NovelToon NovelToon

My Perfect Husband 2

Ravi: Before Marriage

Tap Tap Tap..

"Selamat malam pak, selamat beristirahat."

"Iya, selamat istirahat juga untuk kalian."

Langkah kaki panjang pria tersebut melangkah dengan cepat, menarik koper kecil yang dibawanya dengan sebelah tangannya dan sebelah tangan lagi ia masukkan ke dalam saku celana bahannya.

Ravi.

Pria berusia 35 tahun itu masuk ke dalam mobil setelah meletakkan barang-barangnya di bagasi. Sudah 4 hari ia meninggalkan mobil kesayangannya itu di parkiran bandara untuk penerbangan internasionalnya ke Berlin. Hanya sesekali saja Ravi membawa dan meninggalkan mobilnya disana, biasanya dia lebih memilih menaiki taksi jika ada penerbangan hingga beberapa hari.

Ia melirik ke jam tangan Rolex yang melekat di tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 2 malam ternyata. Perjalanan jauh cukup membuatnya lelah hingga akhirnya Ravi langsung mengendarai mobilnya menuju ke apartementnya.

Tak sampai 15 menit, Ravi sampai di apartementnya yang terletak cukup dekat dengan bandara. Apartement yang Ravi beli 8 tahun yang lalu dengan uangnya sendiri. Tahukan kalau Ravi berasal dari keluarga kaya raya? apalagi ia termasuk pilot dengan jam terbang tinggi saat ini.

Apartement seharga 10 Miliar dengan lokasi strategis yang dekat dengan bandara, mall, sekolah dan rumah sakit internasional. Disinilah Ravi menghabiskan waktunya selama beberapa tahun terakhir, sendirian.

Ting

Ravi berjalan keluar dari lift sembari menarik kopernya menuju ke pintu apartementnya. Hanya ada satu unit di lantai 15 dari apartement yang ia beli, tidak ada unit lain dilantai yang sama dengannya.

Ravi memasukkan kata sandi pintunya, dan setelah itu terdengar suara pintu yang terbuka.

"Udah balik?"

Ravi tersenyum lebar lalu menganggukkan kepalanya, "Udah, sejak kapan disini?" tanyanya kemudian meletakkan kopernya di ruang tamu.

"2 jam yang lalu."

Ravi melepas seragam pilotnya, meletakkannya di atas sofa kemudian mendekat ke arah mini bar yang ada di dekat dapurnya, menghampiri gadis yang tengah duduk disana dengan tenang sembari menegak winenya.

"Tumben kamu mampir disini dulu, mau nginap malam ini?" tanya Ravi.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, gila saja rasanya kalau ia menginap di apartement laki-laki itu.

"Nggak, aku balik sebentar lagi. Gak baik ada di deket om-om kayak kamu terlalu lama, takut ada hal yang gak diinginkan." jawabnya sedikit menyindir Ravi.

Ravi berdecak, "It's okay deh dipanggil om-om, emang umur boleh 35 tahun tapi aku masih tetep ganteng kan? buktinya kamu mau sama aku." balasnya sembari tersenyum miring.

Gadis itu tersenyum mendengarnya dan terkekeh kecil setelah itu, ia kembali menikmati wine yang ada ditangannya dengan perlahan, menikmati aroma anggur yang begitu harum pada wine tersebut.

"Soalnya kamu konsisten banget deketin aku sejak kita satu penerbangan."

Ravi tertawa, ia mengacak-acak rambut panjang gadis yang ada di depannya.

Ajeng Pramesti, gadis berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai pramugari di maskapai yang sama dengan Ravi selama 5 tahun terakhir.

Gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai yang bertemu dengan Ravi 3 tahun yang lalu saat mereka melakukan penerbangan ke New York bersama. Sebuah ketidaksengajaan saat koper keduanya tertukar, saat itulah Ravi pertama kalinya jatuh cinta dengannya.

Ingat dengan perkataan Ravi 11 tahun yang lalu saat ia masih berusia 24 tahun?

"Gue udah anggep mereka kaya keluarga, udah gue anggep saudara juga."

