"Fannya Clovis anak tegah dari 3 bersaudara keluarga Clovis, dikabarkan menghilang 5 tahun lalu dicurigai jika dia terlihat di negara K baru-baru ini."
Pria muda tampan membuka matanya, menatap laporan di tangannya dengan alis terangkat menarik.
"Dia keluar dari dari nama keluarganya satu bulan sebelum dia menghilang, keluarga Clovis tutup mata dan tidak pernah menanggapi hilangnya Fannya, dan berita ditekan hingga terlupakan."
Ada pria lain di ruangan itu, berdiri dengan mantap dan menatap lurus tuannya yang duduk di kursi kebesarannya.
Cahaya matahari menyinari masuk membuat papan nama di atas meja berkilau dengan warna emas dingin, dengan tulisan 'Axel Max', pewaris muda dari Max grup yang menguasai hampir 80% saham ekonomi negara I.
Sebagai anak pertama dari 3 saudara, meskipun posisi awalnya lemah karena dikuasai oleh anak ke dua, sekarang dengan pijakan kuat dia berhasil berdiri sebagai pewaris yang paling diharapkan.
"Media pusat juga terus menyorot perkembangan hubungan Tuan dengan Nona Natia Clovis, bahkan jika keluarga Clovis mencoba menakan berita dan mencari gadis itu, awak media memiliki hidung tajam telah menemukan ada hal ganjil. Bahkan jika mereka tidak memiliki bukti, mereka masih menemukan beberapa bukti foto ketika Nona Natia sedang bersama laki-laki di cafe."
Pria lain di ruangan itu adalah Pram, sekretaris pribadi Axel yang telah bekerja dengan Axel selama 10 tahun lebih.
Dia juga merupakan tangan kanan terpercaya Axel, seperti sekarang, dia menyerahkan tugas paling penting di tangan sekretarisnya itu.
Ketika Axel mendengar laporan dari Pram, dia sangat puas.
"Kecurigaanku benar, gadis itu masih memiliki hubungan rahasia dengan adiknya yang telah meninggalkan keluarganya."
Pram mengangguk, dia menunjuk ke data lainnya di sisi Axel.
"Diketahui jika Natia Clovis masih memiliki hubungan dengan Fannya bahkan ketika gadis itu menghilang. Tuan telah mencarinya selama bertahun-tahun tapi tidak dapat menemukannya, diduga dia telah disembunyikan oleh kekuatan besar dia dalam kegelapan, kekuatan itu juga yang telah menganggu pencarian tuan."
Axel dengan tenang memperhatikan setiap data, dia tersenyum menyeringai memperlihatkan gigi taringnya.
"Itu tidak masalah, dia telah ditemukan jadi aku bisa memulai rencanaku. Sudah berapa tahun? Aku telah menunggu hari ini tiba, pembalasan akan rasa sakit ini, aku menantikannya."
Axel tersenyum senang, dia menutup berkas dan berdiri, kemudian mengambil jaketnya dan berjalan pergi dengan orang mengikuti di belakangnya.
"Mari kita temui gadis itu!"
Tapi segara, Axel menghentikan langkahnya, seolah mengingat sesuatu dia berbalik dan menatap Pram di belakangnya.
"Untuk tunangan kecilku yang kabur dengan kekasihnya, mari kita bebaskan saja dia, sekarang dia benar-benar sudah tidak berguna, pengganti tidak akan seperti yang asli bahkan ketika kita mendandaninya dengan baik. Dan untuk keluarga Clovis?"
Axel menyeringai senang, dengan baik hati memikirkan masa depan yang akan terjadi
"Mari kita berikan kejutan, kepulangan anak tengah yang menghilang bagaimana reaksi mereka? Aku penasaran sensasi apa yang akan dibawa media dan 'dia' yang selama ini juga mencari gadis itu tapi selalu gagal? Hah, kita tunggu saja."
Ketika Tuan Axel yang agung pergi dengan sekretarisnya, ada gadis mungil yang manis duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan wajah kosong.
Dia hanya terdiam menatap ponselnya dengan pandangan tidak fokus, mendengarkan suara yang mengalir di telpon.
