Disuatu rumah yang sederhana terlihat anak gadis yang sedang duduk diatas ranjangnya sambil menatap rintikan hujan dari jendela kamarnya.Dia Nabila Ramadani seorang gadis yatim piatu yang tinggal dengan nenek nya.
Nabila adalah gadis cantik , semampai, berambut indah, matanya bulat bersinar, hidungnya mancung melengkapi kesempurnaanya, postur tubuh yang bagus bahkan bisa dikatakan ideal, banyak gadis yang iri akan kesempurnaan tubuh yang dimiliki Nabila, namun tidak dengan Nasib nya , ya perjalanan hidupnya tidak sesempurna fisik yang dimilikinya, pahit manis yang menguras air mata sudah sering Ia jalani, dan Nabila mempunyai Impian untuk bisa hidup bahagia, senyum dan tawa yang selalu menghiasi wajahnya, bahkan Impian Ia juga bisa memiliki pendamping hidup bak seorang pangeran yang mempunyai hati bijak dan baik, mencintai dan menyayangi nya tulus dan sepenuh hati yang bisa membuat hidupnya berlimpah kasih sayang dan kebahagiaan itu sudah cukup baginya.
Nabila masih duduk dibangku sekolah , Kelas 3 SMA namun dia harus bekerja disebuah restoran untuk menyambung hidup nya dan juga adik beserta neneknya. selain itu terkadang dia melakukan pekerjaan lainnya untuk menambah penghasilan guna menutupi biaya hidup nya yang juga harus menanggung biaya sekolah adik laki lakinya yang masih duduk dibangku kelas 3 SMP.
Tok tok tok terdengar ketukan pintu yang membuyarkan lamunan nya.
"kak ..kak Nabil, ada yang mau q bicarakan dengan kakak ". Adik Nabila mengetuk pintu kamar kakaknya.
"Iya tunggu sebentar dit". Nabila membuka pintu kamarnya.
Aditya Gunawan adalah satu satunya adik Nabila yang sangat dia sayangi.
"Ada apa dit?".tanya Nabila.
"Kak besok Adit harus bayar uang sekolah yang menunggak 3 bulan, kemarin Adit dipanggil ke ruang tata usaha karena Adit sudah 3 bulan tidak bayar uang sekolah". Aditya ragu untuk mbicarakan ini, karena dia tahu kondisi keuangan keluarganya saat ini.
Nabila mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, aku tidak tau harus bilang apa sama Adit tapi saat ini belum ada uangnya. Aku takut Adit kecewa.
"Dit maaf, kakak belum punya uang, karena kakak belum gajian , tapi kamu jangan khawatir kakak akan usahakan, kamu ngga usah mikirin itu ya, tugas kamu hanya belajar yang rajin agar bisa jadi orang yang sukses kelak". Nabila membelai rambut Aditya dengan lembut.
"Makasih ya kak, Adit janji Adit bakal rajin belajar biar kelak Adit bisa sukses dan bisa bahagiain kakak dan nenek. kalau begitu Adit mau menyelesaikan tugas sekolah dulu ya kak". Aditya tersenyum , Nabila mencium pucuk kepala Aditya penuh kasih sayang.
"Tunggu Dit, nenek sedang apa?"
"Nenek sedang tidur kak". Aditya menoleh ke arah kakaknya karena tadi aditya sudah hampir keluar dari kamar kakaknya.
Nabila kembali membuka buku-buku pelajarn sekolahnya dan mulai membacanya, saat Nabila sedang asyik membaca tiba-tiba Nabila di kagetkan dengan teriakan dan ketukan pintu yang sangat kencang dari depan rumahnya.
Pasti itu paman yang datang, Aduuh bagaimana ini , paman pasti mau minta uang , mana aku lagi ngga ada uang.huhh
"Bil..Nabil..buka pintunya cepat".Teriak pria paruh baya dari luar rumahnya
Nabila berlari dari kamarnya dan bergegas membukakan pintu.
"Ada apa paman?".Tanya nabila kepada pria paruh baya itu.
Dia adalah Johan paman Nabila yang sangat kejam dan jahat yang selalu meminta uang kepada Nabila dengan dalih untuk membayar hutang hutang orang tua Nabila terhadapnya.
"Apa kamu sudah menyiapkan uang nya untukku". Bentak Johan dengan pandangan tajam menatap Nabila.
"Aku belum punya uang paman, tolong lah paman kasih saya waktu". Nabila menunduk perasaannya sangat takut, tubuhnya mulai bergetar , Nabila sangat paham watak dan karekter pamannya yang bisa saja melayangkan pukulan kepadanya karena tidak memberinya uang. Nabila berusaha menyembunyikan rasa takut itu dari pamannya.
"Apa kamu bilang?, tidak ada uang nya?!!. Teriak Johan sambil menarik tangan nabila dan mencengkeram pergelangan tangan Nabila dengan sangat kuat.
"Lepaskan Paman ini sangat sakit". Nabila meringis menahan sakit, mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Johan.
"Tolong lepaskan tangan kakak paman". Aditya langsung keluar kamar ketika mendengar kegaduhan di luar rumahnya.
"Tidak akan aku lepaskan sebelum kakakmu ini memberiku uang".Johan tertawa jahat.
Aditya yang melihat kakaknya merintih kesakitan tidak tega dan langsung bersujud memohon kepada pamannya untuk melepaskan kakaknya.
"Adit mohon paman". Aditya memegangi kaki Johan dan terus memohon agar Johan melepaskan cengkeraman di tangan Nabila.
"Pergi kau anak ingusan". Johan mendorong Aditya hingga tersungkur jauh kedepan.
"Adit...!!" .Teriak Nabila tak kuasa menahan tangisnya, bulir bening yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya kini mengalir derasnya tanpa dikomando. Nabila hendak membangunkan Aditya namun Johan tak juga melepaskan cengkeramannya.
Nenek pun keluar dari kamarnya sambil menahan tangisnya, nenek sudah paham apa yang dilakukan Anak bungsunya itu, Dia selalu saja membuat Nabila dan Aditya menderita.
"Apa yang kamu lakukan Johan, Kamu terus saja menyakiti Nabila dan Aditya". teriak nenek sambil menahan tangisnya.
"Tua bangka apa yang akan kamu lakukan sekarang?, aku hanya minta uang jatah ku itu juga untuk melunasi hutang Tio padaku dulu", bentak Johan terhadap ibunya yang sudah renta itu.
"Paman tolong jangan kasar sama nenek, q janji aku akan usahakan cari uangnya." Nabila mengusap air mata yang membashi pipinya dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya masih dicengkeram kuat oleh Johan, bahkan mungkin sekarang pergelangan tangan Nabila sudah memar.
"Baik aku akan kasih kamu waktu 3 hari , kalo sampe 3 hari kamu tidak memberikan uang itu kepadaku , kamu tau sendiri akibatnya". bentak Johan sambil melemparkan dengan kasar tangan Nabila yang sedari tadi Ia cengkeram.
Nabila langsung memeluk Aditya dan nenek nya dengan air mata yang kembali tumpah membasahi pipi mulusnya.
"kamu tidak apa apa kan dit?, Nabila memegang pipi aditya dan menatapnya penuh kekhawatiran.
Aditya hanya menggeleng dan kembali memeluk erat kakaknya itu.
"Nenek tidak apa apa kan nek?". Nabila sangat cemas dengan kondisi nenek mengingat akhir-akhir ini nenek sering sakit-sakitan.
Nenek menggeleng dan kembali memeluk kedua cucunya. " Kalian berdua harus kuat jalani ini semua, jadikan ini semua cambuk buat kalian untuk hidup lebih baik lagi menata masa depan yang lebih baik". Nenek mencium pucuk kepala kedua cucunya itu dan kembali memeluknya erat.
-------------------
Keesokan harinya setelah pulang sekolah Nabila bergegas mengganti baju seragamnya dengan baju seregam kerjanya, Dia akan segera berangkat menuju tempat kerjanya.
"Nek Nabila pamit berangkat kerja dulu ya". Nabila mencium punggung tangan nenek dan mengembangkan senyum manisnya.
"Hati-Hati ya nak, kamu jangan ngebut ngebut bawa motornya". Nenek membelai rambut Nabila dengan lembut.
Nabila segera bergegas memacu motornya dengan kecepatan sedang, Namun ditengah perjalanan Nabila terjebak macet yang mengharuskan Dia berpanas panasan diatas motornya dengan perasaan khawatir karena dia sudah terlambat 30 menit.
Ditengah kemacetan ada sebuah mobil yang sejak tadi membunyikan klaksonnya berulang, spontan Nabila pun menoleh kearah belakang karena mobil itu tepat berada di belakang Nabila.
Nabila hanya menoleh sekilas saja dan memilih untuk tak menghiraukan nya karena memang keadaan sedang macet, dan motornya tak bisa bergerak sama sekali.
"Woyyy... Maju ..".Teriak seorang pemuda dari kemudi mobil tersebut.
Orang kaya memang suka seenaknya sendiri ya, sudah tau jalanan macet , mau maju gimana lagi, ini aja sudah susah buat gerak.huhh batin Nabila.
Dia adalah Rangga Pramudita anak dari seorang pengusaha kaya raya di kota Jakarta.
Perushaannya ada dimana-mana hampir di seluruh kota negeri ini .
Rangga masih Kuliah dan Dia pemuda yang sangat tampan , memiliki postur tubuh yang bisa dikatakan sempurna ,namun memiliki sifat angkuh.
Nabila menoleh sempat terpana dengan ketampanannya, namun dia mengernyitkan dahinya melihat pria di belakang kemudi itu yang terlihat sangat angkuh dan arogan.
"Dia ganteng banget tapi sayang dia terlihat sangat angkuh dan arogan".batin Nabila
Tak lama kemudian kemacetan pun mulai mengurai, kendaraan kendaraan terlihat mulai bergerak hingga akhirnya suatu insiden terjadi.
Rangga sangat tidak sabar melajukan mobilnya dengan sangat cepat dan tanpa sengaja menyerempet motor yang dikendarai Nabila.
Brruuuukkkk....
"Auuuuwwww....". Nabila terpental hingga kebahu jalan.
Sejenak Rangga menghentikan kemudinya, dan hendak turun dari mobil namun dia mengurungkan niat nya.
"Ah sudahlah, gue ngga mau repot ngurusin Dia", gumam Rangga dan kembali memacu mobilnya meninggalkan Nabila yang bersusah payah bangkit dari bahu jalan.
Beruntungnya Nabila hanya mengalami sedikit lecet- lecet di siku dan tangannya, akhirnya Nabila bangkit dan langsung mengendarai motornya kembali menuju restoran tempat kerjanya. tubuhnya sedikit bergetar dan lemas karena kejadian tadi namun dia segera menepis itu dan fokus memacu motornya agar bisa cepat sampai di restotan tempatnya bekerja.
Di Restoran
Matilah aku..!!, Pak manager sudah menyambutku di depan pintu restoran.
"Dari mana saja kamu?". Teriak seorang pria paruh baya yang sedari tadi berdiri di depan restoran dia sudah lama menunggu kedatangan Nabila.
Dia adalah Iwan manager restoran tempat Nabila bekerja.
"Maaf pak sa.. saya.. tadi terjebak macet ". Nabila menundukkan pandangannya.
"Terus kenapa dengan tangan kamu itu?". tanya Iwan sambil menunjuk luka lecet disiku dan tangan Nabila.
Eh perhatian juga dia rupanya.
"Tadi saya juga diserempet mobil pak".Jawab Nabila sambil menunduk.
"Ya sudah cepat obati luka kamu, terus langsung bekerja".sahut Iwan
"Baik Pak".
"uhhh Kenapa tadi lupa bawa jaket ya, mana luka nya perih banget lagi".gumam Nabila sambil meringis menahan perih ditangannya.
Nabila bergegas menuju loker nya menyimpan tas dan hp nya, kemudian berjalan kearah kotak P3K mengambil obat dan perban untuk membalut lukanya. setelah itu Ia langsung memulai pekerjaannya.
------------
Di Kediaman Rangga
Rangga tinggal dengan beberapa pelayan di rumahnya, dan 2 tukang kebun, 4 orang security . kedua orang tua Rangga sibuk bekerja mengurus beberapa perusahaan yang mereka kelola.
Keluarga nya merupakan keluarga yang terpandang dan sangat disegani, namun Rangga tidak pernah merasakan kasih sayang orang tuanya , Dia sejak kecil diurus oleh baby sitter dan para pelayannya. sehingga Rangga tumbuh menjadi sosok yang angkuh dan arogan, namun di balik sifat buruknya itu dia adalah sosok yang penyanyang. Sebenarnya Rangga juga mempunyai adik perempuan yang hanya beda 2 tahun dengannya yang kini sedang menempuh pendidikan di luar negeri.
"Den , aden mau bibik buatkan makan siang apa?" Tanya Bi Minah pembantu keluarga Pramudita yang sudah puluhan tahun bekerja disana.
"Apa saja Bik". Rangga menyandarkan punggungnya di kursi meja makan.
Aden itulah panggilan Bi Minah kepada Rangga, hanya Bi Minah yang boleh memanggilnya aden karena Bi Minah yang sudah mengurus Rangga dari kecil, dan memang Rangga yang memintanya Dia sudah menganggap Bi Minah seperti keluarga sendiri. Pelayan yang lainnya biasa memanggil Rangga dengan sebutan Tuan Muda.
"Bibik buatkan makan siang dulu untuk aden ya". Bi Minah pergi beranjak meninggalkan Rangga di meja makan.
"Tunggu Bik, Bibik sendiri sudah makan siang?, Bibik temenin Rangga makan ya". Rangga mengembangkan senyumnya.
"Ya sudah kalo begitu bibik tinggal sebentar ya den".
Rangga bersikap sangat sopan dan hormat kepada Bi Minah. Kadang Rangga sering meminta Bi Minah menemani nya makan atau mengobrol. Tapi sangat berbeda perlakuan Rangga kepada pelayan yang lain nya bahkan bisa di bilang acuh, dan suka semena-mena.
Rangga menunggu Bi Minah menyiapkan makan siangnya sambil memainkan ponselnya, sembari sesekali menatap langit-langit rumahnya. Entah apa yang ada di pikirannya hingga Ia sempat termenung bahkan senyum-senyum sendiri saat wajah gadis pengendara sepeda motor yang Ia serempet tempo hari melintas dipikirannya.
"Bagaimana keadaan cewe yang gue tabrak tadi ya". Gumam Rangga sembari melamun.
"Ahh sudah lah bukan urusan gue". Gumam Rangga sambil menggeleng cepat mencoba menghilangkan pikiran itu dari kepalanya.
"Tapi Dia Cantik juga". Rangga tersenyum membayangkan wajah gadis itu.
