Wahyu adalah seorang kuli bangunan yang penghasilannya sehari-hari tidak menentu. Tapi komitmen Wahyu yang begitu kuat dalam menikahi seorang Intan, telah membuat Wahyu bekerja keras untuk menghasilkan banyak uang demi melamar sang kekasih. Ketika Wahyu rasa uang tabungannya telah cukup untuk melamar Intan. Wahyu pun bersiap untuk mendatangi rumah Intan untuk melamar pujaan hatinya tersebut.
Hubungan Wahyu dan Intan telah lama terjalin. Sudah hampir 4 tahun keduanya berpacaran. Intan tidak mempersoalkan pekerjaan Wahyu yang hanya seorang kuli bangunan. Bagi Intan, terpenting Wahyu bisa menjaga Intan sebaik mungkin. Begitu juga dalam hal tanggung jawab. Wahyu di kenal sebagai sosok pria yang penuh tanggung jawab.
Hubungan Wahyu dan Intan di dukung penuh oleh ayah Intan. Sama seperti Intan yang tidak memandang Wahyu sebagai sosok materialistik. Ayah Intan tidak mempersoalkan pekerjaan Wahyu yang hanya seekor kuli bangunan. Sebab Wahyu di nilai sebagai seorang laki-laki yang memiliki ilmu agama yang tinggi. Tak heran jika ayah Intan yang bernama Herman, mendukung penuh hubungan Intan dengan Wahyu.
Berbeda dengan sang suami yang mendukung penuh hubungan Wahyu dan Intan. Istri Herman yang bernama Ayu, justru menentang keras hubungan Intan dengan Wahyu. Tidak pernah ada senyum yang di berikan oleh Ayu saat Wahyu berkunjung ke rumah. Sikap juteknya selalu di tunjukkan pada seorang Wahyu ketika datang ke rumahnya.
Ayu menganggap Wahyu tidak sesuai dengan kriteria menantu idaman yang dia harapkan. Intan yang seorang kembang desa di kampungnya. Tidak pantas berpacaran dengan seorang Wahyu yang hanya seorang kuli bangunan. Intan layak mendapatkan laki-laki yang memiliki pekerjaan lebih baik lagi dari Wahyu. Salah satunya mungkin seorang pegawai negeri yang di kenal memiliki gaji yang stabil dan tergolong besar.
Namun Intan yang hanya mencintai seorang Wahyu, tetap menolak untuk berpisah dari Wahyu. Materi mungkin bisa di cari, tapi kebahagiaan dan kasih sayang. Terkadang sulit di temukan pada orang yang tidak tepat. Hingga Intan menganggap Wahyu adalah salah satu orang yang tepat dalam memberikan kebahagiaan bagi dirinya. Apalagi Wahyu memiliki komitmen yang begitu tinggi dalam berhubungan dengan Intan. Itu yang semakin membuat Intan jatuh hati pada seorang Wahyu.
Rencana pernikahan Intan dan Wahyu sudah terdengar ke segala penjuru kampung. Beberapa pemuda menganggap sosok Wahyu adalah pria paling beruntung. Sebab Wahyu berhasil menaklukkan hati seorang Intan yang tergolong dingin. Beberapa dari mereka menuduh Wahyu menggunakan ilmu hitam dalam mendapatkan cinta Intan. Sebab Intan yang di kenal sebagai kembang desa. Kerap membuat beberapa pemuda di kampungnya patah hati.
Tabungan Wahyu yang sudah mencapai 30 juta itu di rasa cukup bagi Wahyu untuk di gunakan sebagai uang mahar. Mungkin 20 juta untuk uang seserahan pada keluarga Intan. Sementara 10 juta lainnya, mungkin bisa Wahyu gunakan untuk membeli barang-barang yang akan di bawa saat akad nantinya.
