NovelToon NovelToon

Lelaki Terakhir

perempuan bahu lawean !!

Indah hanya bisa menatap setiap proses pemakaman calon suaminya dari jauh. Hari ini semestinya adalah hari bahagia baginya karena akan menikah dengan lelaki pilihan hatinya.

Namun Tuhan rupanya kembali menunjukkan takdir yang buruk untuk wanita 28 tahun itu.

Darel Davendra sang Tunangan, seorang Pria yang dengan penuh cinta memintanya menjadi Istrinya dua bulan yang lalu. Mengalami kecelakaan saat akan menjemputnya untuk fitting baju pengantin yang terakhir kalinya.

Meski sempat koma, rupanya lelaki itu tak bisa bertahan. Meninggalkan Indah dan segala murka keluarga yang percaya jika kematian Darel karena pemuda itu nekad hendak mempersunting dirinya.

Namanya Indah. Indah Aprillia, Wanita dengan paras indo, mata belo serta hidung mancung nan mungil. Tinggi tubuhnya juga ideal, Siapapun setuju jika tak akan ada yang bisa menolak pesona seorang Indah.

Namun nasib cintanya tak seindah namanya. Darel merupakan lelaki ketujuh yang gagal meminangnya kepelaminan karena dipisahkan oleh takdir yang bernama kematian.

Indah bahkan mendapat julukan wanita Bahu laweyan, meski sebenarnya dia ditinggalkan sebelum pernikahan itu sendiri terjadi.

" Kenapa kamu mesti datang kesini ? " Suara itu mengalihkan pandangan Indah. Didepannya kini telah berdiri wanita paruh baya , yang sejatinya adalah calon mertuanya.

Indah hanya menunduk, Air matanya seolah telah kering.

" Jika bukan keinginannya untuk meminang mu ! Maka hal ini tak akan terjadi. dasar perempuan sial. ****** ..."

Makian itu berdengung ditelinga Indah. Jika saja tak ada yang menghalangi . Mungkin kini Indah telah jadi bulan-bulanan Ibunya Darel.

Indah seolah telah kebal akan semua sumpah serapah dari keluarga mantan calon suaminya, selalu seperti ini. Rasa kagum dan sanjungan setinggi langit , kini berubah jadi kebencian tak berujung karena merasa Indah lah yang menjadi sebab kematian para calon pengantin itu. Padahal, Indah sendiri tertekan dan tak menginginkan hal ini terjadi.

Indah dengan gontai kini melangkah untuk pulang. Berada disini, membuatnya mendapatkan tatapan mencemooh dari para pelayat. Suara ibunya Darel rupanya yang membuat mereka ikut terpancing dan merendahkan kehadirannya.

Sesampainya dikamar apartemen, Indah malah menemukan gaun pengantin di atas Ranjang king size nya. Gaun itu yang rencananya akan dipakai olehnya tepat pada hari ini.

Tapi ternyata pernikahan yang sejatinya telah menjadi mimpinya dari dulu, kini harus kandas lagi.

Indah tinggal sendiri di apartemen besar ini, apartemen yang merupakan hasil jerih payahnya selama bekerja sebagai sekretaris dari seorang bos perusahaan besar di kota B.

Indah adalah Yatim piatu sedari kecil. Dia diasuh oleh adik dari ibunya yang anti dengan pernikahan.

Dibawah pengasuhan sang paman Indah menjadi sosok perempuan tangguh. Dikaruniai otak yang cerdas seolah mempermudah jalan hidupnya menuju kata sukses .

Sang Paman pun kini telah tiada karena penyakit kanker lima tahun yang lalu. Jadilah Indah sekarang. Selalu menghadapi rasa sedih ini sendirian.

Foto prewedding didinding kamar membuat air matanya mengalir lagi. Dengan emosi Indah menarik semua foto yang berjejer rapi. Tidak lupa gaun pernikahan dan segala pernak-pernik kenangannya bersama Darel ia kumpulkan. Memasukkannya kesebuah tas besar, dan bergegas menuju lantai bawah . Tempat tujuannya tetap sama. Yaitu halaman belakang.

" Batal nikah lagi !?"

Suara itu lebih terdengar seperti sindiran daripada pertanyaan. Indah tak merespon dia segera berlalu meski terseok karena barang yang dia bawa cukup banyak dan berat.

Drum besar tempat pembakaran sampah kini telah terlihat, dengan tak sabaran Indah memasukkan barang yang dibawahnya, berikut juga tas yang tadinya ia jadikan wadah.

