NovelToon NovelToon

LILYA

Perjodohan

"Aku Pulang!". Teriak seorang Gadis SMA dengan surai panjang agak kecoklat-coklatan bergegas memasuki rumahnya, setelah habis pulang sekolah.

Dia Lilyana yang kerap di sapa Lia oleh keluarga dan juga teman-temannya, Gadis yang sebentar lagi menginjak usia 19 tahun.

Lia melempar asal tas sekolah miliknya dan berjalan gontai menghampiri kedua Orangtua nya di dapur.

"Maa Lia laper nih". ucapnya sambil ikut duduk di kursi yg kosong samping Papa nya.

"Bentar yah sayang dikit lagi masakannya mateng". Balas Sarah Mama Lilyana.

Lia yang mendengar itu hanya mengangguk sebagai balasan, dan beralih menatap Papa nya yang kelihatan sangat sibuk dengan Ponsel miliknya. "Serius amat Pa, udah kek anak muda aja". Seru Lia.

"Cih anak kecil kek kamu tau apa emang tentang anak muda?".

"Ihh Papa, anak kecil-anak kecil terus, aku tuh dah gede Pa, berenti ngatain aku anak kecil!". Protes Lia tak terima. Pasalnya Hendra Papa Lilyana sangat suka memanggil nya anak kecil atau bocil, karna menurutnya anak semata wayang nya ini masih terlihat seperti anak kecil di matanya, bahkan tingkah Lia kadang masih kek anak-anak. Mungkin saja Hendra tidak ingin mengakui kalau anaknya sudah tumbuh dewasa.

"Emang kamu masih anak kecil kok, malah protes mulu". Lia yang mendengarnya, menatap Papanya kesal, bisa-bisanya Papanya itu masih menganggap Lia anak kecil, pikirnya.

"Udah-udah, lebih baik kalian makan nih, Sayang berenti godain anak sendiri, Lia sayang nih makan nak, Mama masakin udang pedas kesukaan kamu". Ujar Sarah sambil menyodorkan udang pedas kesukaan Lia.

Lia yang awalnya kesal langsung berubah sumringan, tersenyum manis ke Mama nya dan mulai makan, menurut Lia masakan Mama nya yang paling terenak sedunia.

Ruang makan keluarga Hendra, terlihat sangat tenang dan damai sampai mereka bertiga menyelesaikan makanan mereka.

"Pa Ma Lia ke kamar duluan yah, makasih makanan nya Mama, seperti biasa makanan mama tetap yang paling enak". ucap Lia sambil beranjak dan memberi dua jempol ke Mama nya, dan Sarah membalas nya dengan senyuman.

"Lia tunggu nak". panggil Hendra. membuat Lia berhenti melangkah. "Heem iya Pa kenapa?". Tanya Lia terlihat bingung.

"Begini, nanti malam kamu ikut Papa yah, ketemu sama teman bisnis Papa".

"Kenapa aku harus ikut Pa, biasanya kan Papa pergi sendiri, kok tumben ngajak Lia Pa?". tanya nya lagi.

"Itu nanti kamu juga tau kalau ikut dengan Papa, pokoknya kamu harus ikut Lia, Papa udah nyiapin Dress yang akan kamu pake nanti malam". Lia yang mendengar itu beralih menatap Mamanya, seakan-akan masih merasa bingung. "Gak apa-apa Lia, Mama juga ikut kok".

Tak ingin ambil pusing, Lia hanya mengangguk dan melanjutkan menuju ke kamar miliknya untuk beristirahat, Lia merasa hari ini lebih berat, di tambah tugas sekolah nya makin menumpuk dan juga tidak lama lagi ujian kelulusan sebentar lagi. Benar-benar buat kepalanya ingin meledak rasanya.

...***...

Malam hari pun tiba, Hendra dan Sarah sudah siap sejak 5 menit yang lalu, dan sedang menunggu Sang Anak untuk turun ke ruang keluarga mereka. "LIA UDAH SELESAI BELUM NAK?". Teriak Sarah dari bawah. "BENTAR MAA LIA AMBIL PONSEL DULU". Balas Lia ikutan Teriak.