"Adik, maafkan aku! Aku benar-benar minta maaf, hiks. Aku tidak memiliki pilihan, dia mengancam ku, dia berkata dia akan menyakiti pacarku jika aku tidak menuruti keinginannya."
Suara gadis di balik telpon sangat menyedihkan, dia terus menangis dan tersedak ketika dia terus berbicara untuk menjelaskan situasinya.
"Adik, ampuni aku, aku tidak pernah bermaksud untuk menyakiti kamu, aku tidak pernah ingin membuat kamu terasingkan dari keluarga bahkan harus keluar dari keluarga! Aku tidak pernah ingin mewarisi keluarga Clovis ataupun membocorkan tentang keberadaan mu, maaf, maaf...!"
Orang di balik telpon adalah Natia Clovis, gadis manis yang melarikan dari dari pertunangannya dan orang yang duduk di kursi tunggu rumah sakit adalah Fannya, putri tegah keluarga Clovis yang menghilang.
Tapi, ketika orang-orang tidak tau keberadaan dia, dan keluarganya yang mengabaikan dia, tidak ada yang menyangka jika gadis itu masih memiliki hubungan dengan kakak tertua.
Fannya tersenyum pahit, dia menatap ujung sepatunya dan akhirnya berbicara setelah mendengarkan perkataan kakaknya cukup lama.
"Kakak, tidak apa-apa, ini pilihan terbaik, aku hanya harus menikahi orang itu bukan? Daripada hubungan kakak dengan Mas Fano renggang setalah dengan kuat dibangun lebih dari 10 tahun begitu saja, pernikahan kontrak antara aku dan orang itu bukanlah masalah penting."
Dia tersenyum tak berdaya dan terus membujuk kakaknya.
"Dia berkata pernikahan ini hanya berlangsung 2 tahun bukan? Ini waktu yang singkat, jangan terlalu merasa bersalah."
Kemudian dia tertawa tanpa beban.
Natia yang berada di seberang telpon sangat tertekan mendengar tawa itu, dia kembali cegukan dan dipeluk oleh kekasihnya di sampingnya, mengelus rambut gadis malang itu, memberikan dia kekuatan untuk terus berbicara.
"Apakah kamu yakin? Kamu sudah dibenci di keluarga tanpa alasan dan terpaksa keluar dari keluarga, sekarang kamu harus menikah kontrak dengan orang brengsek, adik, kakak hanya berharap kamu bisa bahagia."
Dia berhenti dan malah menangis semakin banyak.
"Kamu jangan seperti kakak yang dipaksa untuk mewarisi keluarga ketika kakak tidak ingin mewarisinya dan harus menikah paksa dengan orang lain hanya untuk memperluas jangkauan pasar perusahaan! Setalah sekian lama kamu bisa hidup santai tampa ada yang mengetahui identitasmu, tapi kakak malah menghancurkannya, adik, kakak benar-benar minta maaf."
Kakaknya terus menjelaskan situasi dengan air mata yang membuat Fannya tidak berdaya, kadang-kadang dia merasa bahwa kakaknya-lah yang harus menjadi adiknya degan sikap anak-anaknya itu.
"Tidak apa-apa, ini sudah hampir 1 jam, apakah kakak tidak akan menutup telponnya? Aku akan pergi untuk memeriksa kondisi nenek."
Meskipun sangat enggan dan masih merasa bersalah pada akhirnya Natia menutup telponnya, meninggalkan kalimat terakhir.
"Hiduplah dengan pilihanmu sendiri, karena kamu adalah burung yang bebas."
Tapi Fannya tau, kebebasannya akan segera berakhir, dia hanya bisa mendesah dan bangkit dari kursinya dengan tubuh kaku, sebelum berjalan ke arah bangsal rumah sakit yang paling dia kenal.
"Nenek!"
Dia membuka pintu dan menatap wanita paruh baya yang berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit dengan alat bantu kehidupan.
Suara monitor rumah sakit sangat keras dan berisik, bau desinfektan rumah sakit juga membuat Fannya tidak nyaman, namun dia masih bisa menahannya dan tersenyum kecil.
"Nenek, mungkin mulai sekarang kehidupanku akan berubah, aku harap ini bukan hal yang buruk."
