Sosok wanita cantik yang saat ini tengah duduk di kursi kebesarannya dalam ruangan CEO tengah sibuk menandatangani beberapa dokumen di atas meja.
Wanita yang merupakan wakil pimpinan dari perusahaan kosmetik ternama yang sudah merambah pasaran internasional tersebut mengangkat pandangannya dari dokumen saat mendengar suara ketukan pintu.
“Masuk!”
Sosok wanita dengan kemeja berwarna peach dan rok hitam selutut yang menampilkan lekuk tubuhnya tengah berjalan masuk dan membungkuk hormat.
“Ada seorang detektif yang ingin bertemu dengan, Anda, Wakil Presdir. Katanya sudah ada janji dengan Anda.”
“Suruh dia masuk!” seru sosok wanita yang langsung bangkit dari kursi dan berjalan menuju ke arah sebelah kanan.
Di mana ada kaca besar menjadi pembatas dinding dan membuatnya bisa melihat banyaknya bangunan tinggi menjulang di sekitar perusahaannya.
Lebih tepatnya adalah perusahaan milik sang suami yang sudah berada dalam pimpinannya selama satu tahun belakangan.
Semua itu karena sang suami membuka cabang perusahaan di luar negeri dan harus memimpin sendiri mulai dari nol.
Namun, satu bulan belakangan ini, ia merasa mempunyai filing tidak enak karena sang suami sama sekali tidak memberikan kabar seperti biasa.
Apalagi ia mendengar kabar dari salah satu teman kuliahnya yang mengatakan pernah melihat sekelebat sosok suami di Bandung.
Meskipun temannya mengatakan hanya sekilas dan tidak mempunyai bukti sama sekali, tetap saja ia merasakan naluri tajam sebagai seorang istri yang mencurigai sang suami karena tidak ada kabar selama sebulan.
Hal itulah yang membuatnya memilih untuk menyewa detektif swasta untuk mencari tahu keberadaan sang suami di Bandung.
Dengan tangan bersedekap di dada, wanita yang bernama Ana Maria berusia 32 tahun tersebut masih tidak menoleh ke belakang untuk melihat seorang pria yang baru saja masuk ke ruangannya.
“Kabar baik atau buruk yang akan kau sampaikan, Detektif?”
Sementara itu, sosok pria yang mengenakan celana bahan berwarna hitam dan kemeja putih dan tas punggung menghiasi bagian belakangnya yang kokoh.
Ia yang sudah berhasil menyelesaikan tugasnya, kini menatap siluet sosok wanita yang menurutnya sangat cantik dan seksi. Sebenarnya ia merasa sangat iba pada nasib wanita yang terlihat sangat sempurna tanpa cela di depannya karena memiliki segalanya.
Namun, kabar yang dibawanya akan menghancurkan dunia wanita cantik tersebut, tetapi mengerti tidak ada pilihan lain.
“Maaf, Nyonya Ana karena saya membawa kabar buruk untuk Anda.”
Ana Maria yang seketika memegangi dadanya yang bergemuruh saat berbagai macam pikiran buruk kini menguasai dirinya.
Bahkan ia terlihat menggigit bibir bawahnya karena merasa harus menyiapkan kemungkinan terburuk yang akan didengarnya.
“Jadi, suamiku benar ada di Bandung? Bukan di New York?” Berbalik badan setelah merasa siap untuk menghadapi kenyataan dan bisa melihat detektif yang berdiri tak jauh dari hadapannya tengah membuka tas dan mengeluarkan sebuah amplop besar.
“Lebih baik Anda melihat buktinya dulu, Nyonya Ana. Baru saya bisa menjelaskan semua hal yang sudah saya selidiki.”
Pria yang tak lain bernama Boby Setiawan meletakkan amplop coklat yang berisi semua foto-foto dari suami wanita cantik di depannya.
Merasa sudah siap untuk menerima semua kenyataan, Ana Maria tanpa membuang waktu langsung membuka amplop yang sudah berpindah di tangannya dan suaranya seolah tercekat di tenggorokan serta mata membulat sempurna disertai bulir kesedihan memenuhi bola matanya.
Bahkan saat ini tangannya terlihat gemetar dan tubuhnya hampir terhuyung ke belakang.
“Anda tidak apa-apa, Nyonya?” Buru-buru Boby Setiawan berniat untuk menahan tubuh wanita yang terlihat hampir terhuyung tersebut.
Refleks Ana Maria seketika mengarahkan tangan ke depan sebagai tanda penolakan dan berusaha untuk menguatkan hati dan dirinya agar tidak terpuruk dengan kenyataan buruk yang menimpanya.
“Aku baik-baik saja. Jangan menyentuhku!”
“Maaf, Nyonya.”
