NovelToon NovelToon

Gadis Kecil Ketua Bawah Tanah

chapter 1

lembayung senja terlihat disudut langit dengan warna keemasan yang menjadikan teriknya sang matahari berganti dengan senyuman rembulan yang tampak malu-malu, meneduhkan hati orang-orang yang berlalu lalang disepanjang sore itu.

begitu juga dengan langkah seorang gadis yang terlihat tidak peduli dengan derap langkah orang lain disekitarnya, ia berjalan pelan melihat dengan takjub keindahan jalan yang dilaluinya tanpa banyak kata. padahal disekitarnya banyak orang yang berjalan tergesa-gesa agar segera sampai ditempat tujuannya.

Ia hanya menatap apa yang terlintas melalui netra hitamnya tanpa menghiraukan keberadaan orang lain. dilihatnya sebuah cafe yang berada diseberang jalan, kakinya segera melangkah menyeberangi jalan menuju cafe itu. "hot chocolate" tatapnya datar, penjaga cafe mengangguk dan segera membuat pesanannya.

seorang pemuda tanpa sengaja melihat kearah gadis itu namun tidak dengan nya karena ia sedang melihat jalanan yang ramai dengan orang berjalan mengejar sesuatu. pemuda itu tersenyum lebar saat mengenali sosok perempuan yang sedang asyik dengan dunianya sendiri.

"thanks" angguk nya melihat kepulan asap yang keluar dari cangkir didepannya. ia menghirup aroma coklat yang menenangkan, menatapnya sesaat dan menggenggamnya pelan merasakan hangatnya suhu coklat yang bersentuhan dengan kulit jemarinya.

"Kira ada dicafe, sedang minum coklat. baru saja pesan" sapa nya sesaat setelah getaran ponselnya membuatnya harus meraih kedalam jaket kulitnya.

"sendiri, sejak kapan aku bisa sendiri kak" hembus nafas gadis itu mengusap lingkaran cangkir dengan jemari telunjuknya.

ia menyunggingkan senyum yang hampir tidak terlihat jika saja tidak intens menatapnya.

"popi masih memberi kepercayaan dengan hanya dua penjaga" jawab nya pelan sembari menopang dagunya dengan tangan diatas meja bar.

"hhmm, tidak. aku menyukai kesendirian" geleng nya menolak perkataan seseorang yang menjadi lawan bicaranya sekarang.

"kakak ada dimana" tanya nya menyesap coklat yang mulai menghangat. pembicaraan keduanya berlangsung agak lama hingga membuat pemuda yang berada disudut ruangan secara tidak sadar mengetukkan jemari telunjuknya berulangkali ke meja yang ada didepannya karena pembicaraan gadis itu sedikit lebih lama daripada yang diperkirakan nya.

"Al" buyarkan konsentrasi seseorang, pemuda itu mendesah melirik cepat orang yang mengganggu konsentrasinya. orang yang memanggilnya itu tersenyum kecil melihat ekspresi pemuda itu.

"apa kita jadi pergi sekarang" tanyanya kemudian tanpa memperdulikan pandangan menusuk dari sebelahnya.

"tidak" gumamnya penuh dengan penekanan tanpa mengalihkan pandangannya kearah gadis yang sedang menikmati coklat panasnya sendirian.

POV pemuda misterius

"bukankah itu gadis yang waktu itu ada dirumah sakit" tatapnya tidak yakin saat sekilas melihat gadis yang sedang menikmati minumannya.