Wahyu yang di dampingi oleh kedua orangtuanya serta pak RT dan seorang ustadz. Sudah siap memberikan uang mahar pada keluarga Intan sebesar 20 juta. Wahyu penuh percaya diri, uang itu akan di terima baik oleh keluarga Intan. Sebab uang 20 juta selama ini jarang di berikan oleh mempelai pria pada mempelai wanita saat menyerahkan uang.
Wahyu terlihat gagah dengan batik yang seragam dengan kedua orangtuanya. Sementara pak ustadz juga terlihat keren dengan sorban yang menutupi sebagian dadanya. Begitu juga dengan peci berwarna putih, semakin menambah kesan wibawa dari seorang pak ustadz.
Semuanya sudah siap untuk mendatangi rumah orangtua Intan yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah Wahyu. Sehingga kelimanya hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke rumah orangtua Intan.
Tiba di rumah orangtua Intan, kelimanya di sambut hangat oleh Herman yang merupakan ayah dari Intan. Dia menyambut kedatangan Wahyu dan keluarganya dengan senyum ramahnya. Sementara Ayu yang tidak begitu antusias dengan kedatangan dari keluarga Wahyu yang ingin mengantar uang seserahan. Memilih untuk rebahan di atas kasurnya.
Intan sudah tampil cantik dengan sebuah kebaya berwarna merah jambu. Di temani oleh sahabatnya yang bernama Sekar, Intan terlihat malu-malu saat Wahyu menatap wajahnya. Kedua matanya tidak dapat berbohong, saat tatapan Wahyu mulai melirik ke arahnya.
Wahyu dan keluarganya pun di persilakan duduk di kursi milik Intan yang sebagian sudah robek tersebut. Beberapa gelas air sudah tersedia di atas meja. Begitu juga aneka kue yang Intan beli di pasar, sudah tertata dengan rapi di atas meja. Sehingga Wahyu dan keluarganya begitu senang dengan penyambutan yang di berikan oleh keluarga Intan.
Valen adik Intan yang merupakan seorang pemabuk berat. Tiba-tiba datang ke rumah dengan sempoyongan. Dia terlihat mabuk berat. Sehingga dia berbicara dengan tak beraturan.
Intan langsung membawa Valen menuju kamarnya. Tentu keberadaan dari Valen akan menggangu seserahan uang yang di lakukan oleh keluarga Wahyu. Sehingga Intan harus segera membawa Valen ke kamarnya untuk beristirahat. Mungkin Valen bisa di kunci seharian di kamarnya tersebut.
Hampir 10 dari kedatangan mereka ke rumah Intan. Kedua orangtua Intan tak kunjung datang kembali. Hingga itu menjadi pertanyaan tersendiri bagi kedua orangtua Wahyu. Intan pun langsung menghampiri kedua orangtuanya yang berada di kamar.
Di kamar kedua orangtuanya, ibu Intan dan bapak Intan nampak sedang bertengkar. Ibu Intan yang enggan menemui keluarga Wahyu. Di paksa oleh suaminya itu untuk datang menemui Wahyu. Tapi permintaan bapak Intan tersebut di tolak mentah-mentah oleh ibu Intan. Hingga adu mulut di antara keduanya tak terelakkan lagi.
Melihat kedua orangtuanya yang bertengkar, Intan meminta kedua orangtuanya tersebut untuk menyudahi pertengkaran yang tidak penting tersebut. Mereka harus segera menemui keluarga Wahyu yang telah lama menunggu di ruang tamu. Intan pun memohon pada ibunya untuk menemui keluarga Wahyu yang hendak memberikan seserahan uang pada Intan.
melihat Intan yang hampir menangis, akhirnya Ayu luluh. Dia pun mau untuk menemui keluarga Wahyu yang telah berada di ruang tamu. Tanpa dandan sedikit pun, Ayu yang hanya mengenakan daster berwarna kuning menghampiri keluarga Wahyu yang tampil begitu kompak dengan seragam batik yang di kenakan.