Jawaban Ravi yang terdengar sangat meyakinkan saat Alex menyarankan dirinya untuk mendekati pramugari di maskapainya.

Dan bak menjilat ludah sendiri, Ravi benar-benar jatuh cinta pada seorang pramugari di pertemuan pertama mereka yang tidak disengaja karena insiden salah koper saat itu.

"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama dan umur aku saat itu udah 32 tahun, aku gak mau ngulur waktu terlalu lama." jelasnya.

Ajeng menganggukkan kepalanya paham, ia tau kalau kedua sahabat dari calon suaminya ini sudah berkeluarga bahkan anak dari sahabat-sahabatnya sudah berada di tingkat SMA sekarang. Bukankah wajar kalau Ravi ingin segera menikah?

Ajeng mengulum senyumnya saat menyadari ia baru saja mengatakan kalau Ravi adalah calon suaminya. Ya, mereka akan menikah bulan depan di Bali dengan pemandangan laut yang indah sesuai permintaan Ajeng.

"Kamu gak lupa kan kita ada rencana apa?" tanya Ajeng dengan wajahnya yang berubah tegas menelisik pada calon suaminya itu.

Ravi terpaku sejenak, kedua matanya mengerjap berulang kali berusaha mengingat apa rencana yang ia punya dengan Ajeng namun semakin lama Ravi berusaha untuk mengingat, tatapan Ajeng semakin menyipit kesal.

"Lupa kan?!" tanyanya.

Ravi tertawa canggung dengan kedua tangan yang bergerak cepat menepis ucapan Ajeng.

"Enggak sayang, masa aku lupa sih sama rencana kita."

Ajeng langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap Ravi dengan tatapan menusuk.

"Coba kamu kasih tau aku apa rencana kita."

Ravi menelan ludahnya sendiri, Ajeng memang terlihat tegas sekali jika seperti ini. Berbeda dengan dirinya yang selalu terkenal selengekan sejak masih muda.

"Fit-fitting gaun kan?" jawab Ravi gugup.

Ajeng diam sejenak kemudian menghela nafasnya lega, "Ternyata inget juga, padahal tadi rencananya kalo gak inget aku bakal batalin pernikahan kita.." ucapnya santai.

"JANGAN!" Pekik Ravi yang langsung panik.

Mana rela Ravi jika harus gagal menikah karena sang kekasih yang meninggalkannya hanya karena ia lupa dengan janji mereka.

"Jangan gitu dong sayangku Ajeng Prameswari... kita udah siapin semua ini sejak tahun lalu masa mau dibatalin."

Ajeng tersenyum tipis, "Makanya kamu jangan pernah coba-coba buat lupa okay?"

Ravi menganggukkan kepalanya, "Iya sayang..."

"Ya udah kalo gitu aku balik dulu, jangan lupa besok kita fitting untuk gaunnya."

Ajeng berdiri, mengambil coatnya yang ia letakkan di kursi dan mencari kopernya. Ia juga baru saja kembali dari penerbangan ke Jepang beberapa jam yang lalu dan begitu kembali ia langsung menuju ke apartement Ravi untuk menunggunya.

"Mau balik sekarang?" tanya Ravi dan langsung diangguki oleh Ajeng.

"Kenapa gak nginap disini aja? kamu baliknya pagi nanti aja ya? gak baiklah cewek nyetir sendiri di jam segini." pintanya.

Ajeng tertawa, ia mendekat ke arah calon suaminya yang berbeda 10 tahun dengannya itu. Ajeng menangkup kedua pipi Ravi dengan tangan mungilnya yang hangat.

"Lebih bahaya lagi kalo aku lama-lama disini. Aku gak mau terjadi sesuatu before marriage okay?"

Ravi mendengus kesal namun bagaimana lagi, apa yang Ajeng ucapkan barusan ada benarnya juga. Tidak baik bukan kalau mereka berada di ruangan yang sama hanya berdua saja?

Dan satu hal yang perlu diingat, Ajeng berasal dari keluarga konglomerat dengan beberapa aturan dan pakem ketat, salah satunya ya.. menjaga keperawanan.

