NovelToon NovelToon

Jambret Cantik

Wow ! Cantik!

“Hallo! Iya pak maaf, sepertinya saya tidak bisa menghadiri makan malam nanti karena saya sudah ada janji dengan orang tua saya.”

“...... ”

“Baik, terima kasih banyak atas pengertiannya.”

Tut!

“Fyuhh! Untung aku tahu maksud tujuan pak Ramdam ngundang aku ke acara makan malam mereka, karena aku benci di jodohin.”

Gumam Verrel Pria yang tampan, mapan namun masih bujangan. Bukannya Verrel tak laku, hanya Verrel itu tipe pria pemilih.

Baru saja tadi pagi saat di kantor, Verrel mendapat undangan makan malam dari partner bisnis bernama pak Ramdan. Usut punya usut, ternyata pak Ramdan berniat menjodohkan Verrel dengan putrinya yang terkenal introvert. Namun Verrel membenci sebuah perjodohan. Dan berusaha menghindarinya.

Banyak gadis yang sudah ia kencani, namun satu pun tak berhasil mencuri hati seorang Verrel. Orang tua Verrel pun sudah angkat tangan mengenai kekeras kepalaan Verrel yang betah melajang di usianya yang hampir kepala 4. Usia yang sangat matang untuk membangun biduk rumah tangga.

Padahal teman-teman Verrel kebanyakan sudah memiliki anak 1 bahkan ada yang lebih. Namun Verrel tak peduli, baginya menikah itu bukan untuk berlomba memiliki banyak anak. Namun bagaimana kita bisa menciptakan keluarga baru yang bahagia, aman, sehat dan sentosa.

Verrel baru saja keluar dari sebuah mall di metropolitan sehabis menghadiri pertemuan dengan kliennya. Usai menerima telepon dari pak Ramdan partner bisnisnya, Verrel pun masih berdiri di ambang pintu utama mall itu untuk mengecek beberapa email yang masuk dalam akunnya.

Tiba-tiba saja ada yang menyerobot merebut gawai cerdas miliknya dan berlari begitu saja.

“Jambret!.. Jambret! Hoe....jambret!” teriak Verrel yang reflek terkejut dan berlari mengikuti jambret yang menggunakan jaket hodie berwarna hitam itu.

Meski sudah berteriak nyatanya tidak ada yang menolongnya. Orang-orang cendurung hanya menonton dan sibuk mengabadikan momentnya yang lari tunggang langgang bagaikan kuda lumping.

Ada apa sih orang-orang ini? Aku kena jambret bukannya nolong malah cuma nonton terus motoin aku lagi! Dengus Verrel kesal.

Verrel pun tak peduli dengan mereka sibuk mengambil fotonya, pria 36 tahun itu terus berlari mengejar jambret yang berlari dengan lincah di depannya. Verrel tak sadar, ketampanannya sudah menyihir siapa saja yang melihatnya.

Sedangkan jambret berjaket hodie warna hitam itu terus berlari berusaha menghindari pengejaran Verrel yang ternyata pantang menyerah mengejarnya dari belakang.

“Sial! Ternyata laki-laki itu pantang menyerah juga rupanya. Gue yakin, doi pasti orang pelit. Terbukti gue jambret ponsel doi saja nyampek ngejar gitu amat. Padahal berjas begitu sudah pasti uangnya banyak.”

Gerutu sang jambret yang mulai kelelahan untuk berlari dan mencari tempat sembunyi. Karena si korban terus mengejarnya tanpa lelah.

“Hosh! Hosh! Gue lelah, mending gue istirahat dulu,” gumam si penjambret.

Sang jambret pun bersembunyi di sebuah gang sempat yang hanya berukuran lebar 1 meter. Sang jambret pun mencoba mengatur nafasnya yang hampir kehabisan karena berlari.

Beruntung sang jambret tinggal di kota jambret, sehingga semua orang sudah tidak heran akan aksinya itu.

