"Permisi nona.Tuan maheswara memberi perintah untuk membawa nona pulang kerumah." Ucap satu pria botak yang paling tinggi.
"Cihhh...Dia tuanmu, untuk apa aku menuruti perintahnya." Nada Adya sedikit sengit.
Belum sempat si botak berucap lagi, turunlah seorang pria paruh baya dari dalam mobil yang cukup mewah.
"Pulanglah dan menikahlah dengan Tuan Revan." Ucap Wira dengan tegas
"Siapa anda berani memaksa saya ?" balas Adya menantang.
"Jangan tidak tahu diri Adya Viracantika ! Selama ini aku sudah bersusah payah membesarkanmu.Ini adalah permintaaku untukmu yang tidak bisa kau bantah!" hardik Wira.
lagi dan lagi.Adya mendengar kalimat itu dari ayah nya sendiri.Bukankah kewajiban ayah adalah merawat anak anak nya.Lalu mengapa ayahnya seakan memintanya untuk berbalas budi.Memang malang sekali nasib nya dengan sang adik.
"Baiklah.Aku akan melakukannya dengan satu syarat." Adya mencoba bernegosiasi.
"katakan !"
"Setelah aku menikah dengan pria itu, maka kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi.Berbahagialah dengan keluargamu sendiri." ucap Adya tegas tanpa ragu.
Wira tanpa berpikir langsung mengiyakan persyaratan yang diajukan anaknya.Toh dia juga lega bisa lepas tanggung jawab dari anak nya yang pemberontak itu.Menurut Wira,anak yang baik adalah seperti Risa.Selalu menurut dan bertutur kata dengan lembut.Tanpa ia sadari, anak tirinya penuh dengan kepalsuan.
Sampai dibasecamp Black Rose,Adya memasuki sebuah kamar yang akan ia tempati bersama Devon malam ini.Ia menyerahkan kantong kresek berisi makanan yang sebelumnya ia beli untuk Devon.
"Kok cuma satu.Lo nggak makan kak?" Tanya Devon setelah membuka bungkus makanan itu.
"gue udah kenyang." Balas Adya yang memang sedang tidak bernafsu.
netra Adya yang melihat tangan sang adik sudah ada didepan mulutnya dengan sesuap nasi, membuat nya luluh.Mau tak mau ia membuka mulutnya karna sangat jarang adiknya menunjukkan perhatian secara terang terangan.Selama ini mereka berdua hanya beradu mulut jika bersama, namun terlihat saling menyayangi.
Suap demi suap mereka lakukan hingga habis tak tersisa.Devon beranjak untuk membuang bungkus makan dan mencuci tangan nya.Sedangkan Adya memilih mendudukkan bokongnya dilantai dengan bersandar pada ranjang.Setelah ini ia berniat untuk memberitahukan segalanya agar tidak ada salah paham di waktu yang akan datang.
"Duduk sini." Adya menepuk lantai sebelahnya.
""kenapa ?"
"Gue mau cerita." Adya menghela napasnya pelan.
"Ayah kelilit hutang.Beberapa waktu ini ayah minta gue buat nikah sama laki laki yang udah pinjamin dia uang sebagai penebusnya"
Adya menjeda ucapannya guna melihat respon sang adik.Benar saja, ia sudah menduga jika adik nya akan terkejut.
"Dan sekarang gue udah putusin bakal turutin mau ayah dengan syarat setelah nikah, kita nggak ada hubungan apa apa lagi " Lanjut Adya dengan suara yang semakin melirih.
Tidak bisa berkata kata,Devon hanya diam dan memilih memeluk sang kakak dengan erat.Ia marah.Marah kepada orang yang sudha ia sebut ayah, tapi tidak pernah mampu untuk memanusiakan anak anak nya.Dalam hatinya ia tidak terima jika kakak nya yang cantik itu digunakan sebagai penebus hutang.
"please..jangan lakuin itu kak.Gue rela putus sekolah buat kerja asal lo nggak dijadiin alat buat bayar hutang."Ucap Devon dengan sangat lirih, bahkan hanya Adya yang bisa mendengarnya.
Mendengar penuturan sang adik,hati Adya sangat tersentuh.Ia bersyukur masih ada Devon yang menjadi tempatnya berkeluh kesah.Namun untuk hal ini, ia sudah membulatkan tekat.Ia akan setuju untuk menikah dengan pria yang meminjami uang kepada ayah nya.