"Jangan gitu wajahnya, udah tua nanti makin tua kalo ditekuk gitu. Aku balik ya om-omku sayang!!" ucap Ajeng sebelum akhirnya ia menarik kopernya dan meninggalkan apartement Ravi.

Ravi tersenyum setelahnya, tak menyangka akhirnya ia bertemu juga dengan jodohnya yang selama ini ia tunggu-tunggu dengan cara yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

********

Satu tahun yang lalu

"Gue mau nikah."

"SERIUS LO?!" Tanya Alex gempar.

Ravi menganggukkan kepalanya kemudian menunjukkan foto saat ia melamar Ajeng di Paris.

"Ini beneran? cewek siapa yang elo lamar?" tanya Raffa heran.

Selama ini Ravi memang tidak memberitahukan kekasihnya yang telah menjalin hubungan dengannya selama satu tahun pada kedua sahabatnya, ia menutupnya rapat hubungannya.

"Beneranlah ngapain juga gue bohong sama kalian berdua. Udah umur segini emangnya pantes buat gue main-main soal beginian?" tanyanya balik.

Alex dan Raffa saling bertukar pandang mendengarnya, kaget karena sahabatnya yang menjomblo selama ini akhirnya mengumumkan pernikahannya secara tiba-tiba.

"Wahh.. akhirnya setelah 34 tahun hidup sendiri, lo bakalan nikah woi!!!!" Kata Alex heboh sekaligus senang.

"Congrats bro! wah akhirnya lo nyusul kita berdua juga buat menikah." ucap Raffa juga.

"Thanks!"

"Tapi keliatannya masih muda calon lo, umur berapa?" tanya Raffa.

"24 tahun, beda 10 tahun sama gue." jawab Ravi sambil tersenyum penuh kemenangan karena dirinya berhasil mendapatkan jodoh yang masih muda.

Alex dan Raffa langsung bertepuk tangan mendengarnya dengan wajah speechless.

"Pantes aja lo kemaren-kemaren jomblo, ternyata jodoh lo masih kecil ya waktu itu. Kita umur 20 eh jodoh lo masih umur 10 tahun, masih SD." Celetuk Alex yang membuat ketiganya tersadar kemudian tertawa bersama.

Ravi Story: Wedding Day

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya sang penghulu.

"SAH!" Ucap para saksi dengan kompak.

Ravi langsung tersenyum penuh kemenangan, ah akhirnya di usia 35 tahun ia menikah juga. Akhirnya ia akan terbebas dari pertanyaan-pertanyaan keluarga dan orang sekitar yang begitu sensitif di telinganya beberapa tahun terakhir.

"Kapan nikah?"

Ajeng langsung menyalimi Ravi yang kini statusnya berubah menjadi suaminya. Dengan penuh senyuman kebahagiaan, keduanya saling menatap penuh cinta sebelum akhirnya Ravi mencium kening Ajeng dengan romantis.

"Iri banget deh liat om Ravi." celetuk Sheilla yang duduk tak jauh dari kedua pengantin.

Sedangkan mama papanya terlihat duduk di barisan kedua bersama dengan para orang tua yang lainnya.

Agam yang berdiri di sampingnya langsung melirik dengan wajah sinis sembari berdecak, diperhatikannya wajah Sheilla menahan senyum melihat pemandangan di depan mata mereka.

Pemandangan Ravi dan Ajeng yang sedang berfoto berdua setelah akad mereka.

"Lo masih kecil udah iri-irian liat om Ravi nikah?" tanya Agam.

Sheilla menganggukkan kepalanya, "Iri bangetlah! jadi pengen cepet-cepet nikah deh." celetuknya.

Agam langsung membelalakkan kedua matanya saat mendengar ucapan Sheilla barusan. Bagaimana mungkin anak usia 16 tahun sudah memikirkan pernikahan? Bahkan mereka baru saja masuk SMA.

"Sekolah dulu baru mikirin nikah bocil!" balas Agam sambil menjitak pelan kepala Sheilla.

"Tuh om Ravi aja baru nikah di umur 35 tahun, lo? masih 16 tahun masih piyik mending sono kerjain aja tugas matematika lo biar gak dapet nilai 20 lagi." sindir Agam.

