NovelToon NovelToon

Jangan Salahkan Aku Meminta Cerai

Eps 1

😼

Wawan merasa heran ketika tidak menemukan keberadaan istrinya dirumah. Tidak biasanya rumah dibiarkan dalam keadaan kosong. Kemana ayu pergi? pertanyaannya tidak segera terjawab meski Wawan sudah berkeliling rumah, memasuki ruangan demi ruangan sampai ke halaman belakang untuk mencari istrinya. Ketika hampir putus asa, Wawan mendengar suara pintu depan terbuka.

"Ah, itu dia!" Gumam Wawan lega langsung beranjak ke ruang depan.

"Yu....kamu dari mana saja?" Tanya Wawan sambil melihat tentengan tangan yang dibawa Ayu.

"Sudah pulang ternyata. Aku habis dari warung mbok Tin, Mas." Jawab Ayu sembari melanjutkan langkahnya menuju ke arah dapur dengan disusul Wawan.

"Ngapain kamu ke warung mbok Tin, Yu?" Tanya Wawan lebih lanjut. "Nah, itu yang kamu bawa apa? jangan bilang kamu belanja lagi?"

"Duh mas, ini itu mie! tadi aku ngutang sama mbok Tin. Kalau nggak ngutang nanti malam kita makan apa?" Ayu malah bertanya balik.

"Lo....Lo uang jatah yang ku kasih kemarin malam memangnya udah habis?kok kamu boros banget sih, Yu" Beber Wawan.

"Kemarin ya kemarin, sekarang ya udah habislah, mas." Raut wajah Ayu terlihat begitu kesal

"Ya kamu belanjanya jangan yang mahal-mahal, Yu. Cari yang murah-murah kan banyak." Usul Wawan.

"Enak banget kamu ngomong gitu, Mas. Nggak tahu apa dipasar semua bahan-bahan naik!" Ayu masih dengan sabar meladeni suaminya.

"Halah, kamu saja yang gak bisa ngatur keuangan. Kapan kayanya kalau kamu aja boros begini!" Cibir Wawan.

"Kamu bilang boros? Hei....mas kamu saja ngasih aku 50 ribu untuk dua hari, itupun sampai sakit kepala ku mengaturnya. Belum beli beras, gula, kopi, minyak dan lain-lainnya lagi. Dan kamu masih bisa bilang aku boros?" Tatapan Ayu seolah membuat Wawan takut. "Belum lagi kadang kamu pinta kembaliannya!"

Wawan tak menanggapi ucapan istrinya yang panjang lebar itu. Bisa jadi akan ada perang dunia ketiga jika ia menanggapinya. Dia pun lebih memilih untuk pergi membersihkan dirinya yang bau apek sehabis pulang kerja.

Begitu juga dengan Ayu, ia langsung pergi ke dapur untuk memasak mie yang ia utang tadi.

Setelah selesai memasak, Ayu menata dua buah mangkuk yang berisi mie rebus di atas meja.

Wawan menghembuskan nafasnya dengan kasar melihat menu makan malam yang sama sekali tidak menggugah selera.

"Lama-lama usus ku keriting, Yu Yu, kamu kasih makan mas mie terus." Keluh Wawan dengan muka masam.

"Seharusnya kamu bersyukur dong mas, hari ini bisa makan, di luar sana banyak tuh orang yang masih kelaparan." Entah kenapa Ayu semakin pandai menjawab ucapan Wawan.

"Ayu.. Ayu.. kamu itu bisanya ngejawab aja. Aku suami kamu lo, Yu."

"Ya siapa bilang kamu suami tetangga." Ucap Ayu membuat Wawan semakin kesal.

"Mau dimakan, kalo nggak yaudah."

Wawan berdecak kesal mau tidak mau dia harus makan mie lagi karena perutnya sudah merasa lapar.

"Mas, aku ingin kita punya anak." Ucap Ayu di sela makannya.