Membungkukkan badan sebagai bentuk permintaan maaf dan saat melihat wanita itu melihat satu persatu foto yang diambilnya, ia memilih untuk menjelaskan semua penyelidikannya.
“Suami Anda telah menikah siri dengan seorang wanita muda yang sama sekali tidak mempunyai sanak saudara karena mengalami amnesia. Saya tidak tahu bagaimana cerita awalnya bermula karena lebih baik Anda menanyakan sendiri pada suami jika pulang nanti.”
Berkali-kali Ana tidak bisa menahan bulir bening air mata yang menganak sungai di wajahnya saat melihat foto pria yang sangat dicintainya terlihat sangat bahagia bersama seorang wanita yang hamil besar dan diperkirakan sudah sembilan bulan.
‘Tega sekali kamu mengkhianatiku. Apa karena aku tidak bisa memberikanmu keturunan, membuatmu memilih berselingkuh dan menikahi wanita muda ini?'
'Jadi ini alasanmu menolak saat aku mengatakan ingin mengadopsi anak dari panti asuhan?’ lirih Ana Maria yang menyayat hati saat merasakan dunianya runtuh hari ini.
To be continued...
Saat ia tidak bisa lagi menahan perasaan membuncah yang meluluhlantakkan dunianya, Ana Maria kali ini sama sekali tidak mempedulikan apapun.
“Berengsek, kau Christian! Aku akan membuatmu menyesal karena telah mengkhianati ikatan suci pernikahan kita!”
Suara teriakan Ana Maria yang menggema di ruangan berukuran luas tersebut, berhasil membuat sang detektif merasa bersalah karena pekerjaannya selalu membuatnya menghancurkan hati orang yang membayarnya mahal.
Pekerjaan seorang detektif yang memang mengharuskan mencari sebuah kebenaran meskipun itu pahit sekali pun dan bisa membuat kliennya frustasi dan hancur, tetap harus disampaikan dan ekspresi seperti di depannya memang sudah biasa ia lihat.
Namun, untuk pertama kalinya ia merasa dunia sangat tidak adil pada nasib wanita cantik yang memiliki segalanya tersebut karena terlihat terpukul atas pengkhianatan yang dilakukan oleh sang suami.
“Maafkan saya, Nyonya. Ada satu hal yang belum saya sampaikan pada Anda.”
Ana yang masih belum bisa menormalkan perasaannya, kini terpaksa mengangkat pandangannya dari foto-foto tersebut dan beralih pada sosok pria yang benar-benar telah membawa kabar buruk untuknya.
“Katakan apa yang lebih buruk dari ini! Aku akan menambahkan bayaranmu karena berhasil membuatku mengerti seperti apa suamiku yang sebenarnya.”
“Hari ini suami Anda membawa istri ...." Boby seketika memfilter perkataannya dengan lebih lembut.
“Maksud saya, membawa wanita itu pergi ke rumah sakit karena sudah mengalami tanda-tanda melahirkan. Apa Anda berniat untuk datang ke rumah sakit? Saya bersedia untuk mengantar Anda ke sana.”
Dengan jantung yang seperti mau meledak karena kabar itu berhasil membuatnya tidak bisa menopang beban berat tubuhnya, Ana kini sudah terhuyung ke belakang dan nasib baik ia terjatuh di atas sofa empuk berwarna merah di sebelah kanannya.
Masih merasa sangat hancur sekaligus terpuruk, suaranya sampai tercekat di tenggorokan dan membuatnya kesulitan untuk menanggapi pertanyaan dari sang detektif yang diketahuinya merasa sangat iba pada nasib buruknya.
“Beri aku waktu lima menit untuk bernapas dan berpikir.”
“Baik, Nyonya. Saya akan menunggu Anda di parkiran. Jika Anda tidak berniat ke rumah sakit, tolong kirim pesan saja.” Boby yang ingin memberikan waktu untuk sosok wanita yang terlihat sangat terpukul tersebut, kini sudah berbalik badan dan berjalan menuju ke arah pintu keluar.
Sementara Ana Maria yang masih menatap ke arah foto-foto yang berceceran di lantai tersebut, langsung bangkit berdiri dan berjalan ke arah meja. Kemudian memporak-porandakan semua yang ada di sana hingga semuanya kini bernasib nahas di lantai.
“Aku akan membuat perhitungan denganmu dan wanita itu!” teriak Ana dengan tangan sudah mengeluarkan darah karena tadi sangat kuat menghempaskan tangannya pada komputer hingga jatuh ke lantai.
Selama beberapa saat ia dikuasai oleh amarah yang sekaligus membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Namun, beberapa saat kemudian, ia yang sudah sedikit tenang, memilih untuk mengambil semua bukti perselingkuhan sang suami karena tidak ingin ada yang mengetahui kebobrokan rumah tangganya yang terlihat sangat bahagia di media.
