Seorang gadis cantik bernama Daniela sedang berlenggak-lenggok di depan cermin, wajahnya nampak sumringah karena sebentar lagi dia akan pergi untuk menemui kekasih hatinya.
"Cantik, sudah. Wangi juga sudah, siapin hadiah buat Dave juga sudah. Dia pasti senang karena aku akan memberikan kejutan kepadanya," ucap Daniela dengan riang.
Senyum di bibir Daniela nampak merekah ketika dia menetap kado yang sudah dia siapkan untuk sang kekasih, hari ini adalah anniversary ke-2 tahun mereka berpacaran.
Malam ini dia akan menemui Dave, tentunya tanpa memberitahukan pria itu terlebih dahulu. Pria yang suda dua tahun menjadi pujaan hatinya itu.
Dia ingin memberikan kejutan manis untuk kekasihnya, pria yang selalu memberikan semangat untuk dirinya.
Pria yang selalu menjadi pelipur laranya di saat dia sedih, pria yang selalu pengertian dan juga perhatian terhadap dirinya.
"Ya ampun, aku sudah tidak sabar untuk menemui Dave." Daniela tersenyum riang saraya memeluk kado yang akan dia berikan kepada kekasihnya.
Untuk mengejutkan kekasihnya, Daniela yang selalu saja berpenampilan tomboy sampai rela berpenampilan feminim. Hari ini sengaja dia memakai dress berwarna merah marun, warna kesukaan sanga kekasih.
Dia yang tidak pernah memakai make up pun sengaja memoles wajahnya dengan make up tipis, bibirnya bahkan dia pakaikan gincu berwarna merah muda. Daniela benar-benar terlihat sangat cantik.
"Aku harus segera sampai ke kostan Dave, naik taksi aja kali ya? Biar cepet, biar ngga berantakan juga," ucap Daniela dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya.
Gadis berusia dua puluh satu tahun itu nampak mencegat taksi, setelah itu dia meminta pak sopir untuk mengantarkan dirinya ke kostan Dave, sang kekasih hatinya.
Dia sengaja pergi ke kostan Dave menggunakan taksi, karena takut penampilannya akan berantakan jika dia menaiki ojek online.
Sepanjang perjalanan menuju kostan Dave, senyum di bibirnya terus hanya mengembang. Sesekali dia melirik kado yang sedang dia peluk, kemeja dan juga dasi yang sudah lama diinginkan oleh kekasihnya.
"Terima kasih, Pak." Daniela memberikan ongkos dan segera turun dari taksi tersebut.
Dia berjalan dengan tidak sabar menuju kamar kost milik kekasihnya yang berada di paling pojok, kamar kost yang lumayan nyaman dengan ukuran yang cukup luas.
Ada satu kamar, satu ruang tamu, dapur dan juga kamar mandi. Kostan yang sangat nyaman untuk ditinggali, bahkan mereka berencana setelah menikah nanti akan tinggal di sana sebelum mereka bisa membeli rumah sendiri.
Saat tiba di depan pintu kamar kost, Daniela terlihat menghela napasnya berkali-kali. Dia begitu gugup entah karena apa.
"Eh? Lupa kalau sepatunya belum dicopot," ucap Daniela seraya membuka sepatunya dan menyimpannya di atas rak sepatu yang ada di depan kost.
Dia kembali tersenyum, lalu menggosok kedua tangannya. Hal itu dia lakukan karena tiba-tiba saja dia merasa jika tubuhnya terasa sangat dingin.
"Semoga saja pintunya tidak terkunci, agar aku bisa langsung memberikan kejutan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu," ucap Daniela penuh harap.
Setelah mengatakan hal itu, Daniela mencoba membuka pintu kamar kost Dave. Senyum di bibirnya langsung mengembang kala mendapati pintu kamar kost itu tidak terkunci.
"Thanks, God. Sepertinya hari ini merupakan hari yang baik buat aku, karena aku dipermudah untuk memberikan kejutan kepada Dave."
Setelah mengatakan hal itu, Daniela mendorong pintu kostan itu secara perlahan. Dia mengedarkan pandangannya dan ternyata kekasihnya tidak ada di ruang tamu, dapur ataupun kamar mandi.
Dia berpikir jika kekasihnya sedang berada di dalam kamarnya, karena sayup-sayup dia mendengar suara musik dari kamar tersebut.
"Dia pasti sedang merebahkan tubuhnya yang begitu lelah seraya mendengarkan musik," ucap Daniela dengan senyum yang tidak pernah memudar di bibirnya.