"Aaaarrrghhh...Kenapa gue jadi mikirin cewe itu". Rangga mengacak acak rambutnya berusaha menghilangkan wajah gadis itu dari pikirannya.
Bi Minah datang membawa makan siang untuk Rangga, dan meletakkan nya di meja makan di depan kursi yang di duduki Rangga. Sontak Rangga terperanjat kaget dan membuyarkan lamunannya.
--------
Keesokan harinya,
Di sekolah Nabila
Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang menghangatkan bumi , Para Siswa-siswi nampak bersemangat mengawali harinya, menyongsong masa depan dan harapan yang mereka impikan . Mereka nampak antusias menimba ilmu untuk bekal hidupnya kelak, bekal pedoman dan bekal tuntunan untuk menerapkannya dalam kehidupan mendatang.
Terlihat di sudut taman sekolah yang tak jauh dari ruang kelas, duduk termenung Nabila yang nampak murung. Rendy yang sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan mencoba mendekatinya.
"Haii Nabila, aku perhatikan dari tadi kamu melamun, apa yang kamu pikirkan?. Rendy duduk di samping Nabila.
Rendy adalah pria yang menyukai Nabila sejak lama, namun tidak pernah mendapat balasan atas perasaannya itu dari Nabila, Rendy anak yang sangat baik dan sering membantu Nabila. mereka berteman sejak masih duduk di bangku kelas 1 SMA.
tak heran Rendy menaruh hati kepada Nabila gadis cantik yang mandiri itu.
" Eh kamu Ren, aku kirain siapa".Nabila tersentak dari lamunannya.
"Kamu kenapa?, kalo kamu ada masalah ceritalah" . Rendy menatap dalam mata Nabila penuh makna.
"Tidak Ren, aku hanya sedikit kecapean saja".
"Rendy sudah terlalu sering membantuku, aku tidak boleh merepotkan nya lagi". gumam Nabila lirih
"Apa kamu bilang barusan, Bil?".tanya Rendy yang mendengar tak jelas apa yang diucupkan Nabila
"Tidak ada Ren, kalo begitu q balik ke kelas dulu ya, bye". Nabila berjalan menuju ruang kelas dan meninggalkan Rendy.
Rendy terus menatap dalam Nabila yang meninggalkan nya memasuki ruang kelas.
"Bil dari mana saja kamu, kita dari tadi nyariin kamu". Tanya Lisa kepada Nabila yang baru saja duduk dibangkunya
"Iya bil , kenapa tadi kamu tidak ke kantin bil?". Maya menimpali.
"Aku tadi dari taman".Jawab Nabila singkat
Lisa dan Maya adalah sahabat Nabila , mereka bertiga bersahabat dari kelas 1 SMA.
"Bil, kamu kenapa?, kamu lagi ada masalah ya?". Lisa merangkul pundak Nabila
"Kamu cerita aja bil kalo lagi ada masalah, siapa tau kita bisa bantu". sahut Maya sambil memegang tangan Nabila.
"Aku tidak apa-apa ". Nabila tersenyum menatap kedua sahabatnya.
"Kalian sahabat sahabat ku yang baik, aku tidak akan merepotkan kalian terus menerus". gumam Nabila dalam hati.
Bel Berbunyi dan seorang guru memasuki ruang kelas, Lisa dan Maya kembali ketempat duduk mereka masing masing.
mereka pun mengikuti pelajaran dengan baik hingga akhirnya bel pulang pun berbunyi.
Anak anak mulai berhamburan keluar dari ruang kelas menuju parkiran sekolah, ada juga yang menuju kantin, atau hanya mampir sebentar ke perpustakaan.
Ada senyum atau tawa kegembiraan di wajah mereka yang sedari pagi berjibaku menuntut ilmu.
---------
Di parkiran sekolah
"Nabil...". teriak Rendy sambil melajukan pelan motor Ninja nya menghampiri Nabila dan teman temannya yang sedang berjalan menuju parkiran.
"Ada apa Ren?".Nabila menghentikan langkahnya.
"kita pulang bareng ya, aku antar kamu sampe rumah".
"Udah iyain aja". Sahut Maya sambil menyenggol pelan bahu Nabila.
"Iya bil, aku sama Maya juga mau ada urusan sebentar mampir kerumah kakakku". tutur Lisa
Lisa dan Maya memang sangat mendukung Rendy untuk mendekati Nabila, Karena Lisa dan Maya yakin Rendy adalah orang yang tepat untuk menjaga dan Melindungi Nabila dari pamannya.
Lisa berpura pura ada urusan agar Rendy bisa mengantar Nabila pulang.
"Gimana Bil?." tanya Rendy sambil menatap Nabila
"Baik kalau begitu, sebentar aku ambil motor ku dulu" .Nabila tersenyum.
"Aku balik duluan ya Lis, May ". Nabila melambaikan tangan kearah Lisa dan Maya.
Rendy pun membunyikan klakson sambil menganggukkan kepala nya menatap Lisa dan Maya kemudian pergi meninggalkan mereka.
Rendy dan Nabila melajukan motornya beriringan dengan kecepatan pelan, sambil sesekali mengobrol.
Tak terasa perjalanan mereka begitu singkat dan kini telah tiba di rumah sederhana Nabila.
Di rumah Nabila
"Ren, thanks ya udah mau nganterin aku sampe rumah ".
"Aku yang harus nya berterima kasih karena kamu udah mau aku anterin". Rendy mengulum senyum.
"Ya sudah aku masuk dulu ya, sebentar lagi juga aku harus berangkat kerja". Nabila membalas senyuman Rendy.
"Ya sudah kalau begitu, kamu masuk gih ". Rendy menunggu Nabila hingga benar-benar Nabila masuk rumah.
"oke, bye". Nabila berlalu meninggalkan Rendy yang masih mematung ditempatnya berdiri.
Nabila pun membuka Jaket yang Ia kenakan kemudian menentengnya dengan tangan kanannya.
Tiba-tiba Rendy langsung menarik tangan Nabila.
"Nabil , kenapa tangan mu". Rendy memegang dan memperhatikan luka lecet lecet di siku dan tangan Nabila.
"A...Aku tidak apa-apa Ren, ini cuma lecet biasa saja, nanti juga sembuh".
"Ayo kita kerumah sakit, aku takut kamu kenapa-kenapa", tutur Rendy sambil memegang pipi Nabila dan menatap wajah Nabila penuh kecemasan.
"Ren, aku tidak apa-apa kamu ngga usah khawatir".Nabila mengulum senyumnya.
"Apa yang terjadi Bil, sampe tanganmu seperti ini", Tanya Rendi cemas.
"Aku hanya terjatuh dari motor saja Ren, bukan masalah besar". Nabila meyakinkan Rendy.
"Ijinkan aku mengantarmu kerestoran ya, aku takut terjadi apa-apa sama kamu". Rendy memohon.
" Tapi Ren..". Sahut Nabila
"ssssssttt", Rendy menutup mulut Nabila dengan telunjuknya.
Belum sempat Nabila melanjutkan kata kata nya Rendi sudah memotongnya dan menutup mulut Nabila dengan telunjuknya.
"Ya sudah , aku ganti baju dulu, kamu masuk saja tunggu di dalam". Nabila dan Rendy berjalan beriringan memasuki rumah Nabila.
Rendi pun Masuk ke rumah Nabila, dan mengucapkan salam, tak lupa mencium punggung tangan nenek yang sedang duduk di ruang tamu.
"Assalamualaikum nek". Rendy memberi salam
"Walaikumsalam nak Rendy". Jawab Nenek.
"Nenek apa kabar?". Rendy memang sangat akrab dengan nenek dan Aditya adik semata wayang Nabila, Karena Rendy sering berkunjung kerumah Nabila.
"Alhamdulilah nenek sehat, nak Rendy bagaimana?.Jawab Nenek.
"Baik juga nek, oiya nek aditya kemana?, qo ga kelihatan". Rendy mencari-cari keberadaan Aditya.
"Adit, masih kerja kelompok di rumah temannya Ren, tadi dia sms aku". sahut Nabila yang baru keluar dari kamar mengganti bajunya.
" Oo begitu ya".Rendy manggut manggut kan kepalanya.
"Ren kita makan siang dulu ya, tadi pagi aku masak banyak",.Ajak Nabila kepada Rendy
"Baiklah".
Selesai makan Nabila dan Rendy pun bergegas berangkat menuju restoran tempat Nabila bekerja. tak lupa pamit kepada nenek terlebih dahulu.
Mereka pergi berboncengan menggunakan motor Rendy, karena Rendy yang memintanya.
Di Restoran
"Makasi ya Ren, aku masuk dulu ya, kamu hati-hati jangan ngebut".Nabila menyerahkan helm kepada Rendy.
"okey, nanti pulang nya aku jemput ya". tutur Rendy.
"Baiklah". Sahut Nabila.
-----------
Di kampus
"Bro kenapa melamun". Teriak Alan sambil menepuk punggung Rangga.
"Sialan Lo, ngagetin gue aja". Rangga memukul kepala Alan dengan buku yang sedari tadi digulungnya sambil melamun.
"Aduuuh". Alan sambil memegangi kepalanya.
"Kenapa Lo melamun , Lo nglamun jorok ya bro?". Alan terkekeh dan duduk disamping Rangga.
"Pala lo tuh jorok". Rangga menendang kaki Alan.
"Terus kenapa lo melamun Bro, ati-ati loh nanti kesurupan. Bhahahaha".Jawab Alan ngasal.
"Gue cuma inget kejadian kemarin, gue ga sengaja nyerempet cewe bro".
"Apa?!!, terus gimana cewenya cantik ga ?". Alan penasaran.
"Cantik ".Jawab Rangga singkat.
"Lo minta nomer ponselnya ga bro?". Alan makin penasaran sambil memajukan wajahnya mendekati Wajah Rangga.
"Boro-Boro nomer ponsel, gue tolongin juga ga tuh cewe".Jawab Rangga sambil mendorong Wajah Alan hingga Alan terpental.
"Wah.., parah banget lo bro". Alan berdiri dan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Gue ga mau ribet ngurusin tuh cewe bro", Jawab Rangga seraya pergi meninggalkan Alan.
"Terus cewe itu gimana kondisinya bro?". Tanya Alan sambil berlari kecil mensejajarkan tubuhnya dengan Rangga yang berjalan cepat.
Rannga hanya mengangkat bahunya, kemudian berlalu meninggalkan Alan yang masih terbengong.
----------------
Waktu bergulir dengan cepat, sinar mentari pagi sudah siap menyambut siswa-siswi di sekolah ini. mengobarkan semangat belajarnya.
"Bil, Aku minta no Rekening kamu dong". Rendy menepuk pelan punggung Nabila yang sedang duduk termenung di depan kelas.
"Maksud kamu apa Ren?, Tanya Nabila membelalakan matanya tetkejut mendengar ucapan Rendy.
"Aku ingin sekali membantu mu Bil", sahut Rendy seraya menatap dalam mata Nabila.
"Aku ga ngerti maksud kamu Ren?. Tanya Nabila.
#Flashback ON
Kemarin ketika Rendy hendak menjemput Nabila Rendy tanpa sengaja mendengar percakapan Nabila dengan Iwan Manager restoran tempat Nabila bekerja di Area parkir saat Rendy hendak memarkirkan motornya.
"Pak , maaf apakah boleh saya minta gaji saya sekarang karena saya betul-betul butuh uang". Tanya Nabila sambil menundukkan kepalanya.
"Apa kamu bilang minta gajimu dibayar sekarang?, kamu saja kerja sering terlambat". Sahut Iwan.
"Tapi aku bener - bener lagi butuh uang pak", Nabila memohon.
"Tidak., tidak bisa..!!" sahut Iwan ketus sambil berlalu meninggalkan Nabila.
Nabila pun menitikan Air matanya, dan segera menghapusnya khawatir ada yang melihatnya.Tak lama Rendy pun datang menghampiri Nabila.
#Flashback Off
" Tapi maaf Ren, aku tidak bisa menerimanya, kamu terlalu sering membantuku".Jawab Nabila.
" Nabil, aku sangat senang bisa membantumu jadi tolong biarkan aku membantumu". Rendy menatap dalam wajah Nabila.
Didalam pikiran Nabila berkecamuk antara menolak atau menerima bantuan Rendy, di satu sisi dia sangat takut pamannya akan menyiksa nya jika Ia tidak memberikan uang kepadanya, mengingat besok adalah hari terakhir paman memberinya waktu.Di sisi lain Ia tidak enak terhadap Rendy karena Nabila sangat sering merepotkan Rendy.
Setelah menimbang nimbang baik buruknya, akhirnya Nabila pun menerima bantuan Rendy.
"Bil, Nabila ...bagaimana?", tanya Rendy sambil melambaikan tangan kedepan wajah Nabila yang kembali termenung.
"Baiklah Ren, Aku akan sms no rekeningku tapi ijinkan aku menggantinya jika aku sudah memiliki uang".Jawab Nabila.
"Tidak usah kamu pikirkan masalah itu Bil, yang penting masalah kamu terselesaikan", tutur Rendy sambil mengulum senyum.
-----------
Keesokan harinya
Di rumah Nabila
Tok tok tok....
"Nabila..., buka pintunya cepat...!!", Teriak Johan sambil mengetuk pintu dengan sangat keras.
"Itu pasti paman".
"Iya sebentar paman", sahut Nabila sambil membukakan pintu.
Nabila tahu kalau yang datang adalah pamannya untuk menagih uang yang biasa Dia terima setiap bulan, dan tidak ada lagi orang selain pamannya yang selalu mengetuk pintu dengan keras sambil berteriak.
" Mana uang nya , kamu sudah janji akan memberikan uangnya hari ini, cepat berikan sekarang..!!" .Bentak Johan.
" Ini paman uangnya, Nabila harap paman tidak akan pernah menganggu Nabila, aditya dan juga nenek lagi". Nabila memberikan uang nya kepada Johan.
"Bagus, tapi setiap bulan aku akan tetap kesini untuk meminta uang mu, untuk membayar hutang Tio padaku". Johan mengambil uang ditangan Nabila dengan kasar sambil tertawa penuh kemenangan.
"Kamu tidak apa-apa Nak?". Nenek baru saja keluar dari kamarnya.
"Tidak nek, aku tidak apa-apa". Nabila menuntun nenek untuk duduk di ruang tamu.
"Assalamualaikum ". Memberi salam.
"Walaikumsalam dit, kamu baru pulang?", Tanya Nabila.
"Iya kak tadi Adit ada eskul di sekolah". Aditya mencium punggung tangan nenek dan Nabila.
"Ya sudah cepat ganti bajumu, dan makan siang dulu, kakak mau berangkat kerja sekarang". Nabila mengambil tas dan jaketnya yang Ia letakkan di atas nakas di sudut kamarnya.
"Nek aku pamit kerja dulu ya, nenek hati-hati dirumah, sebaiknya nenek banyak istirahat". Nabila mencium punggung tangan nenek.
