"Ikut dengan nya Irni, kamu sudah bukan siapa siapa lagi sekarang dalam keluarga ini, kamu sudah menjadi milik nya" Bagai di sambar petir di siang bolong, hatiku hancur cinta pertamaku membuang ku oh tidak dia menjual ku pada seorang yang gak aku kenal sama sekali. Bahkan di hari pernikahan ku aku belum melihat seperti apa wajah suamiku yang sudah membeli ku pada orang yang tadinya bergelar sebagai seorang papa.
"Apa tidak ada kata perpisahan terbaik pah, aku tidak pernah tau nanti bisa bertemu papa lagi atau tidak" Sesak kurasa saat orang tua satu satunya yang ku punya yang paling ku sayang tega menjual ku, bahkan saat aku akan meninggalkan rumah ini papa masih bertahan dengan ego nya, tak ada pelukan hangat seorang papa tak ada ucapan kata perpisahan yang manis.
"Sudah lah Ir, kamu terima saja takdir kamu dan pergi dari sini suamimu sudah menunggumu di rumah nya " Kulihat Sonya tersenyum sinis begitupun dengan Maura.
" Baiklah aku akan pergi, Terima kasih atas semua jasa papa selama ini yang telah membesarkan ku, aku pamit semoga dengan kepergian ku keluarga ini bebas dari kesialan" Kulihat papa tak membalikan tubuhnya sama sekali masih tetap memunggungi ku, dia tak mau melihat wajah ku lagi. Aku pun melangkah kan kakiku di ikuti dua orang laki laki berseragam hitam putih, tak ada air mata yang menetes sungguh aku tak mau terlihat lemah di hadapan orang orang seperti mereka, meski sesungguhnya hati ku teramat hancur dengan ucapannya.
Namaku Irnia putri pangestu, tapi mulai sekarang gelar pangestu di belakang namaku akan terhapus dan di ganti oleh marga suamiku, yang entah siapa namanya aku belum mengetahui nya jangan kan wajahnya namanya saja aku tak tau sungguh konyol bukan, entah aku harus sedih atau senang dengan takdir ku. Di satu sisi aku senang karena bisa terbebas dari rumah yang bagaikan neraka ini tapi di satu sisi aku juga sedih menikah dengan orang yang tak aku kenal aku pernah berkhayal akan menikah dengan orang yang aku cinta juga tulus mencintaiku tapi sepertinya khayalan itu harus ku buang jauh jauh itu hanya sebuah mimpi yang gak akan pernah menjadi kenyataan.
Ku tatap rumah yang selama 18 tahun ini ku tempati, rumah yang penuh dengan canda tawa saat mama masih ada rumah yang bagaikan surga, seketika berubah menjadi rumah bagaikan neraka semenjak papa memutuskan menikahi sonya selingkuhan nya, dan membawa dia tinggal bersama kami. hal itu pula yang menyebabkan mama meninggal karena syok lalu terkena serangan jantung.
Setelah kepergian mama hidupku menjadi suram tak ada kata bahagia selama 8 tahun ini, hidupku selalu salah di mata mereka jangan kan bicara bernafas di depan mereka pun aku sudah sangat salah, bahkan aku di cap sebagai anak pembawa kesialan bagi keluarga ini, papa sudah terpedaya oleh rayuan iblis yang sekarang menjadi ibu tiriku, papa yang dulu selalu bersikap lemah lembut terhadap ku sekarang berubah bagaikan singa yang ingin mencabik cabik mangsanya.
"Silahkan masuk nyonya" Lamunan ku buyar saat salah satu dari orang yang mengawalku membuka kan pintu mobil dan menyuruhku untuk masuk, entah mereka akan membawa ku kemana akupun enggan untuk bertanya.
Mobil melaju membelah jalanan yang ramai lancar karena waktu masih pukul 10 pagi, orang orang lagi sibuk sibuknya bekerja sedangkan aku sibuk dengan pikiran ku sendiri akan seperti apa hidupku kedepan nya, akan kah suamiku menyayangi ku ah tak perlu aku sudah terbiasa hidup tanpa kasih sayang tapi setidaknya suami ku bisa menerima ku saja itu sudah lebih dari cukup aku tak ingin berharap lebih.
