NovelToon NovelToon

Our Forced Engagment

Prolog (Tunangan Palsu)

Bandara Incheon, Korea Selatan.

"Anda tidak boleh ke mana-mana tuan muda. "

Suara tegas seorang laki-laki dewasa menghentikan langkah Jeon Jungkook. Pemuda tampan seketika berbalik dan bertanya kasar.

"Apa hanya meminum kopi sebentar saja juga tidak boleh.? "

Mendengar hal itu sang pengawal pun hanya menggeleng tegas lalu membungkuk kan tubuh hormat.

Jungkook mendesah pasrah.

pemuda tampan itu tidak bisa lebih sabar lagi dari ini. akhirnya ia hanya bisa memutuskan untuk mengikuti permainan Sang pengawal. Jungkook menyandarkan tubuh tegapnya pada salah satu pembatas di bandara lalu berdiri diam seraya menyilangkan kedua tangan.

20 menit pun telah berlalu.

Jungkook sudah tidak tahan lagi. Menunggu selama setengah jam masih tidak masalah, namun saat ditambah 20 menit seperti saat ini dan masih juga belum ada tanda-tanda sama sekali.

Jungkook sungguh tidak dapat berkompromi lagi.

"Oh astaga. Hyung apa kau yakin jika pesawat yang gadis itu tumpangi hanya delay 30 menit? " jungkook bertanya jengah.

"Mereka bilang tadi sih seperti itu. Bersabarlah, mungkin sebentar lagi nona muda akan tiba. "

Jawab pengawal Lee seraya menatap papan kedatangan.

Mendengar sebutan hormat tersebut tanpa sadar jungkook tertawa getir.

"Nona muda ya.. " Ulang nya sinis.

"Memang kau fikir aku harus memanggil nya dengan sebutan apa? " Tanya pengawal lee polos.

Jungkook memalingkan wajah muak.

Walau mau dipikir bagaimana pun juga ia tetap tidak bisa menerima pertunangan ini begitu saja. Atas dasar apa pula dirinya harus berkorban pada sebuah pernikahan yang bahkan calon pengantin wanitanya saja tidak ia sukai.

Mungkin calon istrinya adalah wanita yang cantik. Namun kesan sinis dan penuh amarah yang terpancar dari kedua sorot mata gadis itu membuat para pria yang masih waras berfikir untuk tidak mendekatinya.

Berurusan dengan wanita normal saja sudah sering membuat pusing kepala. Apalagi jika harus berurusan dengan wanita setengah gila seperti tunangan nya itu. Lagipula bukan pihak keluarga dia yang membutuhkan bantuan melainkan keluarga gadis itu.

Bukankah jika seperti ini malah menjadi simbiosis parasitisme? tidak menguntungkan sama sekali.

"Tuan muda, lihat itu,,,,pesawatnya sudah tiba. " Seru pengawal Lee membuyarkan pikiran jungkook.

Pemuda tampan itu hanya menoleh pada pintu kedatangan. tempat dimana para petugas sudah bersiap untuk membuka pintu tersebut.

Nah, itu dia.

Calon istri yang sejak tadi ia tunggu akhirnya tiba juga.

Sekarang yang harus jungkook lakukan hanya satu. yaitu menyambut Sang tunangan 'Tercinta ' sebaik mungkin, sangat sangat baik hingga gadis itu bersedia untuk di campakan dengan sendirinya.

Hwang eunbi menatap sekeliling. mengedarkan pandangan satu persatu pada setiap kerumunan orang yang tengah berdiri di dekat pintu kedatangan sembari membawa papan nama. sinb berbekal wajah Sang tunangan yang telah ia dapat dari email kiriman ibunya sama sekali tidak dapat membantu.

sinb terus mencari namanya disana. Namun tetap saja nihil.

Tidak ada.

Sekali lagi gadis cantik itu kembali mengedarkan pandangan, ia benar-benar memeriksa setiap wajah orang yang berada disana dengan teliti. Hingga akhirnya benar saja. Tidak butuh waktu lama sinb langsung tahu orang yang harus ia tuju.

Sang tunangan, jeon jungkook. Nampak tengah menatapnya. dengan sikap arrogan pemuda itu mengangkat tinggi-tinggi kertas yang dia pegang sembari tersenyum manis padanya.

Sinb memutar bola mata jengah kala membaca tulisan yang jungkook angkat tinggi itu. Benar-benar... lihatlah bukan kah saat ini jungkook sudah sangat menyayangi dirinya?

fikir sinb mencemooh.

[Welcome My Love Fiancee] begitu tulisan yang berada ditangan Sang tunangan.

Sudah sinb duga sebelumnya. Bahwa tunangan dia ini pasti sukses besar membuat semua orang yang ada di bandara menatap penuh bisik-bisik pada dirinya.

"Dasar kekanak-an..! " Maki sinb pelan saat jungkook menatap kearahnya dengan penuh kemenangan.