Dahinya sempat mengernyit dalam karena dia melihat ada sepatu wanita yang tergeletak di depan pintu kamar, tetapi dia tidak mau berpikir negatif.
Dia berpikir jika itu adalah sepatu yang mungkin saja akan diberikan oleh Dave kepada dirinya, dia bahkan terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha untuk tersenyum kembali.
"Harus positif thinking, Dave adalah pria yang baik, Daniela," ucapnya menenangkan diri.
Dengan perlahan dia mendorong pintu kamar kost milik Dave, dahinya mengernyit kala kamar itu terlihat begitu gelap.
Kekasihnya selalu berkata jika dia itu takut akan kegelapan, dia tidak pernah mematikan lampu di kala pria itu tidur.
Tidak lama kemudian, matanya langsung membulat dengan sempurna. Karena dia bisa melihat ada seorang pria dan juga wanita yang sedang bercinta di atas tempat tidur milik kekasihnya.
Lampu di dalam kamar itu memang dimatikan, tetapi sinar rembulan yang menerobos lewat jendela mampu menerangi kedua insan berbeda jenis kelamin itu.
"Jangan sentuh itunya!" ucap wanita yang kini sedang berada di bawah tubuh Dave dengan manja.
Tubuh Daniela terasa begitu lemas mendengar dan menyaksikan hal itu, ingin sekali dia memaki kekasihnya itu.
Bahkan, dia ingin sekali memukuli dan menjambak rambut wanita yang kini sedang menahan suara erangan kenikmatan yang akan lolos dari bibirnya.
Namun, untuk berucap saja Daniela seakan tidak mampu. Dia hanya terdiam mematung menyaksikan apa yang sedang dilakukan oleh kekasihnya bersama dengan selingkuhannya.
'Jangan lemah, Daniela. Kamu harus bangkit kamu harus memaki kedua manusia laknat itu!" bisik hati kecilnya.
'Jangan melakukan hal bodoh, Daniela! Pergilah dengan cepat, tinggalkan pria seperti itu. Pria seperti itu adalah pria yang tidak berguna, bodoh jika kamu terus mempertahankan pria seperti itu!' bisik sisi hatinya yang terdalam.
Entah apa yang harus Daniela lakukan, dia seakan tidak mampu melakukan apa pun. Dia seperti patung tapi bernyawa, matanya kini nampak memerah. Air matanya bahkan nampak bercucuran.
Karena merasa tidak sanggup lagi, akhirnya Daniela memutuskan untuk pergi dari sana. Walaupun kakinya terasa begitu berat dan seperti ada batu besar yang menindih kakinya, dia tetap berusaha pergi dari sana.
'Gila! Ini sangat gila, Daniela!' ucap Daniela memaki dirinya, tetapi hanya mampu memaki dalam hati.
Karena hatinya sangat sakit, Daniela sampai tidak sadar jika dia sudah berjalan cukup jauh. Bahkan dia sampai lupa jika Daniela tidak memakai sandal.
"Hastaga! Kenapa aku begitu bodoh," ucap Daniela seraya menatap kakinya yang terasa sangat perih.
Dia benar-benar merasa seperti orang bodoh, sudah tidak bisa mengatakan apa pun dan kini dia terlihat seperti orang gila.
"Jangan lemah, Daniela. Dave bisa berselingkuh, aku juga bisa. Aku bisa berselingkuh, aku cantik dan pasti ada yang mau kepadaku selain Dave."
Daniela mengedarkan pandangannya, kemudian dia duduk di salah satu bangku yang ada di pinggir jalan.
Cukup lama dia merenung dengan air matanya yang terus saja mengalir, dia seolah tidak peduli dengan tatapan orang yang berlalu lalang seraya menatap aneh kepada dirinya.
"Kamu benar, Daniela. Aku harus membalas perbuatan, Dave. Aku harus pergi ke--"
"Kamu benar, Daniela. Aku harus membalas perbuatan, Dave. Aku harus pergi ke--"
Daniela terdiam, dia benar-benar merasa bingung harus pergi ke mana untuk mencari seorang pria yang mau diajak selingkuh oleh dirinya.
Hatinya benar-benar sakit, otaknya terasa mendidih. Dia bertekad jika malam ini juga dia harus mendapatkan seorang pria untuk bisa dijadikan sebagai selingkuhannya.
Terlebih lagi ketika dia mengingat bagaimana Dave dan juga selingkuhannya bergumul di atas tempat tidur. Batinnya menjerit.