"Makin cantik gue pake Gaun Dress gini, mana warna nya item-item gini lagi, tapi tetep elegan uih" ujarnya sambil menatap kembali penampilan dirinya di pantulan cermin.

Lia bergegas turun setelah mengambil Ponsel miliknya dan menghampiri kedua Orangtua nya yang sudah menunggu. Lia tersenyum melihat penampilan mereka yang seakan-akan terlihat awet muda, benar-benar serasi pikir Lia.

"Yasudah ayo berangkat sekarang, temen Papa udah dateng katanya". Ucap Hendra berjalan keluar dan memasuki mobil di ikuti Sarah dan Lia.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan, yaitu Restoran bintang 5. Hendra dan Sarah bergandengan tangan masuk ke dalam Restoran tersebut di ikuti oleh Lia.

Hendra yang melihat teman bisnis nya beserta istri dan juga anaknya pun, menghampiri mereka. "Halo Johnny" ujar Hendra.

Johnny yang melihat Hendra datang bersama Istri dan Anak Perempuan nya, berdiri menyambut kedatang mereka. "Anda sudah datang, ayo duduk Pak Hendra".

Hendra, Sarah dan Lia pun ikutan duduk di hadapan Johnny dan keluarga nya dan Lia tidak sengaja melihat Lelaki yang duduk di hadapan nya itu menatap nya sedari tadi membuat Lia merasa risih, bahkan Lia memilih menatap ke arah lain.

"Bagaimana kalau kita makan malam dulu Pak Hendra?". tanya Johnny sambil melirik Lia sejenak lalu menatap Hendra kembali. "Boleh Pak, biar nanti ngobrol nya lebih santai". Balas Hendra.

Kedua keluarga ini pun menikmati makan malam mereka, Sarah dan Mega istri Pak Johnny, makan sambil sesekali berbincang, sedangkan Hendra dan Johnny hanya sesekali berbincang juga itupun soal bisnis keluarga.

Lia yang menatap kedua orangtua nya, merasa bosan, pikir Lia ikut dengan Papa nya hanya membuatnya merasa bosan dan tidak seru. ingin sekali dirinya pulang dan rebahan di kasur kesayangan nya itu sambil chatan dengan Kekasih nya Eldan.

Sambil menghabiskan makanan miliknya Lia menatap ke hadapan nya di mana ada lelaki yang selalu meliriknya terus menerus, bahkan sesekali tersenyum kearah nya, yah emang sih lelaki yang di hadapan nya ini terlihat tampan, tapi Eldan tetap yang paling tampan menurutnya.

Lelaki yang selalu menatap Lia itu bernama Joanandra yang sering di sapa Joan itu, anak tunggal dari Johnny dan Mega. Joan yang usia nya sudah menginjak 25 tahun, mengikuti jejak Sang Ayah terjun kedunia Bisnis, bahkan sekarang Joan lah yang sudah memegang perusahaan Ayahnya walaupun masih sering di bantu. Joan merasa sangat tertarik dengan Lia, menurutnya Lia sangat cantik di mata nya.

Makan malam pun selesai, kedua keluarga tersebut mulai membuka ngobrolan mereka. "Bagaimana Pak Hendra, apa anda setuju dengan perjodohan ini?". ujar Johnny.

"Asal itu bisa menaikan perusahaan saya, saya setuju Pak". Balas Hendra.

"Berarti Bu Sarah juga setuju dong soal perjodohan ini". tanya Mega, Sarah hanya tersenyum dan mengangguk sebagai Jawaban.

"Baguslah kalau begitu, berarti Nak Lilya pasti juga setujukan soal perjodohan ini kan?". tanya Johnny menatap Lia.

Lia yang berasa aneh dan juga bingung itu hanya menatap mereka. "maksud Bapak ini apa sih, setuju apa? perjodohan? Hah? yang di jodohin sapa?, tunggu-tunggu jangan bilang yang mau di jodohin itu Gue lagi, gk mungkin kan". Batin Lia.

"Lia kamu setuju juga kan Nak". Tanya Johnny lagi, pasalnya Lia hanya terdiam sedari tadi. "Eh iya ada apa yah Pak? maksudnya yang di jodohin siapa?" Tanya Lia balik.