"kenapa dia sendirian, dimana yang lain" pikirnya kembali. ia melirik sekitar dan mendapati dua orang pengawalnya sedang meminum kopi diluar dan seketika menyunggingkan senyum kecil disudut bibirnya yang tipis.

ia menopang dagu sembari sesekali melirik gadis yang diamatinya dari kejauhan. ia menyukai moments seperti ini, moments dimana debaran jantung yang berpacu hanya dengan melihat nya dari kejauhan setelah sekian lama dia mencari keberadaannya namun tidak dapat ditembus dengan mudah informasi mengenai gadis itu. dengan keluarga nya yang berkuasa dibelakangnya membuktikan bahwa gadis itu bukanlah orang yang sembarangan.

ia semakin merasa berdegup lebih kencang saat ini, namun dengan tenangnya ia dapat menyembunyikan perasaan itu di bagian hatinya paling dalam agar tidak mencelakai gadis itu.

jangan tanya berapa lama ia mencari dan menyelidiki keberadaan gadis itu sesaat setelah ia melihatnya kala itu dirumah sakit.

Dengan kekuatan keluarganya pun ia harus bersusah payah untuk mengetahui identitas gadis itu, gadis yang telah membuatnya jatuh hati saat pertama kali bertemu, gadis yang membuatnya tidak bisa lagi berpaling melihat gadis lain. gadis yang terlihat menawan hanya dengan rambut ekor kudanya. ia menghela nafasnya kasar dan menyandarkan punggungnya kebelakang.

ada perasaan yang tidak nyaman yang membuat gadis itu memalingkan parasnya melihat ke sekitar ruangan, netra mereka saling memandang satu sama lain tanpa sengaja, hingga gadis itu memilih melihat kearah lain. pemuda itu mendengus pelan menyadari dirinya sedang tidak baik-baik saja saat ini.

"sepasang netra yang indah, dapat membius siapa saja yang menatapnya. aku tidak ingin siapapun menatapnya, hanya aku yang dapat melihatnya. akan kucongkel keluar jika mereka berani menatapnya" pikir pemuda itu dengan penuh amarah.

gadis yang bernama kirana itu segera beranjak dari tempatnya duduk setelah menghabiskan secangkir coklat panasnya, ia kembali menapaki jalan yang dilaluinya tadi dengan keberadaan kedua penjaga nya yang selalu setia menemani langkahnya kemanapun.

pemuda itu segera ikut beranjak dari tempatnya hingga membuat kedua teman dekatnya keheranan dengan sikapnya yang tampak berbeda.

"Al" terkejut temannya yang berada disamping kiri saat melihat pemuda itu tiba-tiba berdiri dan melangkah dengan tenang tanpa melihat kedua pemuda yang menemaninya saat ini untuk mengikuti langkah gadis itu. kedua teman baik nya itu buru-buru beranjak dari kursinya mengikuti langkah teman yang mereka panggil Al tadi.

Kirana menghela nafasnya merasakan perasaan yang tidak enak saat berjalan pelan menapaki jalan yang ramai itu, merasakan ada yang mengikuti langkah nya saat ini. ia tidak menambah kecepatan berjalannya walau ada yang mengikuti langkah nya dari tadi.

"hope you didn't bother me" gumam Kirana tidak mau ambil pusing, karena dari tadi tidak tampak kalau mereka melakukan pergerakan yang merugikannya dan disampingnya ada dua penjaganya yang berada dalam jangkauan yang selalu setia menemani jika dia keluar dari rumah keluarga Bagaskara.

denting bel terdengar saat Kirana masuk kedalam toko buku. ia meletakkan tas ditempat yang telah disediakan. segera melihat dengan netra ke sekeliling toko buku tersebut, ia terlihat sangat bahagia karena didepannya terdapat lautan buku baru, ia segera melangkahkan kakinya menuju salah satu sudut ruangan untuk membaca buku yang ingin dibelinya.

pemuda itu bergegas masuk mengikuti langkah Kirana yang sudah terlebih dahulu masuk kedalam sana, ia mengedarkan pandangannya menangkap sosok gadis yang ingin di temuinya.

Kirana mendongak ketika ada seseorang yang duduk didekatnya, ia mengernyit sebentar dan kembali tenggelam dalam buku yang dibacanya.

"hallo" senyum nya berkata pelan, Kirana menatap sekilas pemuda yang menyapanya itu tanpa merasa bersalah mengabaikannya kembali.