"Iya nenek akan istirahat di kamar, kamu hati-hati di jalan". Nenek membelai lembut rambut indah Nabila yang sudah terikat rapi dan memakai jepitan mutiara di salah satu sisi sampingnya.
"Aduuh hampir saja lupa". Nabila menepuk keningnya pelan.
"Oiya dit, kemarilah". Nabila berjalan menuju kamar Aditya.
"Ada apa kak"?. Tanya adit heran.
"Ini uang bulanan sekolah kamu dit, besok segera kamu lunasi tunggakannya ya". Nabila mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dari dalam dompetnya.
"Makasi ya kak". Adit memeluk Nabila.
"Iya dit, kamu belajar yang Rajin ya biar kelak bisa jadi orang sukses". Nabila membelai rambut Aditya.
"Iya kak, Adit janji akan belajar dengan sungguh-sungguh biar Adit bisa jadi orang sukses dan bisa bahagiain kakak dan nenek". Aditya tersenyum optimis.
"Ya sudah kakak berangkat kerja dulu ya, kamu hati-hati dirumah, jaga nenek juga". Nabila berjalan menuju motornya yang terparkir di sudut halaman rumahnya.
Nabila memacu motornya dengan kecepatan sedang, tak lupa Ia memakai Jaketnya sebagai pelindung kulit putihnya itu dari sengatan matahari yang sedang terik.
Nabila menyusuri jalanan ibu kota yang terlihat ramai , di jam-jam makan siang seperti ini memang banyak lalu lalang kendaraan yang memadati jalanan ibu kota. bahkan sesekali terdengar teriakan, dan makian dari segelintir pengendara yang tidak sabar untuk segera sampai di tempat tujuan.
Tapi itu semua tak menyurutkan semangat Nabila untuk bekerja ,mengumpulkan sedikit demi sedikit uang guna menyambung hidup nya dan keluarganya.
Di Restoran
Semua pegawai restoran tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing, karena banyak nya pengunjung di jam-jam makan siang ditambah lagi akan kedatangan anak dari pemilik restoran itu yang terkenal angkuh dan arogan. Semua karyawan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin, agar tidak terjadi kesalahan atau kekacauan sedikitpun.
Rangga Pramudita telah sampai di restoran dan bergegas memasuki Restoran , Dia lah anak dari pemilik restoran itu.
Rangga sangat sering mengunjungi restoran itu karena menurutnya restoran itu menjadi salah satu restoran favoritnya dari sekian banyak restoran milik keluarganya.
Selain karena semua menu yang memiliki cita rasa yang pas dilidahnya juga karena desain interior yang klasik namun terlihat modern membuat nya nyaman, ditambah lagi pemandangan yang apik di sekeliling restoran menjadi salah satu nilai tambah restoran ini.
Sebenarnya Rangga masih enggan ikut mengurus perusahaan atau beberapa bisnis lainnya milik keluarganya, maka dari itu Tuan besar Angga Pramudita belum sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada Rangga untuk mengurus perusahaan atau bisnis lainnya.
Rangga hanya sesekali saja membantu Ayahnya mengurus puluhan perusaahan dan bisnisnya itu.
Dan saat ini Rangga di minta Ayahnya untuk mengurus dan memantau bisnis milik keluarganya yang bergerak di bidang kuliner, termasuk salah satunya restoran favoritnya nya tersebut.
"Selamat siang Tuan muda", Sambut Iwan selaku manager sambil membungkukkan badannya memberi hormat.
Begitu juga karyawan lain memberi hormat kepada Rangga. Namun Rangga tak pernah menghiraukan mereka, Ia terus saja berjalan menuju ruangan khusus keluarga Pramudita.
ruangan VVIP yang hanya boleh dimasuki oleh keluarga Pramudita. Iwan pun bergegas mengikutinya dari belakang.
" Aku ingin makan siang disini, tolong sajikan menu kesukaanku secepatnya..!! ". Perintah Rangga kepada Iwan penuh penekanan.
" Baik tuan muda, Aku akan segera meyiapkannya ".Jawab Iwan sambil membungkukkan badannya.
Tak berapa Lama makanan yang sudah dipesan Rangga pun telah tersaji didepan meja. Ia pun ingin segera menyantapnya namun Ia merasa sangat terganggu dengan berdirinya Iwan diruangannya.
" Ngapain kamu masih disini?, cepat keluarr..!!!".Teriak Rangga sambil menunjuk pintu keluar.
" Ba..Baik Tuan muda ". Iwan segera bergegas keluar dari ruangan Rangga.
Setelah selesai makan Rangga hendak keluar dari ruangan itu, Namun Dia dikejutkan oleh salah satu karyawan yang menabrak dirinya dengan membawa nampan dan segelas minuman di atasnya, karyawan itu tak lain adalah Nabila.
tumpahlah minuman yang dibawa karyawan itu membasahi kemeja dan Jas yang Rangga kenakan.
" Heiii kau...!!!". Teriak Rangga hingga membuat Nqbila gemetar dan tak berani menatap Rangga.
" Apa yang kau lakukan bodoh!!". Umpat Rangga memarahi Nabila itu habis-habisan.
" Ma...Maaf tuan Muda sa..saya tidak sengaja". Jawab Nabila terbata-bata sambil menunduk ketakutan.
"Kau Lihat bajuku ini jadi kotor karena ulahmu". Teriak Rangga sambil memegang dagu Nabila dan mendongakkannya keatas untuk menatap bajunya yang kotor.
" Sa..saya minta maaf tuan ".Mata Nabila berkaca-kaca.
" elo.?". Rangga terkejut saat menatap wajah Nabila karena Dia mengingat wajah itu, cewe yang waktu itu dia serempet.
Nabila pun terkejut setelah menatap wajah Rangga.
"Jadi cowo yang waktu itu adalah anak pemilik restoran ini". gumam Nabila.
" Lo ikut ke ruangan gue sekarang ".
Nabila yang masih syok dengan kejadian ini Dia hanya terdiam mematung, tanpa mengindahkan perintah Rangga.
" Haii nona, kamu budeg ya??!!, cepat ikut ke ruangan gue sekarang..!! . Bentak Rangga sambil menarik tangan Nabila dengan kasar.
" Aaaawww, sakit tuan, saya mohon lepasin saya tuan ". Nabila meringis menahan sakit di pergelangan tangannya.
Tidak bisakah dia bersikap lembut kepada perempuan. huhh Nabila menhembuskan nafasnya kasar.
Rangga lalu melepaskan tangan Nabila, Namun Rangga kaget melihat lecet-lecet di siku dan tangan nabila yang terlihat belum mengering.
" Tangan lo kenapa? ". Rangga pura-pura tidak tahu.
" Diserempet mobil tuan ".Jawab Nabila sambil menunduk.
Nabila ingin sekali menampar Rangga karena Dia telah menyerempet nya waktu itu dan meninggalkannya begitu saja, Namun Nabila sadar Dia bos nya , Nabila tidak mau kehilangan pekerjaan sumber penghasilan keluarganya.
" Coba sini gue lihat ".Rangga memegang tangan Nabila dan melihat luka lecetnya.
" Ayo ikut gue ke rumah sakit ". Rangga menarik tangan Nabila membawanya keluar dari restoran.
" Tu..Tuan muda mau bawa dia kemana ". Iwan terheran heran saat melihat mereka hendak masuk mobil.
Rangga tak mengindahkan pertanyaan Iwan , Ia bergegas memacu mobilnya menuju rumah sakit.
Dalam perjalanan mereka hanya terdiam dengan pikirannya masing-masing, Rangga sesekali mencuri curi pandang ke arah Nabila.
"Cantik juga nih cewe". Gumam Rangga
"Kalau saja Dia bukan bos ku sudah kutampar muka Dia yang suka semena mena itu". gumam Nabila dalam hati.
" Sudah sampai, ayo turun ". Rangga tetep dengan nada angkuhnya.
Nabila pun turun dari mobil dan berjalan menuju receptionist, Namun saat itu juga mata Nabila terbelalak saat Rangga kembali menarik tangan Dia dan membawanya langsung ke ruangan dokter.
Sahabat Papanya Rangga adalah seorang dokter sekaligus pemilik Rumah sakit itu, jadi Dia tidak perlu repot-repot mengantri seperti yang lain.Dia hanya tinggal menelfon saja dan langsung bisa masuk ruangan dokter tersebut.
"Selamat sore Rangga, apa ada yang bisa om bantu". Sapa Dokter Roby sahabat dekat papanya Rangga dengan ramah.
" Selamat sore om, tolong periksa temennya Rangga, kemarin habis jatuh dari motornya ". Jawab Rangga.
"Apa?, Jatuh dari motor katanya bukan nya Dia yang menyerempetku dengan mobil mewahnya itu, ishhh ngga habis pikir aku sama cowok kaya gini ".
" Baik akan om periksa dulu ya, silahkan baring ditempat tidur ". Dr. Roby mempersilahkan Nabila untuk berbaring.
" Apa ada keluhan lain selain luka lecet-lecet ini?". tanya Dr.Roby.
" Tidak ada dok, hanya luka ini saja ". Jawab Nabila.
" Baik kalau begitu akan aku resepkan obat anti nyeri saja ya, sama salep untuk lukanya agar cepat sembuh dan bekas nya hilang ". tutur Dr.Roby sambil menuliskan resepnya.
" Terimakasih om " . Rangga menjabat tangan Dr.Roby.
" Terimakasih Dok ". Nabila menjabat tangan Dr.Roby.
" Ini cewe kamu ngga?, pinter juga kamu pilih cewe ya ". bisik Dr.Roby kepada Rangga sambil terkekeh.
Rangga hanya mengulum senyum dan melambaikan tangan seraya meninggalkan ruangan Dr.Roby.
Setelah menebus resep , mereka langsung bergegas menaiki mobil dan meninggalkan rumah sakit.
" Lo gue antar pulang ya, dimana rumah lo ". Rangga menoleh ke arah Nabila yang sedang manatap arah luar kaca mobil.
" Ngga usah tuan, sebaiknya saya balik ke restoran saja ". tutur Nabila
" Jangan membantah", bentak Rangga penuh penekanan.
" Tapi tuan motor saya ada direstoran ". Jawab Nabila dengan nada sedikit bergetar.
" Biar nanti gue suruh orang buat antar ke rumah lo".
" Ya sudah terserah tuan saja ". Jawab Nabila.
" Menolak pun tidak bisa, mau bagaimana lagi". batin Nabila
Di rumah Nabila
" Ini rumah lo ". Rangga menatap wajah Nabila.
" Iya tuan, Mari masuk dulu ". Jawab Nabila
" Lain kali saja, gue masih banyak urusan ".
" Ya sudah terimakasih tuan sudah mau mengantarku, tuan hati-hati dijalan ". Nabila membungkukkan badannya memberi hormat.
" Okay ". Jawab Rannga.
Setelah mobil Rangga berlalu dari rumahnya Nabila segera mengambil ponsel didalam tasnya yang tiba-tiba bunyi.
" Hallo Ren, ada apa?, tanya Nabila menjawab telfon Rendy
" Kamu sudah pulang kerja? ", tanya Rendy
" Sudah Ren ", Jawab Nabila
Tak terasa mereka berbincang-bincang ngalor ngidul sesekali diselingi gelak tawa mereka, sampai-sampai Nabila tidak sadar di belakang nya ada Rangga yang tiba-tiba kembali lagi ke rumahnya.
" Telfon dari siapa? ". tanya Rangga mengejutkan Nabila
Nabila pun terbelalak kaget melihat Rangga yang berdiri di belakangnya, dan hampir saja Nabila menjatuhkan ponsel yang dipegangnya.
" Loh kok tuan balik lagi?, ada apa? ". tanya Nabila bingung.
" Gue cuma mau ngasih ini, obat sama salepnya tadi tertinggal ". Jawab Rangga.
" Ohh begitu, terimakasih tuan ". Nabila menerima kantong kresek yang diberikan Rangga.
" Gue minta nomer ponsel lo , tolong save di hp gue ". Rangga memberikan hp nya kepada Nabila.
" Baik tuan ". Nabila memasukkan nomer ponselnya di hp Rangga.
" Gue cabut dulu ". Rangga bergegas meninggalkan Nabila.
Nabila kembali melanjutkan percakapannya dengan Rendy di ponselnya.
Di kediaman Rangga
" Kenapa dari tadi gue terus kepikiran cewe itu". Gumam Rangga.
" Arrghh..". Rangga berusaha menghilangkan pikiran Nabila dari ingatannya.
Rangga pun mencoba menghubungi ponsel Nabila, Namun sudah berkali kali mencoba tidak kunjung ada jawaban.
Saat telfon yang terakhir , Diangkat oleh Nabila dan hati Rangga mulai berdegup kencang.
" Hallo, ini Siapa ya? ". tanya Nabila diujung telefon.
" Gue Rangga Pramudita, bagaimana kondisi lo?, dan apakah motor lo sudah sampai?, tadi gue udah suruh orang buat antar motor lo ". Tanya Rangga.
" oo.. tuan muda maaf tadi saya baru selesai makan malam, saya sudah baik baik saja tuan dan motor saya juga sudah sampai ". Jawab Nabila.
" Bagus lah kalo begitu ". tutur Rangga
"Maaf tuan muda saya harusmengerjakan tugas sekolahku ". Nabila mencoba mengakhiri obrolannya.
" Heii, Lancang sekali lo mau menutup telfonnya begitu saja, Lo lupa lagi bicara dengan siapa? ", Tutur Rangga dengan Nada sedikit keras.
" Memang nya dia siapa, selalu saja membentak dan memaksaku ".Gumam Nabila dalam hati.
" Hallo..Hallo .". teriak Rangga diujung telfon.
" Iya hallo tuan ". Jawab Nabila lirih.
" Lo ga dengerin ya apa yang gue bilang dari tadi ". Tanya Rangga dengan nada sedikit tinggi.
" Saya mendengarnya tuan, hanya saja saya betul-betul harus mengerjakan tugas sekolahku sekarang ", Tutur Nabila.
" Terserah Lo saja deh, dasar keras kepala ". umpat Rangga dan segera memutuskan sambungan telfonnya.
" *D*iihh, ini orang emang aneh, bisanya cuma marah-marah saja" . Gumam Nabila seraya menuju meja belajarnya.
Nabila mengerjakan tugasnya hingga larut malam, hingga rasa kantuk pun sudah tak tertahankan, Ia segera merebahkan tubuhnya diatas kasurnya dan menarik selimutnya.
------
Nabila selalu bangun pagi, 04.30 Ia bangun dan segera menyambar handuk lalu memasuki kamar mandi, setelah itu Ia mengerjakan sholat subuh, Nabila selalu berusaha untuk tidak pernah meninggalkan kewajibannya pada Sang Pencipta nya.