"Maksud Saya Nak Lia setuju kan di jodohin sama anak Om".

"Eh maksudnya aku mau di jodohin gitu". tanya nya kaget, dan Pak Johnny hanya mengangguk. "Bentar-bentar kok tiba-tiba banget sih, i-ini ini maksud nya aku di jodohin gitu? terus nanti nikah gitu?". ujar Lia kaget dan beralih menatap Papa dan Mama nya secara bergantian.

"Papa ngajak kamu ikut, yah karna Papa mau jodohin kamu sama anaknya Pak Johnny, itu anaknya Pak Johnny di hada-".

"Wah wah gak bener nih, kek nya ada kesalahan deh, masa sih Lia mau di jodohin Pa, Papa jangan bercanda deh, gak lucu soalnya Pa, bulan April dah lewat Pa, masa Papa ngeprank nya gak lucu sih". Ucap Lia memotong ucapan Papa nya.

"Ini bukan candaan Lia, Papa mu serius mau jodohin kamu ke saya kok". jawab Joan dan Lia hanya menatapnya kaget, bener-bener Kaget, Lia gak percaya ini.

"Weh bentar bentar, maksud nya gu- anu aku di jodohin gitu sama kamu?". ujar Lia menatap Lelaki di hadapan nya itu. "Iya benar Lia, emang nya kenapa, kamu gak setuju?".

"Oh itu kalau di tanya sih yah Bang, pasti Lia gak setuju lah, masa sih di jodoh-jodohin, gak mau gak mau, pokoknya Lia gak mau". protesnya.

"Berarti Lia gak mau di jodohin sama anak tante yah". tanya Mega menatap Lia. "Maaf yah Tante, bukan nya gimana yah, tapi ini bener-bener mendadak banget Tante, Lia gak nyangkah aja gitu tiba-tiba mau di jodohin, soalnya Lia udah punya kekas-".

"Makan Malam nya sampe di sini dulu yah Pak Johnny, lain kali saya yang akan mengundang Anda dan keluarga anda makan malam langsung di rumah saya". ucap Hendra sambil beranjak dan tersenyum Ramah.

"Baiklah Pak Hendra, dengan senang hati saya akan menerima ajakan Bapak, dan kita bahas ini lagi nanti". Jawab Johnny sambil bersalaman dengan Hendra. "Kalau gitu saya permisi dulu Pak".

"Terima Kasih untuk Makan malam nya Pak Bu, saya permisi juga, mari Nak Joan". Ujar Sarah sambil menarik tangan Lia mengikuti Suaminya tersebut.

"Sampai ketemu lagi Lilyana". ucap Joan tersenyum ke arah Lia yang hanya terdiam dan pasrah di tarik oleh Mama nya.

"Ayah Bunda, seperti nya aku menyukai Lilyana, aku harap Ayah tetap menjodohkan nya dengan ku Yah". ucap Joan menatap Ayahnya tersebut. "Tenang saja Nak kamu tetap Ayah jodohkan dengan Lia". ucapnya menepuk-nepuk pundak sang anak.

"Hari ini kamu Pulang dulu yah Joan, kasian Vana nungguin kamu di rumah, sudah dua minggu kamu tinggalin Vana sendirian". ucap Mega dan Joan hanya menghelah nafas nya pasrah dan mengangguk. "Vana gak bakalan merasa sendirian kalau aku tinggalin di rumah Bun".

...***...

Protes

"Pa pokoknya Lia gak mau gak mau!". protes Lia tidak terima, sedari perjalanan pulang tadi Lia tak henti-henti nya Protes ke Hendra. maksud Lia protes karna Papa dan Mama nya tidak memberi tau kan diri nya akan perjodohan ini, bahkan tadi Lia merasa semua nya terlalu cepat untuknya, gimana nasib hubungan nya dengan Eldan?, Lia pun tidak ingin membayangankan dirinya dan Eldan putus, Lia sangat menyayangin kekasih nya itu.

"Lia berhenti protes, kamu sebagaimana anak harus menuruti kata orangtua". jawab Hendra yang sedari tadi terdiam mendengar ucapan anaknya.