"Nanti aja Yu, kamu tahu sendiri kan Mas masih belum siap untuk punya anak." Ujar Wawan yang selalu beralasan seperti itu.

"Halah Mas Mas, Kita ini sudah menikah hampir lima tahun loh. Aku pengen banget punya anak, mas. Kaya orang-orang!" Desak Ayu.

"Haduh Yu, kamu tahu sendirikan, biaya melahirkan itu sangatlah mahal belum lagi beli susu dan pempes nya. Dan belum lagi termasuk biaya pendidikan untuk anak kita nanti dan lainnya. Untuk makan kita berdua saja susahnya seperti ini apalagi ada anak." Tutur Wawan.

"Alasan itu lagi itu lagi, sampai bosen aku dengarnya, mas." Balas Ayu.

"Apa kamu gak pernah denger pepatah, Mas? setiap anak yang terlahir didunia ini membawa rezeki mereka masing-masing." Timpal Ayu.

"Iya mas tahu, Yu. Tapi kamu ngerti dulu lah keadaan mas gimana. Kamu aja belum ada anak borosnya minta ampun, apalagi kalau dah punya anak. Bisa-bisa nanti mas mati berdiri, Yu!" Jelas Wawan.

Ayu begitu kesal, suaminya itu benar-benar pelit dan perhitungan. Padahal dulu sewaktu mereka berpacaran, Wawan adalah laki-laki yang begitu royal. Semua yang Ayu minta selalu Wawan turuti, tak pernah sedikitpun pula Wawan mempermasalahkannya. Namun semua itu berubah semenjak Ayu menikah dengan Wawan, Wawan menjadi sosok laki-laki yang pelit dan perhitungan. Ayu yakin perubahan Wawan itu dikarenakan hasutan dari ibu mertua dan kakak iparnya. Bagaimana tidak, ibu mertua serta kakak ipar Ayu itu sama sekali tidak suka jika Wawan memberi Ayu uang.

Ibu mertua dan kakak ipar selalu mengatakan Ayu adalah istri yang boros dan kerjanya hanya menghabiskan uang suami saja.

Sebenarnya Ayu adalah wanita cantik dan berpendidikan. Sebelum akhirnya menikah dengan Wawan, Ayu bekerja disalah satu perusahaan yang cukup ternama. Tapi setelah menikah, Wawan tak lagi memperbolehkan Ayu untuk bekerja. Wawan ingin Ayu dirumah saja merawat dan melayani dirinya sebagai mana tugas istri.

Ayu bangkit dari duduknya dengan perasaan kecewa sambil membawa mangkuk menuju ke arah tempat cuci piring. Kemudian setelah itu ia berlalu begitu saja menuju kamarnya tanpa menghiraukan Wawan yang belum selesai makan.

Wawan menghembuskan nafasnya dengan kasar, sebenarnya Wawan juga ingin punya anak tapi karena hasutan sang ibu yang menyuruhnya untuk menunda momongan, Wawan pun hanya bisa menurut. Mengapa ibu Wawan begitu? karena ibu Wawan pikir, jika anaknya memiliki anak otomatis dia tidak akan dapat jatah bulanan dari Wawan. Yah, semenjak Supardi ayah Wawan meninggal, Wawan lah yang kini mengantikan sekaligus membantu perekonomian keluarganya. Toh, Wawan pikir dia harus balas Budi juga karena selama ini ibunya lah yang merawat dan membesarkannya hingga menjadi sukses sekarang.

Setelah Wawan selesai makan, dia pun langsung bergegas ke kamar menghampiri Ayu. Dilihatnya Ayu sudah tertutup selimut dengan posisi tidur menyamping. Wawan pun hanya bisa menghela nafas panjang, dia tahu pasti Ayu istrinya itu sedang ngambek.

-___-

Keesokan harinya, Wawan sudah terbangun dari mimpi indahnya. Dia menoleh ke samping dan tak mendapati adanya Ayu. Ah, pikir Wawan Ayu pasti sedang memasak makanan untuk dirinya.