Keadaan ekonomi yang semakin sulit, harga bahan makanan pokok yang semakin mencekik. Dan tagihan hutang yang semakin melilit memaksa para muda mudi di daerah itu melakukan jambret.

Jadi jika kamu kena jambret itu bukan berarti salah sang penjambret, namun itu salahmu yang kurang waspada terhadap hal di sekitar. Karena jambret itu juga manusia yang banyak kebutuhan. hehe

Saat sang penjambret beristirahat sejenak, Verrel berhasil menemukannya dan berjalan cepat untuk menangkap sang penjambret itu.

“Kena kau!”

Sang jambret yang terkejut pun langsung berteriak histeris.

“Kyaaa!!”

Sang jambret pun berusaha bangun namun lengannya tertahan oleh cekalan dari korbannya yang ternyata sudah menemukannya dengan cepat.

Dengan cepat Verrel meraih tutup hodie dan merebut topi sang jambret yang terus meronta. Agar Verrel tahu seperti apa wajah sang penjahat masyarakat yang meresahkan itu.

Namun waktu seakan berjalan dengan lambat saat Verrel berhasil membuka topi sang penjambret. Rambut hitam nan panjang pun tergerai dengan indah di depan matanya memberikan pemandangan yang begitu mempesona bagi Verrel.

“Wow! Cantik!”

TBC...

Kehidupan si Jambret

“Wow! Cantik!” desis Verrel tanpa sadar.

Sedangkan sang Jambret yang ternyata seorang perempuan itu pun merapikan anak rambut yang hampir menutupi separuh wajahnya. Pemandangan itu membuat Verrel terlena sesaat.

“Lepasin tangan gue!” sentak si jambret.

Verrel pun tersadar dari keterpesonaannya akan kecantikan sang jambret.

“Ah! Nggak! Balikin dulu ponselku! Baru aku lepasin tanganmu.”

“Dasar orang kaya pelit!” teriak si Jambret sambil menendang tulang kering Verrel menggunakan sepatu bots milik gadis itu.

Duagh!

“Ouch! Sakit!” teriak Verrel.

“Rasain tuh, makanya jadi orang kaya jangan pelit! Weew,” gadis penjambret itu pun menjulurkan lidahnya ke arah Verrel sambil berlari menjauh.

Sedangkan Verrel masih terlonjak menahan rasa nyeri yang sangat pada tulang keringnya yang berbenturan dengan sepatu bot milik gadis penjambret yang begitu keras. Sehingga ia tidak bisa mengejar kembali langkah jambret itu.

“Sial! Aku kehilangan semua data-data penting aku lagi!” umpat Verrel sambil terus meringis.

Di tempat lain...

Seorang gadis baru saja keluar dari sebuah konter usai menjual sebuah ponsel hasil menjambret hari ini.

“Satu, dua, tiga...wahhh! Keren hasil jambret gue hari ini luar biasa. Bisa buat makan 2 bulan ini! Anak-anak pasti seneng!” serunya sambil memasukkan kembali amplop coklat tebal yang berisikan uang ke dalam saku tasnya yang sudah nampak lusuh.

Gadis itu pun berjalan kearah warung nasi padang dan membeli beberapa bungkus nasi padang untuk di berikan kepada adik-adiknya di rumah.

Setelah membayar lunas, gadis itu menenteng dua kantong besar nasi padang dengan senyum sumringah. Tak menyangka akhirnya bisa mentraktir adik-adiknya dengan makanan mewah yaitu nasi padang.

Mungkin bagi orang kelas menengah keatas, nasi padang adalah makanan biasa namun bagi gadis itu dan mungkin bagi para orang tidak mampu lainnya. Nasi padang itu merupakan makanan termewah dan termahal mereka.