"Tapi Pa, gak gini juga, masa Lia langsung di jodohin sih Pa, Papa tau kan aku dah punya Kekasih?, bahkan Papa ngedukung aku dan Eldan, tapi kok sekarang malah di Jodohin, aku gak mau Pa".

"Sudahlah, jangan di besar-besarkan lagi, kamu tau, Lelaki yang Papa jodohin ke kamu itu pilihan yang tepat Lia, berhenti protes dan terima semua nya". ucap Papa nya lagi sambil beranjak ingin ke kamarnya.

"Haa wah wah Gila sih ini, Pa Lia gak nyangkah loh Papa ngorbanin anak sendiri, aku kira Papa sayang ke Lia, ternyata gak yah Pa, Papa udah gak saya-".

"LIA. PAPA BEGINI KE KAMU, DEMI KAMU JUGA!". Bentak Hendra menatap Lia yang masih duduk di sofa ruang keluarga.

"Sayang gak usah bentak Lia juga". ucap Sarah menghampiri Sang Suami. "Sarah seharus nya Lia bisa menerima perjodohan ini, kalau Lia nerima perjodohan ini Perusahaan Papa bakalan nai-".

"TUHKAN PAPA EMANG UDAH GAK SAYANG SAMA LIA, PAPA JODOHIN LIA HANYA UNTUK PERUSAHAAN PAPA, GILA PA GILA, PAPA NGORBANIN ANAK SENDIRI DEMI PERUSAHAN PAPA SENDIRI". Teriak Lia memotong ucapan Papa, Lia gak percaya ini, Papa nya menjodohkan dirinya demi Perusahaan nya?.

"Lia jangan teriak-teriak Nak". tegur Sarah menatap Lia.

"Tapi Maa, Lia gak mau, bener-bener gak mau di jodohin". ujarnya menatap Mama nya, matanya pun mulai berkaca-kaca, ingin menangis.

Sarah yang melihat anak nya hendak menangis menatap Sang Suami. "Sayang". Hendra yang menatap anaknya itu juga, menghela nafas nya kasar.

"Lia, sekarang apa yang kamu mau?". Lia yang mendengar Papa nya berbicara pun mengusap pipinya yang basah, ternyata air mata nya tetap jatuh. "Lia gak mau di jodohin Pa, itu aja".

"Baiklah, kalau itu mau kamu, Papa turutin". Jawab Hendra, Lia yang mendengar itu spontan Bahagia, Lia pikir Menangis di hadapan Papa dan Mama nya seperti ini berhasil mengagalkan perjodohan itu.

"Tapi Lia". ujar Hendra lagi. membuat Lia bingung, Sarah pun ikutan bingung dan menatap suaminya.

"Semua yang Papa kasih ke kamu, akan Papa sita!, seperti kartu kredit, mobil, dan uang bulanan kamu Papa sita, kamu juga bisa angkat kaki dari rumah ini!". ucap Hendra tegas.

Lia yang mendengar itu pun kaget bukan main, bagaimana bisa Papa nya menyita semua yang ia butuhkan?, bahkan dengan tega nya ia di suruh angkat kaki dari rumah ini? berarti sama saja di buang bukan? atau di keluarin dari KK gitu?.

"Pa-Papa, maksud apa Papa ngomong gitu ke Lia? L-lia gak mau Pa, Lia gak mau, nanti kalau Papa sita dan usir Lia, Lia mau tinggal di mana? Lia gak punya siapa-siapa lagi". ujarnya.

Pasalnya Lia sedari kecil sudah hidup mewah dan di manja oleh kedua orangtua nya, lalu dia di usir seperti ini, Lia tidak akan bisa hidup di luar sana, Lia masih membutuhkan kedua orangtua nya.

"Papa gak mau tau, kamu harus tinggal pilih saja, terima perjodohan ini atau kamu angkat kaki dari rumah ini sekarang dan jangan bawah apapun!".

"Pa, kalau itu pilihan nya, Lia gak bisa milih kedua nya. Papa setega ini ke Lia, kalau gitu Lia lebih milih bunuh diri aja kalau gitu". ucapnya berlari melewati Hendra dan Sarah menuju kekamarnya.

Hendra dan Sarah benar-benar di buat terkejut dengan omongan anaknya itu, ia tidak menyangkah anaknya lebih memilih bunuh diri, Hendra berpikir apa susahnya sih terima perjodohan ini.