Api berkobar, bau menyengat tercium. Indah memejamkan matanya . Jika akan terus berakhir seperti ini . maka ia memutuskan tak lagi akan jatuh cinta, apalagi menikah..

***

Hari ini Indah memutuskan untuk kembali bekerja, dia merasa jika dua hari lebih dari cukup baginya untuk bersedih. Apalagi ini bukan yang pertama kalinya dia ditinggalkan oleh orang yang dia sayang untuk selama-selamanya.

Bisikan-bisikan orang yang mengunjingkan dirinya tak lagi dia hiraukan. Semuanya pasti akan hilang terbawa waktu. sama seperti waktu-waktu yang telah dilaluinya. Waktu yang dia kira tak akan mendatangkan cerita dan masalah yang sama.

" Kok udah masuk kerja aja Ndah? "

Dara bertanya ketika Indah baru saja mendudukkan tubuhnya, " Biasanya kan nunggu seminggu !"

Ucapan itu memang tidak menunjukkan keprihatinan. Dua Minggu yang lalu bahkan Dara berani bertaruh jika pernikahan nya kali ini juga akan gagal. Jadi Indah cuek saja karena memang Dara terkenal dengan sifat menyebalkan dan suka ikut campur.

" Kamu denger kan aku ngomong apa ?"

Indah hanya mengangguk. kemudian menunjukkan senyum semanis mungkin " Maaf jika tak sesuai ekspektasi mu. Tapi seperti yang kamu lihat i'm okay.."

Dara mencebik, sambil menghentakkan kakinya gadis itu berlalu dari hadapan Indah.

"Kenapa tuh anak Ndah. Minta permen !"

Astrid mendekat kearah meja kerja Indah. matanya mengikuti sosok Dara yang tengah merajuk. Sedikit tersenyum Indah menatap Astrid " Biasa !!"

Kini mereka sama-sama terdiam. Astrid meraih dan menggenggam tangan Indah, menatap jauh kedalam mata gadis itu " Yang sabar Ya. Maaf aku nggak bisa datang ke pemakaman Darel. Turut berduka cita ya Ndah !"

Indah mengangguk. Hanya Astrid lah yang sejatinya menjadi teman baik bagi Indah selama lima tahun bekerja di kantor ini. Astrid sudah menikah dua tahun yang lalu dan baru saja melahirkan anak pertama mereka. Hari ini juga adalah hari pertama bagi Astrid kembali bekerja setelah cuti melahirkan.

" Sepertinya aku memang tak pantas untuk dicintai . Dan impianku untuk menikah adalah sesuatu yang mustahil. Tapi rasanya tetap sama Trid. Disini sangat sakit. " Indah menunjuk Dadanya, menekan rasa sesak yang ada.

"Jangan mendahului takdir. Apalagi memvonis sesuatu yang masih menjadi rahasia Yang kuasa. Siapa tahu ya kan. Pangeran berkuda putih tiba-tiba datang dan meminang"

" Aku rasa kudanya akan parkir diluar karena dilarang masuk." Indah dan Astrid tertawa dengan candaan garing diantara keduanya.

Astrid kembali ke meja kerjanya meninggalkan Indah yang menatap kosong pada layar monitor yang menyala.

" Indah kok sudah masuk ? Bukannya kamu izin seminggu ?"

Suara Bagus sang bos menyadarkan Indah dari lamunan .

"Eh Ma-af Pak.." Ujarnya terbata merasa tak enak karena terpergok melamun " Saya bisa stress jika terlalu lama berdiam di rumah. Jadi saya membatalkan cuti saya Pak " Mengangguk sopan Indah mencoba menjelaskan.

" Sekali lagi saya turut berduka cita ya . Jika kamu masih butuh waktu, Silahkan mengajukan cuti kembali. Saya tidak suka jika ada bawahan saya yang menjadikan masalah pribadinya sebagai alasan menurunnya performa kerja. Kamu tahu kan konsekuensinya..."

" Siap pak. Saya tidak akan mencampur adukkan masalah pribadi dan pekerjaan."

" Bagus. Tepati janjimu, "

Indah menarik nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan. " hampir saja !"

Dia kembali fokus dengan layar didepannya , mengerjakan tugas yang telah menunggunya sedari tadi.

Tawaran menggiurkan !!

Sebulan telah berlalu. Indah kini lebih rileks menjalani kehidupannya meskipun hampa dan terasa monoton tanpa adanya lelaki pengisi hati. Sepertinya ia mantap untuk tak akan menikah selama hidupnya.

