Bunyi bel kamar milik Firza terdengar nyaring, sementara Firza masih berendam di dalam bathtub. Ia lalu menarik handuk dan membungkus tubuhnya sepinggang lalu keluar menemui tamunya.
Cek... lek.
Pintu dibuka oleh Virza. Nampak seorang gadis cantik yang masih sangat belia. Tidak seperti para pelacur lain yang berdandan menor dengan pakaian seksi untuk menarik minat pelanggannya, justru penampilan Mayang sangat jauh dari kesan glamor seperti wanita malam.
Virza menatap gadis polos itu dari ujung rambut hingga ujung kaki seakan gadis ini sedang salah kamar. Maklumlah keduanya tidak memberikan foto mereka masing-masing. Mereka hanya membuat kesepakatan bisnis. Ada uang, ada barang original.
"Siapa yang anda cari nona?" Tanya Virza.
"Tuan Virza. Kami sudah buat janji. Nama saya Mayang." Ucap Mayang sambil menatap wajah tampan Virza.
"Astaga...! Apakah dia sedang meminta sumbangan kepadaku atau mau melayaniku?" Batin Virza yang melihat penampilan Mayang dengan memakai jaket dan rok panjang serta sendal murahan.
Rambutnya di cepok ke atas dan tas selempang di tubuhnya. Walaupun begitu kecantikan Mayang yang terlihat alami itu yang membuat Virza sangat mengagumi gadis berusia tujuh belas tahun itu.
"Masuklah...!" Ucap Virza melebarkan pintu untuk Mayang yang menahan gejolak Jiwanya saat ini sedang bergetar hebat.
Virza adalah lelaki dewasa yang sangat kharismatik yang sedang mencoba bermain wanita. Hanya saja dia tidak mau dengan wanita yang bekas pakai.
Virza memberikan minuman kemasan untuk Mayang yang terimanya dengan gugup. Sementara dia sendiri meneguk whisky sambil melirik wajah Mayang yang terlihat tertunduk.
"Apakah kamu yakin kamu masih perawan?" Tanya Virza untuk memastikan gadis ini masih tersegel atau tidak.
"Anda tidak perlu membayar saya kalau saya sudah tidak gadis lagi." Ucap Mayang apa adanya.
"Baiklah. Aku ingin kamu memakai lengerie putih itu yang sudah aku siapkan untukmu. Dan lepaskan saja rambutmu itu agar aku bisa melihat keindahannya. Kenapa kamu tidak dandan?"
"Untuk makan saja aku susah, apa lagi untuk membeli peralatan kecantikan untuk wanita. Jika tuan tidak suka dengan penampilan ku, kita bisa batalkan perjanjian ini." Ucap Mayang yang segera beranjak dari duduknya di atas tempat tidur itu.
"Eits..! Maafkan saya...! Duduklah. Aku hanya ingin tahu saja alasannya dan aku tidak mempermasalahkannya."
Virza menarik lagi tangan Mayang untuk kembali duduk di ranjangnya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu mau menjual kesucianmu yang sangat berharga itu? Bukankah suatu saat nanti kamu pasti akan berkeluarga?"
"Aku tidak bermimpi untuk mencintai dan dicintai karena aku tidak mau mengenal apa itu cinta karena aku tidak pernah merasakan apa itu cinta dan aku benci dengan cinta." Ucap Mayang terdengar ketus.
"Lalu... Apa yang membuatmu tertarik untuk menjual diri?"
"Merubah takdir."
"Maksudmu?"
"Menjadi miskin sangat menyiksaku. Menerima bulian dari orang lain. Di remehkan dan bahkan dimanfaatkan. Kenapa tidak sekalian saja aku menjual diriku daripada aku di manfaatkan untuk orang yang memiliki kepentingan." Sahut Mayang.
"Apa yang ingin kamu lakukan dengan uang itu?"
"Aku ingin menjadi seorang dokter."
"Bukankah kamu bisa mengajukan bea siswa?"
"Otakku tidak begitu jenius tapi aku termasuk orang yang sangat tekun. Asalkan punya kemauan, pasti bisa merubah nasibku." Ucap Mayang penuh percaya diri.
Virza tercenung mendengar tekad yang kuat dari gadis ini. Ia akhirnya meminta Mayang mengenakan lengerie dan ia sendiri menunggu Mayang sambil memainkan ponselnya.
