NovelToon NovelToon

Merebut Tunangan Bibiku

Bab 01

" Bibi, apa kalian akan pergi makan malam di luar?" 

Seorang gadis muda berlari menuruni anak tangga dengan langkah cepat menghampiri bibi nya sedang bersama seorang laki-laki, dia bahkan belum sampai sudah berbicara dengan semangat sekali. 

" Iya, kamu mau ikut?" Ucap sang bibi. 

" Mau, mau … kalau begitu tunggu ya, Ara mau ganti baju dulu. Awas lo kalau di tinggal, nanti Arra ngambek." 

Arabelle Kaila Dahayu atau sering di panggil Ara gadis cantik yang selalu periang itu adalah keponakan dari seorang bibi yang masih muda berusia 27 tahun yang bernama Nuri Adiba. Umur mereka hanya berselisih 4 tahun saja, Nuri adalah adik dari mendiang ibunya Ara.

Ara adalah anak yatim piatu, kedua orang tuanya telah meninggal kecelakaan mobil 5 tahun yang lalu. Dan sejak dari itu Ara dititipkan kepada Nuri, adik mendiang ibunya Ara. Umur mereka memang tidak terlalu jauh karena dulu almarhum kakeknya Ara menikah lagi dengan seorang janda beranak 3, dan dari pernikahan itu mereka menghasilkan buah cinta yaitu Nuri. Karena sudah dari kecil mereka tumbuh bersama sehingga saat Ara dititipkan ke Nuri keduanya sudah sangat sangat akrab sehingga tidak ada kecanggungan diantara keduanya. 

Awalnya Ara begitu sangat sedih ketika kedua orang tuanya telah tiada sampai sebulan lamanya Ara berdiam diri di kamar. Tawa ceria itu seakan hilang dari sosok gadis yang polos yang tidak tahu apa-apa itu. Namun Nuri selalu memberikan support dan semangat hingga Ara kembali menjadi dirinya sendiri dan seperti saat ini mereka bagaikan anak kembar yang tak terpisahkan. Kemana-mana selalu bersama, bahkan tidur pun Ara selalu ingin bersama dengan Nuri.

Nuri tidak keberatan sama sekali, toh dirinya sungguh sangat senang melihat senyum bahagia dari Ara sudah kembali hingga 5 tahun mereka hidup berduaan saja.  Walaupun sebenarnya Ara masih memiliki nenek yaitu ibu dari Nuri, akan tetapi Ara lebih nyaman tinggal bersama Nuri ketimbang dengan nenek tirinya itu. Dan Nuri pun karena dititipkan amanah untuk menjaga Ara, dia pun memilih tinggal bersama Ara di kediaman Ara hingga rumah tersebut sudah sama seperti rumahnya sendiri. Bahkan Nuri mengatur keuangan dan para pembantu di rumah tersebut mengingat Ara yang masih begitu muda dan belum tahu apa-apa. 

Sebenarnya Nuri sudah memiliki tunangan tepat dua bulan setelah meninggal nya kedua orangtuanya Ara. Mereka sudah menjalani hubungan selama lima tahun dan di saat itu pula Ara tidak pernah berhenti mengikuti keduanya kemanapun mereka pergi pasti selalu ada Ara. 

Sama halnya dengan malam ini, Ara kembali mengganggu momen Nuri dan tunangannya ingin berkencan berduaan saja, tetapi gadis itu dengan tanpa dosanya ingin ikut hingga kencan romantis berduaan itu akhirnya batal, semua gara-gara Ara yang selalu menempel bagaikan perangko pada keduanya.

" Lesgo, ayo jalan," ucap Ara seraya tanpa dosa, dia sudah berdandan sangat cantik malam ini. Dengan dress putih pendek setengah paha, rambut terurai dan sedikit keriting bagian bawahnya, kemudian memakai bedak tipis hingga gadis itu benar-benar terlihat sangat cantik. 

" Tunggu dulu Bibi lupa bawa tas, kalian duluan aja ke mobil." Nuri sedikit berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk mengambil tasnya. 

Dengan senang hati Ara mengiyakan dan tanpa ada rasa malu sama sekali, dia terang-terangan memeluk lengan dari tunangan bibinya tersebut dan menariknya keluar dari rumah menuju mobil.

