Adira menggenggam erat tas yang di pegang olehnya. Ketika melihat sang suami dan Sahabatnya duduk makan berdua sambil berpegangan tangan mesra di sebuah restoran. Dadanya terasa sesak, air mata hampir lolos dari mata indah itu. Tapi, berhasil di tahannya. Adira menggelengkan kepalanya seakan-akan tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat. suami dan Sahabatnya bermain gila di belakang dirinya.
Dengan segara dia mengambil hp untuk menghubungi sang suami. Agar dia bisa memastikan apakah sang suami akan jujur atau malah membohongi dirinya.
Dengan berusaha menguasai dirinya agar tetep tenang dia menelpon suaminya dan bicara setenang mungkin.
" Halo mas, apa kau sedang sibuk? "
" Ada apa sayang, tentu tidak sama sekali " dengan suara lembut dan halus, suaminya berbicara seakan dia hanya seorang diri dan tidak ada siapapun di sampingnya
" ah tidak apa-apa mas, aku hanya sedang merindukanmu saja. " sambil terus memperhatikan tingkah suami dan Sahabatnya
" sama, aku juga sayang " padahal Adira sedang melihat suaminya mencium tangan sahabatnya
" apa bisa mas pulang, jika mas merindukan aku juga " Adira Masi terus memperhatikan sepasang kekasih yang sedang menunjukan kemesraan mereka itu.
" maaf sayang. Aku tidak bisa untuk sekarang ini, karena ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa di tinggal " Adira hanya tersenyum masam atas ucapan Aditia itu
" baik kalau tidak bisa, ya suda aku tutup dulu telponnya, semangat terus ya mas" setelah memutuskan sambungan teleponnya Adita meremas dadanya. Hatinya sakit seperti tersayat atas penghianatan yang Meraka lakukan.
Tak pernah dia menyangka. suami yang begitu dia sayang dan hormati tega menorehkan luka yang amat dalam.Tega berselingkuh di belakangnya. dan yang lebih parahnya lagi dengan orang yang begitu dia kenali sahabatnya sendiri. Pernikahan mereka yang baru 2 tahun dijalani harus di khianati oleh sang suami.
Dengan kaki yang bergetar dia meninggalkan restoran tersebut. Yang menjadi saksi bisu perselingkuhan antara suami dan Sahabatnya sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setalah Adita sampai ke kediamannya, dia terduduk di sofa ruang tamu. Air mata yang sedari tadi di tahan dan membuat matanya perih. Akhirnya, turun tanpa permisi dengan begitu derasnya. Begitu sangat miris hidupnya dia di bohongi dan di dibodohi oleh orang yang sangat di percaya.
" Sejak kapan mereka berhubungan? bagai mana mungkin, bagai mana bisa mereka tega lakukan ini padaku! membodohi ku dan aku dengan begitu naif nya percaya " dia menangisi nasib rumah tangganya
" ha " Adira menghembuskan nafasnya. penghianatan sang suami dan Sahabatnya Masi membayanginya. dia tersenyum kecut dan berkata " baru dua tahun usia pernikahan kita mas, kau suda tega menyelingkuhi ku.
Aku akan tunggu apakah kau akan jujur terhadapku atau tidak, dan ku akan tunggu penjelasan darimu mas. Mungkin aku belum memberikanmu anak mas, Tapi tidak dengan cara seperti ini kau berselingkuh, membohongi ku, mengingkari janji yang telah kita berdua buat.katanya kau hanya mencintaiku tapi kau berkhianat mas." Adira berbicara deng air mata yang terus membasahi pipinya dan dia tidak akan buat keributan dia akan bermain cantik
Setelah lama terdiam dia kembali berucap " mereka pikir aku ini bodoh. Sehingga tidak akan pernah tahu mereka bermain gila di belakangku. Ku akan pastikan mereka berdua akan menanggung akibat yang mereka perbuat padaku. " Dengan penuh senyuman menyeramkan dan tatapan yang dingin yang selama ini tidak pernah dia tunjukan
"Dan kau Nadia apakah kau tak merasa berdosa dan bersalah melakukan semua ini terhadapku. Padahal selama ini aku sudah mengganggap mu seperti keluargaku sendiri bahkan aku memperlakukanmu dengan begitu baik dan aku sering membantumu jika kau dalam kesusahan. Tapi, dengan begitu teganya kau menusukku dari belakang Dengan menjadi selingkuhan suamiku sendiri." Dengan geram Adira berbicara dengan sinis nya
"Kalian berdua tunggu saja pembalasan dariku. Tak akan aku biarkan kalian berdua bahagia di atas penderitaan yang kalian buat terhadapku." Dengan demikian dia akan berbuat seolah-olah dia tidak tau apa-apa tentang hubungan mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu telah menunjukan jam pulang kantor tiba. Aditia telah sampai kerumahnya dengan santai dan berbuat seperti biasanya.
