NovelToon NovelToon

Hawa Waha

Keris Jantring Mas

Namaku Berindra Mangkuardoyo, lahir ditahun 1988 di Yogyakarta. Tahun yang paling keren menurut ayahku karena ia penggemar berat olah raga sepak bola, tim Eropa yang paling ia gandrungi saat itu adalah Belanda, dan pada tahun itu tim Belanda mengalahkan Uni Soviet di pertandingan sepak bola piala Eropa untuk menjadi sang juara.

Karena ayahku bekerja diBandung maka aku meluluskan sekolah menengah atasku di SMA 1 Bandung dan melanjutkan kuliah di Sekolah tinggi perhotelan diBandung.

Setelah alu lulus sekolah perhotelan pada tahun 2010 aku pindah kenegara Australia dan mulai bekerja disana. Aku memupuk pengalaman kerja mulai dari nol hingga ahirnya menjadi seorang koordinator marketing grup hotel diMelbourne Australia.

Diawal karirku banyak tantangannya tapi dengan gigih dan oenuh semangat aku terus memupuk karirku dinegeri orang.

Kisah perjalanan hidupku boleh dikatakan tidak sama seperti layaknya orang lain. Hidupku penuh dengan tantangan tapi juga unik dan bahkan aku menganggapnya aneh.

Aku bisa urutkan kisah awal keanehan ini dimulai ketika pada tahun 2019 aku merencanakan bahwa tahun itu merupakan tahun terahir tinggal diAustralia. Awal tahun 2020 aku ingin pulang dan membuka usaha sendiri diJogjakarta kota kelahiranku.

Namun sebelum aku pindah secara total aku ingin pulang holiday dulu sekalian mencari tau dimana lokasi usaha yang akan aku buka, maklum usaha yang akan aku rintis adalah restoran dan Cafe. Oleh karenanya lokasi sangat penting.

Awalnya semua berjalan menarik dan penuh kebahagiaan. Sebelum aku pulang keJogja aku berinisiatip mampir kepulau Bali menemui teman lamaku waktu kuliah perhotelan diBandung. Kebetulan juga aku menggandrungi keris Bali, saat itu aku sudah mengkoleksi 4 keris Bali. Aku pikir mungkin pada holiday ini aku akan mengajak temanku untuk mencari satu keris lagi sebagai kelengkapan koleksiku.

Disinilah awal petualangan anehku terjadi..Tapi, mungkin ada baiknya sebelum kita masuk kedalam isi ceritaku akan kukenalkan siapa siapa saja yang terlibat.

Mereka adalah..

Mangku Suriarta, seorang sahabat lama yang kukenal semenjak kuliah diBandung dulu dan kini telah menjadi mangku didaerahnya diUbud.

Amala Okhta istri mangku Suriarta.

Waha Puspa sosok ghoib yang berada dipinggiran sungai Ayung.

Gusti Karnia sosok ghoib jahat kepala sekte Serpatya ranting dari sekte Genepatya. Salah satu sekte yang sering mendapat kecaman dari masyarakat Bali pada waktu itu karena ulah mereka yang agak aneh.

Itulah empat nama yang banyak melibatkan kejadian dikehidupanku pada tahun 2019.

...○○○○...

"Waaah..kamu jadi pulang ke Indonesia?!" Suara gembira keluar dari mulut Suriarta sahabat lamaku.

"Jadi dong..tanggal 15 besok aku sudah mendarat diBali, aku main kerumah ya"

"Monggo hehe" ucapnya bercanda.

Alhasil kesepakatan terjadi dan ahirnya tanggal 16 pagi aku benar benar datang kerumahnya.

Aku kaget ketika mengetahui bahwa teman lamaku ini ternyata sekarang seorang mangku. Padahal dia masih muda dan dulu waktu sama sama kuliah diBandung kita sering keluar malam, nyanyi dan bergadang bersama sama pokonya seperti halnya anak muda kita sering menghabiskan waktu bersenang senang bersama.

"Aku salut kamu jadi mangku, ko bisa?" tanyaku.

"Ya aku sendiri tidak menyangka tapi seseorang jadi mangku itu tidak sembarangan dan ternyata karena hasil persetujuan para orang tua dan pendeta yang mengatakan bahwa aku titisan seorang pemangku jaman dulu..lucunya waktu pelajari semua mantra dan cara sembahyang benar saja memang mengalir dengan sangat mudah" ucap Suriarta sambil tersenyum.