" Bagaimana penampilanku malam ini, Paman. Apa aku cantik?" Ucap Ara sedikit menggoda bahkan dia sengaja mendekatkan tubuhnya ke bidang dada laki-laki yang adalah tunangan dari bibinya tersebut. 

" Biasa saja, masih cantikan Nuri kemana-mana." Sambil memalingkan wajahnya ke arah lain laki-laki itu berkata, kemudian dia berjalan membuka pintu mobil dan segera masuk. 

Ara sangat kesal dia menghentakkan kakinya dengan wajah cemberut kemudian masuk ke mobil di kursi penumpang bagian belakang dengan bibir manyun sambil melipat tangan di dada, dia menatap laki-laki yang duduk di depan itu dengan kesal. 

" Nyebelin, Paman pasti bohong, Ara udah capek-capek dandan cantik begini hanya untuk paman loh," rajuknya dengan wajah cemberut. 

Laki-laki yang dipanggil paman oleh Ara tersebut adalah Alvaro Nicholas Hamizan adalah seorang CEO muda di perusahaan terbesar di kota Jakarta. Dengan usianya yang menginjak 32 tahun namun dia sudah mampu membuat pembisnis lainnya ketakutan dan tak berani melawannya. 

Melihat Ara yang cemberut Varo hanya tersenyum dalam diamnya dan kembali datar bila Ara menatap dirinya dari kaca spion mobil.

Sebenarnya Ara memiliki alasan tertentu mengapa dirinya selalu mengikuti kemanapun bibi dan tunangannya pergi, entah itu hanya sekedar makan di luar, pergi berbelanja atau bahkan liburan. Ara rela untuk bolos kuliah demi bisa mengikuti keduanya pergi kemanapun dan di mana pun atau bahkan jika Varo berada di suatu tempat yang tak jauh dari kampus pasti Ara akan menghampirinya. Karena sesungguhnya Ara begitu sangat tertarik dengan calon pamannya itu alias tunangan bibinya.

Varo adalah sosok laki-laki yang begitu tampan, bentuk tubuh yang ideal, tinggi tegap dan gagah serta kaya raya itu membuatnya sangat terpesona sehingga Ara memiliki niat untuk merebut hati dari calon pamannya itu tanpa sepengetahuan Nuri, pastinya. Maka dari itu Ara selalu mencoba untuk menggoda, bahkan berdandan cantik dan seksi saat ada Varo di sekitarnya dan dia pun bersikap manja kepada laki-laki itu padahal jelas-jelas di sampingnya ada Nuri sebagai tunangan dari Varo yang tak lain adalah calon istrinya. Namun Ara tak peduli, seakan Nuri adalah bukan siapa-siapanya Varo, seolah dirinya lah yang berkuasa menguasai laki-laki itu.

" Yuk jalan …" Nuri masuk ke mobil kemudian dia mengerutkan keningnya melihat keponakannya tiba-tiba cemberut.

" Kamu kenapa?" Tanyanya menoleh ke belakang.

" Nggak papa," sahut Ara  jutek dengan bibir manyun nya sambil memalingkan wajah keluar jendela.

Nuri menoleh ke arah Varo, Varo mengangkat kedua bahunya seakan tak tahu apa. Lalu laki-laki itu memilih menjalankan mobilnya dan pergi ke tempat tujuan di mana mereka akan makan malam bersama. 

" Nyebelin banget sih 5 tahun aku mencoba menggodanya tapi Paman selalu saja setia sama bibi." Batinnya kesal. 

Entah apa sebenarnya yang dipikirkan oleh Ara sehingga memiliki niat yang buruk untuk merebut calon pamannya atau calon suami dari bibinya yang sudah merawatnya 5 tahun ini. Ara selalu saja mencoba menggoda apalagi di saat Varo menginap di kediamannya, pasti Ara selalu mencari perhatian dari laki-laki itu, namun semuanya sia-sia karena varo sama sekali tidak tertarik kepada dirinya. Ara pun bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, bahkan kepada sahabat-sahabatnya apakah dirinya ini cantik atau tidak.

bab 02

Sesampai di restoran bintang 5 yang sudah disewa oleh Varo khusus untuk mereka berkencan malam ini, tadinya. Karena suasana restoran bintang 5 tersebut sudah disajikan dengan makanan yang sangat spesial hingga semua menu andalan di restoran tersebut sudah siap tersaji di meja dan sudah tertata rapi tak lupa dengan lilin-lilin aroma wangi khas restoran tersebut serta musik romantis yang akan dimainkan oleh beberapa orang yang pasti sudah disiapkan khusus untuk menambah momen romantis makan malam mereka berdua.