Wawan pun beranjak dari ranjang dan segera mencuci wajahnya. Hari ini Wawan libur bekerja. Tak menyia-nyiakan waktunya, Wawan pun berniat untuk pergi ke kebun memanen singkong yang beberapa bulan lalu ia tanam.

"Dimana Ayu?" Tanya Wawan saat tak melihat keberadaan istrinya didapur.

Tak ambil pusing, Wawan pun berjalan menuju ke arah meja makan, niatnya ia akan mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum pergi ke kebun. Ia membuka tudung saji dan mendapati tidak ada satupun makanan yang tersedia.

"Lo.....Lo....apa-apaan ini? kok nggak ada makanan? mana udah jam segini lagi!" Gumam Wawan.

Eps 2

"Yu.....yu.......!" Panggil Wawan sambil berkacak pinggang.

"Duh.....apa sih mas?" Tanya Ayu yang datang menghampiri.

"kamu ini bukannya masak untuk suami, malah keluyuran."

"Masak apa? Liat sendiri sana di dapur, emang ada yang bisa dimasak?" Tanya Ayu kesal.

Tak menjawab, Wawan langsung saja membuka kulkas dan melihat apa saja yang ada didalamnya.

Ternyata betul apa yang dikatakan Ayu, tidak ada benda atau apapun yang bisa dimasak.

"Haduh, uang lagi uang lagi!" Ujar Wawan seraya merogoh kantong celananya.

Ayu melirik, akhirnya suami pelitnya itu mengeluarkan uang juga.

Cukup lama Wawan merogoh kantong celananya dan Ayu pun mulai berpikir jika suaminya akan memilih uang yang nominalnya besar.

"Nih uang, sana pergi ke pasar beli daging!" Ujar Wawan seraya memberikan uang dua puluh ribu.

"Hah, dua puluh ribu?" Ayu melotot tak percaya.

"Aduh yu, jangan cerewet deh. Syukur-syukur mas kasih uang belanja, lah kalo enggak?" Tanya Wawan.

"Mas jangan bercanda, mana ada harga daging dua puluh ribu."

"Ya elah yu, yu tinggal bilang ke penjualnya minta bagi seperempat atau sepotong kan bisa! Kalau masih ada sisa uang nya, sekalian beli beras, Yu." Usul Wawan.

Belum menjawab, Wawan melanjutkan lagi ucapannya.

"Sudah ya, mas mau pergi ke kebun dulu. Jangan lupa kalau dah masak cepetan antar ke kebun, soalnya cacing diperut mas udah pada berontak!" Kata Wawan kemudian berlalu begitu saja.

Yah, kebetulan kebun Wawan jaraknya tak begitu jauh dari rumahnya.

Ayu hanya bisa mengelus dada, sungguh suaminya ini sangat pelit.

"Dasar lelaki pelit, mau makan enak tapi perhitungannya minta ampun!" Omel Ayu.

Ayu tak pergi kepasar, melainkan ia hanya pergi ke tukang sayur yang biasanya mangkal didepan gang rumahnya.

Ayu pikir untuk apa pergi kepasar dengan membawa uang dua puluh ribu? Lebih baik dia belanja saja ke tukang sayur.

Ayu termenung sambil menatap dan mengamati belanjaan yang tertata rapi di gerobak kang Asep.

"Masak apa ya? Kok aku jadi bingung sendiri." Gumam Ayu.

"Ehemm.......Yu...." Terdengar suara yang tak asing memanggil nama Ayu.

Ayu menoleh ke arah sumber suara dan ternyata dugaan Ayu benar. Itu adalah Bu Nining, ibu mertuanya sendiri.

Ibu mertua Ayu tinggal memang tak jauh dari rumah mereka. Hanya berbeda RT saja.

"Eh ibu......" Lirih Ayu tersenyum.

"Mau belanja apa kamu, Yu?" Tanya Nining.

"Belum tahu bu, ini lagi mikir." Jawab Ayu.