Hari ini seperti biasa, Fannya pulang dari pekerjaannya dan singgah di warung sederhana untuk membeli makan siangnya.
Tapi ketika pulang, hal tidak biasa terjadi.
Rumahnya telah disegel pihak bank karena hutangnya di bank belum dilunasi sesuai dengan perjanjian.
"Tuan, tidak bisakah kamu memberikan aku waktu?"
Fannya memohon untuk ke sekian kalinya.
Tapi orang-orang itu menggelengkan kepalanya mendesah dengan tidak puas.
"Paling sedikit, kami hanya bisa membiarkan anda mengambil barang berharga di rumah ini sebelum disegel sepenuhnya. Nak, pergilah cepat dan bereskan barangmu, seseorang telah membeli rumah ini dan ingin membuat rumah baru, rumah ini akan segera dirobohkan."
Kemudian dia pergi sebelum gadis itu mulai kembali memohon.
Mata Fannya merah, tapi dia tidak menangis, dia hanya menghelan nafas dalam-dalam dan menelan air liurnya seolah dia menelan krikil yang menyakitkan.
Dia tidak lagi berbicara dan masuk ke dalam rumah.
Sebenarnya dia tidak menghilang begitu saja dari keluarganya, dia hanya melarikan diri dan menghapus semua informasi dirinya, dan seorang nenek baik mau menerimanya menjadi cucunya.
Meskipun kehidupan sangat sulit, terutama hanya bisa tinggal di rumah kayu sederhana dan makan nasi sehari sekali, dia masih tetap bahagia, daripada dia berada di rumah besar dengan senyuman palsu.
Dia bahagia di sini.
Sayangnya, 1 tahun lalu neneknya mulai sakit, dia berhenti bekerja di perkebunan yang membuat semua tanggung jawab ekonomi berada di pundak Fannya.
Gadis itu juga terpaksa mengambil banyak pekerjaan sekaligus, terutama ketika neneknya mulai sakit keras dan masuk rumah sakit.
Ketika biaya rumah sakit semakin banyak, dia mulai berhutang ke bank dan bahkan menjual surat rumahannya.
Dengan banyak kesulitan, akhirnya dia bisa meminta izin kepada pihak bank untuk tetap tinggal di rumah ini sampai seseorang membelinya.
Tapi hanya satu bulan, rumah ini terjual.
Fannya tersenyum pahit.
Ketika dia selesai membereskan beberapa lembar bajunya serta barang yang menurutnya berharga seperti album foto, untuk lemari dan sebaginya, dia hanya bisa mengaturnya untuk nanti, yang penting barang paling dia butuhkan ada di sisinya.
Tapi ketika dia keluar, seorang wanita dengan jas bersih menunggunya dengan senyuman.
"Nona Fannya?"
Wanita itu tersenyum lembut dan memanggil nama Fannya.
Fannya menatap wanita itu dan akhirnya mengangguk.
Baru kemudian wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Halo, Nona Fannya, saya sekretaris yang ditugaskan untuk anda oleh Tuan Axel. Anda seharusnya tau mengenai hal ini dari kakak anda, saya di sini untuk menjemput Nona."
Ada asisten khusus yang disediakan oleh Axel untuk Fannya, asisten itu bernama Tiana, gadis muda yang modis dan cantik.
Fannya tidak langsung menjawab, dia hanya menoleh sebelum mengangguk dan mengikuti Tania dari belakang.
"Tuan sudah menunggu Nona di kntor untuk membahas kontrak kerja sama dengan baik, mati pergi."
Tania membimbing Fannya ke sebuah mobil dan membukakan pintu mobil, membiarkan gadis itu masuk lebih dulu sebelum menutup pintu dan masuk ke dalam kursi di samping pengemudi, sementara itu, barang-barang Fannya telah di titipkan kepada pengawal lainnya.
Di dalam perjalanan Fannya tidak mengatakan apapun, tapi dia sudah membuat tebakan.
Diketahui jika Tuan Axel haruslah CEO muda yang sombong dan angkuh, sangat berkuasa dan sulit ditentang.
Berbeda dengan dia yang hanya gadis mungil biasa dari kelas bawah.