Dengan santai pula sinb berjalan mendekat kearah tunangan tampan nya itu lalu mendorong kasar troli yang sejak tadi ia pegang kearah jungkook. Dan entah bagian mana pula dari tubuh pemuda itu yang terkena sasaran troli tadi, sinb sama sekali tidak perduli. ia hanya ingin memberikan kesan pertemuan pertama mereka yang sangat buruk untuk sang tunangan.

Sinb melirik sekilas dan mendapati jika jungkook ternyata berjalan mengikuti langkahnya. pemuda angkuh itu bahkan bersedia mendorong troli miliknya. Jungkook seolah tidak terganggu sama sekali dengan perilaku kasar yang sinb lakukan.

"Pertemuan yang sangat menyenangkan tunangan.. "

Sindir jungkook coba mensejajarkan langkahnya pada sinb seraya tersenyum meremehkan.

sungguh, ini membuat sinb sangat muak.

"Apa tidak sebaiknya jika kita saling mengucapkan salam pertemuan lebih dulu, tunangan? "

Sinb berhenti melangkah untuk menatap sinis pada tunangan nya itu. "Aku rasa hubungan yang kita jalani saat ini sudah terlalu dekat hanya untuk saling mengucapkan salam pertemuan.! "

Jungkook mengangguk beberapa kali. "Ah, benar juga. Atau bagaimana jika kita langsung menikah saja hum? "

Sinb sontak menatap tajam tepat pada manik mata pekat milik jungkook. Dan pemuda itu bahkan tidak berkedip sedikit pun.

"Wow, manis sekali tunangan. " Sindir sinb tidak mou kalah. "Sepertinya kau dan aku benar-benar sangat cocok. "

Jungkook tergelak lalu merangkul bahu Sang tunangan. Rangkulan itu teramat kasar untuk diberikan pada seorang wanita. kontras dengan ucapan dia barusan yang seolah tidak keberatan dengan kehadiran sinb disisinya.

Sinb tidak mengelak atau pun menghindar, gadis cantik itu hanya memandang dingin tangan milik jungkook yang tengah merangkul dirinya.

"Sial, singkirkan tangan mu.! "

"Kenapa? kau tidak suka aku merangkul mu seperti ini. Atau kau ingin aku menggandeng tangan mu hem?? "

Ucap jungkook menyeringai puas. Sinb sendiri mendengus sebal. ia berfikir apakah bisa jika dirinya bertahan satu hari saja hidup bersama dengan sang tunangan.

*******

"Antarkan aku ke hotel saja.

Jungkook membuang nafas kasar, menahan diri saat lagi dan lagi mendengar perintah tunangan nya itu untuk yang kesekian kali.

Baik jungkook, pengawal, atau pun Sang supir, mereka seolah pura-pura tuli dan tidak mendengarkan. ketiga pria beda usia itu hanya diam seribu bahasa.

"Kalian tidak mendengarkan ku.! " Teriak sinb marah.

"Jangan hiraukan dia, lanjutkan saja perjalan nya ke apartemen ku. " ucap jungkook malas.

Sinb semakin mendelik marah pada Sang tunangan. "Tidak berguna.! "

"Siapa yang kau maksud tidak berguna itu Hwang Eunbi. " Jungkook menimpali perkataan sinb dengan santai seraya masih tetap asik bermain ponsel.

"Aku? Lee Hyung, ataukah supir ku? "

"Sepertinya kau masih belum mengerti Jeon Jungkook. " Sinb menatap frustasi pada pemuda itu, "Jika kau membawaku ke rumah mu, maka kita akan benar-benar menikah.! "

"Aku tau.. " Jawab jungkook santai.

"Kalau kau tau lalu kenapa tidak membiarkan ku tinggal di hotel saja. "

Jungkook menatap sinb dingin dan sinis.

"Kau tentu mengerti bagaimana ibumu. Dia mungkin akan mengamuk lagi saat aku membiarkan mu tinggal di hotel. "

Sinb tidak mampu berkata-kata lagi. Tentu dirinya lebih dari tahu tentang apa yang akan terjadi pada Sang ibu. ia berusaha untuk menenangkan diri, membuka kaca jendela mobil lalu memandang jauh pada kerlip malam, menikmati hawa dingin kota Seoul yang sudah lama sekali tidak ia rasakan.

"Jeon Jungkook." Tanpa mengalihkan tatapan matanya dari pemandangan yang ia lihat, Sinb memanggil nama Sang tunangan.

Jungkook hanya berguman sebagai jawaban, merasa aneh karena tunangannya ini ternyata tahu kalau ia tengah menatap diam-diam pada gadis itu.

"Apa kau sungguh benar-benar ingin kita menikah? "

Nada suara sinb terdengar sangat serius hingga jungkook tidak tahu harus menjawab seperti apa.