"Yu, ibu saranin suamimu itu sesekali masakin yang enak dong. Ibu lihat-lihat anak ibu, Wawan itu kurus kering, apa jangan-jangan jarang kamu kasih makan ya?" Tanya Nining mencerocos.

"Mas Wawan diet Bu, saking ngiritnya." Sahut Ayu yang kesal dengan mulut ibu mertuanya.

"Kamu itu kalau diomongin selalu aja ngejawab!" Cibir Nining.

"Lah, kan tadi ibu nanya, ya Ayu jawab dong, Bu. Nanti kalau gak jawab Ayu lagi yang dosa sama orang tua." Ucap Ayu membela diri.

Bu Nining mendengus kesal.

"Noh, kang Asep jadi berapa nih belanjaan saya?" Tanya Bu Nining.

Kang Asep pun mulai menghitung dan total belanjaannya adalah dua puluh lima ribu. Sementara Nining hanya membawa uang pas-pasan yaitu dua puluh ribu saja.

Nining kemudian melirik ke arah Ayu menantunya. Ayu yang melihat ibu mertuanya pun jelas sudah paham.

"Yu, bayarin dulu dong. Cuma kurang lima ribu nih!" Pinta Nining.

Ayu diam sejenak dan mulai berpikir jika ia meminjamkannya maka sisa uangnya nanti akan jadi lima belas ribu.

"Haduh Yu, aku ini mertuamu Yu. Masa minjam lima ribu aja gak boleh!" Cibir Nining.

"Bukan begitu Bu, tapi-" Belum habis Ayu berbicara Nining langsung memotongnya.

"Tapi apa? Punya menantu kok pelit amat!"

Kini Ayu menjadi serba salah.

"Ayu bukannya pelit, bu. Hanya saja mas Wawan cuma ngasih Ayu uang dua puluh ribu, ini aja mas Wawan nyuruh Ayu beli daging, kalau ada sisa disuruh beli beras juga."

"Daging? Gak usah beli, dirumah ibu ada kok didalam kulkas. Daging masak rendang, biasalah sisa makan kemarin, toh dibuang sayang. Mending kamu angetin kembali!" Ujar Nining.

Ayu menghela nafas pasrah. Mau tidak mau iapun ikut pulang ke rumah ibu mertuanya untuk mengambil daging sisa makan kemarin.

Sesampainya dirumah Bu Nining, Ayu tidak masuk, ia memilih untuk menunggu di teras rumah saja.

"Tunggu sebentar Yu, ibu ambilkan!" Ujar Bu Nining lalu masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama kemudian Bu Nining keluar lagi dengan membawa mangkuk di tangannya.

"Nih, Yu!" Kata Bu Nining sembari menyerahkan mangkuk.

Ayu tersenyum lebar untuk beberapa saat namun senyumnya perlahan sirna ketika melihat mangkuk di tangannya.

"Bu, dagingnya mana?" Tanya Ayu.

"Udah habis, ini dagingnya udah di dalam perut ibu." Jawab Bu Nining dengan santainya.

"Loh, katanya ibu mau ngasih daging tapi kok malah tinggal bumbunya?" Tanya Ayu lagi.

"Ayu, kamu tuh cerewet banget, udah syukur di kasih, yang penting kan itu bekas daging, masih ada sisa-sisa kaldunya." Jawab Bu Nining.

Ayu pun hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas.

"Ibu sama anak sama saja!" Batin Ayu.

"Ya udah, Bu. Ayu pamit pulang dulu." Ucap Ayu lalu beranjak pergi tanpa menunggu jawaban mertuanya.

"Ayu, kamu itu gak sopan banget sama orang tua, gak ada terimakasihnya sama sekali!!!" Seru Bu Nining tapi Ayu tidak menghiraukan.