Tak lama langkahnya pun sampai di sebuah rumah sederhana bercat putih yang sudah mulai menguning. Atap yang sudah bolong di sana sini. Lantai yang hanya di plesterkan dengan semen tanpa adanya keramik. Namun siapa sangka, di balik rumah sederhana itu banyak kehidupan yang menaung di bawahnya.

“Anak-anak! Kakak Pulang!” teriak gadis penjambret itu dengan lantang.

“Itu kak Via pulang!” teriak salah satu seorang anak laki-laki.

“Hore! Kak Via pulang bawa makanan,” sambut seorang gadis kecil bergigi ompong.

Semua anak yang ada di dalam rumah sederhana itu berhamburan keluar rumah untuk menyambut kedatangan kakak asuh mereka yaitu Viana.

Ya Gadis penjambret itu bernama Viana. Gadis cantik yang menghabiskan waktu bermainnya sedari kecil hanya untuk menjambret. Dan kini ia sudah menguasai ilmu penjambretan kelas specialis. Dan mendapat gelar ratu jambret.

“Tino, Aisyah tolong bagikan ini ke yang lain ya. Jangan sampai berebut. Kakak hari ini punya rezeki lebih untuk kalian,” seru Viana sambil menyerahkan sekantong nasi bungkus padang kearah Tino remaja paling besar di antara anak asuh Viana.

Ya adik-adik yang Viana maksud bukanlah adik kandungnya, melainkan anak terbuang yang tidak di inginkan para orang tuanya. Mempunyai latar belakang masa lalu yang sama membuat hati Viana tersentuh ingin mengasuh mereka.

Dan kini Viana sudah menjadikan rumah peninggalan ayah angkatnya sebagai pondok untuk menampung para anak yang terbuang itu.

Viana adalah anak yang tidak di inginkan kedua orang tuanya. Semenjak bayi ia tidak tahu siapa ayah dan juga ibunya. Yang Viana tahu hanya, ia di besarkan oleh ayah angkatnya yang merupakan bos jambret paling terkenal di metropolitan. Maka tak heran semua orang di sana, membiarkan aksinya sebagai penjambret.

“Kak Via,, hari ini kakak gajian ya? Makanya beliin kita nasi padang begitu buanyak. Mana kita porsinya sendiri-sendiri lagi. Biasanya kan sebungkus berdua atau bertiga,” ujar Willy anak kecil berambut bule dengan polosnya.

“Iya sayang, makanya makan yang banyak ya biar cepat besar.”

“Iya kak Via, Willy sayang sama kaka.”

“Kak Via juga sayang kamu buleku, dan juga kalian semua adik-adik kak Via. Kakak berharap kelak jika kalian sudah besar, kalian bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain,” ungkap Viana sambil memeluk Willy penuh kasih.

Dan jangan jadi penjambret seperti kakak

Lanjut Viana dalam hati.

Terpaksa Viana menyembunyikan pekerjaannya sebagai tukang jambret. Agar adik-adik asuhnya tidak meniru perbuatannya. Viana hanya mengaku kepada mereka bekerja di sebuah warung milik saudagar kaya.

Lalu Viana pun merentangkan tangannya untuk mengajak yang lain berpelukan. Dan di sambut oleh 5 orang anak asuh yang lain. Via pun memeluk mereka penuh kasih sayang, meski Via tidak tahu siapa orang tua mereka bahkan orang tuanya sendiri.

Setidaknya Via bersyukur masih di beri kehidupan hingga sekarang. Meski jalan hidup yang ia ambil penuh dengan tipu daya. Dalam hatinya Viana berharap akan ada sebuah keajaiban Tuhan yang mampu mengangkat derajatnya dan memutar balikkan kehidupannya kembali ke jalan yang benar.

TBC...

Willy Sakit

Pagi sekali Viana terbangun setelah mendapati Willy mengigau di saat tengah tertidur.

“Hmm...mama...mama jangan tinggalin Willy ma..huuu.”

Willy bocah berusia 5 tahun itu terus mengigau sambil menangis. Viana pun mencoba membangunkan Willy dari tidurnya.

