NovelToon NovelToon

One Night Stand And 1000 Dollar

Malam Ternodai.

Gadis berusia 19 tahun itu memakai pakaian cleaning service, sudah jadwalnya untuk membersihkan kamar para penyewa hotel. Ia mendorong trolley besar yang berisi perlengkapan alat pembersih.

Xaviera mengetukkan master key hotel pada kotak sensor, setelah pintu terbuka dia masuk ke dalam. Saat akan menyalakan lampu, sebuah tarikan mengagetkan nya. Deru nafas panas menerpa wajahnya, dalam kegelapan dia tak bisa melihat siapa orang itu. "Siapa? Lepaskan aku!" Xaviera berusaha memberontak dari pelukan orang itu.

"Aku... tak... kuat lagi... " suara seorang pria sangat terdengar kesakitan.

"Lepaskan aku Tuan, aku tidak tau apa yang terjadi pada Anda tapi jangan melakukan apapun padaku! Aku mohon..." Xaviera meringis kesakitan saat pria itu mencengkram tubuhnya.

"Arghtttt!!!" gadis yang bekerja sebagai cleaning service itu berteriak saat tubuhnya dilempar ke atas ke ranjang.

Saat pria itu menindih tubuhnya, nafas panas bercampur dengan bau minuman alkohol menyengat hidung Xaviera. Tubuh telanjang pria yang menindihnya menempel pada tubuh nya membuatnya ketakutan. Tidak! Jangan renggut kehormatanku!

Tangan besar pria itu merobek paksa pakaian kerja yang menempel di tubuhnya, Xaviera berjuang sekuat tenaga mendorong tubuh berat di atasnya. "Huhu... Tuan aku mohon... Jangan lakukan ini padaku, aku masih perawan... aku mohon... jangan renggut kehormatanku..." gadis itu terus saja mengiba, tapi sayang pria yang sudah kehilangan akal karena diberi obat perang sang itu tak ingin mendengar rintihan gadis yang berada di bawah tubuhnya.

"Hahhhhh... hahhhhh...." setelah capek menangis Xaviera akhirnya hanya terdiam, hanya suara terengah-engah dan errangan dari pria di atas tubuhnya yang terdengar begitu menyakiti telinganya di ruangan kamar hotel tragedi itu terjadi.

"Ahhh~" akhirnya setelah serasa berabad-abad, lenguhhan keluar dari bibir si pria yang telah menodai nya. Kemudian tubuh pria itu tumbang ke samping tak sadarkan diri.

Dengan kesakitan Xaviera menggeser tubuhnya ia turun dari ranjang dengan menahan sakit di antara kedua pahanya. Dia berjalan ke tombol lampu, menyalakan. Seketika cahaya terang berpedar di kamar, dengan perlahan Xaviera berjalan mengambil ceceran sobekan pakaiannya tapi melihat pakaian itu tidak layak pakai lagi dia membuangnya ke lantai. Dia berjalan ke arah lemari kamar hotel, mengambil kemeja dan celana besar pria itu lalu memakainya dan mengikatnya dengan sabuk.

Ia berjalan ke arah ranjang, matanya sakit saat melihat noda darah merah di seprai putih begitu kontras. Lalu ia berjalan ke arah depan tubuh si pria yang sudah menodainya, "Aku takkan melupakan wajahmu! Bajingan!"

Dengan meringis kesakitan Xaviera berjalan keluar kamar, membiarkan begitu saja trolley dan pakaian nya yang berserakan di lantai.

Ia pulang ke rumah sewanya, rumah dengan luas hanya 15 x 10 meter. Untuk dia sendiri sangat cukup, karena sudah sejak lama dia diusir dari keluarganya karena suatu kesalah pahaman.

Ia hanya lulusan sekolah menengah atas, Ayahnya sudah meninggal sejak lama karena sebuah kecelakaan tabrak lari yang bahkan pelaku penabrak Ayah nya masih belum ditemukan. Ibunya yang seorang single parent akhirnya memutuskan untuk menikah kembali dengan seorang pria duda yang mempunyai seorang putra dan putri. Saat itu dia akan diperkosa oleh kakak tiri laki-lakinya tapi kakak tirinya itu malah memutar balikkan fakta dan mengatakan jika dia lah yang merayu pria itu. Akhirnya dia lah yang diusir dari rumah peninggalan Ayahnya, sudah dua tahun lalu kejadian itu terjadi dan entah bagaimana kabar Ibunya sekarang.

"Kamu sudah pulang, bawa semua barangmu-barangmu dari sini." Suara galak dari pemilik rumah sewanya mengagetkan Xaviera.