Dia bahkan menebak jika rumahnya dibeli oleh orang itu.
Ketika dia berpikir, dia tidak sadar jika Tania melihat gerakannya, yang dengan tenang menatap keluar jendela, mengendalikan dirinya dengan baik dan tidak menanyakan sesuatu yang tidak penting
Diam-diam Tania memuji gadis itu.
Tuannya tidak salah memilih pasangan.
Meskipun polos dan tenang, Fannya seperti pisau tumpul yang belum terasah, mereka berkualitas hanya saja belum ditajamkan.
Apakah tuannya akan menggunakan gadis ini sebagai kartu utamanya?
Tiana tersenyum, sebenarnya dia bukan sekretaris sungguhan, dia seorang piskiater yang tiba-tiba berubah profesi menjadi sekretaris dan ditugaskan untuk mengawasi dan membimbing mental Fannya.
Karena gadis itu belum diasah menjadi tajam, tidak ada salahnya mengasahnya setajam mungkin.
Tidak peduli apakah ketajaman itu akan melukai tuannya.
Tiana tertawa dalam hati.
Tampa terasa, mobil telah melaju ke tamat tujuan.
Sebuah gedung raksasa dengan nama Max Grup tercetak mewah dan berkelas di mata Fannya.
Tanpa sadar fannya melihat pakaiannya.
Kemeja hitam dan celana hitam, sedikit lusuh dan berantakan, tanpa sadar dia sedikit malu untuk masuk ke dalam gedung mewah ini, dia jelas sedikit tak pantas.
"Nona, mari masuk."
Tapi jelas dia tidak memiliki pilihan, dia hanya bisa menguatkan tekadnya dan melangkah masuk.
Benar saja dia langsung menjadi pusat perhatian.
Beberapa orang meliriknya bahkan beberapa orang saling berbisik.
Abaikan.
Ini adalah hal yang biasa, Fannya tersenyum mencela dirinya.
Kemudian, setiap langkah kehilangan ketakutannya.
Dia dengan tenang masuk kedalam life.
Tapi berbohong, dia sangat gugup sebenarnya.
"Tuan ada di dalam ruangan."
Ketika mereka sampai di depan pintu, Tania mengetuk pintu kantor dan membukanya, memberikan isyarat untuk masuk ke dalam sendiri.
Sebelum masuk, Fannya sedikit merapikan pakaian dan rambutnya yang sudah lama tidak lama meremas.
Bahkan dia diam-diam mencium aroma tubuhnya, memastikan dia tidak mengeluarkan bau yang tidak nyaman, sebelum memberanikan diri untuk masuk ke dalam.
Dia tidak menundukkan kepalanya, dia memilih untuk mengigit bibirnya daripada menunduk, itu hanya akan membuat nilai dirinya menjadi semakin rendah.
"Tuan."
Dia berkata perlahan ketika melihat jika ternyata kursi kebesaran di depannya kosong.
Kemudian seolah merasakan sesuatu, di menoleh ke samping dan menatap pria muda yang bersandar di rak buku di belakangnya.
"Nona Fannya?"
Tuan muda itu bertanya dengan suara yang halus dan tenang.
Tapi karena suaranya, tubuh Fannya menjadi sangat kaku dan tak bisa bergerak.
Hah, apakah ini takdir?
Tidak menyangka jika CEO muda dalam bayangan yang sangat mendominasi ternyata akan menjadi kekasih hatinya dulu?
Orang pertama yang membuat dia jatuh cinta sekarang kembali ada di depannya, setelah sekian lama.
Fannya tersenyum kaku.
"Sekarang kamu semakin tinggi dan cantik, tidak seperti dulu, sangat pendek dan menyedihkan, kamu banyak berubah."
Axel tersenyum kecil dan akhirnya berjalan mendekati Fannya.
Tingginya lebih dari 180 meter, dan tinggi Fannya hanya 165, yang jelas sangat terlihat perbedaan tinggi merek.
Ketika Axel mendekat, jelas Fannya merasakan tekanannya, tapi dia mengigit bibinya dengan kuat dan menjaga dirinya tetap diam di tempat tampa bergerak.