Ara sangat terkagum-kagum melihat suasana romantis tersebut di restoran ini. Dia begitu sangat iri karena Varo melakukan begitu sangat romantis terhadap bibinya bahkan untuk duduk saja Varo menarikkan kursi untuk Nuri dan mempersilahkannya duduk lebih dulu kemudian barulah Varo duduk tepat di hadapan Nuri. Ara sangat kesal dong, karena di sana tak ada kursi khusus untuknya duduk, dia melihat hanya ada dua kursi saja di meja itu. Ara berdiri dengan wajah cemberutnya lagi-lagi tangan terlipat di dadanya. 

Varo dan Nuri sama-sama tersenyum saat melihat satu sama lain, keduanya saling berpegangan tangan dan varo pun tak segan-segan mencium pucuk punggung tangan Nuri di hadapan Ara seakan tak peduli jika gadis itu ada di sana, bahkan masih belum menemukan tempat duduknya.

" Terima kasih Al, ini benar-benar sangat indah dan romantis sekali," ucap Nuri begitu senang. Al adalah panggilan khusus dari Nuri karena tak ingin sama dengan yang lainnya. 

" Apa kamu suka? Aku menyiapkan semua ini khusus untukmu malam ini." 

" Benarkah terima kasih, Al. Aku sangat bahagia sekali." 

Keduanya kembali tersenyum kemudian saling memandang satu sama lain hingga deheman Ara mengejutkan keduanya.

" Ehem, ehem … aku disini bukan patung loh. Pegel nie berdiri terus," ucapnya kesal lagi-lagi dengan wajah cemberut.

Varo dan Nuri menoleh, kemudian keduanya tertawa bersama.

" Oh iya aku lupa kalau kamu ikut," ucap Varo sembari tertawa melihat tampang calon keponakannya itu sudah begitu sangat kesal.

" Kami bisa duduk di manapun yang kamu suka. Silahkan pilih tempat lain, karena disini tidak ada tempat untukmu," lanjut Varo seakan tidak mengizinkan jika Ara gabung di satu meja bersamanya.

" What's …" Ara melongo tak percaya dengan perkataan Varo. 

" Oke Fine, maaf sudah mengganggu momen romantis kalian. Aku tidak jadi makan, tidak berselera lagi." Dengan kesal Ara pun pergi meninggalkan restoran tersebut. 

Nuri hendak berdiri, akan tetapi Varo mencegahnya.

" Biarkan saja dia, nanti juga balik lagi," ucap Varo, Nuri pun mengurungkan niatnya yang hendak mengejar keponakannya itu mendengar ucapan Varo, dia pun kembali duduk walaupun dengan perasaan gelisah dia tetap melanjutkan makan bersama dengan tunangannya, dan musik romantis pun dimainkan.

Sementara Ara tidak tahu ingin ke mana, dia begitu sangat kesal dengan ucapan Varo tadi seakan dirinya adalah lalat pengganggu yang selalu mengikuti mereka pergi. Ara berjalan mengikuti angin bertiup kemudian dia pun menelpon sahabatnya karena agak sedikit takut jika 

sendirian di malam-malam seperti ini.

" Sya … jemput gue di dekat restoran bintang 5 dong, bete nih," ucapnya seraya menelpon salah satu sahabatnya bernama yang Nisya.

" Lo ngapain di sana? Ngejablay?" Tanya Nisa sembari tertawa. 

" Sembarang lu ngomong, lu kira gue nggak laku sampai harus ngejablay segala! Udah deh, buruan jemput gue. Gue sendirian nih, ntar kalau gue di apa-apain oleh orang gimana?" 

" Ya lu tinggal nikmatin aja lah, jika perlu minta nambah," candanya saya tertawa, Ara pun berdecak semakin kesal hatinya.

" Iya, iya. Tunggu 20 menit disitu, jangan kemana-mana apalagi sampai nyebur di selokan." Masih sempat-sempatnya bercanda kemudian gadis itu memutuskan panggilan teleponnya dan bersiap-siap untuk menjemput Ara. 