-

Matahari mulai meninggi, Ayu bergegas untuk pergi ke kebun mengantarkan makanan untuk suaminya, sesampainya di kebun Ayu mencari keberadaan suaminya yang ternyata hendak mencabut pohon singkong, Ayu mengamati suaminya yang tampak kesusahan mencabut pohon singkong tersebut.

"Biar ku bantu, mas." Ucap Ayu tiba-tiba.

"Yu, kamu ngagetin aja, nanti kalau mas jantungan terus mati gimana?" Tanya Wawan sambil mengelus dadanya.

"Ya, aku cari suami baru yang gak pelit lah." Jawab Ayu.

"Yu, mulut mu sembarang. Kamu mau mas tanam kaya singkong-singkong ini?" Ucap Wawan kesal.

"Bercanda, mas gitu aja laper eh baper!" Ucap Ayu. "Ayo kita cabut singkong ini sama-sama." Ajak Ayu.

Ayu dan Wawan lalu memegang batang singkong tersebut bersamaan kemudian Wawan memberi aba-aba dalam hitungan.

"1...2...3... tarik, Yu."

Wawan dan Ayu berhasil menarik singkong tersebut tapi sayangnya, sepasang suami istri ini terjungkal kebelakang, Wawan dengan sigap menjadikan tubuhnya tameng agar istrinya tidak jatuh ke tanah yang keras.

Bruk...

"Aduh... Pinggang ku." Wawan meringis menahan rasa sakit akibat tubuhnya di timpa oleh Ayu. Ayu segera bangkit lalu menolong Wawan, suaminya.

"Aduh, mas kamu ini ada-ada saja." Ucap Ayu sembari mengelus-elus pinggang Wawan.

"Kok malah kamu yang marah sih, Yu. Seharusnya kamu berterimakasih karena mas udah ngelindungin kamu." Ujar Wawan sehingga membuat Ayu salah tingkah.

"Hehehe... terimakasih, ya suamiku sudah melindungi aku." Ujar Ayu.

Wawan tersenyum manis, pria ini lalu mendekatkan wajahnya ke arah Ayu.

"Mas, kamu mau ngapain? Ini di kebun loh, mas!" Ucap Ayu.

"Gak usah GR kamu, Yu, itu di wajah kamu ada kotoran burung." Ucap Wawan berbohong padahal ia ingin mencium Ayu.

"Hah! mana?" Tanya Ayu sambil mengusap-usap wajahnya.

Wawan terkekeh kecil. Ayu yang merasa kesal di bohongi lantas memukul pinggang Wawan hingga membuat Wawan kembali meringis kesakitan.

Eps 3

"Ya sudah ayo sarapan dulu, Mas." Ajak Ayu pada suaminya.

"Ayo, kebetulan mas udah laper banget!"

Di gubuk kecil dengan dinding beranyamkan bambu, tempat itulah yang biasanya Wawan dan Ayu beristirahat. Ayu mulai membuka satu persatu rantang yang ia bawa.

"Kamu masak daging kan?" Tanya Wawan.

"Daging apanya, wong ibumu aja pas di tukang sayur minta bayarin belanjaannya yang kurang lima ribu." Jawab Ayu.

"Ya gak apa-apalah, Yu. Yang pentingkan uangnya masih lima belas ribu."

Ayu menghela nafas, "Iya lima belas ribu tadi aku belikan ke minyak goreng sama tempe." Ujar Ayu.

"loh berarti kamu gak masak daging?"

"Ya enggaklah kan uangnya gak cukup, Mas. Tapi gak usah khawatir, ibu tadi ngasih rendang sisa masakan kemarin!" Ucap Ayu seraya menyodorkan sebuah rantang.

Bukannya marah, Wawan justru malah tersenyum lebar melihat isi rantang tersebut. Namun senyum Wawan perlahan pudar ketika melihat di dalam rantang tidak ada daging.

"Loh, Yu tapi mana dagingnya?" Tanya Wawan.

"Ibu bilang dagingnya udah habis jadi ibu cuma ngasih sisa bumbu nya aja, mas." Jawab Ayu.