Axel berdiri di depannya dengan pandangan menilai, sebelum tersenyum puas dan melangkah ke kursi kebesarannya.
"Aku yakin kakakmu sudah memberitahukan kamu apa yang aku inginkan."
Axel duduk dengan santai dan menunjuk kursi di depannya.
"Duduklah, kita akan berbicara dengan baik-baik."
Fannya dengan patuh duduk.
"Maafkan aku karena memaksamu untuk melakukan ini, tapi aku juga tidak memiliki pilihan, karena menurutku kamulah yang paling cocok."
Dia mendesah dan menyerahkan berkas yang dia simpan di dalam laci.
"Hanya 2 tahun, pernikahan kontrak ini akan berakhir dalam 2 tahun dan aku juga akan memberikan kamu manfaat besar untuk kontribusimu dalam rencananya."
Axel menjelaskan dengan teratur ketika Fannya sedang membaca isi kontrak dengan seksama.
Ketika Fannya berada dibagian terakhir, dia membeku.
Baru kemudian Axel membuka mulutnya dan kembali menjelaskan.
"Kenapa aku memilihmu bahkan memaksa kakakmu untuk membocorkan identitasmu? Karena aku membutuhkan kamu untuk membalaskan dendamku kepada seseorang, yang kebetulan orang itu mencintaimu."
Axel berhenti, dengan tulus meminta maaf.
"Maaf, aku membutuhkan kamu untuk menjadi pion dalam permainanku. Untuk itu, aku juga akan memberikan kamu kompensasinya besar, Clovis grup, aku akan menyerahkan seluruh perusahaan itu untukmu, kontrak ini akan saling menguntungkan kita bukan?"
Fannya terdiam atas pernyataan itu, untuk sementara waktu dia tidak bisa mengatakan apapun.
Dia di dalam keluarga seperti hantu, transparan dan terlupakan.
Dia akan diberikan tepat waktu dan di berikan uang saku tunjangan, semuanya sebegitu teratur dan mekanis, tapi dia tidak menyukainya, kemewahan itu tidak bisa menutupi perasaan dipandang rendah oleh ayah dan ibunya sendiri, bahkan para pelayan di rumah.
Tapi, dia tidak membenci keluarga itu, hanya ada mati rasa, dia tidak tertarik untuk balas dendam ataupun mengambil alih keluarga itu.
Kekayaan, dia tidak membutuhkannya, hanya kebahagiaan.
Tapi dia tidak memiliki pilihan.
Seolah mengetahui apa yang Fannya pikiran, Axel tersenyum tenang.
"Aku juga akan menjamin biaya rumah sakit nenekmu dan menjamin perawatan terbaik untuknya. Aku juga akan menjaga keberadaan kakakmu untuk tidak terekspos oleh ayahmu ataupun orang lainnya, biarkan dia hidup bebas."
Dia kemudian mengeluarkan sebuah pena dan meletakkannya di atas meja.
"Jadi mari tandatangani kontraknya."
Fannya tidak menolak, dia mengambil pena dan langsung menandatangani kontrak.
"Saya harap anda tidak akan mengingkari janji anda."
Dia meletakan pena dan bernafas dengan tenang.
Mulai sekarang, kehidupannya akan berubah.
Pernikahan akan dimulai pada malam hari dan para pelayan sudah sangat sibuk dari pagi.
Fannya juga sedang menerima perawatan mandi susu di bak mandi.
Sudah 1 Minggu, dalam waktu ini, dia harus mempelajari banyak hal, dari pelajaran tata kerama bangsawan, lingkungan sosial, kelas bisnis, kontrol emosi dan berbagai pelajaran lainnya.
Bahkan dia juga harus olahraga dan melakukan banyak perawatan tubuh dengan harga fantastik.
Dalam 1 Minggu, tapi itu terasa seperti 1 tahun, dia kelelahan secara mental dan fisik.
Ketika dia selesai mandi dia keluar dan langsung dirias oleh para profesional.
Dia hanya bisa duduk pasrah.
Pada saat ini, Tania membuka pintu dan masuk, duduk disamping Fannya dan memperhatikan gadis itu.
"Apakah kamu tidak akan menyesal menikah dengan Axel."