Ketika kaki jenjang itu melangkah menghampirinya, Virza menahan nafasnya memindahkan ke tubuh indah itu yang tadi terbungkus dengan jaket hitam serta rok panjang.
Dada sekang, pinggang dan bokong terlihat sangat profesional. Kulit seputih salju dengan surei yang sedikit berombak. Andai saja gadis ini mau jadi model mungkin tubuh seperti Mayang sangat dibutuhkan di agensi manapun akan di terima.
"Ada apa dengan gadis ini? Dia memiliki tubuh yang sangat proposional, maka dia akan mendapatkan harta ditangannya." Batin Virza.
"Apakah kamu suka?" Tanya Mayang berusaha ramah.
"Apakah kamu tahu kalau kamu bisa memanfaatkan tubuhmu untuk hal yang lebih berguna? Menjadi model atau artis misalnya?"
"Aku tidak ingin terkenal dan aku hanya ingin menjadi diriku sendiri. Lagipula ada saja agensi nakal yang mau menerima gadis seperti ku, tapi harus tidur dengannya terlebih dahulu dan aku tidak suka dengan jalan itu." Jawab Mayang.
"Apakah itu yang kamu bilang mereka memanfaatkan mu demi kepentingan pribadi?"
Mayang mengangguk." Kemarilah...!" Virza menatap lagi wajah cantik Mayang. Rasanya ia tidak tega melakukan pada Mayang tapi dia juga tidak munafik saat ini, kalau dia sangat tergiur dengan tubuh molek Mayang.
"Mayang....! Bukankah kamu bisa pacaran dengan anak orang kaya atau menjadi sugar baby?"
"Aku tidak ingin terlibat dengan cinta. Aku ingin menjaga hatiku untuk tidak disakiti. Jika aku menjadi kekasih seseorang, yang ada aku akan disakiti. Jika menjadi sugar baby berarti aku akan diperbudak oleh na* su bejad sugar Daddy.
Aku tidak mau ada hubungan yang terikat. Aku hanya mencintai diriku sendiri dan hidup untuk diriku sendiri sampai kehidupan ku berakhir di dunia ini.
Mimpiku adalah membahagiakan diriku sendiri tanpa orang lain dalam hidupku karena aku tidak ingin dipusingkan dengan hubungan yang terikat." Jelas Mayang.
Virza tidak ingin bertanya lagi, ia spontan menghempaskan tubuh Mayang lalu mencium bibir ranum dan kenyal itu dengan rakus.
Mayang yang sudah mempersiapkan dirinya untuk melayani pelanggan pertamanya, begitu lihai memberikan pelayanan terbaiknya pada Virza yang terus mendesis nikmat.
Entah dari mana Mayang belajar, yang jelas dia mengetahui setiap kelemahan pria yang menyukai titik rawannya disentuh dengan lidah.
"Sial...! Gadis ini mengaku perawan tapi mengapa dia sangat terlatih menyenangkan partner ranjangnya." Desis Virza yang terlihat sayu menerima setiap sentuhan dalam pemanasan awal itu.
Puas dengan pemanasan awal, kini merambah ke sesi terakhir permainan panas mereka dengan melakukan penyatuan tubuh dan di sinilah perjuangan Mayang yang menahan kesakitan yang luar biasa pada miliknya karena milik Virza yang begitu kokoh dan cukup besar akan merobek pertahanannya yang masih suci.
"Maafkan aku tubuhku. Hanya kamu satu-satunya penolongku saat ini," Batin Mayang saat kesuciannya telah direnggut oleh Virza yang menyaksikan sendiri kejujuran gadis ini yang benar-benar masih perawan.
"Apakah sangat sakit?" Tanya Virza sambil mengusap bagian bawah perut datar Mayang.
"Sedikit." Ucap Mayang menahan perih.
"Aku akan membayar mahal untuk sebuah kesucianmu, Mayang."
Virza mengirimkan sejumlah uang yang cukup fantastis untuk Mayang yang bisa menjamin hidupnya untuk sepuluh tahun ke depan sampai gadis ini meraih sarjana.
"Hiduplah dengan uang itu. Cukuplah aku adalah pelanggan pertama dan terakhirmu. Kau terlalu berharga sebagai penjaja tubuh pada pria hidung belang. Terimakasih Mayang. Denganmu, aku banyak belajar untuk tahu caranya menghargai hidup." Ucap Virza.
Baru saja keduanya istirahat, beberapa menit kemudian, keduanya kembali lagi bertempur. Kali ini lebih dahsyat dan keduanya sama-sama merasakan kepuasan yang luar biasa.