Tidak lama kemudian, Daniela nampak memperhatikan penampilannya. Wajahnya terlihat benar-benar berantakan karena terus saja menangis, apalagi ketika melihat kakinya yang tanpa menggunakan alas, dia kembali berpikir, pria mana yang akan mau menjadi selingkuhannya, pikirnya.
Bahkan, melirik pun tidak akan sudi. Lalu, Daniela pun mulai berpikir apa yang harus dia lakukan saat ini.
"Ke salon!" pekik Daniela.
Akan tetapi, ketika dia melirik jam tangan yang dia kenakan di tangan kirinya, ternyata waktu menunjukkan pukul 9 malam. Daniela kembali berpikir, mana ada salon yang buka selarut ini, pikirnya.
"Aha! Aku beli sepatu saja di sana, terus numpang ke kamar mandi bentar buat rapihin riasanku." Daniela tersenyum ketika melihat toko sepatu di sebrang jalan.
Setelah mengatakan hal itu, Daniela nampak menyeberangi jalan. Lalu, dia masuk ke dalam toko sepatu.
Awalnya, pelayan toko mengatakan jika toko sepatu mereka akan segera tutup. Mereka seakan begitu enggan untuk melayani Daniela, terlebih lagi melihat penampilannya yang begitu berantakan.
Akan tetapi, setelah Daniela menunjukkan uang yang ada di dalam dompetnya, akhirnya dia pun dilayani.
Tentunya setelah mendapatkan sepatu yang dia inginkan, dengan cepat dia izin ke kamar mandi untuk merapikan riasannya.
"Perfect! Sekarang aku sudah terlihat lebih cantik, tapi ke mana aku harus pergi? Apakah mungkin aku harus pergi ke klub malam?" tanya Daniela dengan bimbang.
Dia sudah bertekad ingin mendapatkan selingkuhan malam ini juga, dia sudah tidak mau mundur lagi dan dia ingin membalas perbuatan Dave.
"Selingkuh dibalas selingkuh! Go Daniela, aku harus ke klub malam. Di sana pasti banyak pria galau yang mau menjadi selingkuhanku," ucapnya yang terdengar konyol di telinganya sendiri.
Walaupun dia merasa jika idenya sangatlah konyol, tetapi tetap saja hal itu dia lakukan. Setelah dia keluar dari toko sepatu, Daniela segera mencegat taksi untuk pergi ke klub malam.
Di sinilah Daniela sekarang, di klub malam. Dia terdiam di depan meja bartender dengan raut wajah kebingungan, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.
"Hai, Cantik. Sedang patah hati ya?" tanya Ridho bartender yang ada di sana, dia merasa bosan melihat wajah bingung Daniela yang sudah satu jam duduk tanpa berbicara.
"Eh? Kok Mas tau?" tanya Daniela.
"Hem, keliatan dari muka kamu. Kaya orang linglung, mending minum ini deh. Gratis!" ucap bartender itu seraya memberikan segelas minuman beralkohol kepada Daniela.
"Minuman apa ini?" tanya Daniela.
Ridho langsung tertawa saat mendengar pertanyaan dari Daniela, gadis itu datang ke klub malam tetapi minuman yang diberikan olehnya saja saja tidak tahu.
"Minumlah! Minuman itu bisa membuat kamu merasa lebih baik dengan patah hati yang kamu rasakan," ucap Ridho.
"Oh, seperti itu ya? Oke! Makasih ya, Mas," ucap Daniela.
Setelah mengatakan hal itu Daniela langsung menenggak habis minuman yang diberikan oleh Ridho, dia tidak berpikir dengan apa yang akan terjadi setelah dia meminum minuman beralkohol tersebut.
Ridho bahkan sampai melototkan matanya dengan apa yang dilakukan oleh Daniela, apakah gadis itu benar-benar bodoh sampai tidak menyadari minuman yang dia berikan adalah minuman yang memiliki kadar alkohol tinggi, pikirnya.
"Hastaga! Minumnya bukan seperti itu, harusnya kamu meminumnya sedikit-sedikit!"
Ridho benar-benar tidak menyangka jika Daniela akan langsung meminumnya dengan satu kali tenggakan, dia hanya bisa menghela napas berat.
Daniela seolah tidak memedulikan apa yang dikatakan oleh Ridho, dia terlihat memejamkan matanya karena merasa tenggorokannya terbakar.
Bahkan, kepalanya langsung sakit akibat minuman yang diberikan oleh Ridho tadi. Setelah membuka matanya, Daniela bahkan merasa kaget karena pandangannya menjadi buram.