Meskipun Tania adalah sekretaris Axel, tapi dia sama sekali tidak sopan kepada Axel seperti sekretaris lainnya.
Dia malah banyak mengutuk tuannya daripada menjilat tuannya.
Seperti sekarang, dia mulai mengeluh kesal dan bertanya secara langsung.
"Kamu tau jika pernikahan kontrak ini hanyak skema besarnya untuk balas dendam. Meskipun dia berkata jika dia akan membayar kompensasi besar untukmu, hati perempuan itu rapuh."
Tania berhenti sesaat, dia melakukan kontak mata dengan Fannya dari cermin sebelum tersenyum menyeringai.
"Dan mungkin, dalam drama besar ini, kamu yang akan paling terluka."
Itu benar.
Fannya tau itu.
Pernikahan ini bukan pernikahan kontrak biasa, tapi pernikahan kontrak untuk balas dendam.
Dan dalam permainan besar ini, dialah yang akan paling terluka.
Sejak dia membaca kontrak itu, dia tau dia tidak memilik pilihan.
Bukan hanya karena kelemahannya telah diketahui, dia juga tidak memiliki siapa-siapa untuk melindunginya.
Itulah sebabnya dia memilih untuk terjun ke dalam permainan ini terlebih dahulu dan memainkan perannya dengan baik.
Dengan satu harapan.
Fannya tersenyum ringan, menatap kukunya yang di cat merah darah seperti darah segar yang memantulkan bayangannya sendiri, dia tersenyum.
"Bahkan jika aku hanya bidak permainan, permainan ini masih katagori judi."
Baik dia ataupun Axel saling berjudi.
Dalam kondisi terbaik, Axel bisa membalaskan dendamnya dan dia juga bisa memilih Axel.
Yang terburuk, dia mungkin hanya bisa menyerah untuk hidup ini.
Kematian mungkin tidak buruk?
Tidak tau berapa lama, akhirnya sekitar jam 9, seluruh proses menyiksa selesai.
Fannya menatap dirinya di cermin.
Dia tidak tinggi, atau memiliki dada besar, tapi para proposional ini sangat tau untuk mengantikan kekurangannya dengan kelebihannya.
Dengan bantuan makeup dan keahlian proposional, wajahnya dihiasi menjadi lembut dan manis, seperti boneka dan semanis eskrim, terkesan ringan namun menarik.
Tapi karena gaya baju yang digunakan hitam malam, dengan riasan renda dan sedikit gotik, jika dia tersenyum menyeringai, dia seperti iblis manis dari mimpi.
"Nona, mari pergi, helikopter telah menunggu."
Bibir Fannya berkedut samar karena pemberitahuan Tania yang begitu tenang dan damai.
Jika biasanya mobil yang menunggu, kali ini, sebuah helikopter telah menunggu dirinya.
Karena melamun, salah satu pelayan datang dan membantunya memimpin.
Fannya mengerutkan bibirnya.
Selain dipaksa menjadi sesempurna mungkin, dia tidak diberitahukan apapun selain tanggal pernikahan.
Semuanya telah diatur, tema pernikahan, gaun, cincin, riasan bahkan tempat pernikahan.
Dia hanya duduk menjadi sebuah boneka dan mengikuti keinginan tuannya, tidak tau mengapa, tapi dia merasa seperti dimanipulasi?
Ketika pikiran itu muncul, Fannya langsung menggelengkan kepalanya tidak mungkin, mungkin dia hanya terlalu lelah dan berhalusinasi.
Tapi tetap saja, dia sedikit kecewa karena tidak tau apapun, bahkan tempat pernikahan serta jadwalnya.
Axel sama sekali tidak memberitahu dia jika pernikahan diadakan di pulau pribadi.
Untuk mempersingkat waktu, dia harus naik helikopter dan akan tiba dalam 30 menit.
Baling-baling helikopter perputar cepat dan mengeluarkan suara berdengung keras.
Ini pertama kalinya dia terbang menggunakan helikopter, jika dia berkata dia sangat santai, dia berbohong, dia sangat gugup hingga dia mau ke toilet sekarang.
Tapi dia hanya bisa menahannya di bawah tatapan menilai Tania.
