NovelToon NovelToon

Cinta Raka

bab. 1

Pov Raka

"Rakaaaaaaa, sayang......!" teriak kakakku yang suaranya cempreng mengalahkan kaleng rombeng terdengar dari arah tangga, membuat gendang telinga tidak akan betah berlama-lama mendengarkan suaranya, namun mau bagaimana lagi dia adalah Kakakku namanya Vira.

"Raka sayang......., lihat baju gue, keren kan?" teriaknya lagi sambil nyelonong masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, seperti orang yang tidak berpendidikan. kemudian dia pun menari di depanku layaknya perempuan-perempuan yang berada di aplikasi tikotok, mengangkat dua tangannya sampai melewati kepala, kemudian menurunkan satu tangan sambil bergoyang, persis orang yang kurang satu sendok.

Aku hanya menatap melongo, penuh keheranan. Memperhatikan Mbak Vira yang berdiri di hadapanku  Bagaimana tidak, Mbak Vira hari ini Dia menggunakan baju yang sangat aneh, Dia memakai jas hujan yang didesain seperti dress panjang selutut. Sebenarnya bukan hari ini doang, dia berpakaian aneh seperti itu, hampir setiap hari aku disuguhkan dengan fashion fashion nyeleneh yang hadir menghiasi rumah.

"Sudah menatapnya jangan seperti itu, gue yakin kok! lu pasti kagum dengan fashion gue hari ini." Ujarnya sambil menghentikan jogedan yang tak berfaedah itu. "Oh iya, kenapa lu nggak keluar? ini kan malam minggu loh..., masa pacaran sama laptop melulu," lanjutnya lagi sambil memainkan lehernya yang seperti ular berbisa, tangannya memutar-mutar ujung rambut berwarna kuning keemasan, seperti anak ABG yang sedang mengalami kegenitan.

"Emang penting ya, kalau malam minggu itu harus keluar?" jawabku bertanya sambil menatap kembali layar laptop, tak mau memperhatikan dia Yang sebentar lagi dijemput oleh pacarnya.

"LAh malah nyolot..., ini malam minggu. seharusnya elu jalan-jalan keluar cari kesenangan, daripada di kamar sendirian ngegalau terus." jawabnya sambil memainkan telunjuk di dekat dada, yang digerak-gerakan menunjuk ke arahku. Bak seorang emak-emak rempong yang sedang berbicara dengan koleganya, menggosipkan tetangga sekitar.

"Mbak Vira sayang....., Emangnya siapa sih yang lagi galau, Hah?" jawabku sambil menatap lekat ke arah wajah kakakku.

Mendapat sanggahanku dia tidak menjawab, namun mendongkokkan badannya  tangannya mengusap lembut pendaku, lalu pindah ke pipi mencubit-cubit gemas daging yang berada di sebelah wajah. "Raka sayang...., setiap malam mingguan itu, elu selalu sendirian di dalam kamar. dengerin lagu mellow, menulis cerita-cerita cengeng. semua itu membuktikan bahwa lu sedang galau tingkat Dewa."

"Mbak Vira.....! gua harus nulis, gua harus menyelesaikan buku gua. dan Lu lihat nanti, kalau gua sudah sukses menjadi penulis terkenal, cewek-cewek itu pasti pada ngantri, mau dapatin gua. jadi lu, tenang aja," jawabku sambil bangkit dari meja Komputerku memperagakan orang yang sedang berpresentasi dihadapan kelas, lalu duduk kembali di atas kasur.

"Ngantri....., hahaha, Mana mungkin gitu loh...! ujarnya sambil duduk di sampingku kemudian memelukku dari samping. "kamu gemes deh....! lucu, unyu. bukan galau mu saja yang tingkat dewa, Tapi khayalanmu juga tingkat semesta." Lanjutnya sambil kembali mencubit pipiku dengan gemas.

Tin....!

Baby.....!

teriaknya ketika mendengar suara klakson mobil yang dibunyikan dari arah bawah, tanpa melanjutkan pembicaraannya. dia pun ngeloyor pergi untuk menemui sang pacar, yang sudah menjemput untuk menikmati malam minggu.

Aku hanya menarik nafas dalam, menatap pintu yang masih terbuka, meratapi nasib diri yang sudah 3 tahun tidak pernah berpacaran. walaupun aku seperti ini, aku dulu pernah punya pacar kok, meski hanya lewat surat, sembilan bulan aku berpacaran melalui tulisan itu, sehingga tanganku sampai sekarang masih terasa pegal.