Getaran Ponsel mengalihkan pandangan Indah. Tertera nomor yang tak bernama dilayar, Mengirim pesan singkat yang membuat Indah mengernyit heran. Siapa ?

[ Bisa bertemu. Restoran xxx. Besok jam pulang kantor.]

[ini siapa ? ]

Entah kenapa Indah malah meladeni . Biasanya dia akan cuek dengan pesan yang menurutnya tak penting.

[Devano. Teman Darel.]

Singkat tapi menjelaskan. Indah tersenyum heran. Dan dengan cepat mengirim persetujuan melalui pesan.

***

Indah memakai dress press body. dan Dia memutuskan hanya memakai flat shoes pada kaki jenjangnya, Tas mungil tersampir di bahunya. Mata gadis itu nampak menatap ke segala penjuru restoran.

Dan hanya menemukan satu sosok lelaki yang memiliki ciri seperti yang dijelaskan oleh sang pembuat janji.

" Sore . Dengan Devano " Indah menatap sosok itu meminta kepastian. Agak canggung memang . Seharusnya dialah yang disapa terlebih dahulu.

" Ya . Silahkan duduk Nona."

Tidak. pria itu tak memperlakukan Indah seperti perlakuan lelaki pada perempuan pada umumnya. Ucapannya memang manis, tapi nyatanya hanya lisan saja. sedangkan raga pria itu tampak santai dan menatap lekat pada sosok Indah. Bergeming.

Indah menarik kursi. Berusaha membuat dirinya merasa senyaman mungkin .

Kesan pertama saat melihat pria ini adalah Dingin dan tampan. Kulit kecoklatan Pria itu membuatnya semakin tampak seksi Dimata Indah.

Memikirkan itu Indah menggeleng pelan. Bagaimana mungkin kini dia malah berpikir seperti perempuan yang tengah menjalani kencan buta. Padahal dia sendiri belum tahu pasti alasan dibalik pertemuan ini.

" Mari kita menikah!"

Hampir saja Indah menjatuhkan ponsel yang ada ditangannya. Apa ia tak salah dengar. secara tiba-tiba kenapa malah ajakan itu yang didengarnya. Indah pikir diamnya sosok pria didepannya karena canggung atau malah terpesona padanya. sesuatu yang selalu dia dapatkan jika ada pria yang bertemu dengan sosoknya.

" Bukankah menikah adalah impian terbesar mu ? " Lagi, Lelaki itu membuka mulutnya. Mata itu serasa menusuk ke jantung Indah. Diiringi dengan suara maskulin yang penuh kharisma . Bagaimana bisa ada sosok yang bisa membuatnya terbius seperti ini ? Apakah ia sedang jatuh cinta.

" Aku sudah mencari hal lain yang mungkin bisa menarik minatmu. Tapi nyatanya hidupmu terlalu sempurna kecuali tentang pernikahan"

kalimat terakhir yang didengarnya dari bibir Devan membuat Indah mengerjapkan matanya berkali-kali. Ini Bukanlah ajakan Menikah yang Romantis.

" Maksud anda apa ya ? Kita bahkan baru bertemu. Jangan coba melecehkan harga diriku hanya karena aku kurang beruntung dalam hal itu "

Mata pria itu menatap Indah lagi. Jika tadi Indah terpesona, maka tidak untuk kali ini.

"Aku bukan wanita ****** yang butuh belaian dengan mengatas namakan pernikahan.."

" Maaf jika pernyataan ku melukai harga dirimu Nona. Aku hanya menawarkan sesuatu yang mungkin bisa kau pikirkan. Takdir seolah telah mempermainkan kita. Jadi, aku disini memintamu sebagai partner untuk mematahkan semua itu. kamu bisa membuktikan jika kamu bukanlah perempuan bahu lawean seperti yang telah tersemat. Jikapun nantinya aku meninggal sebelum hari pernikahan . Bukankah kamu tak akan terlalu sedih , karena hubungan kita tak didasari dengan cinta.."

Indah terpana, Pria ini mengetahui banyak hal tentang dirinya. Tapi semua ini masih sulit untuk dicernanya. Apa maksudnya dengan mematahkan takdir ?

" Takdir apa ? dan kenapa harus dengan pernikahan ! "

" Kita memiliki takdir yang buruk dalam hal pasangan . Jadi kita mungkin akan cocok sebagai partner.."