Setelah selesai sholat dan berdoa, Ia bergegas menuju dapur untuk memasak, dan menyiapkan sarapan.
Tak Lama kemudian, Nenek dan aditya keluar dari kamarnya masing-masing dan bersiap untuk sarapan menuju meja makan , nenek duduk di samping Nabila dan Aditya duduk di depan Nabila.
" Adit, bagaimana dengan sekolahmu? ", Nabila memasukan suapan makanan kedalam mulutnya.
" Sekolah Adit lancar saja kak, tidak ada masalah apapun, Adit lagi fokus belajar saja kan sebentar lagi ujian kak ". Jawab adit
" Iya kamu belajar yang rajin ya ". tutur Nabila sambil mengulum senyum.
" Kalian berdua harus belajar yang rajin, nenek yakin suatu saat kalian bisa menjadi orang yang sukses ". Nenek sambil membelai rambut kedua cucunya.
Setelah selesai sarapan Nabila dan Aditya berpamitan kepada nenek, sambil mencium punggung tangan nenek.
Nabila dan Aditya pergi berboncengan naik motor, setelah sampai di sekolah Aditya turun dan berpamitan pada Nabila sambil mencium punggung tangan Nabila.
" Adit masuk dulu ya kak, kakak hati-hati ". Aditya mencium punggung tangan Nabila.
" Iya adik ku yang manis, sudah sana masuk ". Jawab Nabila sambil menarik pelan hidung aditya.
Nabila kembali melajukan motornya menuju sekolahnya, dan segera memarkirkan motornya sesampainya di sekolah.
" Nabil..!! " .Teriak Lisa dan Maya memanggil Nabila.
" Hai kalian, sudah dari tadi nyampe? ". Tanya Nabila sambil berlari memghampiri Lisa dan Maya yang tengah duduk di depan kelas.
" Iya dong, aku ngga mau telat Bil, kamu kan tau jam pertama pelajaran siapa? " Tutur Maya.
" haahaa.." Nabila terkekeh , mengingat jam
pertama adalah pelajaran Pak Bimo Guru Matematika yang mendapat julukan guru killer di sekolahnya itu.
" Ayo masuk, itu Dia sudah datang ".Tutur Lisa sambil menarik tangan kedua sahabatnya memasuki ruang kelas.
Nabila dan Maya pun terbelalak dengan kedatangan Pak Bimo yang hendak memasuki ruang kelas, mereka pun segera berlari memasuki kelas dan segera duduk di bangkunya masing-masing.
---------
Di Kediaman Rangga
Terlihat Rangga sedang sarapan dengan kedua orang tuanya, moment yang jarang terjadi , biasanya Rangga hanya sarapan sendiri di meja makan karena kesibukan kedua orang tuanya, Nyonya Rani Pramudita juga merupakan bisnis woman yang cukup sukses, beliau membantu suaminya Tuan besar Angga Pramudita untuk mengelola beberapa perusahaan miliknya.
" Rangga, Papa dengar dari om Roby kemarin kamu ke rumah sakit mengantar seorang wanita, siapa dia ngga? ". Tanya Tuan Angga sambil memandang wajah Rangga.
Rangga hanya terdiam, tak menghiraukan ucapan papanya.
" Betul kah itu ngga? ". Tanya Nyonya Rani penasaran.
Rangga pun kembali tak menghiraukan orang tuanya, dan memilih untuk langsung berangkat ke kampus sambil menarik tas yang Ia letakkan diatas meja makan.
" Rangga..., Apa kamu tidak dengar apa yang papa katakan?!! ". teriak Tuan Angga kepada Rangga.
Rangga yang mendengarnya sontak membelalakkan matanya dan menghentikan langkahnya.
" Bukan urusan papa" . Rangga menoleh kebelakang menatap Tuan besar Angga Pramudita.
" Rangga..",.Tuan Angga hendak bangkit dari kursinya dan mengejar putranya namun Nyonya Rani menahan nya.
" Sudah lah pa, jangan terlalu keras sama Rangga ". Nyonya Rani menenangkan suaminya.
Rangga pun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
" Bisa-bisanya mereka ikut campur urusan gue bukan kah mereka tidak peduli sama gue hanya bisnisnya saja yang mereka urus sampai-sampai lupa mengurus anak sendiri ", Tutur Rangga Kesal sambil memukul setir mobilnya.
Tiba-tiba Rangga mengingat Nabila
" Sedang apa dia sekarang? ", gumam Rangga sambil membayangkan wajah Nabila.
" Dasar bodoh, Namanya saja gue tidak tahu ". umpat Rangga merutuki kebodohannya.
Di Kampus
" Rangga..Dari mana saja lo ngaa? ". Tanya Alan sambil menghampiri Rangga dan mensejajarkan dirinya dengan Rangga yang berjalan menuju kelas.
" Dari Rumah lah, terus dari mana lagi? ". Jawab Rangga
" Bukan itu maksud gue ngga, gue dari tadi malam nelfonin lo tapi ga lo angkat".
" Gue males ngangkat telfon lo, pasti lo cuma mau curhat cewe-cewe lo itu kan ". Jawab Rangga
" Hahaha, Tau aja lo bro..". sahut Alan terkekeh.
" Udah kaya ABG labil tau ga lo ". Rangga mendorong kening Alan dengan telunjuknya.
" Hahahaha ". Alan hanya terkekeh.
" Trus gimana sama cewe yang waktu itu lo srempet bro?, gue sih yakin lo suka sama dia ". Tanya Alan penasaran.
" Sok tau lo ", Jawab Rangga sambil pergi meninggalkan Alan.
-------
Di rumah Nabila
Sepulang sekolah Nabila segera bergegas pulang karena Dia juga harus bekerja, Namun betapa kagetnya saat Dia melihat neneknya tergeletak di lantai.
" Assalamualikum nek, Nabila pulang ". Tutur Nabila sambil membuka pintu.
Namun tidak ada jawaban dari neneknya, Nabila langsung mencari keberadaan neneknya , mata Nabila terbelalak saat Dia melihat nenek tergeletak di lantai.
" Astagfirlohhaladzim, nenek ! ". Teriak Nabila sambil memeluk neneknya. Air mata Nabila pun berderai membasahi pipinya.
" Nek..nenek..bangun nek, nenek kenapa? ", Isak Nabila sambil memeluk nenek.
Nabila pun langsung membawa nenek ke rumah sakit, terlebih dulu Ia memesan taksi online tak berapa lama taksi pun datang , Nabila segera bergegas mengangkat nenek kedalam taksi dengan dibantu supir taksi tersebut.
Di rumah sakit
" Dok bagaimana kondisi nenek saya ". Tanya Nabila cemas.
" Untuk saat ini kondisinya sudah mulai membaik, beliau sudah sadar, itu hanya karena kelelahan saja mengingat umurnya yang sudah 70th jadi harus banyak istirahat ". Jawab dokter.
" Syukurlah kalau begitu, apakah saya bisa menemani nenek sekarang dok? ", tanya Nabila.
" Tentu saja, silahkan ". Sahut dokter.
Tak Berapa lama Aditya datang bersama Rendy.
" Hallo Kak, Kak Nabila dimana ".Tanya Aditya di ujung telfon.
" Kakak di ruang IGD, kamu tunggu saja di depan ruang IGD nanti kakak kesitu ". Nabila kemudian memutus telfonnya.
" Bagaimana dit? ". Tanya Rendy
" Kita disuruh nunggu disini saja kak nanti kak Nabil keluar ".
" Baiklah ". Jawab Rendy sambil duduk di kursi yang ada di depan Ruang IGD.
" Dit ..!! ".Panggil Nabila kepada Aditya.
" Bagaimana kondisi nenek kak, tanya Aditya sambil mencium punggung tangan Nabila ".
" Alhamdulillah Nenek sudah baik-baik saja dit, sekarang lagi istirahat ".
" Loh Ren, kamu kok bisa ada disini? ". Nabila menghampiri Rendy yang sedang duduk di ruang tunggu di depan ruang IGD dan duduk di kursi sebelah Rendy.
" Tadi Aku tidak sengaja ketemu aditya di jalan , aku lihat wajah Adit sangat cemas, pas aku tanya katanya nenek masuk rumah sakit". Jawab Rendy.
" Oo..begitu ". Tutur Nabila manggut-manggut.
" Kalian pasti belum makan siang kan?, biar aku beli makanan dulu untuk kalian ".
" Apa itu tidak merepotkan Ren? "
" Tentu saja tidak ". Jawab Rendy sambil menyunggingkan senyumya.
Karena nenek sudah mulai membaik jadi nenek tidak di haruskan opname, melainkan diperbolehkan pulang, Nabila merasa sangat lega akan hal itu.
"Nek nenek makan dulu ya , ini sudah Nabila buatkan bubur sama sup untuk nenek".Nabila mendekati nenek membawa mangkok ditangannya.
"Makasi ya nak, maaf kalo nenek sering menyusahkanmu dan adikmu", tutur Nenek sambil menitihkan air mata.
"Nek, nenek ngga boleh ngomong gitu, nenek tidak pernah menyusahkan ku ataupun aditya, malah kami berterima kasih dulu nenek sudah mau merawatku dan Aditya setelah mama papa meninggal", Jawab Nabila sambil memeluk nenek.
"Ya sudah nenek makan dulu ya, setelah itu minum obat".Nabila duduk di samping tempat tidur nenek kemudian mulai menyuapi nenek perlahan.
"Nak kamu hari ini tidak masuk kerja lagi?, apa bos mu tidak marah, nenek khawatir kamu akan dimarahi bos mu", Tanya nenek cemas.
"Nenek tidak usah khawatir, aku sudah minta izin 2 hari tidak masuk kerja nek", Jawab Nabila.
"Syukurlah kalau begitu". Nenek tersenyum membelai rambut indah Nabila yang terurai.
"Ya sudah sekarang nenek minum obat dulu terus Istirahat", tutur Nabila sambil memberikan nenek obat.
Setelah nenek tertidur Nabila, kembali ke kamarnya dan mulai membaca buku-buku pelajaran nya, mengingat sebentar lagi ujian jadi Ia harus rajin belajar agar bisa lulus dengan nilai yang bagus.
Saat Nabila tengah larut dalam bacaan di setiap buku pelajarannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar rumahnya.
Tok..tok..tok..
"Assalamualaikum...".Terdengar suara memberikan salam.
"Walaikumsalam..", Jawab Nabila sambil membuka pintunya.
"Haii Bil, maaf aku sama Maya baru sempet kesini", Tutur Lisa sambil memberikan buah-buahan yang Ia bawa untuk nenek.
Yang berkunjung ternyata Lisa dan Maya
"Tidak apa-apa Lis, Mari masuk ". Nabila mempersilahkan masuk kedua sahabatnya itu.
"Silahkan duduk". Nabila mempersilahkan mereka duduk disofa ruang tamu.
"Nenek bagaimana kondisinya Bil?".Tanya Maya sambil menatap wajah Nabila.
"Alhamdulilah nenek sudah baikan, kata dokter nenek hanya kecapean saja jadi perlu banyak istirahat". Jawab Nabila.
"Oo begitu", Sahut Lisa manggut-manggut.
"Iya nenek sekarang lagi istrirahat, setelah minum obat tadi". Nabila duduk disamping dua sahabatnya.
"Eh aditya mana, qo ga kelihatan"? Maya mengedarkan pandangannya mencari Aditya.
"Adit masih belum pulang sekolah, katanya sih hari ini ada eskul". Jawab Nabila.
"Kalian mau minum apa?", Tanya Nabila.
"Apa aja Bil". Lisa dan Maya menjawab serentak kemudian saling pandang dan tertawa.
"Kalian ini kompak sekali ya, tunggu sebentar aku ambilkan minum dulu ". Nabila tersenyum dan berlalu meninggalkan Lisa dan Maya menuju dapur.
Tak berapa lama Nabila datang membawa teh manis dan sepiring pisang goreng untuk kedua temannya itu.
"Oiya Bil bagaimana hubungan kamu sama Rendy?", Tanya Lisa.
"Hubungan apa maksud kamu Lis?". Nabila balik bertanya dan pura-pura tidak mengerti maksud mereka.
"Kamu sama Rendy sudah Jadian belum?". Lisa terus menggoda Nabila sambil menyenggol siku Nabila pelan.
"Aku cuma anggap Rendy itu teman, ngga lebih", Jawab Nabila singkat.
Kenapa mereka menayakan itu, aku kan jadi bingung mau jawab apa. Nabila menggit bibirnya.
"Tapi Bil apa kamu tidak kasian sama dia, dia sudah lama loh ngejar-ngejar cinta kamu". Tutur Maya sambil memasukkan pisang goreng kedalam mulutnya.
"Iya Bil, lagian Rendy itu anaknya baik , kenapa kamu ngga coba buka hati kamu buat dia Bil?". Sahut Lisa.
Rendy memang laki-laki yang baik dan selalu ada buat aku, dia juga sudah dua kali menyatakan perasaan cintanya padaku, tapi entah kenapa aku masih belum bisa menerima dia sebagai pacar, sejujurnya aku sayang sama dia tapi aku takut kalau kita pacaran terus suatu saat putus hubungan kita jadi buruk bahkan seperti musuh. aku takut akan hal itu. Nabila termenung sejenak.
"Aku juga merasa banyak utang budi sama Rendy, tapi mau gimana aku belum kepikiran untuk punya pacar saat ini". Nabila menunduk.
"Ya sudah terserah kamu saja Bil, apapun keputusan kamu kita sih dukung-dukung aja, iya ngga May?". Lisa merangkul pundak Nabila.
"Yoii..", Jawab Maya singkat.
Nabila masih memikirkan apa yang diucapkan teman-temannya. dan kembali termenug.
"Eh setelah lulus nanti kalian mau lanjutin kuliah dimana?, kita bareng aja yukk biar seru.."!!. Lisa membuyarkan lamunan Nabila.
"Aku masih belum kepikiran kesana , sepertinya aku akan bekerja saja dan nunda kuliah ku sampe tahun depan", Nabila merasa bimbang.
"Yaahhh.. ga Asyiik dong Bil", Sahut Maya sambil cemberut.
"Mulutnya biasa aja dong, Jangan sampe monyong-monyong gitu". Sahut Nabila sambil terkekeh.
Mereka pun Asyik mengobrol hingga tak terasa hari sudah mulai sore, Lisa dan Maya pun pamit pulang.
Setelah Lisa dan Maya pulang tak berapa lama Rendy datang berkunjung ke rumah Nabila. Sambil membawa buah-buahan serta martabak kesukaan aditya.
Tok..tok..tok..
"Assalamualaikum".Rendy memberi salam sambil mengetuk pintu rumah Nabila.
"Walaikumsalam". Sahut Nabila dari dalam kamarnya yang baru saja selesai sholat magrib.