"Nyonya, saya bilang tunggu seminggu lagi. Bisakah Anda memberikan keringanan?"

"Tidak! Kau sudah menunggak uang sewa selama 2 bulan. Penyewa baru sudah tanda tangan kontrak, dia ingin menempati kamar ini besok! Pergilah!"

"Nyonya, saya mohon..."

"Pergi, bawa semua barang-barang lusuhmu ini!" si pemilik rumah sewa menutup pintu dengan kasar dan menguncinya.

Xaviera menatap barang-barannya yang hanya sedikit itu tergelatak di depan pintu dengan sedih, ia lalu mulai membenahi semua barang-barangnya dan pergi dari sana.

Mungkin Belum Waktunya Aku Menghancurkanmu.

Tubuh berotot dan kekar itu menggeliat, pria itu merentangkan kedua tangan nya. Merasa silau oleh sinar matahari, ia menutup matanya dengan tangan, "Dimana aku?"

"Tuan muda Vicenzo, Anda sudah bangun," seorang pelayan lelaki pengurus Tuan muda-nya menghampiri ke dekat ranjang besar nan mewah milik majikan nya.

Pria itu membuka matanya dengan perlahan, berbalik ke arah suara pelayan nya berasal. "Paman Benjamin, apa aku di rumah?"

"Ya, Tuan."

"Benarkah? Bukankah aku semalam menghadiri pesta para relasi di hotel, lalu tubuhku tiba-tiba menjadi panas dan... dan... apa?" Vicenzo mencoba mengingat-ngingat.

"Apa Anda tidak ingat? Saat Anda tak sadarkan diri karena mabuk, sepupu Anda Tuan Andrew membawa Anda pulang."

"Andrew? Benarkah? Arghht, kepalaku sakit sekali Paman."

"Sarapan dulu Tuan muda, saya akan bawakan sarapan Anda sekarang dan juga obat untuk sakit kepala Anda." Paman Benjamin lalu setengah berlari keluar kamar.

Pria berambut kecoklatan dengan manik mata berwarna biru itu bangkit dari tidurnya, dia memundurkan tubuhnya bersender di kepala ranjang yang terbuat dari kayu mahoni.

Vicenzo memijit keningnya yang masih terasa sakit, ia merasa sudah melupakan sesuatu yang penting. Apa itu?

Ceklek.

Vicenzo memicingkan matanya, mengenali itu sepupunya Andrew. "Paman Benjamin bilang, kau yang membawaku pulang dari pesta?"

"Yoi, kau mabuk berat. Ckkk... Kenapa akhir-akhir ini kau cepat sekali mabuk? Apa kau ada masalah dengan Anetta?" tanya Andrew, sepupu dari pihak Ibu Vicenzo.

Vicenzo menggeleng, "Hubungan kami baik, tapi akhir-akhir ini sikapnya agak berubah. Entah kenapa dia seperti sedang ketakutan, kau sangat dekat dengan nya sejak sekolah menengah atas. Apa dia bercerita sesuatu padamu?"

"Tidak, lagipula hubungan pertemanan kami sudah lama selesai... yah selesai," mata Andrew menerawang seolah sedang melamunkan sesuatu.

"Sudahlah, lagipula lusa Anetta akan pergi ke London untuk melanjutkan kuliah. Aku dan dia sudah bertunangan, jadi hatiku tenang saat dia pergi untuk kuliah." Ujar Vicenzo, dia sangat mempercayai penuh tunangan nya Anetta.

"Kamu sepertinya benar-benar mempercayai Anetta sepenuhnya, bukankah itu terlalu cepat jika melihat hubungan kalian karena di jodohkan. Kamu belum terlalu mengenal Anetta, Vic." tatapan Andrew berubah, matanya menggelap penuh rasa sakit.

Vicenzo menautkan kedua alisnya mendengar nada sarkasme dari suara sepupunya itu, "Ada apa, Andrew? Kita berdua bukan hanya sepupu tapi sudah seperti saudara kandung, kau sepertinya meyembunyikan sesuatu dariku."

Tiba-tiba Andrew tertawa, "Hahaha... kau terlalu berpikir berlebihan. Kau bilang kepalamu sakit, jadi kau terlalu overthinking. Lagipula mana ada aku bisa disamakan denganmu yang keturunan dan pewaris keluarga Gladwin. Sang pewaris... Vicenzo Gladwin. Aku hanya saudaramu dari pihak ibumu yang bahkan hanya putra dari pengurus salah satu Perusahaan milik Ayahmu. Kamu dan aku seperti langit dan bumi, Vic."