"Tentu tidak. kau? " pemuda itu malah balik bertanya.

Sinb, untuk pertama kalinya ia tersenyum. Namun bukan jenis senyum sinis ataupun marah, melainkan senyum tulus dan penuh kelegaan.

"Aku juga tidak. " jawabnya lirih.

Baik jungkook maupun sinb, keduanya tahu bahwa mereka sama-sama tidak menyukai pertunangan ini, apalagi jika sampai menikah.

"Lalu kenapa kau menerima pertunangan ini? " lanjut sinb.

Jungkook menimbang sejenak, helaan nafas berat pun terdengar. ia berfikir mungkin akan lebih baik jika dirinya menjawab jujur.

"Karena aku harus membantu perusahaan ayah mu, namun buka berarti aku berhati malaikat. Aku hanya____"

"Tidak perlu dilanjutkan, aku mengerti. " Sinb menyela dengan cepat. Ia sungguh sangat mengerti dan tahu persis seperti apa dan bagaimana tentang sang ibu lah yang berada dibalik semua ini.

Jungkook hanya mengangguk pelan, "Tentang itu dan hal lain juga yang tidak perlu kau tahu. " ucapnya dingin, kembali seperti jungkook yang ingin ia tunjukkan dihadapan sinb.

Sorot mata sedih yang gadis itu tunjukan sungguh tidak ingin ia hadapi untuk malam ini.

"Lagipula aku tidak memiliki alasan untuk menolak pertunangan itu. memangnya siapa yang nanti akan berakhir dengan kepemilikan perusahaan ibumu. "

Lanjut jungkook sarkas.

Rasa persahabat yang tadinya sempat ingin sinb jalin seketika luntur kala mendengar kalimat menohok sang tunangan.

"Sama seperti rumor yang beredar ternyata. " ucap sinb dingin, "Kau tahu, mereka semua bilang bahwa pewaris Jeon Company sangat persis seperti ayahnya. menghalal kan berbagai macam cara dan hobi mengoleksi wanita. "

Sinb memang tidak memandang wajah jungkook kala mengatakan kalimat tersebut, ia hanya tetap memandang pada kejauhan malam. Namun ia sangat tahu bahwa pemuda itu, detik ini pasti sangat ingin membunuhnya.

satu detik,

dua detik,

Hening,

Hingga tepat pada detik yang ketiga, "Hentikan mobilnya. " ucap jungkook pelan, masih setia menatap pada sinb dengan intensitas kemarahan yang sama.

Namun gadis itu hanya tetap diam, ia tidak bergeming sama sekali meski pengawal Lee sudah berulang kali menatap panik pada dirinya.

"Brengsek. Hentikan mobilnya sialan.!! " Raung jungkook murka, ia menggebrak pintu mobil dengan kemarahan yang telah memuncak.

Seketika mobil pun langsung berhenti, dan tanpa pikir panjang pula jungkook segera berjalan keluar. Dia tidak mengatakan apapun saat mobil yang tengah di tumpangi oleh sang tunangan pergi meninggalkan nya di tengah jalan.

Jeon jungkook menghembuskan nafas frustasi. Ia coba membuang semua pemikiran untuk merusak sinb, hingga gadis itu pergi dari dalam hidupnya. Namun dari semua fakta tersebut nyatanya jungkook sendiri lah yang akan lebih dulu kalah dalam permainan ini. Ia bahkan tidak tahan jika harus lebih lama berada dalam satu ruangan yang sama dengan tunangan nya itu.

"Sial, kau sangat menyedihkan Jeon Jungkook. " maki pemuda itu pada diri sendiri. "Haruskah aku mengakhiri semua ini sekarang saja. "

Hwang Eunbi as sinb

Jeon Jungkook as Jungkook.

Oke karena sudah terlalu kepanjangan jadi sampai bertemu di part selanjutnya ya teman-tenan.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih☺🙏🙏

'Serupa Tapi Tidak Sama'

"Aku masih tidak habis pikir, padahal perusahaan keluarga mereka yang bermasalah. Tapi kenapa juga harus kita yang repot untuk membantu.! "

Ucap jungkook marah. Tanpa permisi ia langsung menerobos masuk ke ruang kerja sang ayah.

Sementara ayahnya hanya memandang skrptis pada ketidak sopanan yang ia lakukan barusan.

"Ketuklah pintu terlebih dahulu sebelum kau masuk, aku tidak pernah mengajari mu untuk menjadi manusia yang tidak tahu aturan Jeon Jungkook. "

Jungkook bergeming ditempat. ia memutuskan untuk tetap berdiri pada pendiriannya sampai sang ayah merubah keputusan yang dia buat.