"Rendy, mari masuk Ren". Nabila mempersilahkan Rendy masuk.
"Bagaimana kondisi nenek Bil?".Tanya Rendy.
"Nenek sudah baik Ren, nenek sedang istirahat diamarnya. Jawab Nabila.
"Syukurlah, Oiya Ini aku bawakan buah-buahan sama martabak kesukaan Adit". Tutur Rendy sambil memberikannya kepada Nabila.
"Duhh Repot-repot sekali kamu Ren". menerima pemberian Rendy.
"Dit..adit kemarilah", Teriak Nabila memanggil adit yang sedang nonton tv.
"Ada apa kak?", Tanya Adit sambil menatap Nabila.
"Ini Kak Rendy, bawain martabak kesukaan kamu, makanlah mumpung masih hangat ". Nabila memberi kantong kresek berisi martabak itu kepada Aditya.
"Wahhh , makasi ya kak". Aditya tersenyum lebar sambil membuka kantong kresek tersebut.
"Sama-sama", Jawab Rendy sambil mengacak-acak rambut Aditya.
"Sudah buruan dimakan nanti keburu dingin", Tutur Rendy kepada Aditya.
"Okey kak", Jawab Aditya sambil tersenyum seraya meninggalkan Nabila dan Rendy di ruang tamu.
"Duduk Ren", Nabila mempersilahkan Rendy.
"Mau minum apa Ren?", Tanya Nabila.
"Apa saja Bil". Jawab Rendy
Tak lama kemudian Nabila datang membawakan teh manis dan manaruhnya di meja .
"Silahkan diminum Ren", Tutur Nabila mempersilahkan.
"Iya". Rendy menyeruput teh manis itu.
"Hmmmm, ini manis sekali seperti kamu", Rendy sambil menatap tajam mata Nabila.
"Ah, kamu bisa aja Ren". Sahut Nabila sambil terkekeh.
"Oiya Ren, Aku masih merasa tidak enak sama kamu, karena aku terus-terusan merepotkan mu".Tutur Nabila sambil menunduk.
"Bil, aku sama sekali tidak merasa direpotkan".Jawab Rendy sambil mengangkat pelan dagu Nabila dan menatapnya.
"Ngomong-ngomong berapa biaya rumah sakit nenek kemarin Ren?, Kalo ada uang aku ingin menggantinya". Nabila merasa banyak berhutang budi kepada Rendy, Dia selalu membantu Nabila dan keluarganya.
"Sudahlah Bil, jangan kamu pikirkan itu, Lagian itu ngga seberapa", Jawab Rendy.
Flashback On
Di rumah sakit
Ketika nenek hendak pulang dari rumah sakit, Nabila terlebih dulu menghampiri ruang administrasi untuk melakukan pembayaran atas nama nenek Namun betapa terkejutnya saat wanita yang bertugas di bagian adminstrasi itu bilang bahwa pembayaran untuk pasien bernama Sumiyati sudah lunas.
"Bu saya mau menyelesaikan pembayaran untuk pasian an.Sumiyati yang tadi siang masuk IGD". Nabila berdiri didepan meja adminstarasi.
"Sebentar saya cek dulu ya mbak". Jawab petugas administrasi rumah sakit sambil menatap monitor yang ada didepannya.
"Maaf bu, Biaya pengobatan untuk pasien an.Sumiyati sudah lunas". Wanita itu tersenyum kepada Nabila.
Nabila pun terkejut dan merasa bingung siapa orang yang sudah melunasi biaya pengobatan neneknya.
Apa?! , siapa orang yang sudah melunasi biaya rumah sakit nenek?.
"Kalau boleh tahu siapa yang membayar ini semua bu", Tanya Nabila penasaran.
" Disini tertulis bapak Rendy yang telah melunasinya bu".Jawab wanita yang berada di depan Nabila.
Nabila pun langsung bergegas mengambil ponsel dari dalam tas nya dan menghubungi Rendy.
"Hallo Ren, aku mau tanya apakah benar kamu yang sudah melunasi biaya rumah sakit nenek?". Nabila menunggu jawaban Rendy.
"Sudahlah Bil, Jangan kamu pikirkan itu, sekarang aku sudah sampai parkiran rumah sakit dan aku membawa mobil karena aku tau nenek akan pulang sore ini kan?".Jawab Rendy di ujung telfon.
"Tapi Ren... " Belum sempat Nabila menyelesaikan ucapannya Rendy memotong ucapan Nabila.
"Sudah, sudah aku kesitu sekarang kamu tunggu ya". tutur Rendy memotong ucapan Nabila kemudian memutus sambungan telfonnya.
Kenapa kamu baik banget Ren , aku bahkan ngga tau bagaimana bales semua kebaikan kamu kepadaku dan keluargaku.
Nenek , Nabila, beserta Aditya pun pulang diantar Rendy menggunakan mobilnya.
Flashback Off
Rendy tidak mau lagi membahas biaya rumah sakit itu, Ia lebih senang membahas hal lain tentang sekolah, ataupun teman-temanya.
Tak terasa hari sudah mulai malam , Rendy pun pamit pulang dari rumah Nabila.
-------
Di Kampus
"Rangga.." . teriak seorang wanita sambil berlari mengejar langkah Rangga.
Rangga hanya menoleh dan kemudian melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan wanita itu, Dia adalah Sania wanita yang dari dulu mengejar - ngejar cinta Rangga namun Rangga tak pernah menghiraukannya.
Ya tidak heran kalau Rangga menjadi idola kampus bagi cewe-cewe, selain karena dia tampan dia adalah anak konglomerat yang mempunyai banyak perusahaan dan beberapa bisnis lainnya. Tapi sampai saat ini belum ada yang berhasil menaklukan hati sang idola kampus itu.
huhhh, tu cewe bener-bener tidak tau malu ya, udah sering gue tolak masih aja ngejer-ngerjer gue. Rangga menggidikkan bahunya.
"Rangga, nanti pulang kuliah kita nonton yukk". Sania menggandeng lengan Rangga.
"Gue ngga bisa, dan tolong singkirkan tangan lo dari lengan gue".Rangga menatap tangan Sania yang tiba-tiba menggandeng lengannya.
"Rangga, kamu kenapa sih selalu nolak ajakan aku, apa kamu tidak pernah menyukaiku?, aku kan cantik ngga". Sania mempererat tangannya yang melingkar di lengan Rangga.
"bhahaha". Alan terkekeh mendengar ucapan Sania.
"Kenapa lo ketawa ". Sania melempar tas yang dia tenteng dari tadi.
"Aaawwww, apaan sih lo San". Alan mengelus tangan nya yang kena lemparan tas Sania.
Rangga yang tidak mau dekat-dekat Sania pun Dia melepaskan tangan sania dari lengannya dan langsung pergi meninggalkannya bersama Alan.
"Bro...tunggu".Teriak Alan sambil berlari mengejar Rangga.
"Bro kenapa lo ga terima aja cinta Sania, dia kan cantik, sexy lagi". Alan mensejajarkan dirinya dengan Rangga yang berjalan cepat.
"Kalo lo mau ambil aja bro, gue sih ogah sama cewe begituan, terlalu agresif ". Rangga kembali menggidikkan bahunya merinding.
"Kalo dia mau sama gue, udah gue embat bro kan lumayan buat temen kencan, hahaha" Alan terkekeh.
"Semua model cewe juga lo embat, kambing pake bikini juga ntar lo embat". Rangga mendorong kepala Alan ke samping.
"Sialan lo". Sungut Alan sambil menendang kaki Rangga.
"Udah ah gue cabut, mau ke restoran bokap". Rangga berjalan cepat menuju mobilnya.
"Gue ikut ya, numpang makan". Alan terkekeh.
Di Restoran
Rangga dan Alan memasuki ruang VVIP dan disusul dengan Iwan dan satu pelayan mendampinginya mengikuti langkah mereka.
"Tuan muda mau makan apa?", Tanya Iwan kepada Rangga.
"Gue ngga mau di layanin sama dia". Rangga menunjuk pelayan yang berdiri disamping Iwan.
"Lantas tuan muda mau dilayanin oleh siapa?". Tanya Iwan penuh hormat kepada Rangga.
Sudah kuduga kalau anak ini datang pasti akan buat masalah, mentang-mentang anak boss. Sungut Iwan.
"Tolong panggilkan pelayan yang waktu itu menumpahkan minuman dibaju gue". tutur Rangga kepada Iwan penuh penekanan.
"Maksud tuan muda, Nabila?". Iwan mengingat ingat kejadian waktu itu.
"Ayolah cepat panggilkan Dia sekarang, atau nanti lo gue pecat".Bentak Rangga kepada Iwan.
"Ba..Baik tuan muda".Jawab Iwan sambil membungkukkan badannya lalu bergegas memanggil Nabila.
"Bro kenapa lo ga mau dilayanin sama yang tadi?, dia kan cantik bro". Alan heran dengan tingkah sahabatnya.
"Di mata loe semua juga cantik, Iwan pake rok juga ntar lo bilang cantik". Rangga memukul pelan mata Alan dengan buku menu.
"Hahahaha". Alan terbahak.
"Tuan muda manggil saya?".Tanya Nabila yang baru saja memasuki ruang VVIP tempat Rangga berada.
Apalagi sihh mau dia ini, pasti dia mau bersikap seenaknya lagi sama aku. huhh. Nabila mulai cemas.
"Alamakkk...Bidadari dari mana ini bro?". Alan terpana saat melihat Nabila.
"Jaga mata lo". Rangga melempar tempat tisu yang ada didepannya ke arah Alan.
Alan terus saja menatap Nabila tak berkedip.
Siapa lagi laki-laki yang disamping dia ini, pasti dia sama anehnya dengan tuan muda.
"Gue mau lo yang layanin kita, gue lagi mau makan kepiting saos padang, sama aneka seafood lainnya". Rangga menatap wajah Nabila yang sedari tadi tertunduk.
"Baik tuan, ada lagi yang lainnya". Nabila memberanikan diri menatap wajah Rangga.
"Lo mau makan apa ?".tanya Rangga kepada Alan yang masih diam terpana melihat Nabila.
"Wooii".Rangga menendang kaki Alan.
"Gue apa aja bro, asal Dia yang layanin". Alan menatap dalam wajah Nabila.
Kenapa dia menatapku seperti itu sihh, apa ada yang salah dengan penampilanku. gumam Nabila sambil melirik Alan.
"Minumnya apa tuan?".Tanya Nabila.
"Seperti biasa, kalo lo ga tau lo tanya Iwan". Jawab Rangga.
"Baik, tunggu sebentar saya akan segera kembali". Jawab Nabila sambil mengulum senyum.
"Senyumannya Bro...". Alan menarik-narik baju Rangga.
"Gila lo ya?!".sungut Rangga.
"Lap dulu tuh iler lo". Rangga mengidikkan bahunya.
"Sialan lo, siapa juga yang ngiler". Alan menendang kaki Rangga.
"Tapi lo bener bro yang bawah ngiler nih". Alan terkekeh.
"Sinting lo".umpat Rangga sambil melempar buku menu ke arah Alan.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Nabila datang juga membawa pesanan Rangga dan Alan.
"Selamat menikmati tuan".Tutur Nabila kemudian bergegas hendak meninggalkan ruangan tersebut.
Namun belum sempat keluar dari ruangan itu , Rangga menarik tangan Nabila.
"Mau kemana?, siapa yang nyuruh lo pergi", Rangga menarik tangan Nabila.
ihhhh apa lagi ini, pake pegang-pegang tangan segala. Nabila melepaskan tangannya dari Ranga, tapi Rannga kembali menariknya.
"Tapi maaf tuan muda, saya masih banyak pekerjaan". Nabila mencari alasan.
"Gue mau lo nemenin gue makan, dan lo juga boleh ikut makan".Rangga terus memegangi pergelangan tangan Nabila.
"Ta..Tapi tuan". belum sempat nabila menyelesaikan ucapannya Rangga sudah memotong nya.
"Gue ngga suka di bantah, ayo sini duduk". Kata Rangga sambil menarik pelan Nabila dan menyuruhnya duduk disampingnya.
Aku rasa dia memang terlahir dari firaun makanya dia suka semena-mena sama orang lain. Sungut Nabila.
Nabila pun akhirnya ikut menemani Rangga dan Alan makan.
Kalau bukan karena anda anak dari pemilik restoran ini, aku malas meladenimu tuan. Nabila.
Rangga tanpa sengaja membaca name tag yang terpasang di seragam kerja Nabila.
"Oo jadi bener nama dia Nabila".gumam Rangga dalam hati.
Selesai menyantap makananya Rangga masuk menuju ruangannya, ruangan khusus keluarga Pramudita, Rangga sengaja menunggu waktu jam kerja habis agar dia bisa mengantar Nabila.
"Lo pulang sana, sepet mata gue liat lo". tutur Rangga kepada Alan.
"Ya elah bro, tega bener lo ngusir gue". Alan menyeringai.
"Gue udah pesenin lo taksi online, bentar lagi juga dateng tu taksi". kata Rangga.
"Sialan lo, lo beneran ngusir gue?, padahal kan gue masih penget liat cewe yang tadi". Alan mengingat wajah Nabila dan tersenyum.
"Udah udah sana lo pulang". Rangga mendorong tubuh Alan keluar ruangannya.
"Tega bener lo bro". Alan merengek seperti anak kecil.
Rangga menggerakkan tangannya menyuruh Alan segera pergi.
Tega bener lo bro ngusir gue. Gumam Alan berlalu pergi meninggalkan ruangan Rangga.
Saat akan keluar restoran Alan melihat Nabila yang sedang sibuk melayani tamu, Alan pun menghentikan langkahnya kemudian menghampiri Nabila mencoba menggodanya.
"Eh, Neng lagi sibuk ya, Mau abang bantuin ngga?". Goda Alan sambil menggerak-gerakkan alisnya ke atas ke bawah dan menatap Nabila dengan senyumnya.
Kenapa lagi sihh ni orang. Nabila mengerutkan kening.
"Tidak usah repot tuan". Sahut Nabila
" Kok tuan sih, panggil abang dong".Tutur Alan sambil terus menebar senyum nya sok manis.
"Maaf tuan saya masih banyak pekerjaan". Nabila berlalu meninggalkan Alan.
A**mbooiiii, cantik banget tu cewe.
Alan pun pergi meninggalkan restoran Rangga.
Hari sudah Mulai Malam dan Nabila sudah mulai berkemas untuk pulang, karena sesuai jadwal hari ini jam kerja Nabila memang tidak sampai restoran tutup.
"Aku balik dulu ya An". Nabila berpamitan kepada Ane teman kerjanya.
Nabila pulang lebih awal daripada Ane karena memang Jadwal dia hari ini juga masuk lebih awal daripada Ane.
"Iya Bil, Hati-Hati ya".Jawab Ane sambil cipika cipiki dengan Nabila.