Keluarga Wahyu langsung menyambut baik kedatangan dari Intan dan kedua orangtuanya. Mereka langsung menyalami Ayu yang terlihat tidak menyukai kedatangan dari Wahyu dan keluarganya. Nampak Ayu tidak senang saat bersalaman dengan kedua orangtua dari Wahyu. Wajah dari Ayu pun terlihat begitu kesal dengan kedatangan dari keluarga Wahyu tersebut.
Keluarga Intan dan Wahyu kini sudah berada di dalam satu ruangan yang sama. Kini giliran pak ustadz yang memainkan perannya. Dia pun mengucapkan maksud dari kedatangan dirinya dan keluarga Wahyu datang ke rumah orangtua Intan. Kedatangan itu tak lain adalah untuk melamar Intan. Sejumlah uang pun telah di persiapkan untuk menjadi bukti keseriusan dari seorang Wahyu pada Intan. Uang senilai 20 juta akan menjadi uang seserahan yang di berikan Wahyu pada Intan.
Intan menerima lamaran dari Wahyu tersebut. Begitu juga dengan Herman yang akhirnya bisa merasakan seorang pria datang ke rumahnya untuk melamar Intan. Tapi tidak dengan Ayu, dia menolak lamaran dari seorang Wahyu. Bagi Ayu uang seserahan yang di berikan oleh Wahyu nominalnya terlalu kecil. Hingga itu tidak sesuai dengan harapan dari ibu Intan. Dia ingin lebih dari apa yang di berikan oleh Wahyu pada Intan.
Penolakan dari Ayu tetap di hiraukan oleh Herman. Dia selalu kepala rumah tangga, tetap menerima uang seserahan dari Wahyu yang sebenarnya nominalnya besar untuk di kampungnya. Hanya saja Ayu yang memang tidak suka dengan Wahyu, menganggap nominal uang itu kecil. Hingga dia menolak untuk menerima uang seserahan dari seorang Wahyu.
Ayu yang merasa tidak di acuhkan oleh Intan dan suaminya. Merasa marah, dia pun langsung memilih untuk kembali ke kamarnya. Dia terlihat kecewa dengan suaminya dan Intan yang menerima baik lamaran yang di lakukan oleh Wahyu. Padahal Wahyu adalah orang yang kurang di sukai oleh Ayu untuk menjadi salah satu calon suami dari Intan.
Selama ini Ayu kerap berseteru dengan seorang janda muda yang di kenal sebagai seorang lintah darat di kampung itu. Janda itu bernama Dinda. Sebenarnya umurnya tidak jauh dari Ayu, tapi berkat perawatan mahal yang di lakukan oleh Dinda. Hingga Dinda kerap terlihat awet muda. Apalagi Dinda kerap mewarnai rambut dan kukunya. Sehingga tidak ada nampak wajah tua dari seorang Dinda. Dia selalu terlihat awet muda dengan penampilan yang kerap di tunjukkan olehnya.
Dinda memiliki seorang anak perempuan seusia Intan. Kebetulan anak Dinda yang bernama Tami itu tak lama lagi akan melangsungkan pernikahan dengan tunangannya yang merupakan seorang pilot. Dinda pun kerap memamerkan calon menantunya yang merupakan seorang pilot pada setiap nasabah yang meminjam uangnya.
Walaupun tidak pernah bercerita pada seorang Ayu. Bisik-bisik tetangga yang rembes, terdengar juga ke telinga Ayu. Dia pun akhirnya tahu jika anak Dinda yang bernama Tami tersebut akan segera melangsungkan pernikahan dengan seorang pilot.
Ayu merasa iri pada anak Dinda tersebut. Sebab anak Dinda yang dalam pandangannya tidak terlalu cantik dengan anaknya Intan. justru mendapat seorang calon suami seorang pilot. Tapi anak Ayu yang merupakan seorang kembang desa, justru berpacaran dengan seorang tukang kayu bernama Wahyu. Secara materi saja, Wahyu kalah telak dari seorang calon Tami. Hingga Ayu terkadang minder saat menceritakan sosok Wahyu yang hanya tukang kayu di kampungnya.