" Jika aku menerima tawaran ini. Apakah kamu bisa menjelaskan kenapa pilihan kamu jatuhkan pada sosok wanita sepertiku. Menilik dari penampilan anda. Kurasa akan sangat mudah jika anda menginginkan gadis manapun.. Dan Apa hubungan anda dengan Darel ?juga pertemanan seperti apa yang terjadi antara anda dengan Darel..?"

Kehadiran pelayan menginterupsi pembicaraan keduanya. Devan mengangguk sopan ketika pelayan itu mempersilahkan untuk menikmati pesanannya.

" Silahkan minum dulu nona." Devan mempersilahkan , Setelahnya diapun menyeruput jus jeruk yang telah dipesannya.

' Bahkan dia tahu minuman kesukaanku ' Indah menatap keheranan pada segelas teh manis hangat dengan daun mint sebagai hiasannya.

" Aku dan Darel bisa dibilang Sangat dekat. Hingga semua tentang kamu . Bisa aku hapal diluar kepala.."

Indah terdiam. Apakah mungkin sosok Darel yang dingin dan pendiam. Malah bersikap seperti cewek penggosip didepan pria ini. " Jadi. Apakah sekarang Anda tengah menjalankan semacam amanat dari Darel ? Karena yang kudengar Darel sempat sadar sesaat sebelum ia meninggal..!!"

Indah mengutarakan apa yang kini ada di kepalanya. Mengingat Darel rasa sedihnya kembali datang.

Tapi pria didepannya ini malah menggeleng. Membuat kening gadis itu berlipat karena kebingungan. Tawa heran kini dia tujukan pada lawan bicaranya. " Aku tadinya berpikir jika itu adalah alasan yang paling logis yang bisa anda gunakan sebagai alasan ajakan konyol anda barusan."

Devano memandang Indah dengan lekat. "Sayangnya saya tak seberuntung itu Nona. Ada sesuatu tentang masa lalu, yang membuat saya memilih anda. ."

" Apa ?"

" Tanda tangani ini !" Devan menyodorkan map merah dan sebuah pulpen kepada Indah.

" jika tanda tangan sudah Nona bubuhkan maka pernikahan kita akan terjadi dua minggu lagi.."

Mata Indah membola. Bagaimana mungkin pria ini dengan percaya diri langsung memintanya menanda tangani entah berkas tentang apa itu.

" Aku bisa memberikanmu apapun yang kamu inginkan. Jadi pikirkanlah dengan baik. Kau cukup jadi partnerku..."

Indah membuka map itu dan menemukan sederet kalimat sebagai perjanjian. Ada beberapa poin dan juga aturan ditulis diberkas itu, semuanya nampak jelas . Namun satu hal yang menarik perhatiannya poin terakhir yang ditulis dengan huruf kapital.

JIKA MANA PIHAK PERTAMA MENINGGAL SEBELUM PERNIKAHAN MAKA HARTA YANG BERSANGKUTAN (PIHAK PERTAMA) AKAN JATUH PADA PIHAK KEDUA

" Serius ?" Indah menyodorkan lembar perjanjian itu didepan Devan.

" Apa ini tidak berlebihan. Maksudku kenapa kau seolah yakin jika kau akan selamat dari pernikahan yang dikutuk ini! dan harta ini apa maksudnya ? kau bujangan ? Maksudku apa tidak ada yang akan protes ketika hartamu jatuh ke orang asing sepertiku ?"

Meski perjanjian itu mengiurkan. Tetap saja, Indah merasa jika ini sebuah ejekan untuknya ! Atau apakah pria didepannya ini jenis langka dan tak takut akan kematian ? atau justru pria ini sedang putus asa dan ingin segera menemui ajalnya . Indah menggeleng akan kalimat terakhir yang melintas dipikirannya.

" Aku akan melibatkan pengacaraku di perjanjian ini . Dan soal statusku. Aku Duda tanpa anak.."

Devan terlihat mengarahkan badannya kesamping, seperti hendak mengambil sesuatu pada tas kerja yang sedari tadi tergeletak di kursi sampingnya.

" Ini rincian harta dan total keseluruhan jumlahnya. Aku harap kamu tak menolak ku . Karena aku berharap banyak padamu Nona. ."

Indah meneliti setiap lembaran sertifikat, STHM, serta berbagai jenis Saham yang dimiliki pria didepannya. Gila, Jika harta ini jatuh ke tangannya maka dia tak perlu lagi kerja dan memeras otaknya untuk melanjutkan hidup. Ini harta Karun namanya .Pikir Indah mendadak tergiur.