Tubuh Mayang masih dalam dekapan Firza yang masih memejamkan matanya. Mayang berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Firza secara perlahan. Tubuhnya rasanya sangat pegal semuanya setelah di hajar semalaman oleh Firza.
Mau bergerak pun rasanya sangat sakit apa lagi bagian intinya. Ia berjalan menuju kamar mandi dengan sedikit membungkuk menahan perih.
Tanpa disadari Mayang, Firza sedang mengawasinya dan tersenyum melihat keadaan Mayang yang terlihat sangat sakit saat ini. Mayang membersihkan tubuhnya dan mengenakan lagi pakaiannya untuk cepat kabur dari kamarnya Firza.
Tubuhnya kembali terasa segar dan iapun segera melangkah keluar namun deheman Firza menghentikan langkahnya.
"Ehmm!"
Mayang menarik nafasnya lalu membalikkan tubuhnya menatap wajah bantal Firza yang tetap terlihat sangat tampan.
"Apakah kamu ingin kabur dariku?" Tanya Firza sambil menarik lagi lengan Mayang untuk duduk di pangkuannya.
"Urusan kita sudah selesai. Aku ingin pulang."
"Di mana kamu tinggal? Biar aku yang mengantarkan kamu pulang."
"Tidak perlu. Hubungan kita hanya sebuah bisnis. Tidak perlu melibatkan perasaan. Dan tolong lupakan bahwa kita pernah bertemu. Jika suatu saat nanti kita bertemu, abaikan saja aku. Kita hanya dua orang asing bertemu karena saling membutuhkan.
Kamu butuh hal yang sangat berharga dalam diriku dan aku butuh uangmu untuk kelangsungan hidupku. Maaf aku harus pergi karena banyak sekali yang harus aku kerjakan." Ucap Mayang segera beranjak dari kamar Firza.
"Tunggu...! Bagaimana kalau aku membutuhkan lagi dirimu? Apakah kamu bersedia menemui aku lagi? Aku sanggup membayarmu dengan harga yang sama, asalkan kamu mau tidur denganku lagi, tapi aku tidak mau tubuhmu dipakai oleh orang lain." Pinta Firza.
"Aku tidak bisa berjanji, tapi aku akan usahakan untuk menemuimu lagi. Tapi, jika aku tidak datang menemuimu, itu berarti aku sudah berpindah pada pelukan laki-laki lain, jadi lupakan sajalah aku." Ucap Mayang sambil membuka pintu kamar itu.
Glekkk....
Hati Firza seakan remuk saat Mayang meninggalkan dirinya. Rasanya ia telah kehilangan dunianya bersama menghilangnya raga Mayang di kamar itu.
"Ada apa dengan diriku? Mengapa perasaanku tiba-tiba sakit? Apakah aku menyukainya? Ah, lupakan saja. Dia hanya seorang gadis bisnis yang tidak ingin memiliki ikatan apapun dengan orang lain karena ia lebih mencintai dirinya sendiri." Gumam Firza lirih.
Sementara itu Mayang sudah menumpang taksi menuju kostnya. Ia membuka m-banking miliknya untuk memeriksa uang yang masuk.
"Astaga...! Kenapa uangnya banyak sekali?" Batin Mayang yang menghitung angka nol di belakang angka satu itu.
Rupanya dia tidak salah hitung. Ini benar-benar satu triliun. Itu berarti ia tidak perlu bekerja lagi menjadi pelacur. Awalnya dia hanya minta di bayar lima ratus juta tapi melihat angka yang tertera ratusan kali lipat malah.
"Baiklah. Mungkin dengan uang ini aku bisa membuka usaha atau membeli saham. Iya benar, aku lebih baik bermain saham." Batin Mayang.
Sementara itu, Firza juga sudah cabut dari hotel itu kembali ke mansion miliknya. Entah mengapa, wajah cantik Mayang terus membingkai dalam pikirannya. Ia merasa rindu dengan Mayang.
"Ah, harusnya aku menahannya lebih lama..Aku belum puas bercinta dengannya. Atau Aku menikah saja dengannya?" Batin Firza lagi.
Rupanya bukan hanya Firza yang merasakan kehilangan Mayang, justru Mayang merasa dipusingkan dengan bayangan wajah Firza yang terus menganggu ketenangannya saat ini.
...----------------...