Baby....! baby.....!

Teriakan Mbak Vira masih terdengar, Walaupun dia sudah berada di lantai bawah, entah menggunakan bit yang mana, sehingga suaranya sampai memenuhi seluruh ruangan rumahku. merasa penasaran, aku pun bangkit dari tempat duduk ingin mengintip kakakku yang mau pergi malam mingguan. Aku berdiri di dekat jendela, terlihatlah Mas Akbar yang keluar dari mobil hitamnya.

"Hai Raka....!" sapa Mas Akbar sambil Melambaikan tangan dari arah bawah.

"Iya Mas...!" jawabku membalas lambaian tangannya.

"Enggak malam mingguan?"

"Nggak Mas, di rumah saja. hujan gini Gua males untuk keluar," jawabku memberi alasan sehingga membuat Mas Akbar memindai area sekitar yang terlihat basah oleh bekas air hujan.

"Ini hujannya sudah berhenti," jawab Mas Akbar sambil membuka telapak tangan, menandakan bahwa tidak ada gerimis yang turun.

"Iya hujan di luar sudah berhenti Mas, tapi hujan di hati gua semakin deras."

"Baby sayang......., baby love you," ujar Kak Vira yang sudah sampai di halaman depan rumah, sehingga pembicaraan kita pun terputus.

"Gua jalan dulu ya Ka...!" Pamit Mas Akbar sambil Melambaikan tangan, kemudian membukakan pintu untuk Kak Vira, lalu dia pun masuk ke pintu kemudi samping kanan.

Aku terus menatap kepergian mereka, sambil mobil yang Mas Akbar kendarai sampai Tak Terlihat Lagi. aku menarik nafas kembali, lalu duduk di hadapan laptop untuk melanjutkan tulisanku, yang sempat terganggu oleh kedatangan makhluk astral seperti Mbak Vira.

Aku memfokuskan kembali menulis, membuat cerpen yang nanti akan aku pajang di mading sekolah. karena menurut penulis yang aku pernah ikuti seminarnya, bahwa kita harus tetap menulis dan mempublikasikannya, walaupun hanya untuk lingkungan kita sendiri.

Lama menulis akhirnya tanganku terasa pegal, mataku terasa lengket. akhirnya mengsave tulisanku untuk dilanjutkan esok pagi, karena besok adalah hari Minggu, jadi aku bisa berpuas-puasan bercurhat pria dengan laptop kesayanganku.

Setelah semuanya selesai, aku membaringkan tubuh di atas kasur, mataku menatap langit-langit, mengingat kembali kebodohan-kebodohanku yang sudah berlalu. kebodohan yang tak berani mengungkapkan perasaan kepada wanita yang aku sukai, apalagi kalau mengingat Ivi dan Kaira yang lepas begitu saja, tanpa aku dekati terlebih dahulu.

Aku semakin terlarut dalam khayalan-khayalan dan penyesalan-penyesalan yang sudah tidak memberikan arti di dalam hidup, hingga mataku mulai lelah dan lemah seolah tidak sanggup menahan beban penderitaan yang disaksikan.

~

Senin pagi aku sudah bersiap pergi ke sekolah, setelah sarapan bersama keluarga. namun ketika aku hendak menarik tuas gas motor, dari arah teras terdengar suara Kak Vira yang cempreng memanggil.

"Raka..., sayang! bareng dong sama kakak berangkatnya....!" Pintanya sambil berlari menuju ke halaman rumah.

"Yah Mbak naik taksi Online lah, masa sudah kerja masih nebeng sama orang yang belum kerja...!"

"Heleh, heleh, jaga bicaramu anak muda. daripada helm kamu nganggur setiap hari karena tidak pernah ada cewek yang lu jemput, mending dimanfaatkan oleh gue. Ingat menolong orang itu pahalanya besar loh...!" Ledeknya sambil mencubit pipiku dengan gemas.

"Ih apaan sih Mbak...! jangan gitu terus apa."

"Emang nggak salah kan, helm ini nggak pernah dipakai sama gebetan atau teman cewek Lu kan?"