Bibi yang melihat tuannya telah sampai, lari mendekat kepada tuannya "Tuan suda pulang "sapa bibi Marni
"Ia bi, di mana istri saya" Tanya Aditia kepada bibi Marni
"Non Adira di kamar tuan" Ucap bi Marni
"Baiklah bi" Aditia lalu melangkah ke kamar mereka untuk bertemu dengan Adira
Sesampainya di kamar Aditia melihat sang istri sedang berbaring membelakanginya. Sambil melihat jam di pergelangan tangannya, Aditia merasa heran karena tak biasanya istrinya ini tidur jam begini.
"Sayang ini baru jam 18.30 tumben kamu tidur" Ucap Aditia dengan penuh keheranan
"Mas, kau sudah sampai! Maaf aku tak menyambut mu seperti biasanya" Ucap Adira deng menunjukkan wajah penuh rasa bersalahnya
"Tidak apa-apa, kau belum Jawab pertanyaan ku Sayang, Kamu kenapa tidur jam begini hmm?"
"Aku hanya kurang enak badan saja" Jawab Adita
"Kamu sakit, Kenapa tidak bilang saat menelpon ku tadi, kalau aku tau kamu sakit aku bisa pulang sedari tadi, apa kita perlu ke dokter?" Jawab Aditia dengan wajah rasa bersalahnya. Sambil meraba kening istrinya dan memeluknya.
"Tidak perlu mas, Aku hanya kecapean saja" Mencoba tersenyum walau hatinya sakit dan mencoba melepaskan pelukan dari suaminya.
"Kau tak tau mas, Hatiku yang tak baik-baik saja saat ini. Aku tak perlu ke dokter karena dokter tak akan sanggup menyembuhkan luka ini mas. Sakit ku ini karena perbuatan mu. Kau yang membuatnya sakit " Batin Adira
Aditia membalas senyum Adita dan mencium pipi istrinya dan berkata "Jangan terlalu kecapean sayang, Perhatikan juga kesehatan mu" Ucap begitu lembut seperti biasanya yang akan membuat Adira merasa di cintai. Tapi itu dulu sebelum Adira mengetahui penghianatan suaminya. Untuk sekarang ini bahkan Adira muak mendengar ucapan suaminya itu.
Ketika dia mengingat senyuman dan kelembutan yang di tunjukan suaminya itu bukan hanya untuk dirinya. Tapi, Telah terbagi dengan wanita lain yang tak lain adalah Nadia sahabatnya sendiri. Hatinya sakit. Bahkan rasanya dia ingin berteriak dan memaki di depan wajah Aditia saat itu juga. Tapi semua itu di tahannya karena bagaimanapun juga Aditia masih menjadi suami sahnya.
Adira hanya membatin"Aku akan ikut permainan kalian mas. berpura-pura tidak tau tentang penghianatan yang kau dan Nadia lakukan. Aku akan mengikuti alur cerita yang kalian buat dan mainkan dengan sangat baik di depan kalian"
"ya suda mas mandi dulu, lanjutkan saja tidurmu biar cepat pulih" kata Aditia lalu berjalan menuju ke kamar mandi. Adira yg melihat punggung Aditia yang menjauh hanya bisa tersenyum sinis
pada keesokan harinya Aditia dan Adira sudah bersiap duduk di meja makan. Sudah tersaji Nasi goreng buatan bi Marni untuk sarapan pagi.
"Sayang, esok aku akan berangkat ke Luar Negeri. Papa menyuruhku menghandle beberapa pekerjaan yang ada di sana" Sambil menyendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Berapa lama di Luar Negeri.mas?" Tanya Adira sambil menatap wajah suaminya
"tidak akan lama, Sayang. Mas di sana palingan tiga hari " Sambil tersenyum ke arah Adira.
"Oh Ia mas, Tidak apa-apa pergilah" Sambil membalas senyum Aditia
"Nanti pasti di sana mas akan sangat merindukanmu sayang" Sambil meraih tangan Adira untuk di genggam.
"Alasanmu mas, Dasar pembohong kamu. Aku tau itu hanyalah akal-akalan mu saja. Untuk dapat pergi dengan Nadia. Aku yakin pasti nanti Nadia juga akan berbohong mengatakan kepadaku bahwa dia mau pulang ke kotanya untuk menjenguk orang tuanya. Kalian pikir aku sebodoh apa Samapi kalian mau bohongi. Batin Adira sambil melihat sekilas suaminya dengan tatapan datar dan sedikit senyum sinis nya.
"Sayang, hey kenapa kau kau tiba-tiba diam hmm?" Aditia berhenti menyendok kan nasi goreng ke dalam mulutnya. Dan menatap istrinya Karena dia tidak mendengarkan adanya jawaban dari sang istri.
