NovelToon NovelToon

Terjebak Status Palsu

Setatus Baru Hanum

“Saya terima nikah dan kawinnya Hanum trihapsari binti almarhum Triadmojo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.“

Sah,,, Sahh....!“

Seru para saksi mengucapkan tanda bahwa mereka telah sah menjadi pasangan halal. Sultan menyematkan sebuah cincin kawin di jari manis Hanum yang melingkar indah di jari lentiknya begitu juga Hanum yang memakaikan cincin di jari pria yang kini telah menjadi imam dalam rumah tangganya dengan gelar tingginya sebagai suami.

Hanum mecium punggung tangan Sultan dengan takzim, dan Sultan mencium kening Hanum tanpa ragu.

Penghulu pun membacakan do'a pada pasangan pengantin yang baru saja usai melafazkan ijab qabul beberapa menit yang lalu sebelum penghulu itu beranjak ke acara pernikahan di tempat lain.

Sebuah pernikahan yang digelar secara sederhana di masjid Agung Annur-Azmi di komplek perumahan yang elite.

Sebuah rumah yang sengaja Sultan beli satu minggu sebelum menikahi Hanum untuk dia jadikan sebagai ibu dari bayi yang akan diadopsinya.

Para tamu pun berangsur surut kini hanya menyisakan Sultan, Hanum dan asisten pribadinya tanpa pengiring keluarga masing-masing. Para tamu undangan pun hanya beberapa dari orang komplek dan karyawannya tertentu saja yang datang.

Hanum sendiri mendapat perwalian dari wali hakim karena tidak adanya ayah atau saudara laki-laki yang bisa menjadi walinya. Sedangkan ibunya sakit dan harus mendapatkan perawatan yang ia titipkan pada tantenya yang mata duitan.

“Hanum masuklah ke mobil!“ Tanpa bersuara Hanum mengangguk patuh mengikuti perintah suaminya.

Hanum pun masuk kedalam dengan tatapan kosongnya di depan. Sultan mulai menyalakan mesin mobilnya menuju rumah barunya hanya berjarak 500 meter dari masjid dimana tadi ia melakukan upacara sakralnya dihadapan Tuhan.

“Apa yang kau pikirkan?“ tanya Sultan melirik kearah Hanum.

“Tidak ada.“ jawab Hanum cepat.

“Jangan pernah mengharapkan apapun dari pernikahan ini. Aku membayarmu sesuai perjanjian dan pernikahan ini hanya sebuah setatus belaka.“ jelas Sultan paparnya lagi.

“Aku bahkan masih mengingatnya dengan baik.“ ujar Hanum.

Setibanya di rumah baru yang terlihat besar itu, Hanum mengayunkan langkah kakinya sebagai setatus barunya yang orang lihat sebagai pasangan pengantin baru.

Sultan membawa koper masuk kedalam kamar yang akan Hanum tempati. “Ini adalah kamarmu. Mulai besok kau akan tidur bersama Alee Kendra Zoelva.

Hanum menyapu pandangannya menyisir kamar yang akan dia tempati bersama bayi yang akan dia asuh. Ada ranjang dengan ukuran king size, Ac dan box bayi di samping ranjangnya tidur.

“Aku lelah dan ingin istirahat saat ini juga.“ pinta Hanum ingin merebahkan tubuh lelahnya. Dan juga ingin merasakan empuknya kasur yang biasa orang kaya tiduri.

Selama ini dia hanya tidur di atas tikar tipis di kontrakan yang dia tempati bersama ibu dan tantenya yang jahat itu.

“Besok akan ada asisten rumah tangga yang akan membantu pekerjaan mu. Satu lagi jam 8 pagi besok kau sudah harus siap. Besok kau akan melakukan terapi hormon agar bisa menyusui Alea sebagai ibu susunya.“

“Apa itu juga ada di surat perjanjian yang kutanda tangani?“ tanya Hanum mulai memberontak.

“Tentu saja! Apa kau tidak membacanya secara detail? Kau bisa baca ulang surat itu.“ jawab Sultan lalu menutup pintu kamar Hanum.