"Pergilah, kau tahu aku sedang banyak pekerjaan. Tidak akan ada gunanya kau membujuk saat ini. "

"Tidak bisakah menggunakan cara lain saja, selain pertunangan? "

"Tanpa kau minta pun, jika memang bisa aku pasti akan melakukan nya. kau fikir aku orang bodoh. "

"Lalu kenapa harus keluarga kita.? " Tanya jungkook dengan nada takjub dan tidak percaya.

"kau pikir memang siapa yang bersedia menolong nyonya Hwang selain keluarga kita. "

Jungkook berdecak kesal. Mau tidak mau ia setuju dengan apa yang baru saja ayahnya katakan. Didalam dunia bisnis hanya satu dari beribu orang yang berteman baik dengan pemilik Hwang Corp tersebut. Bukan karena tidak mau, namun karena tidak tidak ada yang bisa.

Mengingat watak nyonya Hwang yang terkenal suka memanipulasi, dingin, serta tidak menyukai orang-orang dari kelas dibawah nya. Hingga wajar saja jika kehancuran Hwang Corp malah menjadi sebagai perayaan besar oleh para saingannya di dunia bisnis.

"Apa kau pikir, orang lain akan membantunya? " Lanjut sang ayah.

"Mau orang lain membantunya atau pun tidak, itu bukan urusan kita. " Balas jungkook sarkas.

Jeon Min-ho, mendongak dari tumpukan kertas yang sejak tadi tengah ia periksa diatas meja.

"Jungkook. jika kau lupa dia istri dari teman ku. "

Jungkook tertawa mengejek, "Aku pikir ayah sudah tidak memiliki teman. "

Minho mendesah pelan, "Apa sebenarnya yang kau inginkan? "

Jungkook memandang serius kepada sang ayah. "Batalkan pertunangan ini, mau seluruh aset ku kau sita aku tidak perduli. "

Minho terdiam cukup lama.

Jungkook pikir dirinya telah menang, karena walau bagaimana pun juga aset pribadi milik dia tidak lah sedikit. Ia sangat tahu jika sang ayah telah sejak lama mengincar kepemilikan JJ Hotel yang diwariskan oleh sang kakek padanya.

Hampir saja Jungkook tersenyum menang sesaat kemudian Minho sang ayah menjawab dengan nada yang amat sangat tegas.

"Lalu Jung chaeyeon? "

Rahang jungkook seketika berkedut marah. "Jangan coba-coba untuk menyentuhnya.! "

Minho tersenyum licik.

"Kenapa? kau bisa melanggar janjimu, jadi tidak masalah jika aku melanggar janjiku juga bukan? "

Jungkook sama sekali tidak perduli jika semua fasilitas yang ia miliki ditarik. Namun ancaman untuk hidup chaeyeon,,, sungguh jungkook tidak bisa menerinya.

"Brengsek.!! "

PLAK,

Umpatan jungkook barusan seketika langsung mendapatkan satu tamparan keras dari minho.

"Jangan pernah sekali lagi kau mengumpat di depan ku, "

"Kau yang lebih dulu menguji batas kesabaran ku, Ayah. "

"Karena itu, " Minho memukul dada jungkook cukup keras hingga membuat tubuh putra semata wayangnya itu terhuyung kebelakang.

"Jadilah laki-laki sejati, tepati janji yang telah kau buat jungkook,,,, jangan menjadi orang pengecut. Kau boleh berfikir kalau aku adalah ayah yang brengsek, namun perlu kau ingat bahwa aku tetaplah seorang laki-laki yang sudah terlanjur berjanji pada mendiang sahabatku sebelum kematian merenggut nyawanya. Jadi apapun yang terjadi aku akan tetap menepati janji itu, sekali pun kau setuju atau tidak. "

"Cih, Jadi maksud ayah janji yang kau maksud itu untuk menikahi putrinya.? "

"Lebih tepatnya untuk melindungi putri dia. " Suara Minho terdengar jengah.

"Itukah permintaan terakhir dia? " jungkook bertanya seolah tidak percaya, "Tapi aku rasa bukan untuk melindungi putri semata wayang dia melainkan untuk menyelamatkan harta yang dimiliki oleh teman mu, itu? "

Lanjut jungkook. melihat sang ayah yang hanya diam saja dia pun akhirnya sadar bahwa ternyata kedua orang tua sinb sama buruknya dengan orang tua dia.

"Jika memang yang menjadi alasan adalah perusahaan, maka berikan saja Hwang Corp uang. Bukankah semua permasalahan akan selesai. "

"Jangan pura-pura bodoh jungkook, kau tahu sendiri Hwang Corp tidak akan bisa bangkit meski kita memberi segunung emas atau pun uang untuk mereka. "

"Lalu, apa Ayah bisa memulihkan nya kembali? "

"Mungkin butuh waktu yang sedikit agak lama, namun cukup dengan kau yang memegang alih perusahaan itu lalu menikahi sin____"

Jungkook sontak tertawa, semua ini sungguh benar-benar sekenario yang sangat sempurna untuk menghancurkan dirinya.