Kejutan dari Devan

Pertemuan Indah dan Devan kemarin memang belum menemukan kesepakatan. Meski selalu gagal dalam hal pernikahan .Indah tidak mau sembarangan memilih suami. Baginya pernikahan adalah komitmen seumur hidup. Bukankah berat, jika kita menikah tanpa perasaan yang disebut dengan cinta. Apalagi kalau Pasangan kita juga merupakan orang yang tak kita kenal alias orang asing.

Jadilah dia meminta waktu tiga hari untuk memikirkan penawaran mengiurkan dari pria asing ini.

"Ndah ...Hey..! " Astrid memangil Indah dengan agak keras, juga menepuk pundak gadis itu untuk menyadarkan.

" Kenapa sih ? Kok bengong dari tadi ? Ada masalah. Kalau iya jangan dibawa di kantor . Tahu sendiri kan pak Bagus orangnya gimana "

Indah menatap dalam wajah Astrid sebagai jawaban.

" kalau seandainya ada yang ingin menikahi mu dan Sebagai imbalan akan memberikan seluruh kekayaan miliknya jika dia meninggal sebelum pernikahan. Apa kamu bakal terima lelaki itu, meski kamu nggak cinta.."

Astrid memandang Indah dengan heran, namun dia tentu saja mengerti maksud dari pertanyaan Indah ,

" Tergantung " Ucapnya ambigu membuat Indah menunggu kalimat selanjutnya dengan was -was. " Si pria ini. Ganteng atau enggak. sudah beristri atau belum dan yang pasti apakah pria ini normal dalam artian apakah dia ini jeruk makan jeruk atau nggak. Kan nggak lucu, jika akhirnya kamu menikah tapi tak diberi nafkah batin walau dengan warisan bejibun sekalipun.."

Indah Mendengarkan semua perkataan Astrid. Dia nampaknya tengah berpikir dan mengingat penampilan Devan yang kemarin ditemuinya. Pria itu terlihat normal dan Statusnya yang duda seolah menjelaskan jika memang pria itu bukanlah kaum pelangi. Wajahnya juga tampan bahkan kharismanya mampu mengalahkan para mantan-mantan Indah.

" Jadi menurutmu aku harus menerima pria ini Trid ?"

" Ini tuh serius Ndah ? Ada yang kayak gini di dunia ini ? Kok bisa !!"

Astrid malah balik bertanya karena penasaran, entah kenapa dia penasaran sosok seperti apa pria ini jika memang cerita Indah memang benar adanya.

" Heiii ...Lagi sibuk..?"

Suara maskulin kini menyapa keduanya yang tengah asyik bergosip. Membuat dua wanita itu menoleh bersamaan. Bagus, sang Bos kini menatap dua pegawainya itu dengan senyum aneh.

" Indah bisa keruangan saya sekarang ! "

Bagus lagi-lagi menatap Indah dengan lekat , masih dengan ekspresi yang sama

" Ada seseorang yang ingin bertemu. Segera "

Sosok tampan itu melenggang begitu saja melewati kedua karyawannya yang menatap ngeri pada kelakuannya yang tak seperti biasanya.

" Kok tumben bos nggak manggil lewat interkom . Sok manis lagi iewww..." Indah sedikit bergidik, rasanya geli menemukan bosnya itu memasang senyum penuh pada bibirnya.

Astrid yang sedari tadi juga nampak melongo kini hanya mampu mengedikkan bahunya tanda tak tahu.

" Sepertinya bos kerasukan setan penggoda..hhhh"

Indah mengernyit akan ucapan ngawur Astrid, lalu menoyor kepala perempuan itu dengan tangannya

" Ingat anak sama suami woiiii...!!!"

***

Indah telah sampai di ruangan sang bos. Entah kenapa dia merasa deg-degan sekarang, padahal dengan profesinya sebagai sekretaris sang bos tentu saja membuatnya harus bolak-balik keruangan ini. Tapi hal berbeda malah dia rasakan sekarang ! Seseorang siapa yang di maksud pak Bagus, Kenapa harus di kantor ini ?

Indah mengetuk pintu,

" Masuk..!!" Suara itu masih terdengar sama , tapi kenapa dia masih merasa gelisah.