"Iya, iya!" jawabku mendengus dengan kesal, kemudian memberikan helm yang aku kaitkan di bagasi depan. membuat kedua sudut bibir Mbak Vira tersenyum begitu lebar.

bab 2

Pov Raka

"nah begitu kalau begitu kan cakep...!" ujar Mbak Vira sambil mencubit pipiku kembali.

"Sudah sih jangan mencubit pipi gua terus, Emangnya gua masih bayi apa?" Elakku sambil menggelengkan kepala, karena agak risih dicubit terus.

"Sudah jangan banyak ngedumel, Ayo berangkat nanti gue kesiangan."

"Sudah disuruh untuk naik taksi online, malah maksa...." gerutuku sambil menarik tuas gas motor, sehingga motor yang aku kendarai melaju keluar dari halaman rumah menuju ke jalan besar.

Pagi itu, Suasananya sangat cerah, mobil-mobil terlihat berlalu-lalang memadati setiap ruas jalan, suara klakson terdengar begitu riuh, ketika ada kemacetan. matahari di ufuk timur sudah menampakan diri, memberikan kehangatan bagi jiwa-jiwa yang sepi, memberi secerca Harapan bahwa kehidupan akan terus berlanjut.

Setelah selesai mengantarkan Mbak Vira, Aku melajukan motorku ke sebelah selatan, menuju salah satu sekolah menengah atas  tidak ternama namun sangat terkenal dengan siswi-siswinya yang sangat cantik. itulah mengapa alasanku memilih sekolah ini agar aku bisa mendapatkan salah satu dari mereka. pikirku masa iya dari ribuan siswi yang cantik itu, tidak ada satupun yang mau menerima cintaku. Namun sayang sudah setahun lebih Aku bersekolah di SMA itu, belum ada satupun tanda-tanda bahwa aku akan segera memiliki pacar, merasakan bagaimana jatuh cinta.

Pukul 07.00 tepat, Aku sudah sampai di gerbang sekolah terlihat remaja-remaja yang menggunakan seragam putih abu-abu sudah berdatangan masuk ke dalam gerbang. begitu juga denganku yang dengan cepat menuju ke parkiran untuk memarkirkan motor.

Setelah memarkirkan motor, aku menarik nafas dalam menyiapkan tenaga untuk memulai hari yang sangat membosankan, karena bersekolah di tempat ini tidak sesuai dengan ekspektasi. harusnya waktu setahun lebih, aku sudah berkali-kali berganti pacar, namun sampai sekarang aku masih sendiri.

Kulangkahkan kakiku dengan penuh keyakinan menuju majalah dinding sekolah, kemudian mengeluarkan tulisanku yang sudah diprint lalu menempelkan di tempat itu. tapi ketika mengembalikan tubuh hendak masuk ke ruangan kelas, tiba-tiba ada yang menyapaku.

"Mas Bro.....! Mengapa kau berburam durja anak muda, ada apa?"  tanya orang itu yang bernama Sulistyo tapi dia selalu ingin dipanggil Tio, sahabatku yang selalu setia menemani. namun ada dua hal yang aku tidak suka Dari Dirinya. pertama dia selalu memanggil orang dengan sebutan Bro, ke dua so ganteng, padahal wajahnya biasa saja, lebih mirip celengan Semar.

"Bro....! kalau misalnya gua Fokus sama sekolah dan gua fokus menyelesaikan buku gua, emangnya Gua salah ya?" tanyaku sambil melirik ke arahnya.

"Enggak...!"jawab Tio sambil celingukan seperti Sedang berpikir.

"Gua ini jomblo terhormat kan?" tanyaku kembali.

"Iya, kenapa emang?"

"Berarti kalau detik ini juga, menit sekarang juga, gua mau mendapatkan cewek, pasti gua bisa kan?"

"Bisa...!" jawabnya sambil manggut-manggut. "asal ada cewek yang mau sama Lu, Mas Bro!"

"Kambing....!" Dengusku membuang wajah.

"Begini ya Mas Bro, lu tuh jomblo angkut....! jadi nggak usah sok deh, mau fokus sama sekolah. bilang saja kalau lu tuh nggak laku. coba Elu jujur sama diri sendiri...," ujarnya sambil mendorong tubuhku untuk melanjutkan perjalanan menuju kelas, sehingga membuatku berhenti, lalu menatap wajahnya yang menyebalkan itu.