Pernikahan Tami dan seorang pilot itu akan di gelar mewah oleh Dinda. Dia akan membuat pesta 7 hari 7 malam. Dimana nantinya akan ada banyak hiburan yang bisa di saksikan oleh setiap tamu undangan. Hingga setiap tamu undangan akan merasa puas datang ke acara pernikahan dari Tami.
Undangan yang di sebar oleh Dinda juga tak tanggung-tanggung. Dia mengundang banyak tamu penting, seperti perangkat desa dan kecamatan. Bahkan dia juga mengundang kepala daerah untuk datang di resepsi pernikahan anaknya tersebut.
Mendengar kabar kemewahan dari pernikahan anak Dinda. Ayu langsung terbakar dengan rasa iri yang tinggi. Dia tidak ingin kalah dari Dinda. Tapi Ayu sadar, dia tidak memiliki banyak uang seperti Dinda. Jadi rasa irinya itu hanya bisa di lampiaskan di dalam hati Ayu saja.
Dinda pun membuat banner besar yang terbentang di samping jalan kampung. Dimana akan ada acara dangdutan yang mengundang banyak artis ibukota. Sehingga setiap warga bisa bertemu dengan artis idola mereka. Artis dangdut yang biasanya kerap tampil di acara televisi akan di undang oleh Dinda dalam resepsi pernikahan puteri tercintanya.
Ayu yang sedang melintas di jalanan kampung bersama dengan Herman. menyempatkan diri untuk membaca banner besar yang di buat oleh Dinda tersebut. Hingga hati Ayu semakin panas saat melihat banner besar yang di buat oleh Dinda tersebut.
"Kamu lihat apa sih Bu. Sampai harus berhenti segala?" tanya Herman yang harus menahan panas.
"Bapak gak lihat banner besar ini. Ternyata si lintah darat itu bakal membuat acara dangdutan juga di hari pernikahan Tami." jawab Ayu dengan wajah kesalnya.
"Terus masalahnya apa buat kita?" tanya Herman kembali.
"Ibu juga ingin kita buat acara dangdutan yang sama seperti dia." jawab Ayu dengan wajah kesalnya.
"Hahaha... Duit dari mana Bu. Uang seserahan dari Wahyu cuman cukup untuk katering, baju pengantin dan tenda saja. Duit dari mana kita mau buat acara dangdutan itu." ujar Herman sedikit tertawa.
"Kita jual saja sawah kita. Siapa tahu laku besar Pak. Biar kita bisa buat acara besar seperti Dinda." Usul Ayu dengan penuh semangat.
"Tidak, itu harta satu-satunya buat nanti kalau Bapak meninggal. Jadi Bapak tidak akan melakukan itu. Pernikahan seorang Intan dan Wahyu di gelar sederhana saja. Tidak harus berlebihan seperti itu Bu." ucap Herman.
Ayu sebenarnya tidak setuju dengan ucapan dari Herman. Sebab dia berharap pernikahan dari Intan dan Wahyu akan di gelar secara mewah. Mengingat ada rasa gengsi di antara Ayu dengan Dinda. Sehingga Ayu tidak ingin kalah dari seorang Dinda dalam membuat sebuah acara resepsi pernikahan untuk Intan.
Intan yang semakin panas dengan apa yang di tunjukkan oleh Dinda. Mencari cara agar bisa menggelar pesta pernikahan yang tak kalaheqah dari apa yang di lakukan oleh Dinda pada Tami. Sehingga Ayu tidak akan kalah dalam hal resepsi dari seorang Dinda. Ayu harus melakukan hal yang terbaik untuk membuat Intan dapat merasakan pesta yang mewah.