Sheilla berdecak, ia menatap Agam kesal. Keduanya memang berada di kelas yang sama, entah kenapa apesnya Sheilla selalu bareng dengan Agam sejak kecil.

"Berisik lo, ganggu aja khayalan gue. Lagipula orang tua kita juga nikah di usia muda kan? apa salahnya." celetuknya.

Sheilla melipat kedua tangannya di depan dada, ia tau kalau kedua orang tuanya dan kedua orang tua Agam menikah karena perjodohan dini, tidak masuk akal.

"Btw Gam.." ucap Sheilla kemudian mendekat ke arah Agam.

"......Abang lo dimana?" tanyanya dengan suara berbisik pelan.

Agam menghela nafasnya pelan, "Lo! masih suka sama abang gue?" tanyanya balik.

Sheilla langsung memberikan tatapan tajam pada Agam karena pertanyaannya barusan. Apa-apaan Agam, apa ia ingin memberitahukan seluruh tamu di acara ini bahwa Sheilla menyukai Adam?

Ckckck..

"Pelan dong ngomongnya! lo ember banget deh Gam, serius." omelnya.

Agam terkekeh pelan, sejak kecil memang sifatnya seperti ini. Suka membuat rusuh dan keributan serta membuat orang disekelilingnya kesal. Agam suka sekali jika seseorang kesal padanya.

"Abisnya lo juga kenapa sih bisa suka sama manusia kutub utara kek Adam? Mending juga gue kemana-mana." Sindirnya.

Sheilla langsung cemberut mendengarnya, "Gue suka karena dia Adam bukan lo. Mending lo jawab aja deh sekarang, dia ada dimana sekarang? Gue gak liat dari tadi." Tanyanya lagi.

Sheilla celingukan mencari dimana Adam berada, rasanya mubazir sekali ia sudah berdandan cantik seperti ini tapi tidak dilihat oleh mas cursh, Adam.

Agam menghela nafasnya, "Paling juga menyendiri ngajakin Ayu." Celetuknya.

Sheilla yang mendengar itu hanya bisa mengerjapkan kedua matanya.

Sedangkan ditempat lain, tempat yang jauh dari keramaian acara pernikahan, Adam sedang duduk di sebuah kursi taman.

Srak

Tangannya dengan lihai membalik lembaran buku yang sedang dipegangnya. Wajahnya tampak datar, namun kedua matanya begitu serius terpaku membaca isi dari buku tersebut.

"Baca apa sih bang?" Tanya Ayu.

Orchidya Ayu Satya Arsenio, gadis berusia 10 tahun dengan wajahnya yang terlihat cantik dan kalem.

Dari nama belakangnya saja sepertinya semua orang bisa menebak siapa gadis ini. Ya, gadis yang akrab disapa dengan panggilan Ayu adalah anak bungsu dari Kaila dan Raffa.

Karena ia adalag anak perempuan sekaligus anak bungsu dikeluarga Arsenio, maka bisa dipastikan kalau Ayu adalah anak kesayangan dirumah mereka. Walaupun ia dilahirkan disaat Kaila sedang intership hingga membuat satu keluarga besar kewalahan, namun ia tetap menjadi yang tersayang oleh keluarganya.

Tidak hanya Kaila dan Raffa saja yang memperlakukannya dengan amat teramat, tetapi kedua abangnya Agam dan Adam juga sangat-sangat menyayangi dan menjaganya dengan baik.

"Abang!!!!" Panggil Ayu lagi dengan nada kesal.

Abangnya yang satu ini memang benar-benar irit bicara, tapi entah mengapa Ayu malah berada disini dengan sang abang bukan dengan kedua orang tuanya.

"Diem dulu dek, abang masih baca buku."

Ayu menghela nafasnya, "Ya Ayu penasaran bang, baca buku apaan?" Tanyanya lagi.

"Anak kecil gak boleh tau." Balas Adam singkat.

Ayu berdecak sebal, "Haish, nyebelin."

Clap

"Ethics Demonstrated in Geometrical Order"

Adam melirik ke arah adiknya yang dengan lucunya menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan bibir yang monyong ke depan.