"apaan sih malah jadi melow gini.Harusnya kita seneng dong, toh yang nikahin gue nanti laki laki yang kaya, Haha". Candaan Adya yang tidak ingin suasana bertambah sedih.
Devon mendengus kesal.Kakak nya itu sangat menyebalkan.Bahkan disaat seperti ini, dia masih bisa memikirkan pria kaya.Lalu dengab usilnya Devon ingin menakut nakuti Adya
"tapi kalau dia pendek,gendut,item trus udah tua gimana ? nggak jijik lo nikah sama dia"
Adya bergidik ngeri.Ia jadi membayangkan ucapan dari sang adik.Bagaimana jika pria itu seorang pedofil yang suka bermain wanita.Tidak tidakkkk dia tidak boleh memikirkan hal itu.Fokusnya ada menghilangkan status antara dia dan ayah nya, itu saja.
"yang penting dia kaya, Wlee" kilah nya menghibur diri dan mulai beranjak membaringkan tubuhnya pada kasur yang mahal itu.
Devon kembali mendengus kesal.Lagi lagi kakak nya hanya memikirkan uang.Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.
****
Kini Bima,Frans, dan Yogi mengadakan rapat dadakan dikamar Bima.Masing masing inti Black Rose memang memiliki kamar pribadi di basecamp ini.
"Sebenernya gue udah tau masalah Queen." Ungkap Frans yang tidak sengaja melihat Adya malam itu.Ia pun menceritakannya pada dua sahabatnya yang mulai penasara.Ekspresi mereka berubah ubah saat mendengar setiap inci cerita dari Frans.Ada rasa marah dihati mereka.Selama ini bukan mereka tidak tahu.
Hanya saja demi menghormati Queen,mereka tetap diam tidak ingin ikut campur terlalu dalam.Mereka yakin Queen nya itu sangat tangguh,hingga mampu menghadapi keluarga yang bahkan tidak berperilaku seperti manusia.
Kapan pun itu,jika Queen sudah berkata tidak mampu maka mereka akan bersiap untuk pasang badan membalas dendam kepada para ba*jin*an itu.Untuk sekarang, mereka hanya mampu menjadi tempat bersandar dikala Queen sedang tidak baik baik saja.
"Frans,jangan lengah memantau Queen." Ucap Bima dengan datar.
"Yogi tetap pantau Black Rose selama Queen dalam keadaan tidak baik" Lanjutnya
Frans dan Yogi yang mendapat perintah dari tangan kanan Black Rose itu saling melirik satu sama lain dan menyanggupinya secara bersamaan.
***
Sedangkan dibagian dunia yang lain.Seorang pria dengan wajah yang dingin sedang menyandarkan kepalanya pada kursi kerja.Tangan kananya memijit pelan kening nya yang merasa sangat pening.Setiap hari ia terus berkutat dengan dokumen dokumen itu hingga lupa waktu.
Tidak habis dengan kertas putih itu, ia masih dipusingkan dengan tingkah kedua putranya yang sangat sulit untuk diatur.
Sedangkan sore tadi ia kembali mendapat telepon dari sang Mama yang memberitahunya bahwa putri dari temannya mau menerima tawaran menjadi seorang istri.
kring..kring
"halo tuan,maaf menganggu waktunya"
"katakan!" ucap pria itu tanpa basa basi.
"tuan kecil kembali mengamuk dan menolak untuk makan malam" lapornya dengan takut.
Pagi ini langit begitu cerah dengan matahari yang tidak malu malu menampakkan dirinya.Semilir angin menambah suasana menjadi lebih segar lagi.
Berbeda dengan seorang gadis yang saat ini telah melihat pantulan dirinya didalam cermin.Dia adalah Adya Viracantika.
Dengan balutan kebaya berwarna putih serta sanggul modern dan make up natural membuat siapa saja akan merasa terpukau dengan kecantikannya.
Tukang rias yang bekerja pun merasa bangga,karna dengan klien nya yang cantik sangat memudahkan pekerjaan mereka.
Meski diawal sempat beradu argumen antara pengantin dan perias,namun kini semua nampak sempurna.Adya yang kesehariannya memakai celana panjang dan kaos oversize, kini nampak seperti bukan dirinya lagi.Dengan istilah lain, manglingi.