Tak Lama Rangga yang sedari tadi memang menuggu waktu Nabila pulang, dia bergegas keluar dari ruangannya bermaksud untuk mengantar Nabila pulang.
Namun betapa kecewanya Rangga saat melihat Nabila dijemput oleh Rendy.
"Shiiitttt..!!" umpat Rangga sambil memukul tembok yang ada disampingnya.
Siapa cowo itu. Gumam Rangga penasaran.
"Haii Ren, maaf lama menunggu". Nabila mengambil helm yang dipegang Rendy.
"Biar aku pakaikan helm nya". Rendy mengambil kembali helm dari tangan Nabila dan memakaikannya di kepala Nabila.
"Terimakasih". Nabila mengulum senyum.
Rendy pun langsung menancap gas, menyusuri indahnya jalanan ibu kota di waktu senja, gemerlap lampu-lampu jalanan mewarnai perjalan Rendy dan Nabila.
"Gue Harus ikutin mereka". Gumam Rangga seraya bergegas memasuki mobil dan menancap gas.
Sesampainya di rumah Nabila Rangga masih memperhatikan mereka dari kejauhan.
Nabila dan Rendy tampak sedang duduk mengobrol di teras depan rumah Nabila.
Rangga sangat emosi melihat pemandangan itu, namun beda dengan Nabila dan Rendy yang tampak bahagia mengobrol sambil sesekali Rendy menarik manja hidung Nabila.
"Sekarang sudah malam, sebaiknya kamu istirahat, besok juga kan kamu harus sekolah". Rendy menatap dalan wajah Nabila.
"Baiklah , aku juga mau segera mandi badanku terasa sangat lengket". Sahut Nabila.
"Ya sudah aku pulang dulu ya, sampai ketemu besok disekolah". Rendy berlalu meninggalkan Nabila.
Nabila masih berdiri di depan rumahnya dan menatap Rendy yang hendak mengendarai motornya.
"Bye". Rendy melambaikan tangan ke arah Nabila seraya mengulum senyum.
"Bye" . Nabila pun ikut tersenyum.
Dari dalam mobil Rangga terus menatap tajam motor Rendy dikejauhan dan mencengkaram kemudi dengan sangat kuat sesekali memukulnya.
"Siall.!!, Dia sudah punya cowo rupanya". Rangga memukul kemudi yang ada di depannya dengan kuat.
Setelah motor Rendy menghilang dari pandangannya Nabila segera memasuki rumahnya dan bergegas masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya, Nabila juga tak lupa mengerjakan sholat isya yang memang belum Ia kerjakan.
Setelah melaksanakan kewajibannya kepada Sang pencipta, Nabila pun mengerjakan tugas sekolah dan membaca-baca buku pelajarannya hingga rasa kantuk pun datang Ia segera membaringkan tubuhnnya di kasur empuk di depannya.
------------
Di Sekolah
Di kantin sekolah terlihat Nabila, Lisa dan Maya sedang asyik berbibcang-bincang sambil makan bakso.
sesekali terdengar gelak tawa dari ketiganya, tak lama kemudian Rendy datang menghampiri Nabila.
"Haii".Sapa Rendy kepada tiga gadis di depannya itu.
"Haii Ren". Sahut Lisa dan Maya.
Nabila hanya melempar senyumnya kepada Rendy yang sedari tadi menatapnya.
Rendy pun duduk di bangku kosong di samping Nabila
"Bil, Ini aku bawain brosur Universitas Pandawa, di sana juga ada program beasiswa , apa salahnya kamu coba Bil" . Rendy menyodorkan beberapa brosur di tangannya.
"Yang bener kamu, Ren?".Nabila sangat senang hingga Ia reflek menggenggam erat kedua tangan Rendy.
Rendy sontak menatap tangan Nabila yang menggenggam tangannya, Jantung Rendy pun berdegup kencang.
"Maaf aku tidak sengaja". Nabila melepaskan tangannya sambil tertunduk malu.
" Iya tidak apa-apa". Rendy tersipu malu. Dia tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya.
" Ehm..Ehm..". Maya berdehem.
"Ya sudah aku balik ke kelas dulu ya, sebaiknya kamu baca-baca dulu aja." Rendy beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan tiga gadis itu.
"Apaan tuh Bil?". Lisa melihat beberapa lembar kertas ditangan Nabila.
"Brosur Universitas Pandawa, kata Rendy sih ada program beasiswanya juga". Jawab Nabila.
"Wahh itu Bagus Bil, Universitas itu kan salah satu universitas terbaik di kota ini". Sahut Lisa.
"Iya Bil, siapa tau kamu bisa dapet Beasiswa di sana". Maya menyemangati Nabila.
"Aku juga disuruh mamaku masuk Universitas itu". Sambung Maya.
"Kalo kalian masuk universitas itu, aku juga mau lah, hehe". Lisa terkekeh.
"Iya nanti aku akan coba baca-baca dulu, udah yuk masuk kelas sebentar lagi bell masuk bunyi". Nabila menggandeng tangan Lisa dan Maya.
Di Kampus
Universitas Pandawa memang salah satu Universitas terbaik di kota ini, tak heran jika setiap tahunnya banyak di minati calon mahasiswa-mahasiwi baru. Ribuan siswa siswi lulusan terbaik berkompetisi untuk menjadi mahasiswa-mahasiswi di Universitas tersebut selain karena program studi yang terakreditasi Internasional juga karena bangunan yang terlihat elit dengan berbagai fasilitas yang mumpuni menunjang program studi untuk menghasilakan lulusan-lulusan yang benar-benar matang dan siap menghadapi dunia kerja.
"Bro lagi-lagi lo melamun". Alan menepuk punggung Rangga.
"Sialan lo, ngagetin gue aja". Gumam Rangga.
"Gue tau , Lo pasti lagi mikirin cewe yang kemarin di restoran kan bro?". Ledek Alan.
"Sok Tau Lo". Gumam Rangga lirih.
"Sama bro gue juga semalem ga bisa tidur gara-gara tu cewe". Jawab Alan santai.
"Ngapain lo mikirin dia, itu gebetan gue ****!!". Rangga menendang pelan kaki Alan.
"Gue pikir lo ngga mau bro, kalau lo ngga mau kan bisa buat gue". Alan menyenggol pundak Rangga.
"Awas aja lo macem-macem sama dia". Rangga menunjukkan kepalan tangannya.
"Ampun bro..ampun..". Alan sambil terkekeh.
"Terus kenapa ngga lo sikat aja bro, gerak cepat dong nanti keburu gue tikung lo, bhuahaahaa". Alan tertawa lepas.
"Masalahnya dia sudah punya cowo bro". Rangga mengingat kejadian semalam.
"Ya iyalah bro ngga mungkin cewe secantik itu belum punya cowo". Sahut Alan.
"Tapi gimana pun juga gue harus bisa dapetin dia". Rangga tersenyum licik.
" Gue dukung lo bro". Alan menepuk - nepuk pundak Rangga.
"Tapi ga segampang itu bro". Rangga menggantungkan ucapannya membuat Alan penasaran.
"Kenapa??, Lo kan ganteng, tajir, cewe mana yang ngga suka lo bro?". Alan menimpali.
"Masalahnya dia itu cewe yang waktu itu gue serempet dan tinggalin di tepi jalan itu, gue yakin dia benci sama gue". Rangga mengacak-acak rambutnya geram.
"Apa??!" .Alan membelalakkan matanya.
"Biasa aja ". Rangga melempar Alan dengan pulpen yang ada di depannya.
"Tapi itu gila bro, lo tega banget ninggalin dia waktu itu dalam keadaan lecet-lecet". Alan menggelengkan kepalanya.
"Gue juga nyesel bro". Gumam Rangga lirih.
"Lo udah minta maaf?". Alan menatap lekat wajah Rangga.
"Belum". Rangga menggeleng.
"Ah elah, minta maaf lah bro, itu juga bisa jadi alasan lo buat deketin dia". Jawab Alan.
"Cerdas juga ide lo, ngga sia-sia lo dinobatkan sebagai playboy cap kaki kuda". Sahut Rangga terkekeh.
"Kalo masalah cewe gue ahlinya bro". Alan membusungkan dadanya.
"Udah ah gue mau cabut, gue udah ngga da kelas" . Rangga pergi meninggalkan Alan
"Gue ikut ya". Sahut Alan.
"Lo kan masih ada kelas, ngapain ikut?". Rangga menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Alan.
"Males bro, dosennya killer". Alan menggidikkan bahunya.
"BHahaha". Rangga terbahak.
Rangga dan Alan berjalan menuju parkiran kampus.
Di Rumah Nabila
" Kak nenek kak!!".Teriak Aditya.
"Nenek kenapa dit?".Nabila berlari menghampiri aditya.
"Nenek terjatuh di kamar mandi". Aditya mencoba membangunkan nenek.
"Ya Allah nek". Teriak Nabila.
"Ayo dit kita angkat nenek ke kamar". Dengan susah payah Nabila dan aditya mengangkat nenek ke kamar dan membaringkan nya di kasur.
"kakak akan bawa nenek ke rumah sakit, kakak sudah pesan taksi online". Nabila terlihat sangat cemas sambil menatap layar ponselnya.
Tak Lama taksi online yang di pesan Nabila datang, mereka bergegas mengangkat nenek ke dalam mobil.
Ya Tuhan apa yang terjadi sama nenek, semoga nenek baik-baik saja. Nabila terisak.
Di Rumah sakit
Nabila dan Aditya menunggu nenek diruang tunggu di depan ruang IGD, dengan perasaan berkecamuk Nabila gelisah dan sesekali memeluk Aditya yang duduk di sampingnya, Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang IGD dengan wajah sendu, Nabila terlonjak dari duduk nya bergegas menghampiri dokter.
"Dok, Bagaimana kondisi nenek". Nabila cemas.
"Maaf nenek anda tidak bisa selamatkan, beliau sudah meninggal". Jawab Dokter lirih.
"Tidak..ini tidak mungkin kan dok". Nabila sambil menahan tangisnya.
"Itulah kenyataanya, mengingat umur beliau juga sudah sepuh, kamu yang sabar ya". Dokter mengusap punggung Nabila kemudian meninggalkannya.
"Nenek...nenek..". Teriak Nabila tak kuasa menahan tangisnya.
Nabila berlari menuju ruangan dimana nenek berada, dan menghampiri tubuh nenek yang sudah terbujur kaku di tempat tidurnya.
Air mata bercucuran, kaki Nabila serasa tidak mampu menopang tubuhnya hingga Ia terduduk lemas , tangan dan kaki nya mulai bergetar , seketika Ia ingin bangkit namun Ia kembali terduduk lemas.
Aditya yang sedari tadi duduk di ruang tunggu berlari menghampiri Nabila dan berusaha membangunkannya.
"Kak, kakak kenapa?, nenek kenapa?".Tanya Aditya bingung melihat kakaknya menangis.
"Nenek..nenek dit, nenek meninggal".Jawab Nabila sambil terisak.
"Nenek..nenek kenapa ninggalin Aditya nek". Tangis aditya pecah sambil memeluk neneknya yang terbujur kaku di hadapannya.
Nabila pun tak kuasa menahan dirinya, dia pun jatuh pingsan untung saja Rendy dengan sigap menopangnya.
Rendy yang baru saja datang merasa bingung dengan apa yang terjadi, sebelumnya Rendy di beritahu Aditya kalau nenek masuk rumah sakit, jadi Rendy bergegas menuju rumah sakit.
Nabila masih belum sadar dari pingsannya, Rendy berusaha menyadarkan Nabila dengan memberinya minyak angin.
Setelah beberapa saat akhirnya Nabila pun sadar.
"Nek..nenek...".Nabila kembali menangis.
"Kamu yang sabar ya Bil". Rendy memeluk Nabila yang terus menangis, air matanya bercucuran membasahi pipinya.
Sebelumnya Aditya sudah menceritakan semuanya kepada Rendy, dan Rendy pun bergegas menemui Dokter untuk mengurus jenazah nenek.
"Kamu harus kuat Bil, nenek akan sedih jika kamu seperti ini". Rendy memegang pipi Nabila dan menghapus air mata Nabila dengan jempolnya.
Nabila mengangguk kemudian menghampiri Aditya dan memeluknya.
"Kita harus kuat dit, agar nenek bisa pergi dengan tenang ".Kata Nabila sambil memeluk erat Aditya.
Jenazah nenek pun langsung dikebumikan setelah sesampainya di kediaman Nabila.
Nenek dikuburkan di Tempat Pemakaman umum yang tak jauh dari rumah Nabila.
Setelah proses pemakaman nenek selesai , Nabila dan Aditya kembali ke rumahnya, sebelumnya Rendy sudah berpamitan lebih dulu karena hari sudah mulai gelap.
------
Keesekon harinya Nabila memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah dan ijin tidak masuk kerja, Nabila dan Aditya masih sangat terpukul dengan apa yang terjadi, mereka ingin menenangkan hati dan pikirannya sejenak.
Tiba-tiba Nabila dikagetkan dengan suara ketukan pintu yang sangat kencang, Nabila pun bergegas membukanya.
"Pa..paman..".Betapa kagetnya Nabila ketika melihat sosok yang datang adalah Johan.
"Ada apa paman kesini?".Tanya Nabila dengan suara bergetar.
"Aku dengar si tua bangka itu mati ya, aku cuma mau mengambil hak ku".Tutur Johan ketus.
"Maksud paman apa?".Tanya Nabila bingung.
"Aku ingin mengambil hak ku, rumah ini adalah hak ku". Johan menyelonong masuk kerumah Nabila.
"Tapi paman, kuburan nenek saja masih basah ,teganya paman melakukan ini". Nabila mengikuti pamanny yang hendak masuk kamar almarhumah nenek.
Johan mengobrak abrik seluruh isi kamar nenek, Dia mencari sertifikat rumah yang saat ini Nabila dan Aditya tinggali.
"Hentikan paman, paman mau apa?".teriak Nabila sambil mencoba menghentikan ulah pamannya itu.
"Minggir kamu!!".Teriak Johan sambil mendorong Nabila hingga tersungkur dan kepalanya terbentur tempat tidur hingga mengeluarkan darah.
"Aaawwww..".teriak Nabila.
"Kakak...". Adit terbelalak melihat apa yang terjadi di depan matanya dan bergegas membangunkan Nabila.
"Dahi kakak berdarah kak". Aditya memegang darah yang keluar dari dahi Nabila.
"Cukup paman". Aditya mendorong Johan.
"Dasar bocah ingusan, (Buuughhh)". Johan memukul muka Aditya hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
"Adit...!!". Teriak Nabila sambil mencoba melindungi Adit.
"Aku mohon paman, aku mohon jangan sakiti Adit". Nabila terus menghalangi Johan yang hendak memukul.