"Alhamdulillah aku cukup bangga dengan kamu"

"Jadi rencananya katanya mau buka usaha diJogja? Terus apa masih suka koleksi keris?"

"Ya..makanya aku liburan keIndonesia pertama mau liat liat lokasinya dulu, cocok atau tidak..Kalau masalah keris memang itulah maksudku mampir keBali ini, aku ingin mempunyai sebilah keris lagi"

"Wah ko kebetulan ya.., masalahnya pamanku yang diBuleleng pernah bilang bahwa satu saat kerisku ini akan dibawa jauh oleh temanmu..Apakah yang dia maksud adalah kamu? Ko waktunya pas sekali ya"

"Oh ya? Ayok kita kesana hari ini..waktuku hanya 2 hari diBali. Kita liat kerisnya"

Tidak lama seorang wanita cantik keluar dari balik pintu rumah dengan baki berisi 2 cangkir kopi Bali.

"Eh kenalkan istriku, ini Amala Oktha" kata Suriarta memperkenalkan wanita cantik itu.

"Loh..ini yang kamu pernah bicarakan ke aku dulu? Weh pintar kamu cari jodoh..Halo mba saya Berindra" ucapku memperkenalkan diri.

Wanita itu tersenyum manis dan memberikan jabatan tangannya kepadaku.

"Sayang.., kebetulan hari ini aku tidak ada acara. Kita mau main keBuleleng kerumah paman ya"

"Silahkan..nanti malam makan disini Berindra nanti kami siapkan makan malam" jawab Amala.

"Siap mba, terima kasih sebelumnya"

Setelah bicara ngalor ngidul kira kira jam 11 kita berangkat dengan kendaraan Suriarta menuju keBuleleng.

Perasaanku senang sekali, karena ini momen yang sangat bagus untuk melihat sebuah keris kuno Bali. Dari dulu memang aku sangat menyukai keris Bali. Mereka mempunyai aura yang indah seindah lekukan dan ukirannya yang hanya dimiliki oleh keris Bali.

...○○○○...

Hanya sangat disayangkan ketika kita telah sampai ditempat pamannya Suriarta, ternyata sang paman yang bernama I Gusti Rokiyan itu sedang sakit keras.

Aku dan Suriarta duduk disamping tempat tidurnya, disana terbaring seorang tua dengan wajah yang penuh kerutan namun meskipun sedang sakit ia tetap mencoba menebarkan senyum kearah kita.

"Terima kasih sudah mampir, lucu ya tadi malam saya mimpi akan ada yang datang ternyata kalian yang hadir"

"Ya sukurlah kami ada disini, kebetulan saya membawa sahabat lama..dia sedang berlibur keBali dan mencari keris Bali untuk koleksinya"

Laki laki tua itu menoleh kearahku sambil terus melemparkan senyumnya.

"Ketika kalian kesini, sebetulnya perasaanku sudah mengatakan bahwa inilah orangnya..hehe Suarta bantu saya berdiri"

Suarta mendekat dan membantu pamannya untuk duduk ditempat tidur. Tangan laki laki itu menggapai sebuah tongkat ia mulai berdiri.

Sang paman berjalan kearah lemari kaca yang ada dipojok ruangan, salah satu pintu kaca lemari ia buka dan mengeluarkan sebuah keris yang keseluruhan tubuhnya terbungkus kain putih.

Ketika keris itu dikeluarkan dari lemari kaca, seisi ruangan langsung menjadi harum, auranya mistis namun menenangkan.

Sang paman kembali duduk ditempat tidur. Ia menoleh kearahku sambil mengelus keris yang terbungkus itu.

"Nak..bukalah kain putih ini dan keluarkan bilah kerisnya. Apabila kamu bisa menarik keluar keris ini..berarti keris ini milikmu"

Aku bingung mendengar perkataan sang paman, meskipun demikian aku menerima benda itu dari tangannya. Benda itu berat sekali tidak seperti keris biasanya.

Kain putih penutup aku lepaskan, ternyata yang aku pegang bukan keris Bali tapi sebuah keris Jawa.

"Oh keris Jawa nggeh?" tanyaku.

Laki laki itu tersenyum..

Setelah aku bacakan Basmalah pelan pelan aku mulai menarik keris dari sarungnya. Tidak sulit melepaskannya bahkan ia seperti ada kekuatan yang mendorong keluar dari tempatnya.

Wangi sekali keris itu, ukirannya indah secara otomatis aku jatuh cinta kepada bilah keris itu..Seakan akan 2 orang yang sudah lama tidak ketemu, hatiku begitu girang, perlahan aku mendekatkan wajah dan mencium keris itu.