" Bocah ini, canda nya nggak lucu tauk." Ara pun duduk manis di depan air mancur yang tak jauh dari arah masuk ke restoran bintang 5 tersebut. Sambil memainkan hpnya dia menunggu kedatangan sahabatnya. Ara tidak berniat untuk kembali lagi ke tempat bibi dan calon pamannya itu, karena sudah sangat terlanjur kesal dan marah atas ucapan Varo yang seakan tidak ingin kebersamaan mereka di ganggu oleh-nya. 

" Bahkan mereka benar-benar tidak peduli denganku di sini. Kita lihat aja Paman, mau sampai kapan kau tidak tergoda dariku. Semakin kau menolak, semakin pula aku ingin menggodamu." 

Tak ingin menyerah, Ara berniat kembali menggoda Varo dan akan melakukan cara apapun hingga laki-laki itu tertarik dengan dirinya. Terdengar jahat memang, karena dirinya adalah seorang pelakor yang tega merebut tunangan dari bibinya sendiri. Akan tetapi, jika sudah terpesona mau bilang apa. Ibarat ibu hamil yang sedang mengidam jika keinginannya tidak segera didapatkan, perasaannya akan menjadi resah dan gelisah. Begitu pula dengan perasaannya terhadap Varo yang sangat menginginkan laki-laki yang berstatus tunangan dari bibinya itu. 

Sesuai janji Nisa jika 20 menit dia akan datang menjemput Ara di sana, klakson mobil mewah berbunyi sambil membuka jendela kaca mobil nya. Ara bergegas masuk ke mobil karena sudah sangat risih akibat banyak mata yang memandang dirinya oleh orang-orang yang lewat. Bahkan ada beberapa pemuda yang rela turun dari mobil hanya untuk menyapa dan menawarkan tumpangan padanya. Persis seperti wanita malam yang sedang menunggu pelanggan nya. 

" Lama banget sih, pasti molor dulu ya," tuduhnya.

Nisya memutar bola matanya malas, dia pun menjalankan mobilnya.

" Belum 20 menit, ege. Gak sabaran banget sih, mau kemana kita?" 

" Ke klub aja, lagi kesel gue." 

" Seriusan, entar bibi lo marah gimana? Gue gak mau tanggung jawab ya," ucapnya ragu karena sudah sangat paham jika Ara pergi ke klub pasti Nuri akan marah. 

" Gak bakalan, toh dia lagi bermesraan dengan Varo disana. Mana ingat lagi sama gue," ucapnya ketus. 

" Kenapa lo, cemburu?" Sudah di tebak, pasti kesal karena sedang cemburu melihat bibi nya sedang pacaran dengan laki-laki yang di sukai oleh sahabatnya itu.

" Siapa yang cemburu, gue cuma kesal sama Varo. Masa gue disuruh duduk di tempat lain, seolah nggak dibolehin gue duduk satu meja sama mereka." Ceritanya. 

Nisa pun tertawa terbahak-bahak sambil terus menyetir dan fokus di jalan." Ya iyalah, secara lo udah ganggu momen mereka lagi berkencan. Gila kali ya lo." 

Arah hanya berdecak, kemudian dia memalingkan wajahnya ke luar jendela.

" Lagian kok lu nggak kapok-kapoknya sih menggoda tunangan orang, apalagi dia bibi kamu loh. Kamu nggak merasa bersalah gitu sama dia? Secara bibi kamu udah ngerawat kamu selama 5 tahun ini," ucap Nisa benar-benar tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

" Cowok lain masih banyak Ra, buktinya Reyhan cowok terpopuler di kampus, dia cinta mati sama lu. Lu nggak mau?" 

" Entahlah Sya, paman Varo adalah cinta pertama gue. Dan hanya Paman Varo yang gue inginkan, perasaan gue gak bisa dibohongi, Sya." 

bab 03

" Al, sebaiknya kita cari Ara deh. Ini sudah terlalu lama dia berada di luar." Nuri begitu mencemaskan keponakannya yang sedari tadi tidak kembali lagi ke restoran ini. 

Varo bangkit dari duduknya kemudian dia berjalan lebih dulu dan segera keluar untuk mencari keberadaan Ara. 

" Di mana dia?" Setelah di luar Nuri langsung mencari sosok keberadaan Ara, tetapi sepanjang matanya berkeliling tidak menemukan sosok gadis itu.