"Kenapa harus aku dan sinb? Kenapa bukan ayah dan nyonya Hwang saja yang menikah, bukankah sama saja. " jungkook maju selangkah lalu berbisik pada telinga ayahnya. "Kau bisa memiliki keduanya, wanita juga perusahaan teman mu itu. Aku tidak keberatan memiliki saudara tiri seseksi sinb. "

Minho tidak memberikan balasan kata-kata yang dilontatkan oleh sang putra. melainkan pemuda itu malah menerima balasan berupa pukulan pada rahangnya, cukup keras hingga membuat tubuh jungkook tersungkur keatas dingin nya lantai ruang kerja sang ayah.

Sontak tawa keras jungkook langsung menggema, "Memang pantas disebut sebagai Father Of The Years"

"Pergilah, selagi aku masih memberimu kesempatan. " Hardik Minho menahan amarahnya pada jungkook.

"Tidak kah kau pikir, bahwa mungkin saja sinb juga telah memiliki seseorang yang dia cintai. " ucap jungkook masih mencoba membujuk.

"Kalian akan mengerti saat sudah sama-sama beranjak dewasa nanti, cinta dan pernikahan itu sangatlah berbeda. "

"Sekarang aku tahu alasan mengapa kehidupan pernikahan mu jauh dari cinta. " Jungkook bangkit seraya menatap pada ayahnya dengan intensitas kemarahan yang sudah tidak dapat terbendung. "Meskipun begitu, setidaknya ibuku pernah berfikir menikah dengan orang yang sangat dia cintai tapi kau malah membuang nya.! "

"JEON JUNGKOOK!! "

Minho murka, namun Jungkook juga sudah berada di ujung kesabaran. Dan semua orang tahu bahwa kedua ayah dan anak itu adalah orang yang serupa.

"Malam ayah, selamat beristirahat. " ucapnya tersenyum mengejek.

Usai mengatakan kalimat tersebut, jungkook segera beranjak pergi sebab tidak mampu jika harus berhadapan lebih lama lagi dengan ayahnya.

Minho berteriak keras, cukup untuk membuat langkah sang putra semata wayangnya yang hampir mencapai pintu dapat mendengarnya.

"Aku tidak melarang mu untuk mengencani wanita manapun, namun yang jelas kau hanya akan menikah dengan Hwang eunbi. Dia wanita satu-satunya yang akan tetap menjadi istri mu. "

Jungkook tidak menghentikan langkah. pemuda itu bahkan tidak menoleh kebelakang sama sekali, tujuan dia hanya satu, yaitu pergi sejauh mungkin dari kesesakan rumah sang ayah.

Rumah? jungkook berdecak dalam hati.

Sebuah rumah yang berdiri kokoh, namun tidak ada keluarga lengkap di dalamnya. Apa sebuah rumah yang sering disinggahi oleh para wanita-wanita simpanan sang ayah pantas di sebut sebagai rumah?

*******

Tidak ada hal yang paling sinb benci selain semua ini. hidup damainya berubah hanya dalam satu malam. Dan bukaannya kearah yang lebih baik melainkan malah sebaliknya.

Sinb tidak pernah berharap untuk mendapatkan kasih sayang yang besar dari mendiang sang ayah atau pun ibunya. sebab ia tahu betul apa yang ada dalam pikiran mereka yaitu hanya mengembangkan Hwang corp. karena bagi kedua orangtua nya perusahaan lebih berarti dibanding putri mereka sendiri.

Bahkan setelah kematian sang ayah, ibunya dengan sesuka hati mengatur pernikahan dia dengan putra dari kolega bisnis Hwang Corp. memberikan seluruh kepemilikan perusahaan pada orang itu, menukarkan dengan kehidupannya dan sinb. bahkan sampai rela mengorbankan masa depan sang putri hanya demi nama baik keluarga juga perusahaan.

Saat ini, seolah hidupnya belum cukup hancur. sang ibu malah dengan kejam meremukkannya dengan meminta ayah jungkook agar memberikan Sinb fasilitas yang sama persis seperti saat mendiang ayahnya masih hidup. Bahkan sang ibu juga meminta agar jungkook, calon suami sinb dapat membeli rumah yang layak untuk di tinggali oleh mereka berdua hingga tiba hari pernikahan nantinya.

Sang ibu juga bahkan meminta agar sinb dimasukkan ke sekolah yang sama dengan jungkook, yaitu 'Korea Internasional School' salah satu sekolah kelas atas.

Sinb yakin jika ibunya pasti mengerti perlakuan seperti apa yang akan ia Terima begitu seluruh siswa disekolah tahu bahwa harta yang dimiliki mereka tidaklah lebih dari seorang kasta rendahan, mengingat perusahaan yang sudah hampir gulung tikar. Namun sang ibu sepertinya tidak perduli.