"Oh, hastaga! Kepalaku pusing," ucap Daniela seraya mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Itu sudah pasti, lagian kenapa kamu meminum minuman itu secara langsung?" tanya Ridho.
"Mana kutahu! Tadi Mas tidak memberitahukanku cara meminumnya, dahlah. Aku ke toilet dulu, mau cuci muka. Siapa tahu bisa lebih segar kalau aku cuci muka," ucap Daniela dengan wajah yang sudah memerah karena merasakan efek dari minuman beralkohol tinggi yang sudah dia minum.
Daniela berjalan dengan sempoyongan menuju kamar mandi, dia bahkan sampai menabrak seorang pria yang sama seperti dirinya. Sama-sama dalam keadaan mabuk.
"Hastaga! Hidungku sakit sekali," keluh Daniela karena dia menabrak dada bidang pria itu.
Dia merasa jika harinya sangat sial, sudah diselingkuhi oleh kekasih, melihat sendiri apa yang dilakukan oleh sang kekasih dengan selingkuhannya, lalu ini dia harus bertabrakan dengan pria asing yang tidak dia kenal sama sekali.
"Ck! Kamu yang menabrak aku, kenapa kamu yang protes? Dasar wanita," keluh pria itu.
Pria itu hendak berlalu dari hadapan Daniela, tetapi Daniela yang merasa kesal langsung memeluk lengan kekar pria itu.
"Jangan langsung pergi, kamu harus tanggung jawab. Hidung aku sangat sakit ini," keluh Daniela.
"Eh? Hidung kamu ngga patah juga, ngapain aku tanggung jawab?" keluh pria itu seraya memicingkan matanya.
"Ini kaya patah, kamu harus tanggung jawab. Aku ini masih gadis, kalau hidung aku bengkok bagaimana nasibku? Siapa yang akan menikahiku?" tanya Daniela.
"Ck! Berisik! Aku akan bertanggung jawab, ayo ikut denganku. Aku sudah sangat lelah, kepalaku juga berat. Tidak tahukah kamu jika aku benar-benar merasa lelah dengan pekerjaan hari ini?" keluh pria itu seraya menyeret Daniela menuju lantai 3.
Tempat yang disediakan pemilik klub untuk menyewa kamar tidur, biasanya mereka yang membawa pasangan atau pria yang akan menyewa jasa wanita penghibur akan memesan kamar di lantai 3.
"Aww!" Apa yang kamu lakukan?" tanya Daniela ketika pria itu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.
Tanpa banyak bicara pria itu langsung mengungkung tubuh Daniela, dia usap pipi Daniela sampai pada leher jenjang gadis itu.
"Bukankah kamu bilang mau meminta pertanggungjawabanku? Bagaimana kalau malam ini kita bersenang-senang? Aku benar-benar sudah sangat lelah, kamu mau tidak bersenang-senang denganku?" tanya pria itu.
Untuk sesaat Daniela terdiam, kesadarannya kini benar-benar sudah menghilang. Akan tetapi rasa kecewanya masih saja dia ingat, hatinya bahkan terasa sangat perih.
"Wah! Kebetulan sekali, aku sedang bersedih hati. Kamu tahu tidak? Pacarku selingkuh, bagaimana kalau kamu menjadi selingkuhanku saja?" tanya Daniela.
Pria yang sama mabuknya dengan Daniela itu tertawa lalu menganggukkan kepalanya, entah dia paham atau tidak dengan apa yang Daniela tawarkan.
"Baiklah! Mari kita berselingkuh dengan cara bersenang-senang," ucap pria itu menyanggupi.
Daniela tersenyum lalu menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju, dia bahkan terlihat meracau tidak jelas. Sama halnya seperti pria itu.
Keesokan paginya.
Daniela merasa jika tubuhnya seakan remuk redam, dia ingin bangun tapi seakan ada batu besar yang menindihnya.
"Kenapa berat sekali?" keluh Daniela dengan mata yang masih terpejam.
Karena merasa susah untuk bernapas dan juga bergerak, dia berusaha untuk membuka matanya yang teras begitu berat.
"Hastaga! Siapa dia? Kenapa dia--"
Daniela tidak bisa berkata-kata lagi, dia merasa syok karena kini ada pria tampan yang sedang memeluk dirinya dengan posesif.
Apalagi saat menyadari jika tubuh keduanya dalam keadaan polos, Daniela langsung membulatkan matanya dengan sempurna.