Sang paman tersenyum lebar melihat kejadian itu.

"Suarta, inilah pemilik aslinya..keris Jantring Mas telah kembali kepemiliknya"

...☆☆☆☆☆...

Masuk kealam lain.

"Coba liat Kris ini seperti menyatu denganmu..sekarang coba dimasukkan ketempat lagi dan coba Suarta kali ini yang tarik"

Keris itu aku tempatkan kesarungnya dan aku serahkan ke sahabatku.

Aneh sekali, meskipun sudah dengan seluruh kekuatannya..Suarta tidak sanggup melepaskan bilah Kris dari tempatnya bahkan telapak tangannya terasa seperti kaku.

Kris itu ia berikan kepadaku lagi, pak Gusti kemudian mengusap telapak tangan Suarta untuk mengembalikan rasa kakunya.

"Keris kuno ini diberikan kepadaku oleh seorang pedanda tua bernama Wiku Tirta Adyatma yang telah meninggal dunia ketika aku masih remaja..ia katakan ada sebuah cerita sedih mengandung didalam keris ini, kelak siempunya keris akan mengambilnya dari diriku dan dialah yang meluruskan segala masalah"

Kembali aku dibingungkan oleh kisah yang diceritakan sang paman. Apakah maksudnya itu?

Paman Gusti mengatakan bahwa sebaiknya keris itu aku bawa karena ia telah kembali kepada pemiliknya yang benar. Meskipun aku ragu menerimanya karena berunsur magis tapi entah kenapa aku seperti tidak mau melepaskan keris itu dari genggamanku. Seakan ada sebuah kekuatan magnit yang mendekatkan aku kepadanya.

...○○○○...

Setelah 2 hari aku diBali selanjutnya holiday panjangku aku habiskan diJogja sebelum kembali keAustralia.

Aku mencintai rumah orang tuaku, semenjak mereka sudah meninggal dunia rumah itu diwariskan kepadaku. Sebuah rumah tua yang penuh dengan memori indah bagi diriku dan kaka perempuanku yang kini tinggal diBelanda.

Rumah itu hanya didiami oleh pak Dirman pembantu orang tua yang umurnyapun sudah cukup tua.

"Mas Rendra, ko rumah bau melati ya? Keras sekali baunya" Satu sore pak Dirman mendatangi aku yang sedang santai duduk dihalaman belakang.

"Oh ya? Melati?" Aku langsung ingat keris pusakaku yang aku taro dilemari.

"Belum pernah selama ini rumah ada baunya seperti itu..apalagi ini malam jumat, hehe biasanya malam junat diJawa kalo ada bau melati berarti suka ada yang mampir" ucap pak Dirman.

"Ayok kita kedalam saya tau ada bau apa"

Belum saja langkah kita masuk kedalam rumah memang bau melati sudah tercium keras.

"Hmm..betul pak, kenceng ya baunya..ga apa apa paling itu keris saya"

"Lho keris yang mana mas? 4 keris yang dilemari kaca itu ga pernah ada baunya..apalagi saya kan selalu keluarkan dan bersihkan dari debu"

"Saya terima keris baru dari Bali pak..ga apa apa memang keris itu bau wangi"

"Weleh mas Rendra ko suka ngumpulin keris keris ya?"

"Saya suka pak, ga tau kenapa saya suka sama keris"

"Wah kalo ibu masih ada pasti sudah dibuang keris keris mas Rendra hehe"

"iya hehe"

Kemudian aku pamit masuk kekamar tidurku. Aku melangkah kelemari dan mengambil keris yang terbungkus kain putih pemberian paman Gusti.

Benar, bau melati itu keluar dari kerisku. Baunya sangat kencang dan memenuhi seisi kamarku. Aku melirik kejam tangan ternyata sudah jam 5.50 sebentar lagi adzan Magrib. Sebaiknya aku ambil air wudhu dan shalat. Keris aku letakkan diatas tempat tidur. Waktu aku hendak keluar kamar dari pantulan kaca aku kaget melihat keris itu bergerak sedikit dengan sendirinya diatas tempat tidur.

Aku menoleh kearah keris, tapi tidak ada pergerakan apa apa..aku yakin tadi aku melihat keris itu bergerak..Aah halusinasiku mungkin.

...○○○○...