Saat sinb tiba di depan sekolah dengan mobil, supir, serta pengawal pribadi. membuat berpuluh pasang mata sontak menatap ingin tahu kearahnya. Dan untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya menjadi pusat perhatian bagi kebanyakan orang sangatlah membuat sinb tidak nyaman.

"Ooiii, Hwang eunbi? "

Sinb mengenali suara tersebut. coba memandang kesegala arah dan seketika ia mendapati sosok cantik yang sangat dikenali nya tengah berlari mendekat.

Dalam hati sinb mengucap banyak rasa syukur, dari sekian banyak orang yang tidak ia kenali, satu-satunya teman masa kecil yang pernah dia miliki dan orang yang tidak pernah menyerah dalam menjalin komunikasi dengan dirinya selama di Paris nampak berlari riang.

"Berhenti lari seperti itu.. "

Ucap sinb menyembunyikan senyum manisnya yang hampir merekah. "Kau bisa terjatuh, Eunsoo. " lanjutnya.

"Jahat sekali. bisa-bisanya kau pulang tanpa memberi tahu ku terlebih dahulu. " Eunsoo mencebik lucu begitu sudah berada tepat di hadapan sinb. Coba mengatur nafasnya yang terputus-putus akibat berlari. "Apa kau tidak merindukan ku? "

Sinb sedikit mengulum senyum saat Eunsoo memeluk erat tubuhnya.

"Jawab aku bee, kau merindukan ku atau tidak? " Eunsoo bertanya sekali lagi.

"Tentu saja,,, " sinb menjawab seraya tersenyum kecil. "Tidak! " guraunya.

Seketika Eunsoo langsung menekuk wajah. Masih sama seperti dulu rupanya. Eunsoo pasti akan selalu menekuk wajah apabila ia mengabaikan sahabatnya itu.

"Hanya bercanda, " Sinb memandang geli.

"Aku tahu. " Senyum ceria eunsoo kembali tersungging, "Oh iya, kau akan sekelas denganku. Aku sudah mengaturnya. " Tambah Eunsoo seraya merangkul sebelah tangan sinb menuju ke kelas.

"Kau memang yang terbaik, Soo-ya. "

"Tentu saja. Bahkan aku langsung meminta pada ayah agar memasukkan mu ke kelas yang sama denganku begitu aku mendengar kau akan masuk sekolah ini. "

Sekali lagi sinb kembali mengucap syukur, ayah Eunsoo yang seorang Direktur sekaligus pemilik sekolah ini membuat ia sedikit lega.

Berpura-pura dihadapan banyak orang sangatlah sulit, apalagi jika harus menjalin pertemanan palsu seperti apa yang telah di sarankan oleh sang ibu.

"Yak,, cerialah sedikit bee. Anak-anak akan takut padamu jika kau memasang wajah menyeramkan ini. " Eunsoo mendorong sedikit bibir sinb dengan jarinya.

Namun gadis itu malah melengos tidak perduli.

Hingga dari kejauhan, tanpa sengaja sinb mendapati sosok sang tunangan nampak tengah tertawa senang dengan seorang wanita. Ia tidak bisa melihat wajah gadis itu, hanya postur tubuh yang bisa dirinya perhatikan.

Sebelah tangan jungkook nampak menggandeng gadis itu dan bukannya menolak sang gadis pun malah menggenggam balik.

Mereka berdua terlihat menertawakan sesuatu, sangat jelas jika gadis yang tengah jungkook genggam tangannya itu baru saja menceritakan sesuatu yang lucu. Mungkin?

Tanpa sadar sepasang netra sinb tidak dapat berhenti menatap pada keduanya.

"Mereka, " Eunsoo yang berada di sebelah sinb pun kontan mengikuti arah pandangan gadis itu. "Ah, rupanya ada juga orang yang mampu menarik perhatian mu, bee?" Ucapnya.

"Siapa dia? " Sinb bertanya datar.

"Siapa tepatnya yang kau maksud? " Eunsoo balik bertanya geli, "Jungkook sunbae ataukah gadis yang sedang digandeng nya itu? "

"Keduanya."

Eunsoo mengangguk paham. "Kalau sunbae, aku rasa kau dulu sudah pernah bertemu dengannya. saat kita datang ke pesta ulang tahun dia. "

"Kapan? Aku tidak ingat. " Sinb bertanya seraya memandang binggung pada Eunsoo.

"Eem, mungkin... " Eunsoo sedikit menggaruk keningnya. "Salah satu pesta yang pernah kau hadiri saat masih duduk di bangku sekolah dasar, sebelum kau dibawa pindah ke Paris. "

"Lalu dengan gadis itu,? "

"Dia pelayan sunbae. " Eunsoo menjawab sinis, "Gadis pelayan. begitu kami semua memanggilnya. "

"Pelayan? Bagaimana maksud mu. " Ulang sinb tidak begitu mengerti.