Kulihat mobil yang lalu lalang di jalanan, mungkin kah ini terakhir kalinya aku melihat pemandangan manado, tak terasa kantuk menyerang mataku pun tertutup dan berpindah ke alam mimpi.
"Nyonya bangun, anda sudah sampai " Seseorang wanita berpakaian pelayan menyentuh bahuku, aku mengerjap kan mata melihat ke sekeliling rumah sekarang aku sudah sampai di depan sebuah rumah yang cukup megah lebih besar dari rumah punyaku ku edar kan pandangan ke setiap penjuru bangunan megah masih begitu terlihat asing itu.
"Mari nyonya tuan sudah menunggu anda di dalam" Aku pun keluar dari dalam mobil dan melangkah menaiki satu persatu anak tangga di depan ku sudah berjejer dengan rapi para pelayan juga pengawal mungkinkah mereka menyambut ku, pikirku.
Ku langkahkan kaki menuju pintu utama yang sudah terbuka lebar, mereka menundukan kepala saat aku melewati nya. Terlihat di sana ada seseorang yang duduk di kursi sambil menatap ku tajam.
"ya Tuhan dia begitu tampan" gumam ku dalam hati, aku. tak mau menyangkal laki-laki di hadapan ku ini memang sangat tampan, hidung mancung, bibir sensual merah merona dapat ku pastikan kalau dia tak pernah merokok, rahang tegas, juga tatapan yang tajam membuat ku langsung terpesona.
"Duduk" Perintahnya saat aku sudah berada di hadapannya. aku pun menurut ku dudukan bokong ku di sopa berhadapan langsung dengan seorang laki laki yang entah siapa dia namanya.
"Dengar gadis kecil, aku adalah suamimu apa kau sudah tau siapa namaku? apa si tua bangka itu menjelaskan siapa aku?" tanya nya. Aku hanya menggeleng kecil sambil menatapnya karena memang aku tak tau siapa dia, papa tidak memberi tahukan siapa calon suamiku seperti apa orang nya, seperti apa wajah nya, aku hanya di suruh memakai baju pengantin kemudian duduk menunggu dan datang lah dua orang yang menjemput ku.
"Chihhh, apa si tua bangka itu tidak memberi tahu mu siapa calon suaminya, bahkan namaku saja kau tidak tau?" Tanya nya lagi dengan senyuman mengejek. Aku pun hanya menggeleng kembali bingung harus berbicara seperti apa.
"Kau bisu, sayang sekali orang setampan diriku memliki istri yang bisu" Ucapnya sambil menatap ku dengan tatapan tajam nya.
"Ti-tidak tuan" Ucapku denhan terbata, sungguh berhadapan dengan nya bukan hanya membuatku gugup tapi juga membuat ku merinding ketakutan.
"Bagus bicaralah, dengar aku sudah membeli mu mahal pada orang tua mu jadi sekarang dirimu adalah miliku seutuhnya nya, kau harus patuh dengan apa pun peraturan yang ada di rumah ku" Ucapnya membuat ku menghela nafas kecil.
"Baik tuan" Jawab ku singkat.
"Heru berikan catatan nya, dan bacakan peraturan yang tak boleh istriku langgar" orang yang berdiri bagaikan patung itu pun melaju ke depan tapi dia enggan menatap wajah ku apa aku menyeramkan sampai dia tak mau menatap wajahku dan lebih memilih menatap keramik yang dia injak pikirku.
"Baik tuan," ucapnya, aku masih mendengar kan dan ku pasang telinga ku baik-baik peraturan apa saja yang tak boleh aku langgar di rumah suamiku.