Dengan pelan Indah akhirnya masuk juga. Dilihatnya bagus duduk di kursi kebesarannya, dan ada satu sosok yang kini membelakanginya, karena memang sepertinya sosok itu tengah berbicara serius dengan Bagus..

Ketika sosok itu menoleh , Indah kaget bukan main. Dia bahkan mundur selangkah dari posisinya berdiri tadi.

" Maaf kalau membuatmu kaget..!!" Devan. Pria itu dengan tenang menatap Indah.

Membuat Indah mengatur napasnya yang belum stabil karena rasa kaget yang sempat dirasakan.

" Kenapa kesini ? Aku kan sudah bilang tiga hari. Dan sekarang bahkan baru satu hari. kamu bisa berhitung kan ?" Nada suara penuh ejekan diucapkan Indah, dia kesal kenapa pria ini sampai harus datang ke kantor tempatnya bekerja.

Bagus berdehem, menyadari jika sejoli didepannya dalam mode tak akur,

" Indah . Ini pak Devan. Beliau baru saja menanam saham di perusahaan kita. Jadi, jaga sikap kamu, Dia tamu penting kita..."

Indah mendelik tak percaya akan kalimat yang diutarakan atasannya itu, Dia merasa kesal karena ternyata Devan adalah lelaki yang ambisius. Bagaimana mungkin dia menanam saham disini, Apa yang sebenarnya sedang direncanakan pria yang ada didepannya ini..

" Maafkan saya ,pak !! Kalau boleh, bisakah saya bicara secara pribadi dengan pak Devan ?"

Indah menatap kedua pria itu secara bergantian. meminta persetujuan.

" Ayo..."

lama terdiam, kini malah tangan Indah yang digandeng oleh Devan. Dengan senyuman , Indah berusaha mengisyaratkan kata pamit pada pak Bagus sang bos, meski sesekali dia berusaha melepaskan genggaman tangan Devan.

" Ini Apa ?"

Setelah cukup jauh dari ruangan Bagus, Indah berontak .

Devan bahkan belum berniat berhenti ketika indah dengan keras menyentak tangan pria itu dan memilih untuk berhenti. " Jangan-jangan kamu psiko lagi ?"

Devan meneliti penampilan Indah, dan menatap cuek pada tuduhan yang menurutnya tak berdasar ," Aku hanya memastikan jika Istriku tak akan dituntut karena resign dari pekerjaan yang telah dikontrak di atas materai. Saham ini akan bisa mengendalikan Bagus, jika sewaktu-waktu kamu diharuskan resign dari pekerjaan ini. "

" Aku bahkan belum memberikan persetujuan. Lagian kenapa begitu yakin jika pernikahan ini akan berhasil, ,?"

Indah menampakkan wajah muak, meski diakuinya dia cukup takjub dengan tingkah Devan yang gesit, dan bisa merencanakan semuanya dengan matang.

" Jangan terlalu lama berpikir, , Ayo lakukan dan kita lihat hasilnya bersama-sama.."

Kini wajah Devan memandang Indah dengan dingin. Kenapa bisa dia malah terjebak dengan gadis seperti indah. " Setuju!!!"

" No, aku adalah orang yang konsisten. Jika aku bilang, aku perlu waktu maka aku akan menjawab pertanyaan Anda pada saat waktu yang telah kita setujui itu berakhir , Jadi harap sedikit sabar dan jangan membuat kejutan yang bisa bikin jantungku tak sehat . "

Devan tertawa, " Kenapa sekarang seolah kamu mengatakan jika kehadiranku telah mempengaruhi jantungmu Nona. Apakah ini belum cukup untuk dijadikan alasan ? Aku memang terbiasa menunggu, tapi jika terlalu lama aku juga akan bosan dan pergi "

" Aku akan tetap pada pendirian ku, Jika anda tak sabar, silahkan cari perempuan lain. Harga diriku tak bisa diinjak dan dipermainkan hanya karena iming-iming yang telah anda berikan.. Terima kasih.."

Indah meninggalkan Devan, yang kini malah nampak tersenyum . Rupanya reaksi Indah diluar perkiraan pria itu, bagaimana bisa dia ditolak setelah melakukan hal sejauh ini ?

' Gadis yang menarik..'

Devan bergumam, seraya melangkah kearah yang Sama dengan langkah Indah tadi..

Sepertinya masih perlu waktu Devan untuk menaklukan keteguhan hati Indah, gadis yang dipilihnya sebagai teman hidup, atau mungkin dia bisa saja menemui ajalnya, seperti Darel . yang merupakan teman dekatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!