"Saya terima nikah dan kawinnya Adya Viracantika binti Maheswara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"
SAH
deg
Dada Adya tak berhenti berdegup kencang Mendengar suara seorang pria yang mengucap qabul sedikit membuat hatinya terenyuh.Sekarang ia tak bisa lari lagi.Mau bagaimana pun, ia dengan sukarela menerima tawaran itu sendiri.Kini tak ada gunanya untuk meratapi nasib.
Dari tempatnya bersiap diri,kini Adya mulai beranjak setelah dihampiri oleh dua wanita dari pihak WO untuk membawanya menemui suami nya.
deg,deg,deg
lagi lagi dadanya berdegup kencang ketika hatinya menyebut tentang suami.
Adya tidak berani menatap kearah depan,ia gugup luar biasa.Meski ia tahu acara ini hanya dihadiri oleh keluarga inti,namun dari gemuruh suara nya menandakan bahwa tamu nya tidak sedikit.
setelah acara bertukar cincin,
"ayo nak cium tangan suami mu" Suara lembut milik Nyonya Mahanta menginterupsi.
Awalnya ia ragu namun dengan perlahan ia meraih telapak tangan yang besar itu untuk ia kecup sebagai tanda penghormatan.
"ahh bibirku tidak suci lagi" batin Adya menjerit.
Kini berganti dengan pengantin pria yang mencium kening wanita.Begitu singkat namun terasa hangat.
Hingga semua tamu pergi satu per satu, acara pun telah selesai.Tidak ada percakapan apapun dari kedua mempelai.Pengantin wanita yang betah menundukkan kepala,dan pengantin pria yang selalu berwajah datar.Sangat serasi bukan.
Ada perasaan lega dihati seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Nyonya Mahanta.Dengan segera ia menghampiri putra dan menantunya untuk sekedar menyapa.
"Selamat nak.Semoga rumah tanggamu sakinah,mawadah,warohmah" Doa tulus dari seorang ibu yang mampu menembus sampai relung hati.
Sedangkan Adya yang mendengar itu mengangkat wajahnya menatap kearah sang Nyonya besar.
Ada raut wajah terkejut dari Nyonya Mahanta sendiri.Hingga langsung mendudukkan dirinya pada kursi pengantin saking terkejutnya.
Revan, yang kini telah sah menjadi suami Adya juga khawatir namun wajahnya tetap datar tanpa ekspresi.
"Ada apa Ma?"
"Ke-kenapa wajahnya berbeda dengan foto yang ku lihat" Ucap Nyonya Mahanta tergagap sambil menunjuk wajah Adya.
Adya yang mendengar pernyataan itu juga terkejut.Ada apa ini.Apa dia salah alamat.
Belum ia mendapat jawaban,sekarang ia dikejutkan dengan seorang pria dihadapan nya yang memiliki tubuh tegap serta wajah tampan meski terlalu datar.
Apa benar ia salah alamat? kini batinnya mulai berperang.
"Ap-pa maksud Nyonya berkata seperti itu ? Bukan kah benar ini mansion Tuan Mahanta ?" Akhirnya Adya memberanikan diri untuk bertanya.
Flashback On
Setelah beberapa hari menenangkan diri,Adya pun mulai kembali ke kediaman Maheswara.Pemberitahuan tentang pernikahannya dengan putra Nyonya Mahanta langsung disampaikan oleh ayahnya.
"Besok adalah pernikahanmu,siapkan dirimu baik baik dan datanglah ke alamat yang sudah ku kirimkan ke nomormu."
"datanglah sendiri karna aku tidak akan mengantarmu" lanjut Wira.
Adya merespon dengan senyuman kecut.Sedari kecil diabaikan,saat sudah besar menjadi penebus hutang,kini saat akan menikah tidak ada yang menemani.
"ingat ucapanku baik baik Tuan Maheswara,hari ini adalah hari terakhir aku dan kau memiliki hubungan.Setelah hari esok, kita adalah orang asing." Tegas Adya tanpa ragu kepada Wira.
Keesokan pagi nya,sebelum matahari terbit Adya sudah buru buru pergi dari rumah.Tidak ada yang ia pamiti,bahkan adiknya sekalipun.
Ia tidak ingin ada drama larang melarang jika ia pamit pada sang adik.Untuk inti Black Rose juga tidak ada yang ia beritahu.Mungkin mereka akan memantau sendiri,pikirnya.
Dengan celana jeans hitam dan kemeja oversize motif kotak kotak,serta sebuah motor trail yang ia gunakan membuat para pengawal menatap ragu pada Adya.