Untungnya, seluruh fasilitas helikopter lengkap dan berkelas, sangat membuat nyaman yang mengurangi kegugupan Fannya.
Suasana terlalu damai, hanya ada suara sibuk Tania dengan ponselnya dan kertas, serta suara angin dan perangkat elektronik helikopter.
Tampa sadar, karena kegugupan, dia mengangguk, setelah menahannya, dia tertidur sedikit.
Ketika helikopter mendarat, terdapat guncangan singkat, barulah Fannya terbangun.
Tania sangat sigap membantu Fannya merapikan gaunnya dan turun.
Ketika pintu helikopter terbuka perlahan, Tania dengan lebut menunduk, mendekatkan mulutnya ke telinga Fannya dan berbisik.
"Jangan gugup, ketenangan adalah kuncinya."
Kemudian pintu helikopter terbuka dan ribuan cahaya lampu dari kamera langsung membidiknya.
Dia terlalu terkejut dan menutup matanya, hampir melangkah mundur jika Tania tidak dengan kuat mendorong bahunya, sekilas dia hanya sedikit tidak sehat dan terhuyung ringan.
Tubuh Fannya tegang dan kaku, terutama ketika suara kamera yang memotret dirinya semakin kuat, dia hampir kehilangan dirinya.
Tania melihat ketidaknormalan Fannya, dia dengan tanpa ragu langsung memegang tangan Fannya kanan dan membimbingnya turun dengan senyuman.
"Apakah kamu ingat perjanjian itu? Jika kamu gagal memenuhi keinginan tuan, makan nenekmu mungkin akan pergi lebih cepat dan kakakmu mungkin akan lebih menderita."
Tiana berbisik dan tertawa, terlihat lucu dan menyegarkan, seperti seorang teman yang membujuk temannya untuk tidak ragu.
Tapi kata-kata yang hanya bisa didengar oleh Fannya menarik gadis itu kembali ke pikirannya, dia tersenyum kaku secara otomatis dan melembutkan alisnya.
Karena tekanan besar dari dunia yang keras ini, dia terbiasa membuat senyum palsu bahkan di bawah ribuan tatapan.
Senyum ini seperti naluri bertahannya untuk memberitahukan dia semuanya baik-baik saja.
Ketika pandangannya kembali kepada dirinya sendiri, dia melihat Axel dengan tegas berwibawa menunggunya di tegah kerumunan dengan buket bunga mawar merah hitam.
Ketika Axel melihat Fannya dengan anggun turun dari helikopter, dia sedikit tertegun, matanya dengan cepat melirik penampilan gadis itu.
Sudah 1 Minggu, karena sibuk, dia tidak memiliki waktu untuk melihat gadis itu.
Walaupun Fannya cantik, dia seperti berlian yang baru ditambang, masih kotor dan tak terurus, tapi sekarang, setelah dipoles dengan sempurna, dia terlihat sangat bersinar, terutama kulit yang halus seperti putih telur.
Selangkah demi selangkah, langkah Axel anggun dan menawan, hampir sesuai dengan gerakan Fannya, seolah mereka serasi, siap langkah sama dan saling melengkapi.
"Tolong."
Ketika Axel berada di depan Fannya, dia mengulurkan tangannya dan menatap langsung ke mata gadis itu.
Seolah memahami maksud Axel, Fannya mengambil tangan Axel dengan anggun dan juga menatap langsung kepada mata hitam malam Axel tampa takut dengan senyuman.
Tapi tidak ada yang tau jika jantungnya berdebar terlalu keras seperti serangan jantung dadakan yang bisa membunuhnya di detik berikutnya.
Axel adalah cinta pertamanya yang sulit dilupakan, dan sekarang laki-laki idamannya dulu tepat di depannya dengan senyuman menggenggam tangannya, seperti mimpi.
Tepat ketika langkah terakhir dan Fannya berdiri di atas jalan landasan, Axel mengulurkan tangannya.
"Kemari."
Fannya menyambut uluran tangan itu dengan lembut, mengikuti ke depan selangkah demi selangkah di bawah tatapan ratusan orang, pergi langsung ke arah tempat pernikahan.
Takdirnya dimulai dari sini, dan tidak ada jalan kembali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!