Satu pekan berlalu sejak pertemuan itu, kerinduan Firza makin menggerogoti perasaannya membuat ia harus berkali-kali menghubungi Mayang yang sudah ikut membawa pergi jiwanya.
Ia meyakini dirinya jika sudah jatuh cinta dengan gadis itu. Namun sayang, Mayang yang tidak ingin lagi mengulangi kisah yang sama terpaksa menggantikan nomor ponselnya yang baru.
"Kau adalah bagian masalalu. Aku tidak akan pernah ingin memiliki hubungan apapun denganmu. Aku sudah bersumpah untuk tidak jatuh cinta pada siapapun. Cukup diriku sendiri yang ingin ku bahagiakan. Tidak ada yang boleh berhak atas diriku." Sumpahnya diperkuat untuk mematikan rasa.
Membangun benteng yang sangat kokoh di hatinya. Ia terus menanamkan dalam pikirannya bahwa cinta hanya sebuah benalu yang akan merusak kehidupannya. Cinta akan menghasilkan banyak air mata serta luka yang tak akan kunjung sembuh. Cinta hanya akan mengurungmu pada nilai kesetiaan namun belum tentu yang dicintai akan sama dengan perasaan yang dimiliki olehmu.
Kini Mayang tidak lagi berada di tanah airnya. Dia tidak punya siapa-siapa di dunia ini kecuali dirinya sendiri. Ia memilih Amerika untuk menghabiskan hidupnya di sana.
"Sial....! Ke mana aku harus mencari gadis itu? Bukankah aku sudah menawarkannya banyak uang agar bisa menemani tidurku? Sekarang nomornya tidak lagi aktif dan aku tidak memiliki foto atau alamat yang bisa aku jadikan petunjuk." Gumam Firza lirih.
Firza adalah sosok pria muda yang bergelut dengan dunia mafia sebagai sumber keuangannya karena mewarisi pekerjaan yang ayahnya tinggalkan.
Tapi demi mengejar impiannya sebagai pengacara muda pria yang berusia dua puluh tahun lima tahun ini menyerahkan tampuk kekuasaannya pada asistennya Gilang.
Firza harus merahasiakan siapa dirinya di kalangan para advokad. Ia fokus pada pekerjaannya sebagai pengacara walaupun ia sendiri adalah CEO.
Kini Firza masih berada di perusahaan miliknya karena Gilang membutuhkan tandatangannya di beberapa berkas.
"Tuan...! Saya sudah melacak keberadaan gadis yang bernama Mayang. Ada banyak nama Mayang yang saya lacak keberadaan mereka tapi saya tidak mengenal wajah yang di inginkan tuan yang usianya tujuh belas tahun." Ucap Gilang.
"Baiklah. Kalau begitu kirim ke email milikku! Biar aku yang memeriksa sendiri wajah mereka karena aku yang mengenalnya. Rahasiakan ini dan jangan sampai ada yang tahu aku memiliki wanita rahasia dalam hidupku." Ucap Firza.
"Baik Tuan."
Sesaat kemudian, Firza sudah melihat semua wajah gadis belia berusia tujuh belas tahun bernama Mayang, sayang sekali ia tidak melihat kecocokan dengan cinta satu malamnya itu.
Di Amerika, Mayang sudah mendaftarkan dirinya sebagai mahasiswa baru fakultas kedokteran. Walaupun perkuliahan akan di mulai dua bulan lagi, Mayang mengisi waktu luangnya untuk bekerja paruh waktu di sebuah restoran siap saji.
Ia membeli sebuah apartemen kecil yang cukup berkelas di negara itu. Hari-harinya dilalui dengan senang hati hingga memasuki Minggu keempat pertahanan tubuh Mayang mulai terganggu. Ia merasakan perutnya tiba-tiba mual saat mencium bau masakan yang ada di restoran siap saji itu begitu menusuk hidungnya.
Ia segera pamit pada teman-temannya karena waktu penggantian shif sudah berakhir. Di dalam kamar mandi ia memuntahkan isi perutnya. Mayang menatap wajahnya di kaca toilet restoran terlihat begitu pucat.
"Apakah aku masuk angin?" Gumamnya sambil membasuh wajahnya dengan air.
Mayang mampir ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya. Ia menceritakan keluhannya dan dokter itu menanyakan jadwal bulanan Mayang.
"Memang selama ini menstruasi saya tidak rutin dokter. Kadang sebulan dua kali kadang juga selalu telat."