Sultan meraih kunci mobilnya keluar meninggalkan Hanum seorang diri di kamarnya yang cukup besar. Bahkan ukurannya tiga kali lebih besar dari kamar kontrakannya, Hanum menjatuhkan bobot tubuhnya di atas ranjang melayangkan tubuhnya dengan tangan terentang.

“Begini rasanya jadi orang kaya tidur di kasur empuk, banyak duit, pulang pergi naik mobil nggak kehujanan kepanasan nggak usah naik angkot jalan kaki.“ keluh Hanum yang selama ini dia rasakan.

Lambat laun Hanum tertidur setelah beberapa menit pikirannya melalang buana. Membayangkan kisah hidupnya yang pahit bersama ibunya.

Awal Interaksi Hanum dan Sultan

Hanum, pergilah! Kau tidak perlu memikirkan ibumu ini. Nasibmu jauh lebih berharga, Nak. Jangan sampai masa depanmu hancur hanya karena memikirkan ibumu yang tidak mampu melindungi mu. Pergilah! Sebelum tantemu datang menjual mu pada pria hidung belang. Pikirkan nasibmu, kau bisa temui ibumu kapan pun sekaran pergilah selamatkan hidupmu.

Tapi, Bu. Bagaimana bisa aku tega meninggalkan ibu dalam keadaan seperti ini? Aku tidak mungkin membiarkan ibu tersiksa sendirian.

HANUM.... Hanum! Cepat keluar! Lihatlah siapa yang datang! Juragan Hartoyo datang menemuimu

Pergilah! Cepat pergi Hanum!“

“IBU.....!!“ Hanum terbangun dari tidurnya dan terduduk di tepi ranjangnya.

Bayangan ketika Hanum masih bersama ibunya dikontrakan terbawa hingga kedalam mimpi. Ia beranjak dari duduknya, menyingkap sedikit tirai jendela melihat kearah pintu gerbang.

Dilihatnya halaman yang masih kosong tidak adanya mobil milik pria yang telah sah mempersunting dirinya meski hanya sebatas setatus saja tidak dalam arti yang sesungguhnya.

“Aku ingin sekali menemuimu ibu, Aku bahkan sudah menikah tanpa persetujuan juga restumu. Maaf, maafkan Hanum, Ibu.“ ucap Hanum menangis merundukkan kepalanya mengingat bayangan ibunya yang menderita kelumpuhan.

Hanum bahkan masih mengenakan pakaian pengantin lengkapnya. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 9 malam, sebelum kembali lanjut tidur Hanum lebih memilih membersihkan dirinya dari lengket make-up dan keringat setelah siang tadi melangsungkan akad nikah.

Satu persatu Hanum melepaskan pakaian pengantinnya, hingga menyisakan tanktop dan hotpant hitamnya hingga mencetak bentuk lekuk tubuhnya yang indah.

Diraihnya handuk baru berwarna putih bersih dari dalam lemari, belum sempat ia berjalan menuju pintu kamar mandi. Pintu kamarnya telah di buka dari luar reflek Hanum menolehkan kepalanya melihat siapa yang datang membuka pintu kamarnya.

“Hanum! Kau?“Sultan begitu terkejut melihat penampilan wanita yang sudah sah secara lahir dia nikmati keindahan bentuk tubuhnya melalui pandangannya.

Hanum nampak biasa saja melihat kehadiran Sultan secara tiba-tiba. “Kenapa dia? Seperti melihat hantu saja!“ ujarnya cuek masuk kedalam kamar mandi.

“Dasar wanita! Suka sekali memancing emosional kaum pria. Atau dia memang sengaja melakukannya hanya untuk menggodaku?“ cicitnya pergi meninggalkan pintu kamar Hanum menuju kamarnya sendiri.

Sultan pun melakukan hal yang sama mandi sebelum mengajak Hanum makan malam. Dia menyempatkan diri ke restoran membeli dua porsi nasi goreng dan martabak telur khas medan.

Usai mandi Hanum meraih koper berisi pakaian gantinya. Ia mengambil kaos karakter dengan hotpant warna cream, yang memperlihatkan kaki jenjangnya serta pahanya yang mulus.