Johan menyeringai jahat, dan kembali melayangkan pukulan, dengan pasrah Nabila kena pukulan Johan tanpa menghindarinya.
Lebih baik aku yang kena pukul paman , daripada Aditya yang harus kena pukul.
Aaaaaawwwwww, ini sakit sekali ya Tuhan..!
"Ini dia yang aku cari-cari". Johan menyeringai kemudian pergi meninggalkan Nabila dan Aditya.
Aditya berusaha mencegahnya dengan memegangi kaki Johan, Johan pun sontak menendang Aditya hingga tersungkur.
Nabila mencoba menghalangi dan merebut sertifikat itu Namun Johan malah menampar Nabila berkali kali, dan tak segan mendaratkan pukulan di wajah Nabila.
Nabila pasrah dengan apa yang terjadi, dia hanya bisa menangis sambil memeluk Aditya. dan membiarkan Johan pergi membawa sertifikat rumah itu.
Yaa Tuhan kenapa ini semua terjadi padaku dan Aditya, padahal kuburan nenek saja masih basah. Kalau paman menjual rumah ini aku sama adit tinggal dimana. Nabila menangis sesenggukan memeluk Aditya.
--------
keesokan harinya
Di Sekolah
"Lis , Nabila masih belum masuk". Rendy duduk di samping Lisa.
"Iya nih Ren, aku juga udah berusaha hubungi ponselnya tapi ngga aktif". Jawab Lisa.
"Rencananya pulang sekolah, kami mau kerumahnya, kamu ikut aja". Sahut Maya sambil menyeruput es jeruk di hadapannya.
"Okey deh, nanti sepulang sekolah gue tunggu di parkiran ya". Rendy beranjak dari duduknya kemudian meninggalkan Lisa dan Nabila yang masih duduk di kantin.
"sipp". Jawab Maya sambil mengacungkan jempolnya.
Setelah Jam pulang sekolah Rendy, Lisa dan Maya mengendarai motornya menuju rumah Nabila. Hanya butuh waktu 25 menit mereka sudah sampai di rumah Nabila.
Di Rumah Nabila
"Assalamualaikum Bil". Lisa mengucapkan salam sembari mengetuk pintu rumah Nabila.
"Walaikumsalam". Nabila membuka pintu.
"Bil Lo apa kabar?". Tanya Lisa dan Maya sambil memeluk Nabila.
Duuhhh bagaimana aku menjekaskan sama mereka kalau mereka tanya memar dan luka di muka ku. Nabila
"Aku Baik, mari masuk". Nabila menundukkan wajahnya takut dua sahabatnya dan juga Rendy melihat wajahnya yang luka dan penuh memar.
"Tunggu deh Bil, muka kamu kenapa kok memar-memar gitu, dahi kamu ini kenapa". Maya menunjuk memar dan luka di wajah Nabila.
"Aku tidak sengaja terpleset di kamar mandi sampe terjatuh jadi gini deh". Nabila menjawab dengan terbata.
"Ngga ..ini ngga mugkin karena terjatuh ". Rendy mendekati Nabila dan menatap lekat wajah Nabila.
"Kamu jujur sama aku, kamu kenapa ". Rendy memegang kedua pipi Nabila.
"Aku..Aku...". Nabila reflek memeluk Rendy dan menangis.
Hal itu tentu saja membuat Rendy dan kedua sahabatnya semakin khawatir.
"Tenangkan lah dulu hatimu, menangis lah , keluarkan semua beban di hatimu " .Bisik Rendy kepada Nabila yang masih berada dalam pelukannya.
"Kamu yang sabar ya Bil". Lisa mengusap-usap punggung Nabila.
Setelah Nabila merasa sedikit lega, Nabila menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya dan Aditya sambil berderai air mata.
Lisa dan Maya memeluk erat Nabila, dan mereka pun ikut menangis.
Sialan ..!!, sampai kapan dia akan terus mengganggu Nabila. Rendy
"Aku harus cari Johan". Rendy mengepalkan tangannya , wajahnya merah padam dan matanya mengisyaratkan kemarahan yang memuncak.
"Jangan Ren, aku tidak mau kamu terbawa dalam masalahku". Nabila menggenggam erat kedua tangan Rendy berharap Rendy mengurungkan niatnya.
"Tidak bil, dia sudah keterlaluan , ini sudah tidak bisa didiemin lagi. Johan harus kuberi pelajaran". Rendy menatap wajah Nabila.
"Tapi Ren, aku tidak mau kamu kenapa-kenapa karena masalahku dengan paman". Nabila terus berusaha meredam kemarahan Rendy.
"Nabil, aku tidak bisa melihat kamu menderita, lihat lah apa yang dilakukan Johan padamu sampe wajahmu penuh memar dan luka seperti itu". Api kemarahan terus berkobar di dada Rendy tat kala melihat kondisi wajah Nabila.
"Ren, ku mohon , kamu tidak mau kan melihat paman semakin menggila menyiksaku dan Adit, urungkan niat mu membalas paman itu hanya membuat paman semakin marah sama aku dan Adit". Nabila merapatkan kedua tangannya memohon kepada Rendy.
"Baiklah, tapi kamu harus janji jangan sungkan untuk meminta bantuanku". Rendy menggengam erat tangan Nabila.
"Apa luka dan memarnya sudah kamu obati bil?". Rendy menyentuh pelan memar diwajah Nabila.
"Sudah Ren, sudah aku obatin, sebentar lagi juga sembuh kamu ngga usah khawatir". Nabila menatap wajah Rendy yang nampak cemas.
"Ya sudah kalo begitu, Lain kali kalau Johan datang kamu hubungi saja aku Bil, aku pasti akan langsung kesini". Rendy mengulum senyum.
"Terimakasih Ren". Nabila tersenyum.
Rendy dan kedua sahabat Nabila mencoba menghibur Nabila dan Aditya , agar mereka bisa melupakan apa yang sudah menimpa mereka.
-------
Di kediaman Rangga
Saat ini Rangga sedang gelisah , karena Wajah Nabila terus saja melintas di pikirannya. Semalaman Rangga sudah coba menghubungi Nabila namun ponsel Nabila tak kunjung aktif, hanya operator saja yang menjawab panggilan Rangga.
"Kenapa dari kemarin nomer Nabila susah sekali di hubungi". Gumam Rangga sambil memutar-mutarkan ponsel ditangannnya.
"Sebaiknya aku hubungi Iwan saja". Rangga mencari kontak Iwan di ponselnya.
"Hallo Iwan ". Panggilan Rangga sudah di jawab Iwan setelah beberapa saat menunggu.
"Hallo tuan muda, ada yang bisa saya bantu?". Jawab Iwan di ujung telfon.
"Nabila hari ini masuk kerja ngga".Tanya Rangga spontan.
Ada apa ini, kenapa tuan muda menanyakan Nabila, tumben sekali padahal selama ini tuan muda tidak mau tau urusan pegawainya. Iwan.
"Sudah 3 hari Dia ngga masuk tuan, apa saya harus memecatnya?".Tanya Iwan.
"Berani lo mecat dia, gue yang akan mecat lo!!". Ancam Rangga kepada Iwan.
Loh loh kenapa jadi aku yang kena. Iwan.
"Baik tuan, saya tidak akan memecatnya" . Jawab Iwan lirih.
"Lo tau dia kemana?". Tanya Rangga.
"Dia bilang sama saya nenek nya meninggal tuan". Iwan masih bingung kenapa Rangga tiba-tiba menayakan Nabila.
"Ya sudah kalo begitu". Rangga memutus sambungan telfonnya.
Kenapa tuan muda nanyain Nabila, apa tuh anak buat masalah lagi dengan tuan muda?. Gumam Iwan.
Di Rumah Nabila
Senja sudah berganti malam , bintang-bintang nan cantik sudah bermunculan menghiasi gelapnya langit malam.
Suasana malam hari di ibukota sangat ramai, lampu-lampu jalananan menambah suasana ibu kota semakin terlihat indah walaupun kendaraan masih hilir mudik memadati jalan raya.
Tok...tok...tok...
"Iya sebentar". Sahut Nabila dari dalam kamar.
Nabila membuka pintu, dan betapa terkejut saat yang datang adalah Rangga.
Dia.?, ngapain dia datang kesini?, apa dia akan memecatku gara-gara aku 3 hari tidak masuk kerja. Nabila.
"Tuan Muda?. ada apa ya tuan muda malam-malam kesini? ". Nabila terkejut dengan kedatangan Rangga.
"Gue ngga disuruh masuk dulu nih?". Rangga menunjuk arah pintu masuk dimana Nabila berdiri.
"Eh maaf tuan, mari silakan masuk, silakan duduk". Nabila mempersilahkan.
"Tuan muda mau minum apa?". Nabila menundukkan kepalanya.
"Air putih saja, tapi yang dingin".Jawab Rangga.
"Baik , saya permisi sebentar ya tuan". Nabila bergegas menuju dapur meninggalkan Rangga.
"Tunggu" . Rangga menarik tangan Nabila.
Ada apa lagi sihh ini, kenapa dia suka banget narik-narik tanganku. Nabila.
"Muka kamu kenapa?". Rangga mencoba memegang wajah Nabila.
Apa?, kamu?, aku tidak salah denger kan dia manggil aku kamu, biasanya kan lo gue . batin Nabila.
"Kamu kok malah melamun". Rangga melihat Nabila yang malah termenung.
"Maaf, tadi tuan muda ngomong apa?". Nabila tersentak dari lamunannya.
"Wajah kamu kenapa?, kenapa bisa memar-memar seperti itu?" . Tanya Rangga sambil memegang wajah Nabila.
Kenapa dia jadi sok akrab begini sih, mana pegang-pegang muka ku lagi. Gumam Nabila dalam hati.
"A..Aku tepleset dan ngga sengaja muka ku kepentok tembok". Jawab Nabila berbohong.
"Benarkah?". Rangga merasa jawaban Nabila tidak masuk akal.
"E... Kamu ada perlu apa malam-malam kesini".Tanya Nabila.
"Aku dengar nenek kamu meninggal dunia, Aku turut berduka cita yaa". Rangga memegang erat kedua tangan Nabila.
"Iya terimakasih tuan muda". Nabila segera melepaskan tangannya dari genggaman Rangga.
"Kamu ngga mau jujur sama aku tentang memar-memar di wajah kamu itu?". Rangga merasa jawaban Nabila tidak masuk akal.
Kenapa tiba-tiba dia jadi lembut begini dan sok perhatian begini sihh. Nabila.
"Aku beneran tidak apa-apa tuan, hanya kepleset saja". Nabila menundukkan pandangannya.
"Baiklah aku percaya". Sebenarnya Rangga masih tidak percaya dengan alasan Nabila, tapi ya sudahlah Nabila tidak akan mungkin mau cerita yang sebenarnya pikirnya.
"Aku dengar kamu masih sekolah ya?". Tanya Rangga sambil meminum minuman yang di suguhkan Nabila.
"Iya tuan, aku masih sekolah kelas 3 SMA". Nabila mengulum senyum.
"Bentar lagi lulus dong". Rangga sempet terpukau dengan senyuman Nabila.
"Iya, tinggal beberapa bulan lagi, 2 minggu lagi juga mau ujian". Sambung Nabila.
"Rencana mau kuliah dimana?". Rangga menatap lekat wajah Nabila.
Kenapa dia menatapku seperti itu , ya Tuhan kenapa jantung ini berdebar-debar. Nabila berusaha menguasai diri agar tidak terlihat oleh Rangga kalau dia sedang grogi.
"Belum tau, aku masih nyari-nyari universitas yang ada program beasiswanya". Nabila berusaha terlihat santai.
Dia kesambet setan apa ya, kok bisa mendadak baik, lembut, sopan lagi.Batin Nabila.
"Kayanya aku harus pulang sekarang, ini sudah malam kamu juga harus istirahat". Rangga beranjak dari tempat duduknya.
"Mari aku antar ke depan". Nabila mengikuti langkah Rangga menuju mobilnya.
"Aku balik dulu ya , Bye". Rangga menghentikan langkahnya dan menatap lekat wajah Nabila.
Wajahmu itu mengalihkan duniaku, gue ngga tau perasaan apa ini , tapi rasanya gue ngga mau berhenti melihat wajah dan senyumnya. Dia tetep kelihatan cantik walaupun ada memar-memar diwajahnya. Rangga tersenyum.
"Hati-hati ". Nabila tersenyum tipis.
Saat Rangga hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba dia berbalik dan berjalan menghampiri Nabila.
Nabila hanya mengernyitkan dahinya melihat Rangga berbalik menghampirinya.
"Aku mau minta maaf , waktu itu sudah menyerempet kamu dan meninggalkanmu begitu saja". Rangga memegang erat tangan Nabila.
Kenapa aku malah jadi tambah deg degan gini sihh. Batin Nabila.
"Oh itu, aku sudah memaafkanmu tuan, dan sudah melupakannya". Nabila tersenyum dan bergegas melepaskan tangannya dari genggaman Rangga.
"Ini sudah malam sebaiknya, kamu pulang". Nabila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Aku ini kenapa, kok jadi salting gini sihh. Nabila.
"Iya, aku balik dulu ya, makasi udah maafin aku". Rangga tersenyum kemudian meninggalkan Nabila menuju mobilnya.
"Iya, hati-hati ya". Nabila melambaikan tangannya.
Setelah Mobil yang di kemudikan Rangga menghilang dari pandangannya, Nabila bergegas memasuki rumahnya.
Pagi yang cerah , mentari tersenyum indah menghangatkan seisi bumi yang telah siap menyambut para makhluk bumi untuk megawali harinya.
Terik hangat Sang surya itu menyelinap masuk dari celah-celah jendela kamar Tuan Muda Rangga, alarm yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya berbunyi membangunkan sang pemilik kamar dari mimpi indahnya.
Rangga mencari-cari sumber bunyi itu dan berusaha mematikannya dengan mata masih terpejam dan posisi tengkurap dengan selimut tebal menutupinya.
Sekejap Ia duduk mengumpulkan nyawanya sambil meregangkan otot-ototnya. Rangga bergegas memasuki kamar mandi , menyambar piyama mandi dan handuk yang tergantung rapi di sisi kamar mandi.
Suasana hati yang cerah membuat Rangga bersamangat menjalani rutinitasnya hari ini, terdengar siulan dan nyanyian dari kamar mandi , hal yang memang sangat jarang ia lakukan , entah kenapa semenjak pertemuan nya dengan Nabila malam itu membuatnya sangat riang bahagia.
Tak berapa lama Rangga keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piyama mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk di tangannya.