"Ya Tuhan! Apakah semalam--"
"Ya Tuhan! Apakah semalam kami sudah melakukan itu?" tanya Daniela dengan bingung.
Daniela terdiam, dia berusaha untuk mengingat-ingat apa yang sebenarnya sudah terjadi tadi malam. Semakin dia berusaha untuk mengingatnya, kepalanya malah terasa semakin pusing.
Tidak lama kemudian, dia memekik kaget. Dia yang merasa kecewa terhadap Dave memutuskan untuk pergi ke klub malam, tempat yang tidak pernah dia kunjungi sebelumnya.
Dia masih ingat ketika Ridho memberikan segelas minuman beralkohol kepada dirinya, lalu dia meminumnya hingga dia mabuk.
Akan tetapi, setelah kejadian itu dia tidak mengingat apa pun lagi. Dia benar-benar merasa kecewa terhadap dirinya sendiri.
"Oh Tuhan! Apa yang sudah aku lakukan? Apakah pria ini adalah pria bayaran? Aku tidak punya uang, aku harus segera pergi." Daniela berusaha untuk melepaskan diri dari pria itu.
Setelah dia terlepas dari pelukan pria itu, dia sangat kaget ketika melihat bercak darah yang sudah mengering di atas sprei. Dia merasa sangat bodoh karena sudah menyerahkan kesuciannya kepada pria yang tidak dia kenal.
"Ya Tuhan! Aku sudah tidak suci lagi," ucapnya dengan perasaan berkecamuk.
Dia berusaha untuk turun dari tempat tidur walaupun dia merasakan area intinya begitu perih dan juga sakit, tetapi yang ada di pikirannya saat ini, dia harus segera pergi.
Sungguh dia takut jika pria itu akan terbangun dan meminta bayaran kepada dirinya, selama ini dia selalu menabung agar bisa memperbaiki kehidupannya.
Tidak mungkin bukan, jika dia harus merelakan uang tabungannya untuk membayar pria yang tidak dia kenal sama sekali, pikirnya.
"Hastaga! Bajuku," ucap Daniela dengan sedih ketika melihat dress yang tadi malam dia pakai sudah robek dan tersampir di atas lampu tidur.
Daniela yang kebingungan memutuskan untuk memakai kemeja yang akan dia berikan kepada Dave, beruntung saat dia memakainya kemeja itu terlihat seperti daster yang menutupi tubuh mungilnya sampai ke lututnya.
"Sebaiknya aku cepat pergi, gawat kalau dia bangun dan meminta bayaran," ucap Daniela lirih.
Sebelum Daniela pergi dari sana, Daniela meminta secarik kertas dan meminjam bolpoin kepada salah satu petugas yang berjaga di sana. Dia menuliskan pesan untuk pria yang sudah menidurinya itu.
Dia meminta maaf karena tidak bisa membayar pria itu, Daniela juga berkata jika dia tidak mempunyai uang.
Daniela berjanji, jika suatu saat nanti dia bertemu kembali dengan pria itu, maka dia akan menyicil untuk memberikan bayaran kepada pria tersebut.
"Semoga saja tidak ada yang curiga karena aku berpakaian seperti ini," ucapkan Daniela sebelum pergi dari klub malam tersebut.
Untuk pulang ke tempat dia ngekost, Daniela memutuskan untuk memesan ojek online. Uangnya sudah banyak terkuras, dari mulai membeli dress, membeli kado untuk Dave dan membeli sepatu baru saat dia pergi ke klub malam.
"Terima kasih, Pak." Daniela memberikan ongkos kepada kang ojek, kemudian dia berjalan dengan perlahan karena area intinya masih terasa sakit.
Beruntung hari masih begitu pagi, sehingga tempat di mana dia tinggal belum begitu ramai. Terlebih lagi ini adalah hari Minggu, rata-rata dari mereka masih tidur, karena capek setelah bekerja selama satu minggu.
"Aku harus segera masuk dan mandi, badanku terasa sangat lengket," ucap Daniela.
Saat Daniela tiba di depan kamar kostnya, dia begitu kaget karena di sana ada Dave yang menunggu dirinya. Satu hal yang membuat Daniela lebih kaget lagi, Dave membawa sebuket bunga di tangan kanannya.
Dave bahkan membawa sekotak coklat di tangan kirinya, hal itu benar-benar membuat Daniela tersentuh. Seulas senyum langsung terbit dari bibirnya.
Namun, tidak lama kemudian wajahnya terlihat begitu suram. Dia merasa kesal ketika mengingat perselingkuhan pria itu, bahkan tadi malam Daniela menyaksikan sendiri Dave yang sedang bercinta dengan wanita lain.