"namaku Alexandre Berardi, usia 20 tahun, masih pelajar, hanya mempunyai satu kakak perempuan yang sudah menikah dan mempunyai keponakan satu. setengah Indonesia dan Inggris" tatap pemuda itu lekat.

Kirana menghela nafasnya yang terasa berat sambil memejamkan netranya mendengar perkataan pemuda itu, segera menutup bukunya dan berjalan menuju kasir untuk membayar buku itu tanpa memperdulikan perkataan yang ditujukan kepadanya. Alexandre tersenyum menatap gadis itu yang terlihat mempesona walau tidak berkata apa-apa.

"aku tahu kamu pasti tidak mudah untuk didekati apalagi memiliki mu seutuhnya agar tidak ada laki-laki lain yang menatap mu" gumam Alexandre berjalan mendekat ke arah gadis itu.

ia segera mengeluarkan kartunya untuk pembayaran buku yang dibeli Kirana tanpa sepengetahuan Kirana tentu saja. jika dia sadar dengan perbuatan Alexandre tadi maka dapat dipastikan Kirana akan tidak suka. Kirana menyerahkan kartunya tapi dijawab oleh penjaga buku bahwa sudah dibayar oleh pemuda yang sudah keluar dari tadi, Kirana mengerutkan keningnya sesaat, tapi tidak melihat siapapun disekitar mereka berdua. Kirana segera mengucapkan terimakasih dan segera keluar dari toko buku untuk bergegas pulang kerumah.

Hai... Hai... Hai.... all readers kembali lagi dengan cerita kalang yang baru.

dukung terus ya karyaku ini

Luv.... Luv... Luv... U all Readers sekebon pisang goreng.

stay healthy all.

chapter 2

kendaraan yang dibawa Kirana memasuki halaman rumah keluarga Bagaskara dan telah terparkir sempurna di deretan kendaraan milik keluarga lainnya. ia melepas helmet sehingga rambutnya terurai lepas yang sedari tadi tertahan didalamnya, ia juga melepas jaket pelindung dan menaruhnya ditempat nya.

"bang" senyum Kirana. penjaga tersenyum segera melihat keadaan motor yang dipakai oleh Kirana tadi.

"non, kena apa ini tadi" terkejut penjaganya melihat goresan di bodi motor sebelah kanan. Kirana nyengir dan memberi tanda minta maaf. penjaganya menghela nafas melihat kelakuan nona mudanya itu yang sebelas dua belas dengan nyonya nya. "aishh, bisa habis dimarahi sama kakaknya ini aku" acak rambut penjaga frustasi. penjaga yang lain hanya bisa menenangkan dengan menepuk-nepuk bahunya pertanda ikut prihatin.

"baru pulang dek" senyum Popi melihat anak perempuannya itu, Kirana mengangguk mencium pipi Popi pelan.

"dari bookstore Pop" angguk Kirana meletakkan pantat nya di kursi samping Popi nya.

"tadi ada laki-laki yang mendekat saat Kira sedang memilih beberapa buku yang ada di sana" topang dagu Kirana, Popi menatap Kirana lekat.

"namanya Alexandre Berardi, usianya 20 tahun, pelajar" tatap Kirana balik. "dia memperkenalkan dirinya begitu tadi, Kirana abaikan Pop, seperti biasa Kirana tidak tanggapi dan yang bikin kesal Kirana owe the price of this book karena saat akan mengeluarkan kartu dia telah lebih dahulu pergi tanpa jejak" dengus Kirana tidak suka, Popi tersenyum lebar mendengar cerita anak perempuannya yang sedang berapi-api.

"apa Popi tahu siapa dia, Kirana tidak merasa pernah melihatnya, apalagi punya masalah dengannya" tanya Kirana menyandarkan tubuhnya ke belakang.

"kenapa dek" datang Mominya, Kirana memeluk pinggang mominya yang masih terlihat cantik diusia menjelang kepala empat.

"tidak apa, mom. tadi Kirana bertemu dengan cowok yang namanya Alexandre Berardi, dia yang membayar buku Kirana saat di bookstore" sandarkan kepala Kirana di bahu Mominya.