"Apakah anda sudah berkeluarga?"
"Belum."
"Berarti anda tidak memakai pengaman saat melakukan hubungan in*im?"
"Maksud dokter apa?"
"Saat ini, anda sedang hamil nona."
Duarrr.....
Mayang meremas dress-nya dengan dada gemuruh menahan perasaan cemas." Astaga...! Kenapa aku bisa seceroboh ini. Aku pikir aku tidak mudah hamil kalau ...-"
"Apakah anda ingin melakukan aborsi?" Tawar dokter karena negara itu melegalkan aborsi.
"Tidak...! Aku ingin menjadi seorang ibu. Aku sudah lama hidup sendiri. Aku butuh teman untuk bisa aku ajak berbagi. Dua bagian dari tubuhku. Biarkan aku memeliharanya dalam tubuhku sampai ia lahir ke dunia ini. Terimakasih dokter." Ucap Mayang lalu meninggalkan ruang dokter.
"Tidak apa sayang. Bunda senang kamu hadir dalam hidup Bunda yang sangat kesepian. Kita akan menjadi teman yang baik. Semoga kamu selalu sehat. Bunda akan memberikan yang terbaik untukmu. Kamu harus temanin bunda saat beraktivitas. Dulu ibuku dengan tega membuangku di panti asuhan. Aku sangat menderita saat itu.
Dan aku tidak akan membuatmu menderita. Aku akan memberikan apapun padamu sampai akhirnya, aku bisa menjadikan kamu seorang yang sangat bermanfaat untuk orang lain. Dan suatu saat nanti, aku harap kamu tidak menanyakan siapa ayahmu." Ucap Mayang sambil mengusap perutnya yang masih rata.
Mayang menghempaskan tubuhnya. Hatinya sangat bahagia tidak seperti remaja yang galau dan panik saat ketahuan dirinya hamil. Tidak ada orang yang memarahinya.
Apalagi kecewa pada dirinya. Jadi ia bisa melakukan apapun untuk dirinya. Apa lagi negara ini tidak begitu peduli satu sama lain. Jadi ia bebas melakukan apapun saat ini.
Berlalunya waktu begitu cepat. Mayang mempersiapkan dirinya untuk mulai menapaki jenjang pendidikan tinggi. Hari itu memulai masuk kuliah dengan mengenakan mantel tebal karena saat ini sedang memasuki musim dingin.
Kehamilan Mayang memasuki usia tiga bulan. Ia tetap semangat walaupun kadang masih terasa pusing dan mual tapi tidak seberapa saat melewati bulan pertama dan kedua.
Wajah cantik Mayang yang telah datar membuat seorang pria bule begitu penasaran dengan Mayang. Ia memberanikan diri untuk berkenalan dengan Mayang.
"Apakah aku boleh menjadi temanmu?" Tanya Esteban yang merupakan pria keturunan latin.
"Maaf..! Aku sudah punya suami." Ucap Mayang sambil menunjukkan cincin pernikahan yang sengaja ia pesan untuk melindungi dirinya dari pria yang mencoba mendekati dirinya.
"Oh, sorry..! Aku pikir kamu masih sendiri. Tapi aku ingin berteman saja denganmu. Tidak apakan?"
"Suamiku sangat posesif. Dia membunuhmu jika kamu nekat menggangguku. Aku tidak membutuhkan teman di kampus ini. Apakah kamu mengerti?" Tanya Mayang dengan nada tinggi membuat Esteban segera menjauh.
"Baiklah nona. Maafkan saya." Ucap Esteban yang merupakan teman sekelas Mayang.
...----------------...
Hari-hari Mayang makin mulai sulit untuk melakukan apapun sendiri. Kandungannya yang sudah memasuki usia sembilan bulan mulai memaksanya untuk mencari seorang pelayan agar bisa menjaganya.
Rupanya pelayan di negara itu sangat mahal. Tapi Mayang tetap berusaha mendapatkan pelayan itu. Apalagi saat ini ia tidak bisa lagi membawa mobilnya sendiri. Ia harus menggunakan jasa kereta api setiap kali berangkat ke kampus.
Sifat Mayang yang terlihat sangat introver menyusahkan dirinya sendiri. Saat berada di sebuah restoran untuk makan malam, tiba-tiba saja ia merasakan kontraksi pada pada perutnya.
Seorang wanita paruh baya memperhatikan Mayang yang duduk di seberang mejanya menghampirinya.