Hanum yang memang sudah terbiasa mengenakan pakaian santai ia suka memakai baju yang lebih simple untuk dia pakai tidur. Karena usianya yang masih terbilang belia yang baru menginjak 20 tahun.

“Makanlah! Kau harus sehat. Besok waktunya kau terapi hormon untuk menghasilkan ASI yang berkualitas.“ titah Sultan pada Hanum.

“Sebanyak ini? Mana mungkin aku bisa menghabiskannya. ini terlalu banyak aku bisa gendut.“ keluh Hanum meraba perutnya yang terasa penuh, yang hanya melihatnya saja ada banyak makanan di atas meja.

Tanpa ada jawaban Sultan melahap nasi gorengnya tanpa melirik kearah Hanum sedikit pun.

“Selain tidak sopan kau juga sangat cerewet!“ ujar Sultan diakhir makannya lalu meneguk air mineralnya.

“Aku tidak sopan?“ Hanum mengulang ucapan Sultan. “Memangnya apa yang sudah ku lakukan padamu?“ Sungut Hanum memasukkan sampah bekas makannya kedalam kantong plastik.

“Jangan pernah coba-coba menggodaku atau merayuku dengan pakai minim mu itu!“ ucap Sultan tepat di cuping telinga Hanum. Hingga membuat bulu kuduknya meremang karena sapuan nafasnya yang menyentuh pipinya.

Sultan beranjak melangkah menuju kamar tidurnya.

“Dia itu terlalu percaya diri sekali! Memangnya siapa yang mau merayu dia? Bahkan dia itu lebih pantas jadi om ku bukan jadi__“

“Aaaa.....!!“ pekik Hanum menjerit kaget saat kakinya tanpa sengaja menginjak plastik. Dan hampir jatuh ke lantai jika saja Sultan tidak sigap menangkap tubuh Hanum.

“Apa usiaku terlalu tua untuk menjadi suamimu?“ Hanum merasakan irama jantungnya berdetak sangat kencang. Saat netra itu saling bertemu dan menatapnya dalam.

“Kau yang merayuku!“ seru Hanum melepaskan diri dari dekapan pria itu, dan mendorong tubuh liatnya.

Sultan melirik Hanum sesaat, menarik ujung bibirnya membentuk senyum tipis. Yang berjalan tergesa-gesa, menuju kamar sambil menekan dadanya yang masih berdebar.

Mengajak Hanum Ke Rumah Sakit

Hanum menyiapkan sarapan pagi layaknya seorang istri yang melayani suaminya di meja makan.

Membuat sarapan ala kadarnya seperti, nasi goreng dan telur dadar isi sayuran. Juga membuatkan secangkir minuman aroma cafe in.

Ia sendiri sudah terbiasa melakukannya sejak berusia tiga belas tahun, disaat usianya menginjak remaja. Hanum harus merawat ibunya setelah membuatkan sarapan untuk ayah dan ibunya sebelum berangkat ke kebun.

Yang bekerja sebagai buruh di kebun milik juragan Hartoyo, mulai dari menyemai bibit hingga masa panen tiba kedua orangtua Hanum yang merawat kebun juragan Hartoyo dengan sistem bagi hasil.

Ketika masa panen tiba ayah dan ibunya mengalami kecelakaan, saat mobil yang ditumpanginya mengangkut jagung dan singkong terguling karena jalanan yang licin akibat hujan deras.

Ayah Hanum meninggal saat dilarikan kerumah sakit. Karena banyak kehilangan darah akibat benturan keras dikepalanya. Sedangkan ibunya mengalami patah tulang dan mengalami kelumpuhan permanen.

Juragan Hartoyo tidak mau menanggung biaya pengobatan sepenuhnya sehingga pengobatan ibunya harus terhenti. Hanum dan ibunya hanya pasrah tanpa berani menuntut kecuali Hanum mau menerima lamaran juragan Hartoyo sebagai istri mudanya.