"Pak Dirman, kalau sudah ngantuk silahkan tidur saya mau duduk diluar sambil ngroko"

"Wah mas Rendra ga apa apa sendirian? saya buatkan kopi sebentar mas"

"Oh njjih terima kasih"

Sudah hampir 1 jam aku duduk diluar ditemani lampu halaman. Suara ngorok pak Dirman mulai kedengaran rupanya ia tertidur didepan televisi. Aku melirik kearah ruangan dalam ternyata televisi tidak menyala tapi pak Dirman tergeletak tidur dilantai dengan nyaman.

Aku duduk kembali sambil menghisap rokok, bermacam macam suara binatang malam mulai melantunkan nyanyian mereka, satu sama lain saling menyaut. Mereka gembira merayakan sinar bulan yang menerangi malam yang gelap gulita.

Baru saja aku hendak masuk kekamar tidur untuk rebahan jantungku terasa mau copot melihat bayangan hitam berdiri dibawah pohon mangga dipojok halaman. Siapakah itu?

Tiba tiba suara binatang berhenti, semua sepi sunyi. Hanya angin malam yang menyentuh kukit wajahku.

Kuperhatikan terus bayangan hitam itu, apakah itu hantu? atau apa? ia berambut panjang berdiri seakan memandangku.

Cepat cepat aku kearah tembok dan menyalakan semua lampu halaman belakang. Kini halaman itu menjadi terang benderang. Sosok bayangan hitam itu hilang. Tapi ketika aku matikan lampu, sosok itu muncul lagi.

"Assalamualaikum..Mohon jangan ganggu" kataku dengan tegas.

Sosok itu seperti menganggukkan kepalanya dan pelan pelan menghilang.

Bulu kudukku berdiri, seumur umur baru kali ini aku didatangi sosok seperti itu..Aahh sudahlah yang penting tidak mengganggu lagi.

Entah kenapa aku mengambil keris dari lemari dan aku taro disamping bantalku. Aku biarkan tidur berdampingan dengannya. Bau melati itu menenangkan perasaanku. Jam saat itu menunjukkan pukul 3 pagi.

...○○○○...

Pagi itu tidurku sangat nyenyak, namun baru saja aku tidur aku dibangunkan oleh banyaknya suara jangkrik dan binatang malam. Aku tergugah dan kaget melihat keadaan sekelilingku.

Aku tidur diatas rumput! Dimana ini? mimpikah? Aku mencubit tanganku..auh! terasa cubitan dikulit tangan. Lho dimana ini? Aku bangun berdiri dan melihat kekiri dan kekanan..semuanya rumput dan diujung sana beberapa pohon rindang, suasana seperti sore hari..aku melihat keawan seperti yang akan hendak hujan. Warnanya kelabu.

"Mas Birendra" tiba tiba aku mendengar bisikan ditelingaku.

Kekiri dan kekanan aku menoleh, tidak ada satupun orang disana..dimanakah aku ini? Mana rumahku? Kagetku bertambah ketika melihat aku memakai sarung dan celana hitam pendek bukan pakaian yang biasa! Perlahan lahan aku berjalan kearah dekat pohon dan duduk diatas sebuah batu..aku coba memperhatikan sekeliling tempat itu.

Ini bukan alamku! entah alam apa ini..aku bisa melihat adanya beberapa arca patung diujung sana. Patung patung yang biasa aku liat diBali.

"Mas Rendra jangan takut..langkahkan kakimu kearah dua patung itu dan turun kebawah. Aku tunggu disana" Aku mendengar jelas ucapan itu ditelingaku.

Sore menjelang malam itu aku melangkahkan kakiku kearah dua patung besar, entah apa yang membuatku begitu berani berjalan kearah sana..tapi pikiranku menyuruh aku kesana, ada sesuatu kekuatan yang menarikku kesana.

Didepan dua patung besar itu aku berhenti, disinilah bau melati kembali tercium. Bau yang sama seperti ketika pak Dirman mengatakan tadi malam.

Ternyata didepan dua patung itu ada jalan menurun seperti tangga. Jalan yang sudah tua terlihat dengan adanya akar akar pohon bringing yang merintangi tangga menurun itu.

Dibawah ada pintu gerbangnya terbuat dari kayu jati yang kokoh.

"Pusatkan pikiranmu..dan dorong pintu itu kedalam" kembali suara itu datang.

Kupusatkan pikiran dan mendorong pintu besar itu sekuat tenaga. Bunyi kretek kretek terdengar dari lis pintu kayu yang saling bergeseran.

Suasana didalam gelap gulita, aku kini berdiri didepan sebuah mulut gua. Masuk kedalam maka aku melihat adanya anak tangga turun kebawah lagi..