"Yah, kau pasti tahu kalau kami ini mudah bosan. Apalagi tidak ada yang menarik disekolah ini, namun suatu hari kepala sekolah tiba-tiba memasukkan gadis itu kesekolah kami melalui jalur beasiswa. Dan semua jadi semakin menarik, Aku akui dia memiliki otak yang sedikit pintar. "

"Siapa? " Sinb semakin tertarik, "Gadis pelayan itu ataukah kepala sekolah? " lanjutnya.

Eunsoo tertawa geli melihat keseriusan raut wajah sinb dalam menanggapi gosip yang ia ceritakan.

"Tentu saja si gadis pelayan, bee. Dia hidup disekitar kami semua seperti benalu, meski banyak protes dari anak-anak yang lain namun dia sama sekali tidak goyah. Dia tetap bertahan disekolah ini, dan parahnya lagi dia selalu menempel pada jungkook sunbae kemana pun pergi. "

"Hanya seperti itu? " timpal sinb seolah tidak perduli, hingga membuat Eunsoo mencebik kan bibir sebal.

Eunsoo lantas langsung menceritakan semuanya, tentang Jungkook yang menurut rumor tengah menjalin hubungan dengan 'si gadis pelayan' bahkan ada juga rumor yang mengatakan bahwa asal-usul gadis itu adalah seorang putri dari wanita simpanan.

Sinb tidak lagi mendengarkan sisa perkataan Eunsoo sebab ia tidak paham dengan apa yang dirinya rasakan saat ini. Mungkin ia marah karena jungkook secara tidak langsung sudah bertindak layaknya sampah didepan mata dia. Atau mungkin juga karena alasan lain yang berada dibalik kata 'tunangan' sebab walau bagaimana pun juga Sinb tidak bisa mengalihkan pandangan

matanya begitu saja dari sosok jungkook yang tersenyum bersama wanita lain.

Tanpa sadar Sinb menggigit bibir sebal.

Selingkuh diam-diam bukankah sangat normal? seperti yang telah dilakukan oleh kebanyakan orang dewasa di luar sana. Namun berselingkuh tepat di depan mata kepala sendiri, tidak kah sangat keterlaluan?

Sinb menoleh sekali lagi pada jungkook, kini pemuda yang tengah tertawa senang dengan 'kekasihnya itu' ternyata juga menatap lekat padanya. Baik Jungkook ataupun Sinb, kini keduanya saling beradu pandang. cukup lama hingga akhirnya jungkook mengulas senyum sinis pada gadis itu.

**To Be Continue**

Sampai bertemu di part selanjutnya.. jangan lupa tinggalkn jejak teman".

Terima kasih banyak untuk yang sudah mampir🙏🙏🙏☺❤

'Merasa Sedikit Terhibur'

"Selamat pagi, "

Sapa sinb dengan sengaja centil yang berlebihan kala membuka gorden jendela kamar sang tunangan.

Pancaran sinar mentari yang menyilau terang membuat jungkook mengerang sebal.

Libur sekolah yang harusnya menyenangkan.

Jungkook padahal sudah berniat untuk menikmati hari liburnya di akhir pekan dengan tidur seharian penuh, namun tiba-tiba Hwang Eunbi tunangannya yang menyebalkan itu, berdiri dengan begitu agung di tengah kamar miliknya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk tadi.

"Dimana etika mu untuk masuk ke kamar seorang pria sinb? tidak bisakah mengetuk pintu dulu? " ucap jungkook menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh.

Sinb memutar pandangan mata saat menyadari apa yang tengah di lakukan oleh sang tunangan.

"Tidak ada waktu lagi untuk malas-malasan dan tidur, jungkook. "

Sinb menarik turun selimut yang membungkus tubuh pemuda itu kala jungkook memegang nya cukup erat. Untung saja, karena jika tidak? entah apa yang akan mata polos sinb saksikan setelahnya.

Mengikuti arah pandangan sang tunangan. Jungkook yang memang tidak pernah mengenakan apapun kala tidur, mendadak ingin bersikap jahil. Ia sengaja menurunkan satu senti garis selimut di atas pinggul hingga membuat sinb langsung mendengus risih.

"Kau penasaran? " Jungkook bertanya dengan tatapan menantang.

Sinb dengan cepat menyambar sehelai handuk yang kebetulan ada dikamar itu lalu melemparkan nya kearah jungkook.

"Cepat pakai itu. " perintahnya.

Tentu saja jungkook menolak. Ini adalah hari weekend, dan lagi kamar ini pun adalah miliknya. jadi jungkook tidak berniat memakai kaos atau sehelai benang apapun yang sinb berikan.

"Apa kau selalu seperti ini jika tidur? " dengus sinb jijik.

"Kau akan menyukainya jika kita sudah menikah nanti. " Balas jungkook enteng.