"Ah, Tidak mas. Aku hanya sedang berpikir saja, Apa aku ikut kau saja denganmu? Kalau Aku ikut Pasti sangat menyenangkan"
"Tumben kau tiba-tiba meminta untu ikut, Kenapa? Biasanya juga setiap aku ajak kamu nggak pernah mau. Tumben kali ini mau ikut dalam perjalanan bisnis hmm" Aditia merasa bingung dengan sang istri
"Kali ini aku hanya ingin saja mas" Adira tersenyum manis pada suaminya.
Tiba-tiba pembicaraan mereka terpotong karena kedatangan Nadia.
"Hay selamat pagi Adira, Aditia " Dengan senyum merekah di bibirnya dan berjalan ke arah Adira untuk memeluk dan cipika-cipiki seperti sebelum-sebelumnya. Tapi Adira diam saja tak membalas pelukan sahabat penghianat itu.
"Pagi juga Nad" Jawab Aditia seakan datar dan dingin di hadapan istrinya seperti sebelumnya.
"Pagi juga Nad, Ada apa datang kesini sepagi ini" Ucap Adira dengan sekilas wajah datar tapi tak terlalu nampak
"Sayang, Mas berangkat ke kantor ya, Nad temani istriku ya" Dengan mengecup kening dan pipi istrinya
"Iya" Jawab Nadia sambil tersenyum
"Duduk Nad, ayo Sarapan bareng" Tawar Adira pada Nadia
"Makasih, Ra tapi tadi udah sebelum kesini. Gw udah sarapan di apartemen tadi"
"Kali gitu kita ke depan saja yuk! Biar bi Marni yang bereskan" Ajak Adira pada Nadia
Setelah itu Meraka berdua sampai teras depan dan duduk di kursi yang di sediakan untuk bersantai. Tiba-tiba Nadia berucap "Beruntung Banget si hidup lo Ra. dapatin suami model Aditia gitu udah genteng, baik, sayang banget Ama Lo dan udah pasti SETIA paket komplit emang" Kata setia di pertegas oleh Nadia
"Hmm, Gw juga doain semoga tunangan Lo juga sebaik dan SETIA mas Adit. Ucap Adira dengan tenang, " Nadia Lo sengaja mempertegas kata setia karena yang jadi selingkuhannya kan Lo, Gw akan ikuti permainan Li" Batin Adira
"Iyalah tunangan gw tu ya, udah setia, baik dan yang pasti sayang bangat ama gw, bahkan ni ya, semua kebutuhan gw Dia yang memenuhi. Jawab Nadia yang tengah membohongi Adira
Adira hanya tersenyum atas jawaban yang di lontarkan oleh Nadia. Karena ia tau Nadia hanya berbohong atas ucapkan yang baru
saja dia lontarkan tentang tunangannya.
" jadi kapan kalian akan menikah" Ia menatap Nadia sekilas dengan tatapan dingin, tapi secepat mungkin tatapannya menjadi tatapan yang biasanya yang lembut dan polos tapi menyimpan racun kebencian.
"Kemungkinan bulan depan Ra, nanti Lo harus hadir ya" Ucap Nadia dengan senyum yang merekah
"wah, semoga bahagia ya. pastilah gw akan hadir masa sahabat baik gw nikah gw nggak hadir sih" Adira hanya tersenyum ke arah Nadia
" Ya udah gw pamit ya Ra" Pamit Nadia sambil memeluk Adira. karena ia takut jangan sampai Adira akan banyak bertanya tentang tunangannya.
"Ok hati-hati ya,Nad." Dengan membalas pelukan sambil tersenyum sinis di balik punggung Nadia
Setelah Nadia pergi. Nadia mengambil ponselnya untuk mencoba menghubungi calon suaminya itu. Tapi jangankan panggilan bahkan pesan satu pun tak pernah ada yang di balas membuat ia kesal dan marah.
"Tiap kali gw telpon pasti nggak pernah dia jawab. Jangankan itu bahkan pesan gw aja nggak pernah di balas sama dia" Sambil menaruh hp ke dalam tasnya. Nadia kembali berucap"Tapi biarlah untuk saat ini tak ku jadi masalah karena masih ada Aditia yang yang bisa memuaskan gw" Dengan senyum kebencian kepada Adira
"Adira,Adira selalu saja dia tapi bakalan gw pastikan akan mengambil semua yang menjadi milik Lo. Gw akan pastikan hidup Lo nggak akan pernah bahagia, karena lo juga tunangan gw jangankan untu mencintai gw. Melirik bahkan tertarik saja pun tidak yang ada dalam pikirannya hanya Lo Adira. Gw pastikan hidup Lo akan gw hancurin. Bahkan sampai untuk tersenyum pun Lo nggak bakalan sanggup" Batin Nadia dengan senyum penuh kelicikan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!