Keadaan Hanum yang dalam kesulitan itu, memang sengaja dimanfaatkan oleh juragan Hartoyo dan tantenya buang gila harta. Tapi Farida tidak rela jika putri satu-satunya harus jatuh pada dua orang licik seperti Hartoyo dan Mirna adiknya.

“Hanum, lebih baik ibu lumpuh selamanya. Dari pada ibu harus mendengar dan melihat penderitaan mu sebagai madunya istri juragan Hartoyo. Mereka pasti akan menindasnu dan memperlakukan dengan kasar. Di dunia ini mana ada wanita yang mau berbagi suami dan cintanya untuk wanita lain. Terlebih di usiamu yang masih muda masa depanmu jauh lebih berharga.“ Itulah pesan yang yang Hanum dengar setiap harinya. Dengan berat hati Hanum pergi dari rumah meninggalkan ibunya yang tidak bisa berjalan dengan kedua kakinya akibat kecelakaan dua tahun lalu.

Hanum hanya bisa menangis tanpa tahu jalan keluar terbaik untuk ibu juga dirinya.

“Hanum, jam delapan nanti aku akan menjemput mu. Satu jam lagi kau sudah harus siap.“ titah Sultan setelah menyesap kopinya.

Perusahaan yang bergerak pada bahan baku kertas yang terbilang cukup besar. Dan memiliki jaringan industri yang luas hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sultan sendiri pria beruntung seorang yatim piatu yang di asuh oleh keluarga Harlan Damanik pengusaha kertas dan pengolahan bahan bekas daur ulang. Yang seluruh hartanya di wariskan oleh Sultan secara sah setelah Harlan resmi mengadopsinya sebagai putranya.

“Iya. Aku akan bersiap nanti,“ jawab Hanum mengisi piring Sultan dengan nasi goreng buatannya.

Mereka sarapan dalam diam hanya dentingan sendok dan garpu saja yang terdengar diantara mereka. Sultan pun nampak menikmati hidangan yang istrinya buat tanpa komentar.

Ternyata pintar juga dia masak. Belajar darimana dia bisa masak seenak ini?

Gumam Sultan melirik Hanum diam-diam, mencuri pandang dengan senyum smirknya tanpa gadis itu tahu. Saat mata itu saling bertemu pandang Sultan salting dibuatnya.

“Ada apa melihatku seperti itu?“ tanya Hanum merasa jika suaminya sedang memperhatikan dirinya.

“Tidak ada. Nasi goreng buatanmu sangat asin kau bisa membuat tensiku naik.“ kilah Sultan berbohong seraya meneguk air mineralnya. Hanum melirik heran kearah piring Sultan yang kosong tanpa sisa.

“Tapi kau menghabiskannya. Dan aku memasak menggunakan garam sesuai takaran.“ sanggah Hanum. Baru kali ini ada orang yang komplain masakan buatannya dan itu adalah suaminya sendiri.

“Lalu apa aku harus membuangnya? Itu sama saja dengan mubazir.“ sangkalnya tidak ingin terlihat bodoh dihadapan istrinya. Hanum mengindik kedua bahunya memutar dua bola matanya malas.

“Paling tidak kau akan protes jika masakanku terlalu asin di lidah mu.“ timpal Hanum sambil membawa piring kotor bekas makan merek ke tempat pencucian piring.

“Kau itu hobi sekali bicara. Aku ini mau berangkat ke kantor, Hanum!“ seru Sultan dengan nada protes menunggu Hanum mengantar dirinya sampai pintu depan.

“Kau berangkat saja! Bukannya aku sudah menyiapkan semua keperluanmu.“ bantah Hanum sambil melanjutkan mencuci peralatan bekas masaknya. Dengan kesal Sultan berjalan menghampiri Hanum dan berdiri dibelakang punggungnya tanpa gadis itu tahu.

“Mau apa lagi sih sebenarnya om-om itu,“ omelnya mengibaskan tangannya, hingga lantainya basah karena ulahnya. Hanum membalik tubuhnya lagi-lagi gadis itu menginjak lantai basah bekas cipratan tangannya tadi dan membuatnya terpleset.