Rasanya dia ingin menghampiri Dave dan memukuli wajah tampan pria itu, tetapi niatnya dia urungkan ketika mengingat dirinya pun melakukan hal yang sama.
Dia juga sudah tidur dengan pria lain, bahkan dia tidak mengenal sama sekali pria yang sudah tidur bersama dengan dirinya.
Rasa bersalah langsung menyeruak ke dalam hatinya, dia merasa kotor. Tadi malam dia marah-marah mengatakan jika Dave adalah pria yang bejat, lalu apa bedanya dengan dirinya?
"Lupakan semuanya, Daniela. Anggap saja tidak pernah terjadi apa pun, kamu dan Dave melakukan kesalahan yang sama. Mari kita melupakan semuanya dan kembali memulai hubungan yang baik dengan Dave," ucap Daniela lirih.
Setelah mengatakan hal itu, Daniela menghampiri Dave yang sedang tersenyum hangat ke arah dirinya. Namun, tidak lama kemudian Dave nampak mengernyitkan dahinya ketika Daniela sudah berada tepat di hadapannya.
"Kamu dari mana saja? Aku sudah satu jam menunggu, lalu... kenapa kamu memakai kemeja pria? Kemejanya bahkan masih ada bandrolnya," ucap Dave seraya terkekeh.
Untuk sesaat Daniela terdiam, dia sedang berusaha memikirkan jawaban yang tepat agar Dave tidak merasa curiga. Namun, tidak lama kemudian Daniela berkata.
"Ehm? Tadinya aku mau membeli sarapan, tapi ngga jadi. Untuk kemeja ini, ini adalah kado yang ingin aku berikan kepadamu. Maafkan aku karena sudah memakainya terlebih dahulu, maksudku mencobanya," ralat Daniela.
Daniela tersenyum canggung, tetapi dia berharap jika Dave tidak akan pernah curiga kepada dirinya.
"Sudah tidak apa-apa, apa aku boleh masuk? aku sudah sangat lelah menunggumu dari tadi," ucap Dave.
"Oh iya," jawab Daniela.
Wanita itu terlihat mengambil kunci kamar kostnya, lalu membuka pintu kamar tersebut. Setelah itu, dia menuntun Dave untuk masuk ke dalam kamar kost itu.
baru saja Daniela ingin mempersilakan kekasihnya itu untuk duduk, tetapi dengan cepat Dave memeluk dan mengecupi bibir Daniela.
"Happy anniversary yang ke 2, Sayang. Ini coklat kesukaan kamu dan juga bunga yang kamu suka," ucap Dave seraya tersenyum manis.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Dave, Daniela benar-benar merasa bersalah. Terlebih lagi tadi malam dia sudah memberikan keperawanannya kepada pria lain.
"Terima kasih, Dave. Kamu sangat baik, sekarang duduklah dulu. Aku akan mandi dan melepaskan kemeja untuk kamu ini," ucap Daniela.
"Hem, aku akan duduk. Mandinya jangan lama-lama, aku akan mengajak kamu untuk sarapan bersama." Dave menunduk dan mengecup bibir Daniela.
Saat Dave memeluk dan mencium Daniela, dia merasa jika aroma tubuh Daniela terasa berbeda. Dia mencium wangi parfum yang wanginya sangat maskulin, tetapi dia tidak berani untuk bertanya.
Sebenarnya Dave datang karena merasa bersalah, tadi malam dia sudah tidur bersama dengan selingkuhannya. Maka dari itu, pagi-pagi buta dia sudah datang untuk memberikan kejutan manis kepada kekasihnya tersebut.
"Oke! Tunggulah sepuluh menit," ucap Daniela seraya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
"Ya," jawab Dave.
Benar apa yang dikatakan oleh Daniela, sepuluh menit kemudian dia sudah keluar dari dalam kamar mandi.
Daniela sudah berganti pakaian, tetapi rambutnya masih terurai dengan basah. Dave mengambil handuk lalu membantu Daniela untuk mengeringkan rambutnya.
"Sayang, hari ini adalah hari yang spesial untuk kita. Bagaimana kalau nanti malam kita makan di Resto?" tanya Dave.
''Tapi, mahal. Nanti uang tabungannya habis," ucap Daniela.
"Oh ayolah Daniela, Sayang. Hanya satu kali saja, mau ya?" rayu Dave.
"Bagaimana ya? Mau atau–"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!