Ayu tertawa kecil, melihat ekspresi dari suaminya.

Wawan menghela nafas panjang dan iapun kembali tersenyum.

"Ya gak apa-apalah, yang pentingkan bekas daging, jadi masih ada bau-baunya." Ujar Wawan.

"Ibu kamu itu terlalu banget sih, mas. Masa ngasih makanan sisa." Ujar Ayu yang sebenarnya geram.

"Sudahlah Yu, harus seadanya. Makan itu tidak perlu mewah yang penting kenyang." Kata Wawan.

"Makan begini mas juga udah senang kok, yah walaupun sisa."

"Sisa sih sisa, mas tapi masa cuma di kasih bumbunya doang!" Kesal Ayu.

"Cerewet banget sih kamu, Yu. Cepetan makannya, habis itu bantuin Mas masukin singkong ke dalam karung."

"Yu, kamu mau ini gak?" Wawan menawarkan sisa bumbu rendang kepada Ayu.

"Kamu aja mas yang makan, aku makan sama tempe goreng aja." Tolak Ayu.

"Baguslah kalau kamu gak mau, ini biar mas yang habiskan" Ucap Wawan yang sebenarnya tak ingin berbagi.

Wawan dan Ayu pun menikmati makanan mereka, Ayu memperhatikan Wawan yang tampak lahap sekali memakan makanannya.

"Kalau ku lihat-lihat kasian juga kamu, mas." Batin Ayu.

Kali ini Dikebun, Wawan sungguh merasakan nikmatnya makan, meskipun hanya nasi panas dan juga sisa bumbu rendang.

Setelah perut mereka kenyang, Wawan dan Ayu pun kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi.

"Yu, kenapa kamu senyum-senyum sendiri dari tadi?" Tanya Wawan yang sejak tadi memperhatikan Ayu.

"Singkongnya banyak banget, Mas. Terus semua ini mau dikemanakan? Dijual ya?" Tanya Ayu karena beberapa bulan yang lalu dia juga ikut membantu menanam.

"Ya sebagian Mas jual, sebagian lagi buat stok makan kita, Yu." Jawab Wawan.

"Asik.....dapet uang banyak dong." Kata Ayu.

"Eh......enak aja, uang hasil jual singkong nanti mau Mas tabung, Yu."

Wajah Ayu seketika berubah menjadi masam. Ayu yang kesal pun memutuskan untuk pulang.

"Yu, mau kemana?" Tanya Wawan.

"Mau pulang." Jawab Ayu ketus.

"Belum selesai, Yu. Nih, angkat karung nya!" Titah Wawan.

"Kamu aja, mas. Toh yang menikmati hasilnya kamu sendiri." Ucap Ayu lalu segera pergi.

"Gara-gara singkong gitu aja ngambek." Gumam Wawan.

Hingga siang menjelang sore, barulah Wawan sampai di rumah dengan membawa beberapa karung singkong. Yah, Wawan membawa beberapa karung singkong dengan menggunakan gerobak tetangga yang ia pinjam pagi tadi.

"Yu, kamu masih ngambek?" Tanya Wawan pada Ayu yang sedang menyapu halaman.

"Nggak!"

"Yaudah kalau begitu, tolong balikin gerobaknya dong ke pak Suprat." Titah Wawan.

"Nggak mau, balikin aja sendiri sana." Ketus Ayu.

"Loh Yu, kok kamu jadi gini sih? Cepetan gerobaknya mau dipakai orangnya ini. Tenang aja Yu, nanti mas kasih uang buat beli bedak." Ucap Wawan mengimingi-gimingi

"Hah, yang bener mas?" Tanya Ayu memastikan.

"Hadeh, apa sih yang gak bener dari Mas. Mas ini bukan tipe orang yang ingkar janji, kan kamu sendiri tahu." Ujar Wawan.

Tanpa banyak cingcong, Ayu langsung saja menaruh sapu lidi yang ia pegang lalu langsung mengembalikan gerobak tersebut ke rumah tetangga.