" Aku coba telepon dia." Varo mengangguk, kemudian dia melihat seorang yang sedang menyapu jalan tepat di depan air pancuran yang tak jauh dari restoran tersebut.  Varo pun menghampiri dan bertanya padanya.

" Maaf, permisi Pak!" 

" Ya Tuan, ada apa?" Tanya si penyapu itu, dia sampai menghentikan kegiatannya.

" Saya mau bertanya, apa Bapak melihat seorang gadis memakai baju putih dengan rambut terurai disekitar sini?" Tanya varo dan menyebutkan ciri-ciri Ara, barangkali saja si bapak penyapu jalan ini melihat di mana keberadaannya.

" Maaf Tuan, saya tidak melihat. Soalnya saya baru saja tiba di sini," jawabnya jujur. Varo mendesah kecewa karena tak menemukan Ara disana. 

" Terima kasih kalau begitu." Varo merogoh kantongnya dan mengeluarkan dompet kemudian mengambil selembar kertas berwarna merah.

" Ini untuk Bapak, ambillah." Kemudian Varo menyodorkan duit tersebut ke bapak si penyapu perjalanan itu.

" Tidak usah Tuan, terima kasih. Lagian saya tidak melakukan apa-apa kok," tolaknya karena merasa memang tidak melakukan apapun, lalu kenapa harus diberi uang.

" Ambil saja anggap ini rezeki untuk anda." Varo pun tak ingin menunda waktu, dia meraih tangan si bapak penyapu jalan itu tanpa jijik kemudian meletakkan selembar uang tersebut di telapaknya. setelah merasa uang itu dipegang oleh si bapak penyapu jalanan itu. Varo kemudian bergegas pergi.

" Terima kasih banyak Tuan, semoga anda menemukan gadis itu secepatnya," teriaknya mengucapkan terima kasih.

Varo langsung menghampiri Nuri yang terlihat gelisah.

" Gimana?" Tanya Varo.

" Ara tidak menjawab teleponku, aku khawatir dia kenapa-napa." Cemas Nuri karena tak mendapatkan jawaban telepon darinya.

" Mungkin dia sudah pulang, ayo kita pulang," ajak Varo berpikir positif. Nuri mengangguk kemudian keduanya masuk ke mobil, dengan kecepatan Faro melajukan mobilnya supaya agar cepat sampai di rumah.

" Seharusnya tadi aku susul saja dia," ucap Nuri merasa bersalah.

" Dia masih saja seperti anak-anak, selalu merajuk," jawab Faro.

" Umurnya sudah 23 tahun Al, dia sudah dewasa bukan anak-anak lagi."  Menurut Nuri umur 23 tahun memang tidak pantas lagi disebut dengan anak kecil karena di umur segitu sudah waktunya untuk melangkah ke pernikahan karena sudah cukup matang.

" Tapi bagiku dia masih terlihat seperti anak-anak, sangat manja dan mudah sekali merajuk." 

Nuri menghembuskan nafasnya kemudian dia menatap luar jendela sambil terus mencemaskan keponakannya itu.

" Ini sudah 5 tahun Al. Apa kamu terus akan menganggapnya seperti anak kecil?" Tanya Nuri tiba-tiba.

" Apa kamu lupa dengan perjanjian kontrak kita? Sudah seharusnya dia tahu akan kebenaran, dan berhentilah untuk bermain-main Al." Lanjut Nuri dia berbicara sangat serius sekali.

Alvaro terdiam, dia terus menelusuri jalanan dengan kecepatan lumayan sambil memikirkan ucapan Nuri yang mengingatkan perjanjian kontrak mereka. Kemudian Varo mendesah lalu membelok arah setir mobilnya.

" Jika saatnya sudah tiba aku yang akan memberitahunya, untuk sementara biarkan saja dulu seperti ini, aku ingin dia benar-benar serius dan tidak manja lagi." 

Mobil Varo berhenti tepat di halaman kediaman rumah Ara. Nuri kembali menghembuskan nafasnya panjang kemudian dia keluar lebih dulu dari mobil dan segera berlari ke rumah untuk mencari keponakannya itu.

Sementara itu sebelum keluar dari mobil Varo mengusap wajahnya sesaat, kemudian baru lah dia keluar dari mobil dan menyusul Nuri masuk ke rumah.

" Ara di mana, Mbak?" Tanya Nuri.