"Dasar kambing.....! Bro gua ini bukannya gak laku, gua. gua....!" ujarku tergagap karena memang benar begitulah kenyataannya. "gua belum bertemu saja dengan orang yang pas," lanjutku menyembunyikan kegetiran.

Dari arah jauh terlihat ada dua cewek yang menunjuk-nunjuk ke arah kita, seperti sedang membicarakan tentang kita berdua. Namun aku belum yakin, sehingga memindai area sekitar takut ada orang yang berdiri di sekitaranku. tapi setelah diperhatikan Tidak ada orang lain yang berada di tempatku berdiri, hanya ada orang-orang yang sedang lewat.

Plak! plak!

Tangan Rio memukul pundakku. "akhirnya, dan akhirnya pancaran sinar kegantengan gua sudah terlihat juga mas bro." ujarnya sambil cengengesan seperti orang yang kurang waras, menyambut dengan senyum-senyum kedua cewek yang terlihat sedang memperhatikan kita. membuat Tio semakin memasang aksi, dengan merapikan rambut dan kerah bajunya.

Aku hanya menatap penuh kejijian, melihat kelakuan sahabatku yang sok kegantengan. namun sudut mataku tetap memperhatikan kedua wanita yang terlihat malu-malu, mungkin mereka sadar bahwa aku juga sedang memperhatikan mereka, sehingga salah satu dari Siswi itu menarik tangan sahabatnya, untuk pergi meninggalkan tempat itu.

"Kalau ternyata Mereka ngeliatin gua bagaimana?" Tanyaku menyanggah pendapat Tio.

"Ya Nggak mungkin lah, Mas Bro. Gantengan juga gua, daripada lu....!' jawabnya yang hanya bisa membuatku menarik nafas dalam. "kenapa mendengus, Elu gak percaya. nih Lihat....! kalau nggak percaya," lanjutnya sambil celingukan mencari sesuatu. terlihat dari arah depan ada seorang siswi yang berjalan mendekati, dengan sigap Tio pun menyapanya.

"Pagi Syahna....! kamu cantik banget sih hari ini," goda Tio sambil cengengesan.

"Ya iyalah, Emangnya Elu..! yang jelek melulu setiap hari." seketika wajah Tio pun tertekuk, tangannya kaku tak bisa tergerakkan, membuat suara tawaku menggelegar merasa puas karena udah ada orang yang mengingatkan.

"Makan tuh ganteng....! hahaha," ledekku sambil mengusap wajahnya.

Aku berlalu pergi meninggalkan wajah Tio yang sedang bermuram durja, karena secara tidak langsung dia sudah ditampar oleh kenyataan, bahwa dirinya tidak ganteng sama sekali.

"Tunggu....! tunggu....! Mas Bro Tunggu....!" teriaknya sambil berlari mengejarku, sehingga akhirnya kita berjalan bersama menuju kelas yang kebetulan kita sekelas bareng.

Hari Senin, adalah hari yang sangat membosankan. selain kita harus datang pagi-pagi, kita juga harus berdiri berjemur mengikuti upacara. Ingin rasanya memiliki penyemangat untuk menjadi alasan aku tidak malas ketika pergi menuntut ilmu. namun sampai sekarang itu hanya masih dalam khayalan, masih ada dalam tinta-tinta yang aku goreskan.

Kegiatan belajar mengajar pun berlalu begitu saja, Meski terasa seperti sewindu, namun ketika diikuti akhirnya bel pulang pun berbunyi. membuatku menarik nafas lega seperti baru terbebas dari jerat vonis sang Hakim.

"Pulang bareng nggak Mas Bro?" tanya Tio sambil merapikan buku dimasukkan ke dalam tasnya.

"Pulang masing-masing aja sih...! Kan kita beda tujuan dan beda jalur," jawabku yang masih terduduk merasa lemas setelah seharian belajar.

"Ya Udin...! Awas aja kalau kamu butuh....!" Ancamnya sambil berlaru pergi bergabung bersama siswa-siswi lainnya yang terlihat memenuhi pintu kelas.

Aku menarik napas kembali, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. lalu merapikan buku tulis yang masih berantakan. Setelah semuanya dirasa rapih dan tidak ada yang tertinggal, dengan gontai berjalan keluar hendak menuju ke parkiran. namun ketika melewati salah satu pintu kelas yang berada di lantai bawah, terdengar ada yang memanggil.

"Kak Raka....!  Kak Raka.....!"