Baru saja aku melangkah kaki masuk kedalam, tiba tiba pintu kayu itu tertutup dengan sendirinya.

"Jangan takut aku ada dibawah..ikuti langkahmu turunlah kebawah"

...☆☆☆☆☆...

Perjumpaan dengan Waha Puspa

Pada setiap langkah yang aku ambil dalam menurini anak tangga seperti ada suara suara bisikan semacam bisikan mantra..suara itu mengingatkan aku kepada hesis ular ketika sedang siap mematuk mangsanya.

Diperjalanan turun tangga tidak ada penerangan sedikitpun namun aneh aku dengan mudah bisa menuruninya dengan baik tanpa tergelincir. Aku sadar yang menggerakkan tubuhku adalah naluri halusku dan kubiarkan tubuhku berjalan sesuai dengan arahan perasaanku.

Dan ternyata ketika aku sampai dilantai bawah suasananya berbeda, dihampir setiap sudut yang mirip gua itu ada penerangan obor. Apabila ada obor berarti ada yang datang dan menyalakannya. Siapakah mereka?

Tiba tiba diujung ruangan bawah tanah itu terdengar suara rantai yang ditarik oleh sesuatu.

Aku menoleh kearah itu, tubuhku tiba tiba gemetar..apakah yang ada disana? hewankah atau apa?

"Birendraaa...datanglah kesini" Aku mendengar suara wanita memanggilku dari pojok sana.

Aku tidak berani kesana, seakan tubuhku terpaku ditanah..peluhku turun membasahi dadaku yang tidak mengenakan sehelai baju. Jantungku berdebar debar.

"Jangan takut..hilangkan rasa takutmu, lepaskan semua pikiran buruk yang ada diotakmu dan datanglah kepadaku" Katanya lagi. Suaranya menggema diruang bawah tanah itu.

Dengan rasa kawatir aku memberanikan diri untuk mendekati. Ternyata suara itu berasal dari sebuah ruang. Ruang itu berbentuk seperti ruang tahanan, tidak ada pintu hanya teralis besi tua yang menutupi bagian depan.

Tiba tiba dari bagian yang gelap dari ruangan itu aku mendengar rantai terseret, aku mundur beberapa langkah. Jantungku berdebar kencang.

Dari balik ruang yang gelap muncul satu wajah wanita berambut panjang, pakaiannya lusuh. Dikedua kaki dekat tumit ada rantai yang melilit, rantai itu terikat kedinding tembok.

Sosok wanita itu mendekat tapi karena ada rantai yang mengikat ketembok ia hanya bisa mendekati sampai jarak 2 meter antara aku dan dia.

Dengan satu tangan ia menyeka hidungnya. Aku melihat ia sedikit tersenyum tapi yang paling aku perhatikan adalah kedua matanya yang sayu. Disaat itu perasaan takutku hilang malah justru aku merasa iba melihat kondisinya, entah sudah berapa ia terbelenggu disana.

"Ahirnya kau menemukan diriku..terima kasih" ucap sosok wanita lusuh itu.

"Siapakah dirimu dan dimanakah aku ini?" Tanyaku agak panik.

"Aku kemarin mendapat kabar dari angin bahwa kau sebagai titisan pemilik keris Jantring Mas telah hadir dan mengambil keris itu dari seorang suci yang ada di Balidwipa"

"Oh ya lalu apa kaitannya dengan dirimu?"

"Keris itu adalah satu satunya kunci yang bisa melepaskan aku dari belenggu rantai ini..keris itu milik ayahku, ia telah ditipu oleh Gusti Karnia pemimpin sekte jahat yang bernama sekte Serpatya. Ceritanya panjang namun agar sekte mereka bertambah kuat ilmu hitamnya mereka harus membunuh ayahku..Ia undang ayahku dalam jamuan malam dan dimalam itu ayah dibunuh dan keris itu ia ambil"

"Jadi keris yang kusimpan sekarang itu sebetulnya milik ayahmu?"

"Betul..keris itu sebetulnya tidak mau dipegang oleh Gusti Karnia dan beberapa kali keris itu menolak untuk membunuh orang, saking marahnya ia membelenggukan aku sebagai penerus keturunan ayah didalam gua ini dan aku disumpah tidak akan bisa mati dan keluar dari tahanan ini kecuali ada yang membukanya dengan keris itu"

"Lalu..kenapa aku yang menjadi pemegangnya bukankah itu milik ayahanda?"