"Sebelumnya izin kan saya memperkenalkan diri saya nyonya, nama saya Heru saya adalah asisten pribadi suami anda, dan ini suami anda namanya tuan Arkhana Aditya Mahesa, seorang direktur utama di salah satu perusahaan MC (mahesa compeny) tuan Arkha memiliki 2 orang istri di rumah nya yang ada di daerah ibu kota jakarta, setiap istri istri tuan Arka harus mematuhi setiap peraturan yang di buat oleh tuan Arkha dan anda tidak boleh melanggarnya jika anda melanggarnya maka anda akan kena hukuman"
"Peraturan pertama, anda tidak boleh dekat atau berhubungan dengan pria mana pun selama anda terikat dengan tuan Arkha, ke dua anda tidak boleh mencampuri urusan tuan Arkha ataupun istri istrinya yang lain, ke tiga anda di larang memasuki tempat terlarang yang ada di dalam rumah utama, juga tidak di perbolehkan untuk masuk kedalam kamar tuan Arkha, ke empat anda tidak boleh keluar rumah kecuali atas izin dari tuan Arkha, saya harap anda dapat mematuhinya sekian dan terimakasih." Aku terdiam saat mendengar detail peraturan yang ada di rumah suamiku aku tidak terkejut dengan peraturan yang di buat oleh suami ku, namun aku terkejut saat mendengar jika aku menjadi istri ketiga.
"Sekarang ganti pakaian mu kita akan langsung kembali ke jakarta hari ini juga" Aku pun mengangguk tak tau apa yang harus aku katakan selain menurut dengan apa yang suami ku ucapkan. ku ikuti langkah pelayan yang menuntunku membawaku melewati beberapa ruangan.
"Ke sini nyonya" Ucapnya, Aku di tuntun memasuki sebuah kamar yang terlihat begitu besar, saat pelayan membuka lemari di dalamnya sudah begitu banyak baju baju dengan berbagai merk brand ternama, di lemari samping tertata dengan rapi tas, sepatu, jam tangan dan juga aksesoris penunjang penampilan. Ku lirik di meja rias tertata dengan rapi kosmetik juga skincare yang aku tak tau itu cara pakai nya bagaimana, karena di usia ku yang menginjak usia 19 tahun sekarang muka ku hanya terkena sabun cuci muka gak lebih dari itu.
"Perlu saya bantu buka gaun nya nyonya" Aku terhenyak saat mendengar suara pelayan, aku mengangguk karena memang begitu susah membuka resleting di bagian belakang, pelayan itu pun melepaskan resleting gaun pengantin ku, dia juga membantu ku melepas sanggulan juga perintilan yang ada di atas kepalaku. aku menatap wajahku di cermin tubuhku di balut baju pengantin mewah, wajahku dirias sedemikian rupa namun untuk apa semua ini, bukan pernikahan seperti ini yang ku ingin kan.
"Saya mau mandi dulu" Ucapku setelah pelayan berhasil membuka resleting gaun ku. Ku raih handuk yang di berikan oleh pelayan kemudian aku masuk kedalam kamar mandi untuk menguyur tubuh juga kepala ku, Tak butuh waktu lama aku pun selesai membersihkan tubuh ku, setelah tubuh ini terasa segar aku keluar kamar mandi di sana sudah terlihat baju baju yang sudah di siapkan oleh pelayan tuan Arkha, aku memakai baju yang sudah pelayan siapkan setelah selesai ku dudukan diriku di depan meja rias, pelayan pun dengan lembut membantu ku mengeringkan rambut, jika begini terus aku sudah berasa menjadi ratu.
"Jangan pakai kan bedak terlalu tebal, saya tidak biasa " ucapku memberi tahu, pelayan itu pun mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah nyonya kita rias tipis tipis saja, supaya terlihat lebih segar " aku pun mengangguk menyetujui nya, tangan nya begitu lihai memoles wajah ku, sampai akhirnya sentuhan terakhir dia lakukan yaitu memakaikan lipstik berwarna pink mambuat wajah ku terluhat lebih fresh.
"Sudah selesai nyonya, anda begitu cantik meski tanpa riasan yang wah" Puji nya membuatku tersenyum samar.
"Ya rupa ku memang cantik, bahkan tanpa polesan make up sekalipun tapi sayang takdir ku begitu jelek" batin ku.