" Loh bukannya non Ara tadi pergi bersama Non Nuri dan tuan? Non Ara nggak ada di rumah," ucapnya heran.

Nuri menutup mulutnya dia kembali khawatir dengan keponakannya itu karena Ara tak ada di rumah dia pun kebingungan. Ke mana gadis itu pergi, apalagi hari sudah larut malam. 

" Astaga, di mana kamu Ra." Dengan menjambak rambutnya Nuri merasa sangat bersalah dan panik.

" Sial …" Varo memukul tembok, kemudian ada satu tempat yang melintas dalam pikirannya.

" Kamu tunggu aja di rumah, aku tahu di mana gadis nakal itu berada," ucap Varo. 

Nuri yang panik dan kebingungan sontak langsung menoleh. Sambil mengerutkan keningnya, dia pun mendekat.

" Kamu yakin tahu di mana Ara sekarang?" Tanyanya meyakinkan. Faro mengangguk.

" Aku yakin dia di sana, Kamu tunggu saja di sini." Nuri mengangguk saja, entah benar atau tidak namun dia berharap jika Varo menemukan keberadaan Ara sekarang ini.

" Hati-hati di jalan, dan tolong bawa Ara pulang. Aku sangat khawatir dia kenapa-napa." 

Tanpa menjawab Faro kembali keluar dan langsung masuk ke mobilnya kemudian menjalankan mobilnya dan melaju cepat menuju ke suatu tempat yang dia sangat yakin jika gadis nakal itu ada di sana. Sembari terus melajukan mobilnya Varo menelpon sahabatnya.

" Tolong cari keberadaan Ara sekarang, aku yakin dia ada disana," ucapnya, baru tak perlu menjelaskan cukup menyebut nama arah saja sahabatnya itu sudah mengerti.

" Oke." 

Setelah puas mendapatkan jawaban dari sahabatnya itu,  dia pun memutuskan sambungan telepon kemudian kembali melajukan kecepatan mobilnya supaya cepat sampai di tempat tujuan tersebut. Di mana lagi jika bukan di klub milik sahabat itu, Varo sangat yakin sekali dengan feeling-nya, mengingat gadis itu yang begitu nakal dan tidak menurut.

" Awas aja kau gadis nakal ya, jika aku sampai menemukanmu aku akan memberikan mu hukuman." 

Tak butuh waktu lama karena perjalanan sangat mendukung tak ada kemacetan seperti sebelum berangkat ke restoran tadi karena hari sudah sangat larut sehingga mobil-mobil yang lalu-lalang hanya hitungan saja, setelah sampai di klub. Faro langsung menemui sahabatnya yang sudah diberi kabar oleh sahabatnya jika gadis nakal yang ia cari memang ada di sana dan tengah asik menari-nari di kerumunan banyak orang.

" Kau memang gadis nakal yang tidak menurut." 

Varo langsung saja menarik pergelangan tangan Ara dan keluar dari kerumunan orang-orang yang tengah asik menari-nari menikmati musik dugem yang sedang dimainkan oleh DJ seksi tersebut.

" Urus gadis yang satu lagi, aku akan membawa gadis nakal ini pulang. Tapi ingat, jangan sampai kau apa-apakan anak orang." 

" Ck, kau hanya bisanya memerintah saja. Sudah sana, bawalah gadismu itu pulang. Biar aku urus yang satunya." 

Varo mengangguk kemudian dia membawa Ara keluar dari klub tersebut dengan menarik pergelangan tangan gadis itu.

" Ih apaan sih, lepas nggak?" Marah Ara karena dirinya ditarik oleh Varo saat lagi asik-asiknya.

" Ayo pulang Ara, di sana sangat berbahaya. Apa kamu tidak mengerti hah!" Varo tak kalah marahnya.

" Memangnya apa peduli mu, kau bahkan tidak tertarik denganku? Aku nggak mau pulang, pergilah." 

Mendengar penolakan dari Ara bahkan genggaman tangannya pun dihempaskan oleh gadis itu kemudian Varo kembali menarik pergelangan tangan Ara lagi hingga jatuh menabrak tubuhnya. 

Sontak saja Ara mendongak, hingga pandangan keduanya pun bertemu. Dan alangkah terkejutnya Ara hingga bola matanya terbelalak nyaris keluar karena saat ini bibir nya yang seksi itu di emut oleh Varo secara tiba-tiba.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!