Ayu pun datang ke rumah salah satu rentenir yang berada di luar kampungnya. Kedatangan dari Ayu, bermaksud untuk meminjam uang dengan nominal yang besar. Nantinya uang tersebut akan Ayu gunakan untuk membuat pesta meriah di hari pernikahan Intan dan Wahyu. Sehingga pernikahan Intan dan Wahyu akan berjalan sangat meriah dan berkesan bagi seluruh warga kampung.
Setibanya di rumah rentenir itu, Ayu langsung di sambut baik oleh rentenir yang bernama Irma tersebut. Irma senang ada seorang nasabah baru yang akan meminjam uang dari dirinya. Sehingga Irma tidak sabar untuk memberikan pinjaman uang pada Ayu.
Ayu pun di persilakan untuk duduk di sofa empuk milik Irma. Tak lupa dia juga di tawari oleh Irma segelas air putih yang akan membuat tenggorokannya sedikit lebih baik lagi. Sehingga Ayu begitu nyaman saat berada di rumah mewah milik Irma tersebut.
"Ada keperluan apa kami datang ke rumah saya?" tanya Irma dengan begitu lembutnya.
"Saya datang kesini untuk meminjam uang pada anda." jawab Ayu sedikit malu-malu.
"Berapa yang ingin kamu pinjam?" tanya Irma kembali.
"50 juta." jawab Ayu singkat.
Irma terkejut dengan nominal uang yang ingin di pinjam oleh Ayu. Dia tidak mungkin langsung percaya pada Ayu. Sebab pinjaman dari Ayu adalah pinjaman pertamanya. Sehingga rentan bagi Irma untuk memberikan pinjaman dengan nominal yang fantastis tersebut.
"Apa yang bisa kamu jaminkan untuk pinjaman kamu tersebut?" tanya Irma kembali.
Ayu sempat berpikir, sebelum akhirnya dia dengan spontan menawarkan sertifikat rumah dan sawah yang di milikinya.
"Saya ada sawah, serta rumah. Mungkin itu bisa jadi jaminan buat Ibu."
"Apa kamu bawa sertifikat rumah tersebut?" tanya Irma kembali.
"Tidak, sertifikat itu ada di lemari baju saya. Tapi saya memiliki beberapa photo dari sertifikat rumah tersebut." jawab Ayu dengan penuh percaya diri.
Ayu pun menunjukkan photo dari sertifikat rumah milik. Ayu berjanji akan segera memberikan sertifikat rumah itu pada Irma. Jika Irma memberikan dirinya pinjaman uang tersebut. Ayu berjanji akan hal itu pada Irma.
Irma percaya dengan ucapan dari Ayu. Tapi Irma tidak langsung memberikan uang tersebut pada Ayu. Dia ingin Ayu menyerahkan terlebih dahulu sertifikat rumah yang Ayu maksud. Sehingga itu bisa menjadi jaminan bagi Irma.
Dengan uang tambahan yang di pinjam oleh Ayu pada Irma. Ayu pun bisa menggunakan uang tersebut untuk membuat pesta mewah untuk pernikahan dari seorang Intan dan Wahyu. Pesta itu tidak akan berjalan biasa saja, pastinya akan di gelar semeriah mungkin.
Tak kalah dari pesat anak Dinda yang mengundang artis dangdut untuk bernyanyi. Ayu juga mengundang beberapa penyanyi dangdut lokal untuk memeriahkan resepsi pernikahan dari Intan dan Wahyu. Sebuah panggung megah pun di buat di samping kursi pelaminan Intan dan Wahyu.
Untuk dekorasi sendiri, Ayu menggunakan dekorasi yang teramat mahal. Dia menyewa dekorasi yang biasa di gunakan oleh pejabat untuk melakukan acara resepsi anak mereka. Dengan tambahan uang yang cukup besar tersebut. Ayu bisa dengan mudah melakukan keinginan dari dirinya dalam pesta resepsi pernikahan anaknya.