"Terima kasih," ucapku. kulihat pelayan itu tersenyum dengan begitu tulus ke arah ku.
"Anda sudah di tunggu tuan nyonya," ucapnya setelah membereskan pengering rambut dan menata kembali peralatan make up setelah ku pakai barusan dengan di bantu oleh nya.
"Hmmm baiklah aku akan segera keluar, dan menemuinya" Aku segera keluar dari dalam kamar dan menemui suami ku, tak dapat ku Pungkiri suami ku ternyata di luar expetasi ku, dia begitu tampan juga menawan meski wajahnya kaku tatapan nya tajam,sikapnya yang dingin, juga suaranya yang bikin merinding tapi aku tak munafik aku menyukai ketampanan nya. Ku pikir dia seperti apa yang di ucapkan Maura, ternyata sangatlah jauh berbeda.
"Kasian sekali nasib mu kak, harus hidup dengan seorang pria tua renta, smoga nasib mu baik di sana yah, tenang saja dia sudah tua juga sakit sakitan tinggal beri sentuhan dikit tamat lah riwayat nya dan semua hartanya akan jatuh kepadamu" masih ku ingat ucapan adik tiriku itu semalam sebelum aku di persunting tuan Arkha.
Aku berjalan menghampiri suamiku yang tengah pokus duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, dia menoleh saat menyadari kehadiran ku di dekatnya di lihatnya penampilan ku dari atas sampai bawah membuat jantung ku tak aman saja, takut jika aku salah kostum.
" Sudah siap, kita berangkat sekarang" Aku mengangguk kemudian mengikuti nya berjalan di belakang. Setelah salah satu pengawal membuka kan pintu mobil kami pun masuk kedalam, wangi parfum maskulin menusuk indra penciuman ku ternyata dia bukan hanya tampan tapi juga wangi, aku langsung menepuk dahi ku saat pikiran ku sudah mulai berjalan terlalu jauh. Ku lihat dia hanya pokus dengan gedjet yang ada di dalam genggaman nya dia sama sekali tak ingin mengeluarkan suaranya apalagi melirikku sampai di bandara dia masih enggan berbicara, aku pun hanya mengikuti nya tanpa bertanya apapun.
Di hadapan ku sudah ada jet pribadi yang terparkir menunggu kita menaiki nya, sekaya apa suamiku sampai mempunyai jet pribadi. Tubuhku bergetar hebat saat pertama kali menaiki pesawat, aku bukan anak orang miskin orang tua ku bisa di bilang kaya raya, papa, sonya juga maura mereka selalu berlibur keliling dunia tapi tidak dengan ku mereka tak pernah mengijinkan aku untuk ikut dalam acara jalan keluarga dengan alasan aku pembawa sial dan hanya akan membuat mereka kesusahan.
Melihat aku yang masih diam di tengah tengah anak tangga tuan Arkha kembali membalikan tubuhnya dan menatap ku heran.
"Kenapa? Takut? Tanya nya dengan nada mengejek. Ku pikir dia akan meraih tangan ku, menuntunku masuk kedalam pesawat lalu memeluk tubuh ku untuk memenangkan diriku yang ketakutan.
Ku lihat tuan Arkha melanjutkan langkah nya Aku pun mengikuti nya dari belakang dengan perlahan kemudian duduk di kursi bersebelahan dengan nya. Sampai pesawat mau take off tubuh ku masih begetar ku cengkram lengan suamiku dengan kuat sampai tak sadar jika cengkraman ku membuat lengan nya terluka.
" Lepas kan cengkraman mu, dan Buka lah matamu, kau tak akan mati hanya karena naik pesawat" Ucapnya begitu sadis. Ku buka dengan perlahan mataku mencoba menenangkan diri jika aku tak menenangkan diriku sendiri siapa yang akan menenangkan ku.
Ku lihat lengan tuan Arkha terluka dan mengeluarkan sedikit darah segar, "ya Tuhan sekencang itu aku mencengkram tangan nya" Batin ku.