"Andrew! Aku bilang jangan pernah lagi merendahkan dirimu! Kau adalah saudaraku, aku tak pernah sekalipun memandang kau lebih rendah dari seorang saudara," teriak Vicenzo.

Andrew mengangkat kedua tangan nya, " Come on, Brother! Aku hanya bercanda, kau terlalu serius."

Tok... Tok... Tok...

"Tuan muda, saya membawakan sarapan dan obat untuk Anda." Paman Benjamin masuk mendorong kereta dorong makanan.

"Makanlah, aku harus pergi." Andrew memasukkan kedua tangan nya ke saku depan celananya, ia melangkah pergi keluar dari kamar mewah sang pewaris dengan berjalan santai.

"Ada apa dengannya? Dia banyak berubah," Vicenzo menggelengkan kepalanya menatap punggung sepupunya yang keluar dari kamar.

Setelah keluar dari kamar sepupunya, Andrew masuk ke dalam mobil menuju Apartemen nya. Saat sudah sampai, Pria itu memijit kode pintu unit Apartemen nya lalu masuk menutup pintu.

Andrew berjalan ke lemari pakaian nya, menarik koper kecil keluar membukanya. Di dalam koper itu ada bukti-bukti penyerangan Vicenzo pada seorang perempuan pegawai hotel. Pakaian sobek wanita itu serta seprai dan rekaman Cctv juga bukti lainnya. Dia juga lah yang memasukkan obat ke dalam minuman Vicenzo dan sengaja menelepon salah satu pegawai hotel untuk membersihkan kamar hotel sepupunya itu sengaja untuk menjebak Vicenzo.

Saat dia sudah yakin bisa menjatuhkan sepupunya dan merusak reputasi Vicenzo, tapi sayangnya dia harus kehilangan wanita itu. Saat ia menyusul pergi mencari perempuan itu ke rumah si wanita, wanita itu telah menghilang. Akhirnya rencana berubah, ia akan membuat Vicenzo tidak mengingat akan malam tadi, "Mungkin belum waktunya aku menghancurkan mu dan reputasimu, Vicenzo. Tunggu, suatu hari nanti aku akan membalas sakit hatiku karena kau telah merebut kekasihku. Aku hanya dipandang sebelah mata oleh keluarga Ayahmu dan juga oleh keluarga Anetta, tapi suatu hari nanti mereka akan menusukmu dari depan dan belakang, Vic."

Kita Semua Sama, Menjadi Tulang Punggung Keluarga.

5 Tahun Kemudian.

Seorang wanita dengan rambut keriting tak terurus dengan pakaian lusuh dan wajah tak terawat mengendarai mobil perusahaan yang bergerak di bidang jasa laundry di jalanan menuju rumah-rumah kalangan elit. Xaviera bertugas mengantarkan pakaian yang sudah bersih dan rapi ke tempat tinggal para pelanggan. Kebanyakan pelayan-pelayan di rumah-rumah itu adalah teman nya, teman seperjuangan karena mencari uang untuk menghidupi keluarga.

Ting Tong.

Ceklek!

"Saya dari Jessica Laundry, mengantar pakaian."

"Oke, terimakasih. Xixixi... kamu semakin hari semakin kelihatan profesional, Xavi. Mau masuk dulu, jalan samping sana seperti biasa. Nanti aku buatkan jus biar seger," tawar teman nya salah satu pelayan di rumah besar itu.

Xaviera menatap jam di pergelangan tangan nya, ia mengangguk, "Sepertinya boleh, aku hanya harus mengantar 12 pesanan lagi."

"Sana jalan samping, nanti aku buka kuncinya. Di belakang kami sedang kumpul, lagi istirahat," si pelayan lalu menutup pintu depan dan mengunci nya lagi.

Wanita yang sudah menjadi seorang Ibu dari 3 anak kembar itu berjalan ke arah samping rumah. Pintu terbuka, dia masuk ke dalam.

Ruangan itu adalah untuk para pelayan beristirahat dari penatnya pekerjaan yang mereka kerjakan dari sejak pagi buta, Xaviera menyapa orang-orang yang dikenalnya disana. Bahkan Nenek kepala pelayan menyapa nya lebih dulu, " Kamu datang, kita tak bertemu 2 hari. Bagaimana kabar si kembar Charlie, Charles dan Caitlin?"

"Baik, Nek. Kemarin Charles sempat demam karena flu dan akhirnya kedua saudara kembarnya juga ikut demam," jawab Xaviera seraya tersenyum tapi senyum itu malah terlihat begitu menyedihkan bagi orang yang melihatnya.