"apakah adek sudah mengucapkan terimakasih tadi" tanya Momi, Kirana menggeleng pelan. "setelah membayar orangnya udah pergi gitu aja, Mom" geleng Kirana. Momi mengelus punggung tangan anaknya itu.

"jika suatu saat bertemu, sampaikan terimakasih kepadanya, jangan jadi orang yang tidak tahu berterima kasih" senyum Momi, Kirana mengangguk mengerti.

"siapa nama pemuda tadi" tanya Momi penasaran. "Alexandre Berardi" jawab Kirana pelan. Momi tertawa lebar, "apakah alex yang itu Pop" naik turunkan alis mata Momi, Popi mengangguk tersenyum. Kirana menegakkan tubuhnya memandang kedua orangtuanya itu bergantian, "siapa, apakah ada yang tidak Kira ketahui" tanya Kirana penasaran.

Momi mengangkat bahunya pelan menatap Popi, "what" kerut Kirana tidak tahu arti sikap kedua orangtuanya itu.

"dia adalah pemuda yang cakap dan tangguh. beberapa kali Popi bertemu dirinya dan keluarganya di acara resmi. tidak banyak yang tahu bagaimana paras penerus keluarga Berardi tersebut, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendekatinya. Popi dan Momi termasuk orang yang sedikit itu" jelaskan Popi.

Kirana menghela nafas kasar, "apa Momi dan Popi bermaksud menjodohkan dia dengan Kirana" tatap Kirana tidak mengerti.

"tentu saja tidak, dek. tentu saja tidak, Momi akan menghargai setiap langkah yang kamu ambil. tidak ada pemaksaan ataupun perjodohan antara kalian berempat. kalian bebas menentukan pilihan pasangan hidup yang kalian yakini membawa kalian ke arah yang lebih baik, tidak akan ada yang melarang kalian untuk dekat dengan siapapun" tatap Momi lembut, Kirana mengangguk dan memeluk Mominya kembali.

"kenapa lama-lama dia mirip dengan mu, yang" tatap Popi. "masak sih, by. perasaan cuek banget jadi cewek" kata Momi. Popi mengangkat bahunya tersenyum.

"besuk Kirana mau pulang ke Indonesia" kata Kirana tiba-tiba. "adakah sesuatu disana" kerut Popi merasa berat meninggalkan anak perempuannya disana. "harus sekolah Pop, liburan kali ini hanya 2 minggu saja" kerucut mulut Kirana merasa berat juga jauh dari kedua orang tuanya juga kedua kakak kembarnya. "kenapa tidak school aja disini" tanya Momi memberi penawaran kembali kepada Kirana, "hanya tinggal sebentar lagi mom, setelah itu Kirana akan mengurus sekolah di luar. asalkan kakek mengijinkan, bunda dan ayah juga" angguk Kirana. Momi menggoyang kan tubuh putri kecilnya kekanan dan ke kiri.

"jadi kangen ke Indonesia. apakah Momi bisa ikut kesana selama beberapa hari" tanya Momi merasa rindu untuk bertemu dengan saudara kembarnya dan ayahnya disana.

"pulanglah menemani adek kesana, jika aku sudah menyelesaikan pekerjaan yang ada maka akan segera menyusul kesana" tatap Popi tenang.

"seriously" kernyit dahi Kirana menatap Popinya tidak percaya karena dia tahu bahwa Popinya tidak mau berpisah terlalu lama dengan Mominya, jika tidak bertemu lama maka badannya akan demam.

"of course my only daughter" angguk Popi mantap. "no pain drama, right" tatap Kirana, Popi mengangguk. Kirana mencari kebenaran di kedua netra Popinya itu.

"kalo gitu, malam ini juga kita berangkat Mom, jika Popi sudah ada waktu pasti akan segera menyusul, pasti kakek akan senang sekali melihat kita pulang" antusias Kirana segera beranjak dari tempat duduknya untuk menuju ruangan pribadinya.