"Apakah ada masalah nona?" Tanya nyonya Lavenia.
Mayang mengangkat wajahnya dan melihat ibu itu tersenyum ramah padanya.
"Sepertinya aku mau melahirkan nyonya." Ucap Mayang sambil menahan rasa sakit pada perutnya.
"Apakah kamu sudah menghubungi suamimu?"
Deggggg....
"Kekasihku tidak mau bertanggungjawab atas perbuatannya padaku, nyonya." Ucap Mayang.
"Dasar laki-laki bajingan. Selalu saja mencari kesenangan sesaat dan membuat wanita pada akhirnya menderita. Pasti dia selalu obral janji padamu. Makanya kamu tertipu. Baiklah, aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Ada sopirku di sana." Ucap nyonya Nia.
Iapun membantu memapah tubuh Mayang yang berjalan sambil memegang pinggangnya yang terasa sangat sakit.
"Apakah kedua orangtuamu tahu kamu hamil nak?" Tanya nyonya Nia sambil mengusap pinggang Mayang.
"Aku yatim-piatu dan dibesarkan di panti asuhan. Aku di sini sebagai anak perantau."
"Oh iya ..? Dari mana asalmu?"
"Indonesia."
"Astaga, aku kira kamu gadis latin karena wajahmu lebih terlihat seperti wanita latin. Kalau begitu kita ini satu bangsa. Ibu juga dari Indonesia.
"Aku juga tidak tahu asal usulku nyonya, jadi Aku tidak bisa menjelaskan kepadamu."
"Baiklah. Tidak usah mempermasalahkan itu.
Tidak lama Mayang sudah berada di dalam ruang bersalin. Nyonya Nia setia menunggu Mayang. Entah mengapa ia sangat iba pada kehidupan gadis malang itu.
Tidak lama kemudian Mayang bisa melahirkan dengan lancar melalui proses persalinan normal.
"Selamat nona..! Bayi anda berjenis kelamin laki-laki." Ucap dokter membuat sakit melahirkan Mayang tergantikan oleh kebahagiaan.
Tangis putranya yang sedang di letakkan di atas dadanya untuk mendapatkan makanan pertamanya.
"Selamat datang Baby...!" Ucap Mayang sambil membelai kepala mungil itu.
Mayang meneteskan air mata harunya. Untuk pertama kalinya ia jatuh cinta pada seorang dan itu adalah putranya sendiri. Apakah aku sedang merasakan cinta saat ini?" Batin Mayang.
Proses persalinan itu segera di selesaikan oleh dokter dan Mayang segera dipindahkan ke kamar inap.
Mayang begitu kaget saat melihat nyonya Nia masih menunggunya.
Wanita paruh baya itu menghampiri Mayang dan mengecup kening Mayang." Selamat sayang...! Aku tahu kamu tidak punya siapa-siapa, tapi aku ingin menjadi ibu untukmu." Ucap nyonya Nia membuat Mayang terharu.
"Terimakasih nyonya. Anda sangat baik sekali." Ucap Mayang sambil menyusui putranya.
Nyonya Nia memperhatikan wajah bayi itu. Entah mengapa ia merasa sangat menyukai bayinya Mayang.
"Rasanya aku tidak asing dengan wajah bayi ini. Tapi aku pernah lihat di mana ya?"
Batin nyonya Nia sambil menatap wajah bayi itu yang merupakan cucu kandungnya sendiri.
Dreeett....
Ponsel nyonya Nia berdering. Ternyata yang menghubunginya adalah Firza. Suster datang untuk menjemput lagi bayinya Mayang untuk dikembalikan lagi ke ruang bayi.
Sementara itu, nyonya Nia sibuk bicara dengan putranya di depan kamar inapnya Mayang.
"Ada apa sayang?" Tanya Nyonya Nia.
"Mami ada di mana?"
"Di rumah sakit."
"Apakah mami sakit?"
"Bukan mami yang sakit sayang. Kebetulan mami menolong seorang gadis yang sedang melahirkan. Oh iya, gadis itu beragama Islam. Apakah kamu mau mengazani bayi itu?"
"Bukankah dua punya suami?"
"Gadis malang itu dihamili kekasihnya yang tidak mau bertanggungjawab. Mami mohon kamu tolong azan ke telinga bayi malang itu!"
"Baiklah. Tapi pakai Videocall saja mami, aku ingin lihat bayi itu." Pinta Firza penasaran dengan putranya Mayang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!