"Eooow"

"Ingin lihat? " Ucap jungkook sengaja menggoda. ia berharap dengan begitu sinb akan segera pergi dari dalam kamarnya.

Namun yang namanya sinb memang lah tetap sinb, gadis cantik itu bahkan tidak mencoba untuk menutupi ekspresi yang terpancar di wajahnya.

"Berhenti bercanda jungkook. segeralah berpakaian, aku akan menunggu mu dibawah.! "

"Jelaskan dulu apa maksud dari kedatangan mu itu dirumah ku sepagi ini? " Tanya jungkoook tidak perduli dengan apa yang di inginkan oleh sang tunangan.

Sinb hanya menggedikkan bahu acuh seraya berjalan menghampiri lemari kaca yang berada di sebelah ranjang milik jungkook. Tanpa izin ia melihat-lihat seluruh koleksi harry Potter milik tunangan nya itu.

"Hobi yang sangat menarik. " Puji sinb tanpa sadar.

Jungkook memutar bola mata, "Sinb, aku sedang tidak mood untuk bertengkar denganmu sepagi ini. "

Gadis itu hanya tersenyum lalu kembali lagi menoleh padanya.

"Aku datang kemari untuk bertanya tentang kapan sebenarnya kau akan membatalkan pertunangan kita ini? "

Jungkook memijat pelipis merasa letih. "Dan kapan pula aku pernah menjanjikan hal itu padamu. "

"Saat di bandara tempo hari. " sinb menjawab cepat, "Lebih tepatnya saat kita berada didalam mobil. kau tidak ingat? "

Pernyataan sinb barusan itu membuat jungkook hanya masih menatapnya bertanya.

Dengan suara dan wajah yang sungguh sangat menyebalkan gadis itu kembali melanjutkan.

"Ah, benar juga. Maaf,,,, aku lupa. Saat itu kau ku tendang keluar sebelum sempat untuk menjanjikan apapun bukan? "

Mendengus kasar sebab berhasil di kerjai oleh sinb, Jungkook memilih untuk kembali merebahkan diri keatas kasur.

"Keluarlah sinb. " Usir nya.

Gadis itu sendiri tidak berkata apa-apa. Ia hanya masih tetap diam dan memperhatikan jungkook dengan senyum sinis serta tatapan yang tidak pernah putus sedikit pun.

"Jadi kau sungguh akan berdiri seharian disana sambil terus memandang ku? "

Ejek jungkook yang seolah tidak terganggu sama sekali dengan berbaring di hadapan sinb seperti sekarang ini.

"Kau itu tidak tahu sungguhan atau memang sengaja tidak ingin datang? "

"Bicaralah yang jelas, SINB. " Bentak Jungkook kasar, "Aku ingin tidur jadi berhenti meracau disini. "

"Kau pikir aku begitu senggang? Tidak seharusnya kau tetap tidur disini sementara paman Jeon sudah menunggu kita sejak tadi. " Balas sinb geram.

"Ayahku? menunggu? Sial, apa ada janji yang tidak aku ketahui? " Jungkook bertanya hati-hati.

Sinb tidak menjawab, gadis cantik itu hanya melemparkan ponsel pada sang tunangan lalu menatapnya dengan pandangan tidak sabar.

Sedetik setelah Jungkook membaca isi pesan yang tertera di dalam ponsel itu sontak ia seolah tersadar akan sesuatu hingga setelahnya langsung mengumpt pelan.

"Sekarang kau sudah ingat? "

Jungkook yang merasa sangat kesalpun segera melilitkan selimut pada seluruh tubuh. Sedikit kesulitan saat mengenakan handuk dengan aman hingga setelahnya ia pun langsung berlari kesana-kemari mempersiapkan pakaian.

Sinb diam-diam mengulum senyum, merasa terhibur dengan pemandangan tersebut. sehingga ia memutuskan untuk menggoda sang tunangan lebih lama lagi.

Sadar akan sosok sang tunangan yang tidak kunjung pergi dari dalam kamarnya, Jungkook sontak menatap bertanya pada gadis itu.

"kenapa? tidak masalah bukan? Aku hanya berjaga-jaga saja, siapa tahu kau kesulitan. Atau mungkin, membutuhkan bantuan ku.. "

Ucap sinb tersenyum jail seraya mengedipkan sebelah mata. Jungkook bergidik tiba-tiba.

"Sial. kau membuatku takut dengan tersenyum seperti itu sinb. "

maki Jungkook yang langsung bergegas masuk kedalam kamar mandi.

Brakk,

Sinb menggeleng pelan, memandang geli pada pintu kamar mandi yang baru saja di tutup kasar oleh sang tunangan.

"Cih, Dasar Jeon Jungkook bodoh.! "

**To Be Continue**

Sampai bertemu di bab selanjutnya lagi🤗

Terima kasih🙏 jangan lupa tinggalkan jejak voment nya. 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!