"tidak usah bawa yang macem-macem. nggak ada yang butuh macem-macem barang dari sini" ingatkan Kirana, Mominya tertawa memberi tanda Ok dengan kedua jemarinya.

"anak itu nggak ada sisi feminim nya sama sekali sih, yang. kayaknya Al sulit untuk mendekat" tatap Popi.

"semoga, aku juga tidak mau melihat Kira tidak lagi bisa bebas kemanapun" kata Momi.

"benar. aku ingin melihatnya bermain dengan bebas tanpa ada yang mengusiknya" kata Popi menyeruput kopi hitamnya.

"are you okay if I accompany Kirana and Wijaya there, my dear" sentuh pipi Momi. Popi memeluk istrinya dan menyandarkan kepalanya di bahunya. "tidak rela. tapi keduanya juga butuh dirimu disana, yang. paling lama dua hari aku akan menyusul mu" jawab Popi lemah. Momi memeluk suaminya erat, "jangan lama-lama menyusulku honey. aku juga tidak mau lama-lama berpisah darimu" kecup pipi Momi, Popi tersenyum.

"c'mon Mom, Pop. masih siang ini" datang Pramana tiba-tiba. Momi tergelak memukul dada suaminya pelan.

"tau nih Popi. makin tua makin berani, udah tau anak-anaknya tambah besar" kerucut mulut Momi gemas. Popi tersenyum lebar. "sudah sah kak. jadi nggak ada salahnya kan" jawab Popi sekenanya. Pramana mendengus mendengar jawaban Popinya yang tidak pernah malu-malu.

"udah pulang kak" datang kirana setelah berganti pakaian, Pramana menoleh tersenyum memeluk adik kembarnya itu lembut.

"tentu, mau kemana kita malam ini" tanya Pramana meminum coklat hangat yang diberikan oleh pekerja rumah Bagaskara.

"malam ini aku mau pulang ke rumah kakek. liburanku sudah akan berakhir 2 hari lagi. jadi aku harus segera masuk sekolah" tatap Kirana. Pramana mengangguk, "tentu. kakak mengerti, disana kamu juga mempunyai kewajiban. apakah nanti kamu mau study disini" tanya Pramana, Kirana mengangguk.

"tentu kak, lihat keadaan nanti. siapa tau hari esok" senyum Kirana mengendikkan bahu kirinya. "kalo begitu tunggu kakak meletakkan ini dulu, setelah itu kita jalan dan lanjut ke bandara sekalian" kata Pramana menuju ruangan pribadinya. Kirana melihat makanan yang ada di meja.

"Mom, boleh kah aku ke rumah belakang" toleh Kirana. Momi mengangguk mengerti. ia segera melesat kearah belakang rumah.

"anak-anak kalo udah ketemu dengan mereka pasti akan lupa untuk kembali kesini" hela nafas Momi.

"apakah mau buat lagi, yang. kita belum terlalu tua untuk mempunyai 4 baby lagi" naik turunkan alis mata Popi. Momi menatap Popi datar.

"masih mau melihat aku dibelah perutnya dan mengeluarkan mereka kembali" tanya Momi menyilangkan tangan di dada, Popi menggeleng kuat tidak tega melihat istrinya dulu mengeluarkan banyak darah saat proses mengeluarkan ke empat baby mereka.

Hai.... Hai.... Hai.... all readers. selalu beri dukungan yaa....

like dan support kalian adalah yang terhebat.

Luv... Luv.... Luv U all readers sekebon pisang goreng

stay healthy all

chapter 3

pekerja rumah Bagaskara tersenyum lebar ketika Kirana, nona muda mereka berjalan sambil melompat-lompat dengan riang saat menuju rumah belakang. "nona" lambai pekerja sambil membawa roti manis kesukaan nona muda satu-satunya dikediaman Bagaskara itu. Kirana tertawa melihat pekerja yang memanggilnya itu sedang membawa baki setelah memanggang roti.