Ditambah Hanum sangat kaget melihat suaminya tiba-tiba ada dibelakang punggungnya. Hanum secara diam-diam menatap kagum wajah tampan suaminya. Hingga membuat debaran dihatinya lebih tak karuan dari semalam.

“Kau gadis yang sangat ceroboh sekali, Hanum! Bagaimana kau bisa merawat Kendra jika kau seperti ini?“ ucap Sultan marah. Kali ini Sultan bukan hanya marah karena sikap Hanum yang ceroboh. Tapi karena istrinya menyebutnya om-om.

“Maaf tidak sengaja.“ jawab Hanum dengan mimik wajah melasnya.

“Nanti saja kau lanjutkan cuci piringnya. Sekarang kau antar aku sampai pintu depan!“ perintah Sultan. Tidak ingin terlihat bukan seperti pasangan pengantin pada umumnya yang terlihat harmonis dan romantis.

Hanum pun cukup pintar menanggapi apa yang sebenarnya suaminya maksud. Diraihnya tas yang masih berada di sofa dan berjalan mengekor dibelakang suaminya sampai di depan mobil.

Sebelum masuk mobil Hanum mencium punggung tangan suaminya.

“Tetangga baru ya! Boleh kenalan?tanya salahsatu ibu paruh baya itu dari depan pintu gerbang.

Hanum dan Sultan tersenyum pada dua ibu komplek yang menyapanya. “Saya Hanum ibu, dan ini suami saya. Kami baru menempati rumah ini kemarin.“ jawab Hanum mengenalkan suaminya, sambil membuka pintu gerbang.

“Oo, yang kemarin melangsungkan akad di masjid komplek ini ya?“ tanya ibu satunya lagi. Yang dibalas anggukan oleh Hanum sebagai jawaban.

“Hanum, ingat satu jam lagi!“ pesan Sultan membisikkan di telinga istrinya yang terkesan sedang mencium pipi Hanum. Lalu masuk kedalam mobil dan menutup pintunya.

“Biasa pengantin baru masih anget mesra-mesranya.“ ujar ibu tadi pada teman bicaranya, lalu pamit pada Hanum setelah Sultan memberi kode lewat klakson mobilnya dari halaman rumahnya.

Hanum pun bersiap setelah menyelesaikan acara cuci piringnya yang tertunda tadi. Ia memakai tshirt putih sedikit ketat yang memperlihatkan keindahan tubuhnya di bagian depan yang terlihat menantang. Yang dipadukan dengan celana jeans biru laut dan sepatu flatshoes yang nyaman di kakinya. Serta mengaplikasikan make-up natural di wajahnya yang memang sudah cantik alami.

...***...

“Pak, hari ini kita akan mengecek beberapa tempat yang sudah ada banyak bahan dari pengepul yang menawarkan barangnya untuk kita proses.“ ujar kepala gudang yang mengontrol pasokan barang.

“Saya akan datang dan memeriksanya nanti. Saya masih ada urusan di luar kantor.“ ucap Sultan pada karyawannya. Dan menyerahkan tanggungjawab pekerjaannya pada asisten pribadinya.

Tinn... Tin...

Suara klakson mobil Sultan terdengar nyaring, Hanum segera membuka pintu gerbang untuk suaminya.

Sultan turun dari mobilnya melihat penampilan istrinya, yang lebih mirip pada anak kuliahan. Yang memang diusianya yang lebih pantas mengenyam pendidikan dan belum seharusnya menjadi ibu rumah tangga.

“Hanum, kita ini mau ke rumah sakit. Bukan mau ke mall atau ke pantai. Ganti pakaianmu sekarang!“

“Tapi__“ tanpa mau mendengar alasan Hanum. Sultan secepatnya menarik pergelangan tangan Hanum membawanya ke kamar dan membuka pintu lemari Hanum yang sudah Sultan isi dengan berbagai model pakaian wanita terkini.

Sultan memilih pakaian yang cocok untuk Hanum pakai.

Pilihannya jatuh pada dress import, dibawah lutut dengan warna putih tulang berenda kombinasi mutiara.

“Kau pakai ini aku menunggu mu di mobil!“ perintah suaminya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!