Adam menyunggingkan senyumnya kemudian mengacak-acak rambut adiknya dengan gemas.

"AAAAA ABANG!!!! RAMBUT AYU BERANTAKAN TAU!" Protesnya.

Bukannya merasa bersalah, Adam malah tertawa hingga membuat Ayu merasa semakin kesal dengannya.

"Gak berantakan, adik abang masih keliatan cantik kok."

Ayu diam, masih enggan untuk menanggapi pujian dari abangnya barusan.

"Abang kasih tau buku apa juga Ayu gak bakalan tau dek. Mending sama mama aja sana, kenapa sama abang disini?" Tanya Adam.

"Abang juga ikut! Gak boleh duduk sendirian disini!" Ucap Ayu dengan wajah kesalnya.

Baiklah, jika sudah begini maka bisa dipastikan Adam tidak akan bisa menolak.

******

"Selamat ya bro! akhirnya sekarang ada gandengan juga. Buruan yak, buatin gue ponakan baru!" ucap Alex sembari memeluk sahabatnya tersebut, Ravi.

Ravi dan Ajeng saat ini sedang mendatangi tamu mereka satu persatu. Ravi dan Ajeng hanya mengundang kurang lebih 300 tamu undangan, acara dibuat lebih private atas permintaan Ajeng sendiri.

Setelah acara akad yang dilakukan tadi, kini giliran acara party dari sore hingga malam. Jam juga sudah menunjukkan pukul 5 sore, mungkin sebentar lagi mereka akan melihat matahari terbenam dari lokasi mereka saat ini yang langsung menghadap ke arah laut.

Ravi masih mengenakan setelan jas formal sedangkan Ajeng mengenakan gaun berwarna putih simpel.

"Thank bro! lo gak usah khawatir kalo soal keponakan, pasti aman." balasnya.

Ajeng yang mendengar itu hanya bisa tersenyum manis menanggapi dengan sikapnya yang tetap tenang.

"Selamat bro, langgeng ya." kata Aksa dan diangguki oleh Ravi.

"Selamat ya Rav! semoga jadi keluarga yang samawa dan setelah ini jangan terlalu banyak tingkah oke? kasian Ajeng kalo ngeliat elo banyak tingkah mulu." kata Raffa.

Ravi langsung berdecak kesal mendengarnya, memang benar kedua sahabatnya tidak ada yang beres satupun. Ravi jadi bingung kenapa ia bisa berteman dengan dua manusia seperti Alex dan Raffa? untung saja ada Aksa yang mempunyai sifat normal diantara mereka semua.

"Udah tobat Raff... gue udah gak banyak tingkah semenjak kepala tiga, emangnya lo gak nyadar?" tanyaya.

Raffa dan Alex saling bertatapan kemudian menggelengkan kepala bersamaan, "Lo tetep sama kayak dulu deh, gak ada berubahnya gue liat." kata Alex dengan wajah yang dibuat mendramatisir.

"Ck, yang.. semenjak kenal, aku gak banyak tingkah kan?" tanya Ravi kepada istrinya.

"Enggak kok, kamu kalem banget orangnya sampai aku harus tahan sabar kalo sama kamu."

Ucapan Ajeng barusan langsung mengundang tawa di meja mereka, tidak hanya Alex. Aksa dan Raffa saja tapi Clarissa, Elisa dan Kaila juga ikut tertawa. Meja mereka jadi terasa begitu ramai hingga mengundang atensi dari tamu-tamu yang lain termasuk enam anak yang sedang berdiri mengambil makanan.

"Papa gue kayaknya asik banget ceritanya sampai ketawa begitu." celetuk Sheilla sembari memperhatikan meja orang tua mereka.

Adam dan Agam juga ikut melirik namun setelahnya Adam kembali sibuk dengan cake di depannya bersama dengan adiknya Ayu yang meminta diambilkan makanan bersama abangnya.

"Lagi bicarain apa ya kira-kira?" gumam Agam.

"Mungkin bicarain siapa yang bakal nyusul om Ravi setelah ini."

"Ck, gila lo."