“Willy sayang, bangun dek. Kak Via ada disini kakak tidak kan ninggalin Willy kakak janji.”

Viana pun menyentuh dahi Willy yang basah oleh air keringat. Dan mengelapnya.

“Ya Tuhan, Willy panas sekali. Apa yang harus ku lakukan?”

Viana pun beranjak mengambil baskom kecil dan handuk kecil yang biasa ia gunakan. Lalu menuang air dari termos yang masih panas dan mencampurkannya dengan air hangat.

Setelah di rasa cukup, Viana pun menuju ke tempat Willy yang masih terbaring di atas kasur lantai yang sudah lusuh. Kemudian mencelupkan handuk kering itu ke dalam air hangat yang ia bawa. Lalu menempelkan ke dahi Willy.

“Kak Via, Willy kenapa?” tanya Aisyah sambil mengucek-ngucek matanya khas bangun tidur.

“Willy sakit Ai, tolong bangunkan Tino untuk bersiap-siap. Kalau sampai siang panas Willy belum juga turun, terpaksa kita harus membawanya ke rumah sakit,” ujar Viana dengan nada risau dan khawatir.

“Baik kak.”

Aisyah gadis perempuan berusia 14 tahun itu segera membangunkan Tino, bocah laki-laki yang berusia 1 tahun lebih tua di atasnya.

“Tino, bangun. Willy sakit Tino.”

“Apa Willy sakit?”

Tino pun segera bangun untuk memastikan apa yang Aisyah ucapkan itu benar.

“Kak Via , kenapa Willy bisa sakit?” tanya Tino seraya mendekat.

“Kakak juga tidak tahu, Tino bersiaplah. Kita akan membawa Willy ke klinik kesehatan. Tepat jam 7 pagi nanti,” perintah Viana kepada Tino.

“Baik kak.”

“Aisyah, tolong jaga Willy sebentar. Kakak akan masakan nasi untuk sarapan kita nanti. Dan jangan berisik, biarkan Rosy dan Roby tidur sebentar lagi.”

“Baik kak Via.”

Di dalam rumah sederhana itu, Viana dan kelima anak asuh yang ia rawat hidup secara bergotong royong dan saling menyayangi. Seperti di saat mereka sakit, Viana akan menjadi seorang ibu yang akan merawatnya. Dan akan menjadi seorang ayah yang menegur, jika mereka melakukan salah.

Meski belum pernah berumah tangga, namun Viana mampu menjalankan perannya sebagai orang tua dengan baik. Karena Viana merasa kasihan dan berharap kelak anak-anak itu memperoleh haknya untuk hidup dan berbahagia meski nyatanya kehadiran mereka tidak pernah orang tuanya harapkan.

Viana pun mengisi wadah magicom dengan beras dan air. Lalu memasukan wadah yang sudah berisi beras dan mulai menyalakan penanak nasi itu.

Kehidupan di metropolitan yang serba mahal. Dan pekerjaan yang sulit di dapat apalagi ia hanya lulusan SMP membuat Viana terpaksa menjalani pekerjaan lewat jalur pintas. Yaitu menjadi penjambret. Mengikuti ayah angkatnya meski sang ayah sudah melarangnya.

Karena Viana harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Membayar air dan listrik yang sudah menunggak selama 3 bulan. Beruntung hasil jambretnya kemarin bisa melunasi tunggakan yang sudah menggunung dan untuk membeli bahan kebutuhan pokok sehari-hari.

Setelah selesai membersihkan dapur, Viana kembali ke ruang depan dimana ia dan anak-anak yang lain tidur bersama.

“Kak Via! Kak Via! Willy kejang kak!” teriak Aisyah dari dalam.

“Apa?!”

Viana pun berlari menuju tempat Willy yang terbaring kaku. Mulutnya berubah warna menjadi biru, tangannya menggenggam kuat-kuat tangannya seolah tengah menahan rasa sakit.