"the aroma is very tempting" dekati Kirana cepat menghirup aroma dari roti baked. "tentu nona, spesial hanya untukmu. bawa ke Indonesia agar mereka kangen untuk kesini" angguk nya tertawa, Kirana mengangguk sambil menggembungkan kedua pipinya karena kebanyakan roti didalam mulutnya. pekerja itu tertawa dan bersama-sama melangkah masuk kedalam rumah belakang tempat para pekerja berkumpul untuk melakukan kegiatan apapun.

"nona" senyum pekerja yang paling muda menggeser tempatnya duduk untuk mempersilahkan Kirana duduk disampingnya.

"aahh, makasih banyak. makan apa kita hari ini" kata Kirana mengangguk dan ikut dalam lingkaran meja makan.

"aku ikut" datang Pramana tiba-tiba dan duduk disamping adik kembarnya itu.

"kakak mengganggu saja" kerucut mulut Kirana, mereka tertawa melihat tingkah tuan dan nona mudanya.

"disini ada banyak makanan yang harus dihabiskan" acak rambut Pramana gemas, Kirana menghela nafasnya menunggu giliran untuk mengambil sup ikan.

"nanti malam, Momi dan Kirana akan pulang ke Indonesia" suap Pramana sambil menatap para pekerja, mereka mengangguk.

"aku ingin mengajaknya keluar untuk menikmati malam dan langsung menuju bandara mengantarnya" ucap Pramana, mereka sekali lagi menganggukkan kepalanya mendengar perkataan tuan mudanya itu.

"kenapa kalo kak Pramana yang bicara, suasana jadi tegang gini" topang dagu Kirana menatap para pekerja yang sedang makan.

"ngomong-ngomong siapa tadi yang bikin motor kecilku tergores" lirik Pramana mengalihkan perhatian kepada adik perempuan satu-satunya itu, Kirana nyengir menoleh menatap kakak kembar pertamanya.

"abis belokan tadi terkena ranting pohon" jawab Kirana memberi alasan. Pramana mengangguk mengunyah makanannya dengan pelan, dia tidak mungkin memarahi adiknya karena pasti akan membuatnya sedih berhari-hari memikirkan kesalahannya.

"berapa yang mau ngikutin kita" tanya Kirana meminum air mineral yang ada di gelas didepannya.

"harusnya 6 orang non" jawab salah seorang pekerja, Kirana menggeleng, "no" jawab Kirana singkat, Pramana mengangguk.

"dua non" kata penjaganya, Kirana mengangguk. "makasih bang" angkat alat makan Kirana karena menuruti permintaan nya, penjaganya tersenyum menatap tuan mudanya dimana Pramana memberi isyarat dengan jemarinya tanda 4. penjaganya mengangguk mengerti.

"dek, kita akan merayakan ulang tahun dimana" tatap Pramana. Kirana menghela nafasnya menggelengkan kepala

"bisakah jangan ada lagi perayaan yang membuatku terkejut, cuman di panti aja atau bersama kakek. it's Ok" jawab Kirana.

Pramana mengangguk, "tentu saja. kita akan mengingat hal itu, karena kurang dari sebulan kita sudah bertambah usia, 17 bukan waktu yang sebentar bukan" jawab Pramana mengendikkan bahunya. Kirana tidak menjawab, terlihat menikmati makan malamnya.

"apakah Wijaya baik-baik saja disana" tanya Pramana meminum air mineralnya, Kirana mengangguk pelan.

"terlalu baik malah, dia selalu menikmati mengelilingi perkebunan yang membuatnya menghasilkan uang" jawab Kirana berdecak kesal. "jika ada libur sekolah atau waktu luang. maka aku harus menemaninya berada di kebun" kata Kirana, Pramana tersenyum mengusap punggung Kirana lembut.

"itu passion nya menyukai tanaman seperti grandmom isn't" ujar Pramana. Kirana mengangguk beberapa kali.

"aunty Sol, roti baked tadi titip ke Momi untuk dibawa ya, aku dan kakak akan jalan-jalan dulu" kata Kirana.