Ravi Story: Kisah di Acara Wedding Party

"Kenapa sih emangnya Gam? gak boleh ya kalo gue ngekhayal buat nikah dari sekarang?" tanya Sheilla sembari melirik ke arah sampingnya.

Tepat diposisi Adam sedang berdiri saat ini. Gadis itu mencuri-curi pandang kepada Adam yang sedang asik dengan adik perempuannya.

Sedangkan di dekat mereka ada dua anak kecil yang terlihat akrab sekali. Gibran dan Arisha.

"Dek, kalo makan itu jangan sambil ngomong." ucap Sheilla kepada adik keduanya, Gibran.

Anak laki-laki berumur 13 tahun tersebut melirik ke arah kakaknya, "Iya kak, jangan cerewet banget deh." ucapnya yang langsung membuat Sheilla tersenyum tipis.

Ya.. begitulah, ia dan adiknya memang tidak ada romantisnya sama sekali.

"Akrab banget gue liat Gibran sama Arisha." kata Agam saat melihat dua anak kecil tersebut saling berbagi makanan.

Sheilla menghela nafasnya pelan sembari menghedikkan bahunya, "Mungkin karna mereka cuma beda 2 tahun jadi akrab."

"Ada satu anak yang umurnya cuma beda setahun sama Arisha, tapi.." Agam melirik ke arah adiknya, Ayu kemudian menghela nafasnya kasar.

Sheilla ikut melirik ke arah adiknya Agam juga, disana Sheilla lebih memilih bermain dengan abangnya, Adam. Mengganggu abang sulungnya itu yang sibuk dengan buku ditangannya.

"Padahal Adam selalu cuek sama Ayu tapi tetep aja Ayu selalu nempel sama abangnya. Mungkin dia tau siapa yang pinter bikin nyaman." kata Sheilla kemudian tersenyum lebar.

Ah, Sheilla benar-benar menyukai Adam.

"Lebay." sindir Agam.

"Mending lo makan aja daripada komen mulu nih." kata Sheilla kemudian menyumpal mulut Agam dengan kue sus.

******

Menjelang malam hari keadaan semakin tenang, semua tamu duduk di meja mereka masing-masing sembari menatap langit senja. Di salah satu meja terlihat tiga pasangan sedang asik berbincang. Alex, Aksa dan Raffa serta istri mereka sedang berbincang bersama disana. Ah sepertinya para sahabat sejati ini harus memperkenalkan ulang keluarga kecil mereka masing-masing setelah 10 tahun?

Dimulai dari Raffa dan Kaila yang menikah pertama kali diantara mereka semua, kini mereka dikaruniai 3 orang anak. Adam dan Agam yang merupakan anak kembar dengan sifat yang bertolak belakang kini sudah berusia 16 tahun dan baru saja masuk SMA bersama dengan Sheilla. Sedangkan anak terakhirnya bernama Ayu yang kini berusia 10 tahun dan berada di sekolah dasar. Salah satu hal yang paling disukai oleh Ayu adalah menempeli abangnya, Adam. Ayu senang berada di dekat abang sulungnya itu kemanapun abangnya pergi.

Lanjut, Alex dan Clarissa yang juga dijodohkan dan menikah setelah lulus sekolah. Keduanya juga memiliki 3 orang anak. Sheilla sebagai anak pertama seusia dengan Adam dan Agam juga masuk ke sekolah yang sama dengan mereka. Hal yang paling menyebalkan untuk Sheilla adalah sekelas dengan Agam sejak duduk di sekolah dasar.

Padahal Sheilla ingin dekat dengan Adam namun ia malah selalu dekat dengan Agam.

Oke lanjut, anak kedua Alex bernama Gibran. Anak laki-laki berusia 13 tahun itu baru saja masuk SMP dan kata Gibran sendiri saat bercerita kepada orang tuanya, ia termasuk murid baru yang populer dan banyak fans di sekolah karena ketampanannya. Sepertinya ia akan sepopuler ayahnya saat masih sekolah.

Dan anak terakhir di keluarga mereka, Shenina. Jangan sampai salah karena namanya hampir sama dengan nama kakak sulungnya, Sheilla. Shenina baru saja berusia 8 tahun, masih duduk di bangku sekolah dasar.