“Tunggu aku. Aku ingin melihat ekspresi wajahmu saat melihatku,” ucap Ana Maria yang kini merapikan penampilannya sebelum keluar dari ruangan kerja dan berangkat ke Bandung dengan detektif yang dibayarnya.
Penampilan adalah hal yang menurutnya paling penting dan tidak ingin terlihat buruk di mata staf perusahaan yang selama ini menghormatinya.
Dengan meraih ponsel miliknya yang ada di dalam tas, ia menghubungi asisten pribadinya. “Urus perusahaan karena aku hari ini akan pergi ke Bandung.”
Menutup telpon tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon dan mulai berjalan menuju ke arah lift yang membawanya ke lobi perusahaan.
To be continued...
Setelah menempuh perjalanan selama hampir tiga jam, mobil yang membawa sosok wanita dengan raut wajah pucat, tak lain adalah Ana Maria bersama dengan pria di balik kemudi merupakan sang detektif, telah tiba di pelataran rumah sakit kecil yang ada di Bandung.
Boby Setiawan yang baru saja memarkirkan mobil, kini sudah mematikan mesin dan melepaskan seatbelt.
Kemudian menoleh pada sosok wanita yang berada di sebelah kirinya dari tadi hanya diam membisu sambil memalingkan wajah.
“Ini rumah sakitnya, Nyonya Ana. Saya baru mendapatkan kabar jika wanita itu masih pembukaan lima yang kemungkinan besar nanti malam akan melahirkan. Sekarang Anda bisa menemui suami dan wanita itu di ruangan UGD.”
Tentu saja Ana sudah mengetahui hal itu karena memang dari tadi tidak tidur dan selama perjalanan tadi merasa kebingungan harus berbuat apa.
Apakah ia akan mengamuk pada sang suami karena telah berselingkuh darinya? Ataukah menarik rambut wanita yang telah merebut suaminya karena ia tidak bisa hamil?
Ana kini menoleh ke sisi sebelah kanan dan mengembuskan napas kasarnya. “Menurutmu, apa yang harus kulakukan? Apakah nasib wanita yang tidak bisa memberikan keturunan untuk suami selalu berakhir mengenaskan sepertiku?”
“Apakah aku boleh marah atas takdir burukku yang tidak bisa memberikan anak untuk suamiku?” Meskipun nada suara Ana terdengar diliputi oleh amarah, tetapi lebih menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya.
Begitu juga dengan Boby Setiawan yang saat ini hanya bisa menelan saliva dengan kasar saat mendapatkan pertanyaan yang membuatnya merasa kebingungan untuk berkomentar karena belum pernah menikah.
Meskipun tidak bisa dipungkiri jika tujuan utama pasangan menikah selain menyatukan dua hati untuk menyempurnakan ibadah, juga hal lain adalah ingin memilki keturunan.
Namun, tidak mungkin ia semakin menyakiti hati sosok wanita yang sedang hancur dan terluka setelah mengetahui pengkhianatan sang suami.
“Maaf, Nyonya Ana. Saya belum menikah, jadi tidak tahu harus menjawab apa. Lebih baik Anda ikuti kata hati saja. Apakah memilih untuk meninggalkan suami atau tetap bertahan?”
Tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya, tentu saja membuat wajah Ana kembali memerah dengan amarah mewakili perasaannya saat ini.
Bahkan ia belum bisa berpikir tentang dua pilihan itu karena satu-satunya hal yang ingin diketahui adalah kenapa pria yang selama ini terlihat sangat mencintainya mengkhianati pernikahan.
‘Seharusnya kau menceraikan aku dulu sebelum memilih bersama wanita lain, Christian. Jika seperti ini, kau telah menyakiti dua hati yang tidak bersalah. Aku yakin jika wanita itu pun tidak tahu jika kau sudah memiliki istri. Namun, jika dia sudah tahu, tapi tetap menerimamu, sepertinya aku tidak bisa diam saja pada pelakor.'
“Aku akan membuat perhitungan pada wanita sialan itu,” ucap Ana yang saat ini memilih untuk membuka pintu mobil dan beranjak keluar.
Ia yang sudah mengetahui bahwa wanita itu dipanggil Laura oleh suaminya, kini memilih untuk melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke lobi rumah sakit tanpa menunggu sang detektif.
Tanpa memperdulikan apapun lagi, ia tidak menoleh ke belakang lagi dan fokus menatap ke depan dan begitu bertemu dengan wanita berseragam putih, langsung bertanya di mana letak ruangan UGD.
Begitu mengetahui tempatnya, Ana kembali berjalan dengan perasaan berkecamuk dan membuncah.
Bahkan jantungnya kini berdetak kencang melebihi batas normal saat sebentar lagi bertemu dengan sosok pria yang paling dipercaya dan cintai tengah menemani wanita lain yang akan melahirkan.
To be continued...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!