"siap non, rebes pokoknya" senyum nya lebar. "apa aunty mau pulang bareng aku and Mom, biar bisa membuat roti setiap hari" tanya Kirana tersenyum. aunty Sol tertawa lebar mengibaskan tangannya menyuruh nona kecilnya segera berangkat jalan. Kirana tertawa riang berjalan menjauh dan melambaikan tangan kepada para pekerja rumah Bagaskara untuk terakhir kalinya sebelum dirinya pulang kembali ke tanah kelahirannya.

tanah kelahiran yang membuatnya selalu rindu untuk pulang, tanah kelahiran yang menguarkan aroma tanah yang menenangkan jiwanya. tanah kelahiran yang selalu membuatnya rindu untuk jauh darinya terlalu lama.

"dek" tatap Popi, Kirana melangkah menuju arah Popi dan naik kebelakang punggungnya. Popi segera menahan badan putrinya agar benar posisinya, "apakah Wilaga sudah pulang" toleh Popi melihat pekerja rumah melintas.

"iya tuan, baru saja. dengan tuan besar" angguk nya sopan dan segera pergi setelah tidak lagi berkepentingan didalam sana. Kirana tersenyum melambaikan tangannya kearah pekerja tadi yang memberi salam kepadanya.

"Paman, aku nanti malam pulang. jangan terlalu keras bekerja, bilang sama Popi untuk menambah uang lembur jika paman bekerja diluar waktu" kata Kirana. pekerja itu tertawa pelan dan mengangguk mendengar perkataan nona mudanya yang selalu saja perhatian seperti nyonya nya. "sudah nona, tuan dan nyonya selalu memperhatikan kami jadi tidak ada yang kurang dari beliau berdua. nona tidak usah kuatir" jawab pekerja itu sopan. Kirana memberi tanda Ok dengan jemarinya.

"kamu ini, dek. emangnya mereka tidak butuh istirahat seperti kita. malah mereka yang selalu bekerja keras agar kita bisa menikmati hidup" tepuk pantat popi pelan. Kirana tertawa lepas menyandarkan kepalanya di bahu Popinya.

"astaga naga, dek. ingat umur, kasian Popi semakin pendek nanti" lihat Wilaga. granddad tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan cucu kecilnya itu. Popi menggelengkan kepalanya mendengar candaan anak laki-laki keduanya itu.

"grand, nanti malam Kira balik ke Indonesia. karena bentar lagi masuk sekolah" tatap Kirana sendu.

"tidak apa honey, disana juga ada kakek yang menyayangi mu juga. granddad lega jika kamu bersama kakek" senyum granddad.

"hhmm, Momi ikut kesana.apakah granddad mau ikut juga, sudah lama grand tidak pulang. kita bisa keliling Jakarta atau Bandung dengan kereta cepat" kata Kirana meminta turun dari punggung Popinya, popi mengangguk dan merendahkan tubuhnya agar putrinya bisa turun dengan mudah.

"boleh, honey. jam berapa kita berangkat" senyum granddad mengiyakan. Kirana bertepuk tangan kegirangan.

"tengah malam aja, grand. agar sampai sana tidak terlalu malam, apakah grand tidak apa-apa" tanyanya. granddad menggeleng.

"no, granddad hanya duduk saja nanti jadi tidak masalah. kita pakai jet sendiri bukan" kata granddad meminum air mineral hangat. Kirana tersenyum mengangguk.

"jangan banyak-banyak bawa penjaganya Pop, disana juga ada. uncle Tigor akan menambah pengawalan jika ada Momi dan granddad, lagian ayah dan bunda juga tidak mungkin diam saja terkadang hal itu bikin Kirana nggak nyaman saat diluar" tatap Kirana mengiba.

Popi tersenyum mengangguk mengerti dengan sikap putrinya yang seperti istrinya tidak suka dengan penjagaan dari dekat. makanya sebisa mungkin orang-orang yang menjaganya akan terlihat dari jauh dan ada kakaknya yang selalu menemani kemana dirinya pergi.