Pasangan terakhri yang menikah setelah lulus kuliah yaitu Aksa dan Elisa. Keduanya memiliki dua anak perempuan cantik bernama Arisha dan Emily. Keduanya mewarisi ketampanan sang ayah dan sifat ceria sang bunda, Elisa. Arisha berusia 11 tahun, berbeda satu tahun saja dengan Ayu namun karena Ayu lebih senang menempeli abangnya, Adam maka Arisha lebih sering bermain bersama Gibran.

Sedangkan anak bungsu mereka yang bernama Emily yanng baru saja berusia 4 tahun dan sedang aktif-aktifnya bermain. Emily sendiri lebih sering dijajak bermain oleh Shenina, si gadis pintar tersebut sering mengajak Emily bermain bersama jika orang tua mereka sedang berkumpul seperti hari ini.

Yup, kini Shenina dan Emily sedang asik bermain gelembung bersama yang mereka dapatkan dari salah satu tim WO.

Kedua gadis itu asik bermain di dekat orang tua mereka, menangkap balon gelembung yang mereka ciptakan bersama.

"Adem banget gue kalo ngeliat anak-anak pada akrab." kata Alex sembari menatap keenam anak mereka semua yang duduk di meja sebelah.

Adam yang asik dengan bukunya dan Ayu yang juga asik ikut membaca dengan sang abang, Sheilla dan Agam yang bermain ludo di ponsel Agam. Sedangkan Gibran dan Arisha juga terlihat asik bermain ular tangga menggunakan ponsel Sheilla.

"Akhirnya selesai juga nyapa semua tamu." kata Ravi saat menghampiri meja sahabat-sahabatnya.

Ravi menarik kursi untuk sang istri barulah setelah itu ia duduk disampingnya.

"Cepet banget." kata Raffa.

"Males lama-lama, pegel jalan mulu. Ntar lagi juga setelah dinner bakal ada acara lembar bunga trus dansa bareng  jadi gue mau istirahat dulu." kata Ravi.

"Btw, lo berdua bakal honeymoon kemana? teep stay disini? di Bali?" tanya Alex.

Ravi menyunggingkan senyumannya, "Maldives!"

"Woah!!!" ucap mereka semua secara kompak.

"Serius ke Maldives?" tanya Elisa karena Maldives adalah salah satu tempat yang sangat ingin ia kunjungi.

Ajeng menganggukkan kepalanya, "Iya mbak, dapet hadiah dari maskapai liburan di Maldives 7 hari." ucap Ajeng,

"Wahh... emang another level sih maskapai kalian." kata Raffa.

"Pastilah, gue pilot paling ganteng disana dan istri gue juga pramugari paling cantik jadi pasti dikasih yang terbaik dong." balas Ravi sembari menyombongkan dirinya.

"Ajeng sih cantik tapi kalo elo kayaknya udah expired deh Rav, udah tua gak ganteng lagi." sindir Elisa sembari tertawa keras.

"Enak aja lo, gue tuh kayak bule-bule luar negeri."

Aksa menaikkan sebelah alisnya, kini giliran ia yang bersuara.

"Emangnya bule luar negeri kenapa?"

"Makin tua makin hot, hot daddy!" balasnya yang langsung membuat satu meja tertawa termasuk Ajeng.

"What the hell.. pede banget lo Rav serius, gak cocok jadi hot daddy." kata Alex sambil tertawa kekeh membuat yang lainnya ikut tertawa.

"Trus kapan berangkatnya?" tanya Kaila kembali menormalkan suasana.

"Lusa mbak, langsung berangkat dari Bali jadi kami gak ke Jakarta lagi."

Kaila menganggukkan kepalanya paham, toh bolak-balik naik pesawat juga hanya akan membuat lelah saja bukan?

"Oleh-oleh jangan lupa begitu balik dari sana!" kata Alex.

"Ya elah Lex, orang mau asik bulan madu malah lo suruh bawain oleh-oleh." kata Elisa.

"Ngapa sih Li.. noh Ravi juga santai aja gue suruh bawain oleh-oleh."

"Sorry bro tapi gue belum ngeiyain permintaan elo barusan." roastingnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!