Pasalnya mereka mengira jika calon nyonya mudanya adalah seorang wanita anggun, namun kini yang datang malah mirip seperti berandalan.
Setelah perdebatan yang cukup menguras waktu, akhirnya para pengawal memberi jalan masuk kepada Adya setelah ia menunjukkan kartu tanda pengenalnya.
Selanjutnya ia diarahkan oleh para pengawal ke ruangan yang sudah disiapkan untuk calon pengantin wanita.Sang pemilik rumah tidak ada yang menyadari kedatangannya karna Adya datang masih terlalu pagi.
Flashback Off
......................
kembali pada tiga manusia yang masih sibuk dengan pikirannya masing masing.
Dengan segera Revan mengeluarkan ponsel nya dan membuka file yang sudah ia dapatkan kemarin.Memang berbeda.Dalam file tersebut terdapat foto seorang wanita yang memakai pakaian seksi dan terlihat lebih dewasa,sedangkan kini yang ada dihadapannya malah seperti bocah yang baru lulus SMA.
Dengan segera Revan menyodorkan ponsel nya kearah gadis yang ia nikahi.
Adya terheran.Bukankah ini Foto Risa saudari tiri nya.Mengapa malah ia yang dikirim kemari.Atau mungkin pengantin yang sebenarnya adalah Risa,tapi ibu tiri nya malah mengirim nya kemari.
"Maaf Nyonya, ini Risa saudari tiri saya." Jelas Adya yang takut.
"Bren*sek Maheswara itu.Dia yang menawarkan wanita itu malah menganti dengan gadis lain." umpat Nyonya Mahanta.
"Siapa namamu ?" lanjutnya bertanya.
"Saya Adya Viracantika Nyonya"
"Kenapa kau mau menikah dengan orang yang tidak kau kenal ?"
"Sa-ya..emmm tidak tahu Nyonya" Bahkan Adya yang selalu petakilan, kini seperti kucing dihadapan keluarga Mahanta.Dalam hati ia juga mengutuk ayah serta keluarga barunya itu.
Revan menghela napas.Ia berusaha menenangkan ibu nya.
"Sudahlah Ma.Mungkin ini salahku yang tidak mau menemui nya terlebih dulu." Saut Revan sambil menatap kearah sang ibu.
"Tapi gadis ini masih terlalu kecil untukmu Re"Nyonya Mahanta mendesah pelan.
Mereka sama sama bingung.Tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini.Revan yang belum menginginkan pernikahan,Nyonya Mahanta yang merasa bersalah,dan Adya yang tak henti mengutuk saudari tirinya.
Akhirnya Adya mencoba memberi usulan.
"Maaf Nyonya,Tuan.Bagaimana jika kita jalani dulu.Jika suatu saat tidak seperti yang anda harapkan,saya menerima apapun keputusan kalian."
ucap Adya tanpa ragu.Kini keberaniannya mulai kembali seperti biasa nya.
Nyonya Mahanta dan Revan sedikit kagum dengan keberanian bocah dihadapannya ini.Mungkin itu juga keputusan yang baik.
"Sudahlah.Bagaimana pun juga itu sudah terjadi.Kau juga sah menikah dengannya,Re" Ucap Nyonya Mahanta lalu menatap kearah Adya.
"Begitu juga denganmu Adya.Kau sudah sah menjadi istrinya,maka kau harus melakukan kewajiban mu sebagai istri serta ibu untuk anak anak Revan"
"kau tahu jika Revan duda yang memiliki anak 3 ?" lanjutnya.
Adya terkejut.Tidak menyangka jika ia menikah dengan duda,apalagi anak tiga.Ia menggeleng pelan,,tiba tiba berganti menganggukkan kepalanya.Dia memilih untuk berpura pura tahu saja.
Sebenarnya melihat itu Nyonya Mahanta sedikit gemas.Benar benar seperti bocah pikirnya.
"Bagaimana pun anak Revan juga anakmu sekarang.Kau yang bertanggungjawab untuk mereka,aku sudah tua sudah saat nya istirahat."
"Baik Nyonya"
"Panggil Mama,dan Revan adalah suami mu.Jangan memanggil nya Tuan" titah Nyonya Mahanta.
"Baik Ma"
Setelah kepergian sang ibu,kini netra nya beralih menatap gadis yang sudah menjadi istri nya.Tidak menunjukkan ekspresi apapun.Hanya datar dan entah apa yang ia pikirkan.
......................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!