Beruntung datang seorang pramugari ke arah ku juga tuan Arkha, aku segera meminta obat merah juga kasa untuk membersihkan lukanya. Tak lama kemudian pramugari tadi pun datang kembali dengan membawa kotak p3k.
"Maaf tuan biar saya obati luka di lengan anda" Tawar ku, ku pikir dia akan menolak ternyata dia pasrah saat aku menarik tangan nya dan mulai mengobati nya. Setelah selesai ku obati dan di pasang perban dia menarik kembali tangan nya.
Tak ada kata terima kasih atau semacam nya yang dia ucapkan," ya memang apa yang kau harapkan Irni" Batin ku.
Bosan karena tidak ada yang mengajak ngobrol aku pun menyender ke sandaran kursi, sampai rasa kantuk pun tiba tiba menyerang.
Rasanya baru saja aku tertidur tiba tiba bahuku seperti ada yang mengguncang, ku buka mataku secara perlahan menyesuaikan dengan cahaya yang menyilaukan mata.
Ku lihat mata elang itu menatap ku tajam "pesawat sudah mendarat sejak tadi apa kau ingin menginap di dalam pesawat?" Aku pun segera bangkit masih dengan otak yang sedikit linglung juga jet leg. Ku ikuti suami ku turun dari pesawat saat nyawa perlahan sudah terkumpul dan kesadaran sudah perlahan mulai kembali.
Ternyata di luar bandara sudah ada mobil yang menunggu, setelah suamiku masuk aku pun ikut masuk dan mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang terlihat padat merayap.
Entah kemana aku akan di bawa, ku tau nama kota ini jakarta tapi aku tau satu persatu nama nama tempat di kota ini sampai akhirnya aku di bawa ke sebuah rumah yang terlibat lebih megah dari rumah yang tadi ku singgahi sebelum aku di bawa ke sini namun di sini hanya ada satu rumah, tak ada rumah lain apa aku akan tinggal di sini pikirku.
Gerbang berwarna hitam yang tinggi menjulang di hadapan ku pun terbuka, mobil mulai memasuki pekarangan dan berhenti tepat di depan pintu utama. Di sana terlihat ada dua orang wanita cantik tengah tersenyum melihat ke arah mobil dapat ku pastikan kalau mereka adalah kakak maduku.
Setelah salah satu pengawal membukankan pintu untukku senyuman mereka pun luntur bersama dengan keluarnya diriku dari dalam mobil.
"Marisa, Rania, kenal kan namanya Irnia dia istri ketiga ku" Aku masih menunduk takut melihat tatapan salah satu kakak maduku, entah siapa dia namanya tatapan nya begitu nyalang membuat ku bergidik ngeri.
"Marisa" ucapnya sambil mengulurkan tangan nya. Ku sambut dengan baik uluran tangan nya. "Aku istri pertama mas Arkha" sambung nya lagi. ternyata orang yang menatap tak suka padaku namanya Marisa dia istri pertama tuan Arkha.
"Kenalkan namaku Rania, aku istri kedua mas Arkha" tutur wanita yang berambut pendek dengan lesung pipi di sebelah kanan pipinya membuat senyumnya begitu terlihat manis, wajah cantik nya semakin terlihat sempurna dengan senyuman menawan itu ah aku jadi insecure dengan mereka, kenapa suamiku bisa memiliki istri yang begitu cantik cantik tapi wajar sih dia juga tampan siapa yang tak mau menjadi istrinya.
"Irnia kak" ucapku sambil ku balas senyuman nya.
"Aku tak ingin mendengar ada keributan keributan seperti sebelumnya, dengar itu Marisa, Rania" Ucapnya tegas.
"Iya mas" sahutnya barengan.
"Bik sum," Panggilnya, ku lihat seorang wanita parubaya datang menghampiri kami.
"Saya tuan,ada yang bisa bibik bantu" Ucapnya sambil menunduk.
"Antarkan dia ke rumahnya" Ucapnya tanpa melihat ke arah ku.
"Baik tuan" Aku yang mendengar itu pun sontak saja kebingungan rumah, berarti aku pisah rumah dengan suami ku dan kedua kakak maduku, tapi kenapa? pikir ku. Ku lihat tuan Arkha bangkit dan melangkah menjauh dari tempat kami duduk.