Panggil suara seseorang, membuatku menghentikan langkah memastikan bahwa orang yang memanggil adalah seorang perempuan. membuat Jantung lumayan berdegup, karena baru sekarang aku dipanggil oleh suara perempuan.

bab. 3

Pov Raka

Aku membalikkan tubuh, terlihatlah seorang siswi yang berlari menuju ke arahku. setelah diperhatikan ternyata itu adalah siswi yang tadi pagi memperhatikanku ketika mengobrol dengan Tio.

"Kak Raka kan?" tanya Gadis itu memastikan sambil menunjuk ke arahku.

"Iya...!" jawabku yang agak tergugup belum bisa menguasai diri.

"Yang suka menulis cerita pendek di mading?" ujarnya lagi.

"Iya," jawabku sambil mengulum senyum, sedikit ada kebanggaan dalam jiwa karena ternyata aku sangat terkenal.

"Halo Kak, namaku Rita..." ujar Gadis itu mengulurkan tangannya.

"Halo...!" jawabku seperti orang cengok yang kehabisan perkataan.

"Oh iya Kak, Temenku ada yang mau kenalan sama kakak." ujarnya membuatku menelan ludah, karena itu tidak sesuai dengan ekspektasi. "kakak tunggu dulu di sini sebentar!" lanjut Rita sambil merapatkan tangan di dadanya, kemudian dia pun berlalu menuju ke arah samping tembok,, tak lama dia pun kembali dengan menggandeng temannya, yang tadi pagi sama-sama memperhatikanku.

Gadis yang digandeng Oleh Rita, terlihat malu-malu bahkan dia beberapa kali menepis tangan Rita, membuatku mengerutkan dahi tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Kak, ini temenku yang mau kenalan sama kakak," ujar Rita setelah berada di hadapanku.

Aku hanya manggut-manggut, sambil tersenyum sedikit merasa malu karena menjadi salah tingkah, tanpa tahu harus berbuat apa.

Rita terlihat tersenyum-senyum bagai mak comblang yang sedang mengenalkan kedua pasangan. "Kak aku duluan ya....!" ujarnya lagi sambil berbisik sama temannya, entah apa yang dia sampaikan aku tidak mendengar. namun terlihat Gadis itu tersenyum tipis, kemudian Rita pun berlalu, membuatku hendak menghentikannya tapi dia sudah jauh duluan.

Tinggallah aku dan siswi yang belum aku ketahui namanya, kita terdiam agak lama menatap kepergian Rita sampai orang itu tidak terlihat ditelan oleh belokan koridor sekolah.

Setelah Rita Tak Terlihat Lagi, aku membalikan tatapanku ke arah samping, di mana ada seorang gadis yang sedang berdiri. Dia terlihat malu-malu dan terlihat Salah Tingkah, bibirnya terus terukir oleh senyum, matanya yang indah menatap wajahku, tangannya terus bertautan memijit-mijit jari yang mungkin terasa sakit.

Dia manggut, kemudian tersenyum, kakinya terlihat bergetar seperti sedang menguatkan agar tubuhnya tetap berdiri. aku terus memperhatikan tingkah laku gadis polos itu, membuatku sedikit mengulum senyum, merasa lucu dengan kelakuan salah tingkahnya.

Lama terdiam, akhirnya Siswi itu mengulurkan tangan. "Devina," ujarnya singkat sambil menundukkan kepala, namun matanya terus melirik ke arahku.

"Raka...!" jawabku sambil menggenggam tangan Devina, membuat jantungku berdegup kembali, karena baru sekarang aku bisa menyentuh tangan selembut Sutra.

Keadaan pun Hening kembali, seperti kehabisan pembicaraan, padahal kita hanya baru saling memperkenalkan nama. aku memindai area sekitar mencari cara agar bisa menyembunyikan kegelisahan, Begitu juga dengan Devina yang terlihat terus memainkan jari jemarinya, kakinya pun tidak mau diam, seperti tidak nyaman berdekatan denganku. padahal dia lah orang yang pertama yang mengajakku berkenalan.

"Kelas berapa Devina?" tanyaku memecahkan heningnya suasana.

"Kelas sepuluh B, Kak." jawab Devina diakhiri dengan senyum tipis membuat hatiku berdebar.

"Oh, 10B," ujarku sambil manggut-manggut seperti orang yang sangat mengerti, padahal aku tidak mengerti sama sekali. "kok belum pulang?" aku bertanya kembali.