"Nggak dibawa ke rumah sakit?" tanya Nenek.

"Aku masih belum gajihan, tapi sudah beli obat dan demam mereka bertiga sudah turun. Hari ini aku meminta ijin cepat dari kantor laundry, mereka mengijinkan. Jadi aku nggak bisa lama disini, hanya ingin menyapa kalian semua."

Nenek kepala pelayan mengelus kepala Xaviera, "Kamu wanita hebat, di usiamu yang masih muda harus bekerja keras mengurus 3 anak seorang diri, juga bekerja keras mencari nafkah untuk anak-anakmu."

"Kita semua sama, Nek. Misalnya si ndut Vera, dia harus menghidupi kedua orang tuanya yang sakit-sakitan apalagi masih ada 2 adiknya yang harus sekolah. Juga Bonita, dia masih 13 tahun tapi sudah menjadi tulang punggung keluarga."

"Kamu masih sangat bijak, tidak pernah mengeluh dengan hidupmu dan malah melihat penderitaan orang lain dengan ikut merasakan nya. Andaikan aku punya cucu laki-laki, aku akan nikahkan cucuku denganmu," ucup wanita tua yang sudah berusia 75 tahun itu.

"Nenek! Nenek kenapa pilih kasih, kalau nenek punya cucu tampan jodohkan sama aku," celetuk si ndut Vera.

"Jangan Nek, Vera nanti ngabisin makanan terus. Yang ada cucu laki-laki Nenek jadi kurus karena tak dapat jatah makan," goda Ressa pelayan lain disana.

"Sudah! Sudah! Kan Nenek bilang, kalau saja Nenek punya cucu laki-laki. Semua cucu Nenek perempuan, kenapa kalian memperebutkan pria yang gak ada," Nenek menggeleng-geleng kepala.

Tiba-tiba lampu hijau di telepon ruangan pelayan itu menyala, Nenek kepala mengangkat gagang telepon. "Ya, Nona Anetta?"

"Kalian para pelayan apa kerjanya?! Kenapa gaun mahalku dari laundry rusak bagian bawahnya, ini sobek! Aku harus bertemu tunanganku malam ini untuk makan malam, kalian juga tau bukan siapa dia! Dia adalah pewaris keluarga Gladwin! Bukan sembarang pria! Aku harus terlihat cantik, tapi ada apa dengan gaun ini?!" teriak marah sang Nona muda di keluarga Ansell, putri ketiga dari majikan mereka.

Kening keriput Nenek kepala pelayan mengerenyit, ia sudah terbiasa dibentak seperti itu oleh anggota majikan nya. Tapi Nona muda Anetta paling angkuh di keluarga Ansell. "Baik, Nona. Saya akan ke kamar Nona dan memeriksa gaun nya lalu menanyakan pada pihak laundry."

"Dasar pelayan tak berguna!"

Tuttttttt....

Nenek menatap telepon yang sudah terputus, ia menggeleng menarik nafas sabar.

"Ada apa Nek? Kenapa Nenek mengatakan laundry?"

"Nona Anetta marah karena gaun dari laundry tempat mu bekerja rusak, dia harus memakai nya nanti malam untuk bertemu tunangan nya yang seorang pewaris di keluarga Gladwin."

" Aku kasihan pada pria itu, harus mendapatkan wanita seperti Nona muda Anetta." Timpal Ressa, dia adalah pelayan yang paling sering dihina tapi karena harus bertahan demi ekonomi keluarga akhirnya meskipun sering dicaci maki dia terus bertahan.

"Sudah, jangan bergosip tentang majikan kita," ujar sang Nenek.

"Xaviera, kamu bikin minuman dulu untukmu sebelum pergi. Nenek harus menemui Nona majikan."

"Aku ikut, Nek. Aku juga ikut bertanggung jawab, karena dalam pekerjaan kami bekerja sebagai satu tim, jika salah satu dari kami melakukan kesalahan kami juga ikut salah."

Nenek kepala menatap Xaviera, "Tapi nanti kamu dimarahi, nak."

"Tidak apa-apa," Xaviera menggeleng.

"Baik, ikuti Nenek."

Sang Nenek kepala pelayan berjalan dengan pelan karena usianya yang sudah tak sesehat dulu, ia sebenarnya sudah ingin berhenti bekerja tapi Tuan besar majikan nya tak menginjikan karena dia lah yang mengurus Tuan besar nya itu sejak kecil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!