"Mari nyonya" aku mengangguk kemudian pamit kepada kedua kakak maduku, setelah nya aku pun mengikuti langkah asisten rumah tangga di rumah tuan Arkha yang katanya akan membawa ku kerumah ku.
"ini rumah anda nyonya, sebelumnya perkenalkan dulu nama bibi sumyati, panggil saja bik sum, bibi sudah bekerja di rumah ini selama 20 tahun, dan bibi di sini adalah kepala pelayan, jika nyonya butuh sesuatu anda boleh hubungi saya nomor nya ada di dekat kulkas sana, nanti juga akan ada salah satu pelayan yang akan menemani anda di sini, jadi anda gak akan kesepian" ucapnya sambil tersenyum ramah, Aku mengangguk mengerti, orang yang bernama bik sumyati itupun membawaku berkeliling memberitahukan satu persatu tempat yang ada di dalam rumah berukuran minimalis ini, rumah tak begitu besar tapi sangat nyaman untuk di tempati apalagi di sini tidak ada sonya juga maura yang akan membuat kuping ku menjadi pengang.
"Baiklah saya permisi nyonya," pamitnya.
"Terima kasih ya bik, senang bisa kenal dengan bik sum" ucapku sambil mengantar pelayan paru baya itu kedepan pintu kemudian ku tutup pintu setelah bik sum sudah menghilang dari pandangan ku.
tok
tok
tok
Aku yang baru akan mendaratkan bokong ku di atas sofa bangkit kembali saat mendengar suara pintu ada yang mengetuk.
"Selamat sore nyonya, perkenalkan nama saya Ella, saya di tugaskan tuan untuk melayani dan menemani anda di sini" aku tersenyum samar kemudian mengulurkan tangan ku untuk berjabat tangan dengan nya.
"Namaku Irni, masuk El"ajak ku, pelayan ku itu terlihat sepantaran dengan ku, tubuhnya mungil, memiliki kulit yang eksotis, juga wajah yang manis.
"Senang bisa kenal dengan anda nyonya,"
"Jangan panggil aku nyonya El, panggil saja Irnia, aku rasa usia kita tak jauh berbeda"
"Tidak nyonya nanti yang ada saya akan di cincang sama tuan Arkha" ucapnya sambil terkekeh kecil.
"Apa dia sekejam itu El?" tanya ku.
"Ah tidak saya hanya bercanda nyonya, anda itu atasan saya mana mau saya panggil anda dengan sebutan nama saja, itu kurang sopan" aku mengangguk saja membenarkan apa yang Ella ucapkan.
"El tubuhku begitu lelah, aku mau istirahat sebentar yah, nanti tolong bangun kan aku "
"Baik nyonya, anda bisa istirahat biar saya menunggu di sini "
Tak butuh waktu lama mataku pun terpejam rasanya begitu sangat melelahkan melakukan perjalanan dari lombok ke Jakarta, untuk pertama kali nya.
"Nyonya, sekarang waktunya anda untuk mandi, jam 7 malam semua istri tuan Arkha harus sudah ada di rumah utama untuk makan malam" Aku mengeliat saat Ella menyentuh bahuku.
"Sekarang jam berapa El?" Tanyaku sambil mengucek mata yang terasa begitu lengket.
"Jam 5 sore nyonya"
"Bukan nya kita pisah rumah, ku kira makan pun kita serumah serumah" Ujar ku.
"Tidak nyonya, istri istri tuan Arkha memang di pisah tempat tinggal nya, nyonya Marisa juga nyonya Rania pun memiliki rumah nya masing masing, tapi untuk sarapan dan makan malam semua di rumah utama makan bersama" aku mengangguk mengerti.
"Kamu sudah berapa lama kerja di sini El?" Tanyaku penasaran.
"Kurang lebih 2 tahun nyonya, sebelum nya saya pelayan nyonya Erika nyonya Erika adalah istri pertama tuan Arkha " ucapnya menggantung. aku pun makin penasaran dengan ceritanya.