"Belum dijemput," jawabnya yang terlihat malu-malu, Devina seringkali menundukkan pandangan, tapi matanya terus menatap ke arahku.

"Berarti belum dijemput ya?"

"Belum....!" jawabnya sambil menggelengkan kepala.

Merasa kaku dan canggung, akhirnya aku menemukan ide, aku melihat jam yang ada di tanganku, lalu menetap kembali ke arah Devina. "Dev, kalau aku balik duluan nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa kok," jawabnya seperti biasa diakhiri dengan senyum tipis.

"Daaaah...!" ujarku yang tak tahu harus berkata apa lagi.

"Daaaah.., juga!" jawab Devina sambil Melambaikan tangan.

Aku membalikkan tubuh, ingin segera pergi dari tempat itu. bukan tidak senang berbicara dengan Devina, tapi rasanya lututku terasa lemas ketika berhadapan dengan cewek seimut Devina, namun Entah mengapa kepalaku seolah sudah tidak mematuhi perintah, dia malah menoleh ke arah belakang, sehingga membuat Gadis itu Melambaikan tangan kembali sambil tersenyum seperti penuh kebahagiaan.

Aku mempercepat langkah, agar segera sampai ke parkiran takut pingsan. tidak lucu juga kali, kalau aku harus sampai terkapar hanya baru disapa oleh seorang Junior.

Sesampainya di parkiran, Aku mengeluarkan motor dari barisan motor-motor yang terparkir, kemudian menghidupkannya lalu menarik tuas gas membelah panasnya Kota Jakarta.

~

Malam hari di kamarku yang berantakan, seperti kamar anak lelaki pada umumnya. aku terus memperhatikan hasil tulisanku yang baru saja di print, membaca kembali agar ketika ada kesalahan tulis atau kesalahan kata, bisa aku revisi dengan cepat. karena sekarang aku sangat yakin dengan aku menulis, aku bisa dikenal oleh satu cewek cantik yang bernama Devina.

"Kayaknya karakter Cowoknya harus dirubah sedikit agar kelihatan cool, berwibawa. tapi segini juga udah cool sih, mendingan aku menulis kejadianku yang baru saja aku alami." gumamku sambil menyimpan hasil print-an di dekat printer, Besok aku akan membawanya ke sekolah. kemudian duduk di atas kursi menghadap kembali layar laptopku.

Jari jemariku mulai menari di atas keyboard, menuliskan kejadian pertama kali bertemu dengan Vina.

[Hari ini gua kenalan sama cewek, ini momen yang paling penting banget, momen yang harus dicatat di memori sebagai momen yang paling penting dalam hidup Raka Aditya, di tahun 2023. karena Penantian selama satu tahun setengah lebih, akhirnya ada juga cewek yang mau mengajakku berkenalan,] tulisku dalam Microsoft Word.

Namun ketika hendak melanjutkan kembali tulisan, telingaku menangkap sesuatu yang sangat bising dari lantai bawah, karena terdengar suara teriakan Kak Vira yang menirukan suara musik, pasti dia sedang berjoget menari kayak cacing kepanasan di depan layar handphonenya.

Dengan segera Aku meninggalkan tempat duduk, lalu berlari menuju ke arah tangga yang kebetulan berada di tengah rumah, sehingga dari atas tangga saja terlihat Kak Vira yang sedang menarik dengan kostum anehnya, di telinga mbak Vira terlihat headset yang melingkar.

"Mbak....! Mbak Elu berisik banget sih...! lagian aneh saja, sudah suaranya dimasukkan ke telinga dikeluarkan lagi lewat MV player yang sangat kencang." bentakku yang merasa kesal karena terganggu, namun orang yang diingatkan seolah Acuh dan cuek, melanjutkan aktivitasnya yang sedang menari sambil membalikan tubuh. tapi ketika dia melihat ada adiknya yang berdiri di tangga, dia pun berhenti kemudian melepaskan headset-nya.

"Matiin apa musiknya, Berisik tahu Mbak...! nggak tahu apa orang lagi nulis," bentakku yang mendapat celah untuk meluapkan amarah.

"Eh, eh, lu jangan panggil gua Mbak...! panggil gua artis, artis vira Atmajaya!" jawabnya yang berteriak pula kemudian dia pun melanjutkan kembali aktivitas berjogetnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!