“Willy! Willy sadar dek, ini kak Via. Kita berobat ya, Tino cepat siapkan sepeda kakak. Kita harus segera membawa Willy ke klinik,” titah Viana dengan tenang meski hatinya sendiri sudah khawatir dan panik.

Namun Viana harus menjaga perasaan adik-adik asuhnya yang lain agar tidak ikutan panik. Sekuat hati Viana menahan derai air matanya agar yang menerobos tanggul pertahanannya.

“Aisyah, jaga adik-adikmu yang lain. Mandikan mereka seperti biasa. Terus jangan lupa sarapan, kakak sudah masak nasi dan telor dadar untuk kalian.”

“Baik ka, hati-hati di jalan,” sahut Aisyah.

Tino pun memboncengkan Viana yang menggendong Willy di pangkuannya. Namun tenaga Tino ternyata tidak sekuat itu, terpaksa Viana harus menggantikan Tino untuk mengayuh sepeda bututnya.

“Kamu bertahan ya Tino, kak Via akan ngebut."

“Siap kak.”

Tak lama sepeda yang Viana kayuh sampai di sebuah klinik, Viana langsung mengambil alih Willy dan membawanya untuk berobat ke dalam klinik itu.

Sementara dokter memeriksa Willy, Viana dan Tino menunggu di luar ruangan itu.

“Keluarga dek Willy.”

“Saya.” sahut Viana seraya mengajak Tino untuk ikut masuk ke dalam.

“Apa yang terjadi dengan adik saya dok? Kenapa kulitnya sampai membiru seperti itu?” tanya Viana sambil terisak.

“Maaf dengan berat hati saya ucapkan sebenarnya, bahwa adik anda mengalami gagal ginjal. Dan warna biru pada kulit itu di sebabkan racun dalam pembuluh darah yang tidak bisa di saring dengan baik oleh ginjal dan akhirnya menumpuk. Karena itu saya anjurkan untuk segera menjalani serangkaian operasi untuk mengoptimalkan fungsi ginjalnya kembali.”

“Apa?! Operasi dok?”

Viana nampak ling lung mendengar penuturan sang dokter itu. Untuk biaya kehidupan sehari-hari saja begitu sulit, apalagi untuk biaya operasi. Penghasilan jambretnya hanya mampu untuk menutupi kebutuhan harian. Sedangkan operasi membutuhkan biaya yang tak sedikit.

“Iya operasi, saya akan berikan surat rujukannya ke rumah sakit daerah karena klinik ini tidak mempunyai alat yang memadai untuk proses penyembuhan selanjutnya.”

“Baik dok.”

Viana menatap kosong kearah kertas yang di berikan oleh dokter barusan. Pandangannya pias seolah nyawanya ikut terlepas.

Bocah Bule yang ia asuh sedari umur 2 tahun itu kini nampak tidak berdaya dan terbaring lemah di atas brankar klinik itu. Kulitnya yang sudah putih semakin memucat. Selang infus menancap di lengannya, dan selang oksigen yang menutup sempurna indra penciumannya. Hati Viana begitu sakit melihatnya.

Viana meminta ijin untuk merawat Willy di klinik karena ia belum mempunyai uang untuk biaya operasi.

“Kak, apa yang harus kita lakukan?” tanya Tino yang sedari tadi memilih diam dan mendengarkan.

“Tino, Kamu jaga Willy dulu ya, kakak akan pergi keluar sebentar.”

“Baik kak Via.”

Viana pun beranjak keluar ruangan klinik itu. Fikiran gadis berusia 26 tahun itu nampak buntu. Sepertinya kali ini ia harus melakukan hal besar. Karena hasil jambretnya pun tak mungkin bisa membiayai operasi Willy.

TBC

Apa yang akan Viana lakukan selanjutnya? Jangan lupa subcribe ya..😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!