"tentu dek, Popi tidak akan menaruh penjaga berlebihan seperti permintaanmu" jawab Popi.

"aku dan adek akan keluar sebentar setelah itu langsung ke bandara" datang Pramana memakaikan Hoodie hitam ke Kirana.

"ikut" kata Wilaga cepat dan melesat menuju ruangan pribadinya mengganti pakaian nya.

"let's go" turun Wilaga memakai pakaian casual. "aduh kak, kenapa kalian terlihat tampan bikin silau tau nggak" lihat kirana mengedipkan netranya berulangkali menggoda keduanya. Wilaga mengacak rambut Kirana sebal.

"kita memang terlahir tampan, tidak lihat ada pemberi gen tampan disana dua orang tua" jawab Wilaga santai menatap popi dan granddad sekenanya.

"nggak harus ada kata tua juga kali, kak. popi juga masih kepala empat" jawab Popi menopang dagu di lengan sofa.

"tentu Pop, ralat.. sedikit dewasa" ujar Wilaga memperbaharui kata yang diucapkannya, Kirana tergelak beranjak memeluk granddad nya dan Popinya sebelum keluar rumah.

"hati-hati dijalan, tidak usah terlalu menimbulkan kehebohan diluar" ingatkan granddad.

"tidak janji grand kalo hal itu, granddad juga pasti tahu ketampanan kita menarik perhatian para gadis. jadi secara alami pasti akan bikin heboh" peluk Wilaga, granddad tertawa lebar menepuk punggung badan cucu laki-laki keduanya itu karena selalu menciptakan suasana santai seperti Kirana.

mereka memasuki mobil yang membawa mereka pergi keluar.

"kemana dulu tuan muda" toleh penjaga yang mengantar mereka.

"ketempat hang out aja bang, emangnya bisa kemana lagi kita" tatap Wilaga yang berada disampingnya, Kirana menatap keluar jendela melihat deretan pohon asri yang menyejukkan netranya.

"didepan ada siapa" kerut Pramana melihat dua mobil yang berada didepan mereka yang tidak dikenalnya.

"dari tanda kendaraan nya itu milik keluarga Berardi, tuan. karena beliau juga setengah Indonesia jadi kami hapal" jelaskan penjaganya.

Kirana menoleh dengan cepat kearah depan.

"apa kamu kenal, dek" tanya Pramana mengerutkan keningnya sesaat menatap Wilaga.

"tidak begitu, kak. hanya sekedar tahu saja. karena dia lebih tua dari kita tiga tahun dan sepak terjangnya di dunia bisnis di usianya yang masih muda membuat Popi menaruh rasa segan. tapi anaknya sangat sopan kepada Popi dan granddad saat pertama kali kita bertemu dan setiap kali bertemu maka dia yang menyapa terlebih dahulu, herannya itu berlaku hanya kepada keluarga kita" jelaskan Wilaga, Pramana melirik Kirana yang tidak begitu tertarik dengan pembicaraan mereka berdua.

"kalian tidak tahu saja jika tadi pagi dia mengikuti nona muda ke toko buku dan penjaganya mengajak kami untuk menepi sebentar" lirik penjaga melihat kedua tuan mudanya.

"tidak usah melihat kami begitu, bang. memangnya kami tidak tahu jika dia menaruh hati pada adek hingga tadi berkenalan dengannya di toko buku" tatap Wilaga. penjaga mereka terkejut dan menatap tuan muda keduanya itu.

"dia meminta ijin untuk mendekati adek secara langsung dan memberi tahu kami jika dia sudah memperkenalkan dirinya kepada Kirana" jawab Pramana pelan.

Hai.... Hai.... Hai... all readers, terimakasih telah mengunjungi karya terbaruku. dukungan all readers selalu berarti bagi Kalang untuk memberikan karya yang terbaik.

terimakasih kasih banyak untuk support dan like all readers.

Luv.... Luv.... Luv U all readers sekebon pisang goreng.

stay healthy all

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!