Rangga berjalan menuju lemari dan memilih outfit untuk Ia kenakan hari ini. Setelah beberapa saat memilih akhirnya Rangga menjatuhkan pilihannya pada kaos polos warna hitam dipadukan dengan jaket levis berwarna abu-abu dan Celana jeans warna hitam membuat penampilannya terlihat sangat keren dan sempurna. Rangga memang sangat apik dalam soal penampilan karena menurutnya penampilan itu sangat penting untuk membuatnya lebih percaya diri.
Rangga menatap cermin yang ada di depan nya sambil merapikan tatanan rambutnya, sesekali tersenyum saat bayangan wajah Nabila terlintas di depannya.
Gadis itu, ahh kenapa gue jadi terbayang-bayang wajahnya terus . mengembangkan senyumnya.
Gue harus ketemu dia sekarang, gue antar dia kesekolahnya aja kali ya. pikirnya.
Rangga menyambar tas yang Ia letakkan di atas meja belajarnya, dan segera berjalan keluar dari kamarnya. Sepanjang menuruni anak tangga wajahnya terus mengembangkan semyum manisnya. Berjalan menuju meja makan menyusul Tuan besar Angga dan Nyonya Rani yang sudah berada di meja makan.
Tuan Angga dan Nyonya Rani mengernyitkan dahinya melihat anak sulungnya itu bertingkah aneh dan terlihat sangat ceria.
"Pagi ma.. pa..". Rangga mencium pipi kanan mamanya.
"Pagii sayang..., Tumben anak mama cium mama begini, kamu pasti lagi bahagia ya?. Nyonya Rani menarik kursi yang ada di sampingnya dan menepuknya.
Rangga tak menjawab pertanyaan mamanya itu hanya mengulum senyumnya.
Rangga duduk di samping mamanya dan mulai menyantap sarapan yang telah dihidangkan Bi Minah di meja makan.
"Ngga Gimana laporan dengan beberapa restoran yang papa suruh kamu urus?".
Tanya tuan Angga sambil memasukkan suapan ke dalam mulutnya.
"Semua lancar pa, papa tenang aja Rangga bisa mengurusnya dengan baik". Jawab Rangga.
"Syukurlah, kalo kamu butuh bantuan kamu hubungi saja Dion ". Dion adalah tangan kanan sekaligus asisten pribadi tuan Angga.
" Iya pa, nanti Rangga kirim laporannya ke papa".
Rangga meneguk Orange Jus dan bergegas bangun.
"Rangga berangkat dulu ma, pa".
"Kok buru-buru banget ini kan masih pagi, selesaikan dulu sarapan kamu ngga".
"Rangga udah telat ma". Sahut Rangga sambil berlalu meninggalkan kedua orang tuanya yang dipenuhi tanda tanya.
"Rangga kenapa ya pa, kok aneh banget ngga seperti biasanya". Tanya Nyonya Rani kepada suaminya.
"Papa juga ngga tau, tapi yang jelas dia lagi bahagia ma, sepertinya lagi jatuh cinta". Tuan Angga terkekeh.
Sepanjang perjalanan Rangga memutar lagu-lagu tentang cinta sambil sesekali bernyanyi mengikuti lirik lagunya dan menikamti alunan musiknya, Tidak seperti biasanya saat dalam perjalanan dia selalu memaki dan mengutuki para pengendara jika Ia terjebak macetnya jalanan ibukota dipagi hari.
"Gadis itu....
ahhh membuatku tergila-gila..!". Rangga senyum-senyum sendiri saat wajah Nabila kembali terlintas dalam pikirannya.
Kemacetan mulai mengurai Rangga memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi dan berharap Nabila belum berangkat sekolah agar dia bisa mengantarnya.
Mobil Rangga memasuki komplek perumahan kediaman Nabila, Namun betapa terkejutnya Ia saat berpapasan dengan Nabila hendak berangkat sekolah dengan motornya yang melaju pelan beriringan dengan motor Rendy.
"Siaaaalll.!!, Pemuda itu lagi". umpat Rangga memukul setir mobilnya.
Ciiiittttt....!!
Nabila dan Rendy mengerem motor mereka bersamaan, setelah Rangga memberhentikan mobilnya tepat di hadapan mereka. Rangga keluar dari mobilnya dan membanting pintunya dengan keras.
Nabila membulatkan matanya saat melihat Rangga keluar dari mobil dan menghampirinya.
"Turun ayo ikut aku". Rangga menarik tangan Nabila yang masih dalam posisi kemudi motornya.
"Ada apa tuan, kenapa tuan menarik tanganku". Nabila turun dari motornya. Aditya yang di boncengnya pun ikut turun.
"Woy..woy..jangan kasar sama cewe". Rendy turun dari motor Ninja nya dan melepaskan helm nya, berjalan kearah Nabila dan melepaskan tangan Nabila dari genggaman Rangga.
"Siapa lo , gue ngga ada urusan sama lo".
"Rangga Pramudita , tolong jangan ganggu Nabila". Tutur Rendy.
"Wah..wah lo rupanya kenal gue, ya iyalah siapa sih yang ngga kenal sama gue". tersenyum sinis.
"Kalo lo udah tau gue, kenapa lo masih ikut campur urusan gue, Mau mati lo ya". Wajah Rangga merah padam tangan kirinya mencengkeram kerah seragam Rendy dan tangan kanannya mengepal hendak melayangkan pukulan ke wajah Rendy.
"Stop tuan muda..!, sebenarnya apa mau tuan muda". Keadaan sudah mulai memanas kemarahan sudah mulai berapi-api terlihat diwajah kedua pemuda itu.
"Aku mau kamu ikut denganku, biar aku antar kamu kesekolah". Rangga mengurungkan niatnya memukul Rendy , Nabila pasti akan sangat membencinya jika itu terjadi pikirnya.
"Maaf tuan, aku bawa motor dan harus mengantar adik saya kesekolahnya dulu, jadi aku tidak bisa ikut tuan muda". Nabila menunjuk ke arah Aditya yang berdiri di belakangnya.
"Beraninya kau membantah perintahku". Rangga berteriak.
Dia ini kenapa lagi sih, dari kemarin sikapnya aneh banget. batin Nabila.
"Kalo Nabila ngga mau jangan dipaksa dong". Sahut Rendy kesal.
"Diem ya, gue ngga ada urusan sama lo".
"Tuan muda, sekali lagi maaf banget aku ngga bisa ikut tuan muda sekarang, aku janji besok aku akan biarkan tuan muda mengantarku ke sekolah". Nabila mencari solusi terbaik untuk segera menyudahi pertengkaran ini sebelum semua tambah kacau.
Aku terpaksa ngomong gini, daripada Rangga sama Rendy berantem gara-gara aku. huhh.
Rangga terdiam sejenak, tapi Ia juga tidak mau terlihat arogan di depan Nabila jadi Ia memutuskan untuk menyetujui ucapan Nabila.
"Baiklah , tapi besok aku tidak mau liat kamu pergi sama dia". Menunjuk Rendy kesal.
Rangga meninggal kan Nabila, Rendy dan Aditya , segera memutar balik mobilnya dan menancap gasnya.
"Sialann...!!, sebenernya siapa cowo itu?!".
"Arrggghhhh". Rangga memukul kemudinya.
menancap gas dengan sangat cepat meluapkan emosinya yang tertahan tadi.
Nabila dan Rendy mengantar Aditya terlebih dulu.
"Sudah sampai, ayo masuk sana nanti kamu telat lo".
"Iya kak, Aditya mencium punggung tangan Nabila".
"Kak Rendy Adit masuk dulu ya, kak Rendy tolong jagain Kak Nabil ya". Aditya melambaikan tangan ke arah Rendy.
"Siaapp..". Rendy menggerakan tangannya seperti orang sedang hormat menghadap bendera merah putih.
Nabila terkekeh dan mengusap kasar rambut Aditya.
Aditya memasuki gerbang sekolahnya, Nabila dan Rendy bergegas memacu motornya menuju ke sekolah mereka yang tidak jauh dari sekolah Aditya, ya sekitar menempuh waktu 15 menitan lagi.
"Nabil, sebenarnya apa hubungan kamu dengan Rangga". Tanya Rendy penasaran sebenarnya ada rasa cemburu yang menggelora di dada Rendy, namun Rendy berusaha menutupinya dari Nabila.
"Tidak ada Ren, dia hanya pemilik restoran tempatku bekerja, maaf ya soal tadi kamu jadi ikut kena imbasnya".
"Tidak apa-apa Bil, tapi kenapa dia bersikap seperti itu sama kamu, apa selama ini kalian sering bertemu". Rendy semakin penasaran.
"Akhir-akhir ini dia sering datang menemui ku , entah itu di restoran atau di rumah ".
Sepertinya dia menyukai Nabila, gue harus bisa cepet dapetin hati Nabila, gue ngga mau Nabila sampe jadi milik pemuda Angkuh itu. Rendy terdiam dan larut dalam lamunannya.
"Ren..?, Kamu kenapa?".
"Rendy..".
"Eh iya kenapa Bil?". Rendy tersentak saat Nabila memanggil namanya.
"Kamu kenapa tiba-tiba diem gitu, jangan nglamun Ren bahaya nyetir sambil nglamun".
Rendy mengulum senyum.
"Eh udah sampai ". Nabila dan Rendy memasuki gerbang sekolah dan menuju parkiran untuk memarkir motor mereka.
Nabila dan Rendy berjalan beriringan menuju ruang kelas. di sambut Lisa dan Maya yang sudah menunggu Nabila di depan kelas.
"Nabil....".Lisa dan Maya serentak memanggil Nabila.
Nabila terkekeh melihat kelakuan dua sahabatnya itu.
"Hai Ren". Sapa Lisa
"Hai Lis".
"Aku masuk kelas duluan ya". Rendy menatap Nabila dan berjalan menuju ruang kelasnya, karena memang Rendy tidak satu kelas dengan Nabila dan Lisa juga Maya.
"Iya Ren, makasi ya". Nabila tersenyum.
"Eh Bil, si Rendy kenapa tuh?, kok mukanya murung gitu?". Tanya Maya.
Nabila juga merasa Rendy terlihat murung saat tau kalau Rangga sering menemuinya.
Nabila pun menceritakan apa yang terjadi tadi pagi, respon kedua sahabatnya itu langsung menarik kesimpulan kalau Rendy cemburu kepada Rangga.
"Pasti Rendy cemburu Bil, uhhhh kasiannya Rendy". ucap Lisa.
"Ngga lah aku kan ngga ada hubungan apa-apa sama Rangga, kenapa juga dia harus cemburu". Jawab Nabila.
"Aaaaa enak banget sih jadi kamu Bil, direbutin dua cowok ganteng tajir-tajir lagi".Tutur Maya sambil membayangkan kalau dia ada di posisi Nabila.
"Kalian ngomong apa sih, udah ayo masuk kelas". Nabila memasuki ruang kelas meninggalkan kedua sahabatnya itu.
Nabila duduk di bangku miliknya dan meletakkan tas nya diatas meja.
Apa bener ya Rendy cemburu, kasian Rendy secara tidak langsung aku udah nyakitin hati Rendy, aku harus gimana ini??.
"Selamat pagi anak-anak..".
Seorang guru laki-laki paruh baya memasuki ruang kelas Nabila dan memulai pelajarannya, anak-anak dengan seksama mengikuti pelajaran itu dengan baik, begitu pun Nabila.
suasana kelas menjadi hening , tidak ada suara apa pun selain guru yang berada di muka kelas menerangkan pelajaran.
Mengingat sebentar lagi akan ada ujian Nasional jadi mereka harus belajar serius agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan*.
--------
Rangga berjalan dari parkiran setelah memarkirkan mobilnya di parkiran kampus, senyum manis yang menghiasi wajahnya di pagi hari kini sudah tidak terlihat lagi, wajah nya kini terlihat memancarkan kemarahan yang belum Ia lampiaskan.
Rangga berjalan setengah melamun sampai Ia terkejut saat ada pemuda yang tidak sengaja menabraknya, pemuda itu terjatuh sesaat setelah menabrak tubuh atletis Rangga.
"Maaf..Maafkan saya". Pemuda itu segera bangkit dan meminta maaf sambil menunduk. Dia sadar siapa yang Ia hadapi ini jadi lebih baik dia minta maaf saja pikirnya.
Rangga langsung melotot dan menarik kerah kaos yang dikenakan pemuda yang menabraknya iti kemudian memukulnya dengan bogeman tangannya.
"Beraninya kauuu..!!". Wajah Rangga merah padam matanya tersorot penuh emosi. Terus melayangkan pukulan kepada pemuda itu hingga pemuda itu terjatuh tak berdaya.
Beruntung Alan datang menghentikan tindakan Rangga, jika tidak mungkin pemuda itu bisa habis di tangan Rangga.
"Udah udah bro". Alan menahan tangan Rangga dan memberikan isyarat kepada pemuda itu menyuruh pemuda itu untuk segera pergi.
Pemuda itu bagun dengan tertatih dan segera pergi dari hadapan Rangga.
Rangga masih sangat emosi dan berapi-api. Alan membawa Rangga duduk di kursi yang ada di sisi lorong kampus.
"Minum dulu bro". Alan menyodorkan minuman kepada Rangga.
Rangga menerima botol minuman itu dan menenggaknya hampir separuhnya
"Kamu kenapa bro?". Tanya Alan hati-hati.
"Tidak ada, gue hanya lagi emosi aja". Jawab Rangga.
"Ya ngga gitu juga bro, tu orang bisa mati lo gebukin tadi".
"Gue ngga peduli".
"Gue yakin bukan pemuda tadi kan yang buat lo emosi begini?".Alan menimpali.
Rangga terdiam. mendengar ocehan Alan yang udah seperti emak-emak nasehatin anaknya.
"Masalah Bokap lo". Tanya Alan penasaran. Karena setau Alan Rangga akan sangat emosi sampai tidak bisa mengontrol diri jika sudah berantem dengan Papanya.
"Bukan". Jawab Rangga singkat.
"Udah lah gue mau cabut". Rangga pergi meninggalkan Alan.
"Baru dateng kok udah cabut lagi bro". Alan mengikuti Rangga di belakangnya.
"Gue mau nenangin pikiran gue dulu, udah sana lo masuk kelas". Rangga mendorong Alan pelan. dan pergi menuju parkiran kampus.
Rangga kembali mamacu gasnya dengan kecepatan tinggi dan kebut-kebutan di jalanan yang cukup lengang.
Nabila sebenarnya siapa cowok brengsek yang bersamamu itu. Rangga memejamkan matanya.
Rangga memnghentikan laju mobilnya dan sejenak melepaskan kepenatan hatinya di sebuah danau buatan di pinggiran kota.
Angin semilir yang berhembus sedikit mengurangi sesak yang menyelimuti dadanya, desiran dedaunan yang tertiup angin sedikit mengobati luka di hatinya.
Pemandangan yang asri dengan pepohonan disekelilingnya sejenak menyejukkan hati nya, Ia perlahan menarik dan menghembuskan nafasnya beraturan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!