"Sebelum mati ayah pernah berucap bahwa suatu saat seorang keturunan kerajaan Medang Jawa Timurlah yang akan menemukan kembali keris itu dan dialah yang akan melepaskan sihir Gusti Karnia" Jawab wanita itu.

Aku jadi berpikir, aku memang keturunan Jawa Timur meskipun kedua orang tuaku dari Jogjakarta tapi kakek mereka dari Jawa Timur.

"Kamu harus hati hati! Jangan sampai keris itu diambil mereka..aku sudah liat beberapa sosok pengikut mereka telah sampai ditempatmu..simpan keris itu baik baik, sebab kamulah yang akan membebaskan diriku"

Aku jadi teringat ketika melihat sosok hitam berambut panjang berdiri dibawah pohon mangga.

"Pulanglah kealammu..sebentar lagi mereka akan datang kesini intuk memeriksa keadaanku..jangan sampai mereka melihatmu. Ulurkan tanganmu"

Tanpa ragu aku mengulurkan satu tanganku. Wanita itu meletakkan sesuatu ditanganku.

Simpan bunga ini, apabila kau ingin kesini usaplah dimatamu. Sekarang kau usapkan kematamu, jangan lupakan diriku disini.

Aku tarik tanganku keluar, apa yang ia ucapkan benar adanya. Sebuah bunga melati yang sangat harum telah ada ditelapak tanganku.

"Tunggu..siapa namamu?"

"Namaku Waha Puspa..cepat kari keluar didekat sungai Ayung kau usapkan bunga melati kewajahmu ya..Sampai nanti Birendra"

"Terima kasih Waha, aku pulang dulu"

Setelah itu aku kembali naik keatas tangga dan membuka pintu yang besar itu.

Namun baru saja aku melangkah menuju kepinggiran sungai yang besar dibawah sana aku mendengar suara orang orang berbicara dengan bahasa Bali.

Aku menoleh kebelakang kulihat serombongan orang berpakaian hitam hitam dengan tombak ditangan berjalan menuju kearah pintu besar tempat Waha Puspa ditahan.

Salah satu dari mereka melihat aku berjalan dari arah 2 patung menuju kepinggiran sungai. Orang itu langsung berteriak..

"We, nyen cai ?!"

Aku langsung berlari kearah sungai dan disana mencium bunga melati yang ada ditanganku. Entah bagaimana ceritanya, dalam sekejap tubuhku menghilang.

Tidak lama aku terbangun dari tidurku, aku melihat kearah jam baru jam 3.45 seingatku aku tertidur dan masuk kealam halus pada pukul 3 tepat. Berarti aku disana 45 menit lamanya.

Aku menoleh kearah keris yang ada disampingku, sukurlah keris itu masih disana. Namun, ditangan kananku aku menggenggam sebuah bunga melati yang telah diberikan Waha Puspa tadi.

Pikiranku melayang tidak karuan..apakah semua ini benar adanya dan bukan hanya mimpi? Tapi, kalau mimpi kenapa aku memegang bunga melati?

Ya ampun kasian sekali wanita itu terperangkap disana..aku harus bisa melepaskan dia dari penjara itu.

...○○○○...

"Halo Suarta punya nomor ponsel paman Gusti?" kataku diesok hari.

"Ya ada..kenapa? Ada kejadian apa?"

Semua peristiwa aneh itu kuceritakan hingga sedetil mungkin. Bahkan aku sempat foto bunga melati dan kukirimkan kepadanya.

"Waduh! sebentar aku share nomor ponsel paman..sebaiknya kamu call dia bicarakan masalah ini"

Dan kemudian ketika aku ceritakan hal yang sama kepada paman..ia terperanjat mendengarnya.

"Seperti yang tidak masuk akal..bagaimana kamu bisa menembus alam lain itu?"

"Entahlah paman..aku sendiri bingung tapi kasihan juga sama sosok wanita itu. Dan yang paling menghawatirkan adalah munculnya sosok hitam dipekarangan belakang rumah itu..siapakah dia?"

"Paman sendiri kurang tau..Apabila kamu bisa masuk kembali kealam sana, tanyakan bagaimana caranya untuk mengusir mereka"

"Baik paman..besok saya call lagi rencanaku malam ini aku akan kembali kesana dan kali ini aku akan membawa keris ini"

"Hati hati nak..jangan sembarangan masuk kealam lain"

"Baik paman"

Itulah pembicaraan terahirku dengan mereka..

...☆☆☆☆☆...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!