Tak hanya hiburan yang tergolong mewah bagi Intan yang hanya mendapat uang seserahan sebesar 30 juta. Suvenir pernikahan dari Intan juga, Ayu persiapkan dengan begitu mewahnya. Beberapa gantungan kunci dengan harga yang begitu mahal di borong Ayu di salah satu mall yang ada di kota. Hingga setiap orang yang datang ke pesta pernikahan Intan akan begitu senang dengan apa yang mereka dapatkan sebagai suvenir pernikahan Intan dan Wahyu.
Berbagai kemewahan yang di lakukan oleh Ayu, sempat menjadi pertanyaan bagi seorang Herman. Dia terlihat tidak percaya Ayu bisa membuat susunan acara dengan begitu mewahnya. Sementara uang seserahan yang di berikan oleh Wahyu hanya 30 juta saja. Ini menjadi sebuah pertanyaan yang cukup mendalam bagi seorang Herman.
Herman mengajak Ayu untuk mengobrol serius dengan dirinya. Ayu yang sedang berada di kamar, dimana Ayu sedang mempersiapkan beberapa undangan yang akan di berikan pada orang-orang penting di kampungnya.
"Buat siapa saja undangan itu?" tanya Herman duduk di samping Ayu.
"Buat Bu lurah, sama buat Bu Kapolsek. Undangan ini aku pesan khusus." jawab Ayu dengan wajah penuh kebahagiaan.
"Pasti undangan itu mahal banget. Berapa satu undangan itu?" tanya Herman kembali.
"Satunya 100 ribu. Aku pesan empat undangan khusus ini." jawab Ayu dengan santainya.
"Memang uangnya cukup, apa itu tidak berlebihan. Menurut aku, kamu terlalu berlebihan dengan semua itu. Aku tidak ingin ada masalah setelah ini." ujar Herman dengan tegasnya.
"Maksud kamu?" tanya Ayu dengan wajah bingung.
"Awas saja kalau kamu buat masalah dengan semuanya. Aku tidak akan tanggung jawab Ayu." ucap Herman dengan tegasnya.
Ayu terhenyak mendengar ancaman yang di lontarkan oleh Herman. Dia menyadari apa yang telah di lakukan oleh dirinya ini sudah sangat berlebihan. Tapi ini adalah satu-satunya cara yang Ayu bisa lakukan untuk menunjukkan harga dirinya di hadapan seorang Dinda. Dengan resepsi pernikahan yang mewah, mungkin akan menjadi sebuah pembalasan yang baik bagi seorang Ayu pada Dinda. Hingga Ayu menyingkirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi pada hidupnya.
Dia hari sebelum akad dan resepsi pernikahan Intan dan Wahyu di gelar. Sebuah panggung dengan hiasan bunga besar sudah terpasang di samping rumah Ayu. Beberapa tetangga di sekitar rumah Ayu, mengagumi apa yang telah di lakukan oleh Ayu. Mereka memuji Ayu yang menggelar pesta pernikahan dengan mewahnya. Hingga ini akan jadi hiburan tersebut bagi warga sekitar rumah Ayu.
Tak hanya panggung dengan ukuran raksasa. Ayu juga sudah menyiapkan berbagai macam door price yang mungkin saja akan membuat pesta pernikahan dari Intan dan Wahyu berjalan semakin menarik.
Walaupun bukan artis ibukota yang di undang ke pernikahan Intan dan Wahyu. Tapi penyanyi dangdut yang sudah terkenal di desa, menjadi pengisi acara di pernikahan Intan dan Wahyu. Mereka siap memberikan penampilan terbaik dari mereka dalam menghibur setiap tamu undangan yang hadir. Sehingga banyak warga yang sudah tidak sabar untuk menyaksikan penampilan penyanyi dangdut yang kerap membawakan lagu-lagu yang cukup mudah di ingat tersebut.