Setelah selesai, Ayu segera pulang, di lihatnya Wawan sedang bersantai-santai duduk di kursi bawah pohon.

"Yu, buatin mas kopi!" Titah Wawan.

Ayu mengangguk lalu bergegas pergi ke dapur. Selang beberapa saat Ayu kembali lagi dengan membawa secangkir kopi hitam di tangannya.

"Terimakasih, Yu." Ucap Wawan.

"Sama-sama." Jawab Ayu.

"Ntar malam jangan lupa goreng singkong, Yu."

Tepat saat Wawan dan Ayu sedang duduk dibawah pohon depan rumah, tiba-tiba terdengar suara penjual pentol.

"Pentole...pentole....." Kang Adi, dia adalah penjual pentol yang memang sering keliling di komplek perumahan mereka.

"Yu, kamu mau beli?" Tawar Wawan.

"Loh, tumben nawarin biasanya aja nggak." Kata Ayu.

"Aduh mau apa enggak? Kalo nggak yaudah."

"Iya... Iya mau dong, dah lama juga gak makan pentol." Ucap Ayu.

"Kang Adi......beli!" Teriak Ayu dan Kang Adi pun berhenti.

"Sini mas, mana uangnya?" Pinta Ayu seraya mengulurkan tangan.

Wawan lalu merogoh kantong celananya dan betapa terkejutnya Ayu saat melihat suaminya memberikan uang dua ribuan dua lembar.

"Nih, mas juga ya!"

Ayu melotot tak percaya. "Hah, dua ribu? Mana cukup mas!"

"Cukup... Cukup.. bilang aja sama kang Adi beli dua ribu." Ujar Wawan.

"Biarpun cukup tapi dapetnya dikit mas, paling cuma sampe tenggorokan aja." Kesal Ayu.

"Yu, tidak perlu boros untuk mengenyangkan perut." Ucap Wawan.

Kang Adi yang menyaksikan suami istri itu pun hanya bisa bergeleng-geleng kepala. "Jadi beli apa enggak nih?" Tanya Kang Adi.

"Iya Kang, jadi!" Seru Wawan.

Ayu mendengus kesal dan langsung menghampiri gerobak pentol kang Adi.

"Dua ribuan dua, kang!" Ujar Ayu yang sebenarnya malu.

"Astaga....astaga...." Lirih Kang Adi.

Ayu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Harga pentol kang Adi kebetulan dua ribu dapat satu, tapi karena kasihan meliat Ayu, Kang Adi pun memberi pentol lebih kepadanya.

"Loh, kang Adi ini dua ribu kenapa banyak?" Tanya Ayu.

"Sudah gakpapa, hitung-hitung amal. Soalnya Akang prihatin ngelihat Ayu." Ujar Kang Adi.

"Tapi Kang----"

"Udah gak apa-apa, Yu!"

"Kasihan kamu, Yu. Cantik-cantik begini dapat suami pelit sama perhitungan." Gurau Kang Adi.

"Eee...eee...ngapain tuh, jangan deket-deket sama istri saya!" Seru Wawan yang merasa cemburu.

Kang Adi memutar bola mata malas, ia pun kembali mengayuh sepeda bututnya.

Ayu pun kembali menghampiri suaminya dan memberikan sebungkus pentol.

"Nih!" Wajah Ayu terlihat cemberut.

"Loh, Yu dua ribu dapat banyak?" Tanya Wawan yang kegirangan.

"Apaan, itu di kasih bonus sama kang Adi, katanya itung-itung beramal." Jawab Ayu.

"Ya rezeki kita berarti, Yu. Kamu harusnya senang bukannya cemberut gitu!"

Wawan dan Ayu pun menikmati pentol mereka, setelah selesai Wawan masuk ke dalam rumah untuk membersihkan dirinya sementara Ayu, kembali melanjutkan aktivitas menyapunya yang sempat tertunda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!