"Lalu kak Marisa? tanya ku penasaran karena Ella tak juga menyambung ceritanya.
" Nyonya Marisa itu istri kedua nyonya, dan nyonya Rania itu istri ketiga tadinya, tapi karena nyonya Erika ketahuan selingkuh sampai hamil lalu dia di ceraikan, entah sekarang kabar nya seperti apa karena nyonya Erika keluar dari rumah ini dengan keadaan mengenaskan, tak ada yang bisa keluar dari rumah ini dengan tubuh sehat nyonya" aku sedikit bergidik ngeri mendengar cerita Ella tentang suamiku, apa dia sekejam itu siapa suami ku sebenarnya.
" Sebaiknya anda mandi dulu nyonya, di sini semua harus tertib anda harus tiba di rumah utama tepat waktu, kalau tidak anda akan kena marah " aku pun segera bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi tanpa mengeluarkan sepatah katapun. aku masih tak habis pikir bisa bisanya masuk dalam lingkaran keluarga seperti ini.
Selesai membersihkan tubuh aku keluar dari dalam kamar mandi terlihat Ella tengah mempersiapkan pakaian ku di sana, melihat aku sudah keluar Ella pun berbalik kemudian tersenyum.
"Pakailah nyonya, anda harus terlihat cantik di depan tuan Arkha" masih dengan terdiam aku pun memakai pakaian yang sudah Ella siapkan.
"El apa suamiku itu seorang mafia kejam?" akhirnya pertanyaan konyol itu pun keluar dari mulut ku, aku segera menutup mulut dengan kedua tangan ku.
"saya tidak tau nyonya, sebaiknya jangan bahas ini lagi saya takut ada cicak putih" ucapnya.
"El apa aku bisa bertahan dalam pernikahan seperti ini, aku sama sekali tidak mengenal siapa suamiku" aku menatap wajah ku di cermin, Ella dengan lihai membantuku memakai cream juga bedak yang super tipis di wajah ku.
"Yakin saja nyonya, tuan tidak akan bertindak di luar kendali jika anda mematuhi semua aturan nya" aku menghela nafas, sungguh aku tak pernah menyangka takdir ku akan seperti ini, jikalah bisa aku kabur aku akan kabur dari rumah ini.
"Jangan pernah berpikiran bodoh nyonya, tuan Arkha bukan orang semabarangan jika anda sembunyi di dalam lobang semut sekalipun tuan Arkha mampu menemukan nya" aku terhenyak mendengar ucapan Ella apa dia bisa membaca pikiran ku.
Tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat siang pun sudah berubah menjadi malam, sekarang adalah waktunya aku makan malam, makan malam pertama dengan suami juga dua kakak maduku.
"Selamat malam" mereka menoleh ke arah ku, tatapan kak Marisa masih sama dengan tadi siang menatap ku dengan tatapan tak suka, berbeda dengan kak rania yang menatap ku ramah sambil menebar senyuman manis nya membuatku diabetes saja.
Ku dudukan bokong ku di salah satu kursi berhadapan dengan kak rania. kecanggungan masih mendominasi, aku belum mampu mengajak keduanya mengobrol untuk sekarang, aku memang sedikit pendiam dan kurang bisa bergaul bicara pun kadang seperlunya. besar dalam keluarga yang memiliki watak yang kasar membuat ku jadi orang yang jarang bicara, atau bisa di bilang introvert aku lebih senang menghindar dari pada harus berdebat.
"Usia kamu berapa tahun Ir?" tanya kak Rania memecah keheningan di meja makan.
"Baru jalan 19 tahun kak" Ucapku sambil tersenyum
"Owh masih muda ya, harus nya kamu sekarang masih kuliah," aku mengangguk sambil tersenyum ke arah kak Rania.
"Gak udah sok akrab deh kalian" Sela kak Marisa sambil melirik ku juga kak Rania.
"Gak udah di hiraukan dia emang begitu orang nya, mungkin lagi pms'" Ujar kak Rania membuat kak Marisa menatap nya tajam.
"ekhmmmmm"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!