Untuk makanan sendiri, Ayu tidak memilih daging ayam sebagai menu prasmanan. Tapi Ayu memilih daging sapi dan kerbau sebagai menu makanan yang akan di hidangkan pada setiap tamu undangan yang hadir. Menu itu menjadi menu yang favorit tentunya bagi para warga. Apalagi saat di buat rendang, itu semakin membuat warga semangat untuk datang ke pernikahan dari Intan dan Wahyu.
Hiasan sendiri tak kalah mahal. Hiasan mahal dari salah satu wedding organizer terkenal di kampungnya. Di sewa Ayu tanpa pikir panjang. Padahal Weeding Organizer itu biasa di gunakan oleh mereka yang berduit saja di kampung Ayu. Bagi Ayu uang berasal dari kelas menengah ke bawah. Menyewa Weeding Organizer itu rasanya begitu mustahil. Apalagi Intan hanya menikah dengan seorang tukang kayu. Sehingga banyak warga yang tidak menyangka Ayu akan menyewa Weeding Organizer mahal untuk pernikahan Intan dan Wahyu.
Mahalnya make up pernikahan yang di kenakan oleh Intan. Semakin menambah kecantikan dari Intan sendiri. Begitu akan memasuki tempat akad nikah. Intan banyak menyihir para pemuda kampung dengan penampilannya yang terlihat mewah dan sempurna.
Wahyu yang datang dengan barang-barang seadanya. Sempat sedikit membuat Ayu kesal. Pasalnya pesta mewah yang telah Ayu buat, tidak di barengi dengan kemewahan dari keluarga Wahyu. Ayu terlihat tidak senang saat mengalungkan sebuah kalung bunga di leher Wahyu. Dia merasa Wahyu tidak cocok untuk menjadi calon menantunya.
Wahyu pun segera memasuki tempat akad nikah. Dimana di sana sudah ada Herman dan beberapa orang yang akan menjadi saksi. Begitu juga dengan seorang penghulu yang akan membimbing Herman dalam melakukan akad nikah.
Tangis haru langsung pecah dari seorang Herman, saat dia mulai menjabat tangan dingin dari seorang Wahyu. Hari ini adalah hari terakhir bagi dirinya dalam bertanggung jawab atas Intan. Sebab sebentar lagi, Herman akan memberikan Intan pada seorang Wahyu. Hingga tanggung jawab Herman atas Intan pun telah berakhir. Kini tanggung jawab itu berpindah ke tangan Wahyu.
"Saya nikahkan putri saya yang bernama Intan Pratiwi, dengan engkau ananda Wahyu Subagia. Dengan mas kawin kalung emas seberat 5 gram serta seperangkat alat shalat. Di bayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya, Intan Pratiwi dengan mas kawin tersebut. Di bayar tunai."
"Bagaimana saksi?"
"Syah."
"Syah."
"Syah."
Ucapan syukur langsung terucap dari seluruh orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Mereka terlihat begitu bahagia dengan apa yang ada. Terutama Herman yang resmi menikahkan putrinya tercinta dengan Wahyu.
Begitu juga dengan Wahyu yang telah resmi menjadi suami dari Intan. Ini adalah momen yang paling di tunggu oleh Wahyu, setelah lama berpacaran dengan Intan. Dia akhirnya mempersunting bidadarinya tersebut.
Walaupun tidak senang atas pernikahan anaknya dengan Wahyu. Tetapi Ayu tetap senang dengan pernikahan Intan yang di gelar secara meriah. Dengan begitu, Ayu pun tidak kalah dari Dinda dalam menyelenggarakan resepsi pernikahan anaknya dengan mewah juga. Bagi Ayu, sedikit pun kalah dari Dinda adalah kemunduran dalam hidupnya. Walaupun dalam kenyataannya, Ayu memang banyak kalah dari seorang Dinda yang di kenal sebagai seorang lintah darat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!