"Haa benar-benar merepotkan". Gumam Hendra memijit pelipisnya. "Sayang bagaimana ini, L-lia dia ingin bunuh diri, Sayang aku gak mau anak kita meninggal". ucap Sarah sambil mengoyang-goyangkan lengan Suaminya itu.

"Tenaglah Sarah, aku yakin Lia gak akan berani melakukan itu, dia takut mati, aku yakin itu". ucap Hendra menenangkan Istrinya.

"Tapi Say-".

BRAKK...

Hendra dan Sarah terkejut mendengar suara benda yang jatuh di kamar sang anak. "LIA". Teriak Sarah berlari menuju kamar anaknya. Hendra yang melihat Istrinya berlari, ikut mengejar nya, jantung Hendra rasa nya ingin copot sekarang, ia berharap Lia baik-baik saja.

Sesampainya di kamar sang Anak, Sarah dan Hendra langsung melihat seisi kamar, dan mendapati meja belajar Lia yang terjatuh, pasti ini yang membuat bunyi ribut tadi.

"Lia nak kamu di mana?". panggil Sarah.

"hiks....hiks...." Sarah yang mendengar suara menangis di arah balkom kamar, berjalan ke arah sana, alangkah terkejutnya Sarah mendapati Anaknya berdiri di luar pembatas balkom tersebut dengan tangan yang memegang pembatas balkom. "LIA TURUN NAK NGAPAIN DI SITU". Teriak Sarah. Hendra yang mendengar teriakan istrinya di balkom kamar, ikut melihat apa yang terjadi. Hendra pun ikutan di buat terkejut oleh aksi Lia yang ingin loncak dari Balkom kamarnya.

"Lia kamu beneran mau bunuh diri?". tanya Hendra santai, Lia menoleh menatap Papa nya yang berbicara dengan santai nya sedangkan Sarah yang terlihat panik menatapnya. ia berpikir apa Papa nya tidak panik seperti Mama nya?.

"Lia". panggil Hendra lagi. "Pa-Papa, Lia bakalan loncak dari sini, kalau Papa gak batalin perjodohan itu!".

"Emang kamu berani loncak? kamu kan takut ketinggian, coba liat ke bawah, tinggi banget loh Lia". jawab Papa nya. Hendra yakin Anaknya itu tidak akan melihat ke bawah, ia sempat melihat Lia memejam kan matanya waktu menunduk, seakan akan sedang melihat kebawa.

"PA! AKU AKAN BENER-BENER LONCAK YAH SEKARANG KALAU PAPA GAK BATALIN". Teriak Lia, tetap menatap Papa nya dan menghiraukan perkataan Papa nya yang menyuruhnya melihat kebawah.

"Kamu Yakin mau loncak?, sana Loncak aja". Balas Hendra sambil melipat kedua tangan nya di depan dadanya. "Sayang jangan ngomong gitu, nanti L-". Gumam Sarah terpotong.

"Tenang saja Lia gak bakalan loncak, lebih baik kamu diam saja". dan Sarah terdiam lalu menatap anaknya yang meneteskan air matanya.

"Pa, Papa bener-bener setega itu ke Lia". ujarnya dengan suara gemetar. "Hm kenapa? kirain mau loncak nak?". Lia yang mendengarnya terdiam. "Aish bagaimama nih Papa seperti nya gak takut gue loncak, arrgh sial banget, masa gue harus nerima sih? sumpah gue gak mau di jodohin cuy, mana nih balkom nya tinggi banget lagi, udah susah payah manjat ke sini, tapi Papa arrghh sialan". Batin Lia.

"Kenapa? gak berani loncak?". Lia yang mendengar Papa nya ngomong pun menatapnya kembali. "Apa sih Pa, L-lia berani kok loncak nih". Jawab nya langsung melepas satu tangan nya dan melambai sejenak lalu berpengangan kembali, Lia sebenar nya sangat takut sekarang, takut tiba-tiba ia jatuh beneran, ia masih mau hidup.

Hendra menghela nafas nya kasar. "Sudahlah, lebih baik kamu terima saja perjodohan ini, dan kalau kamu masih gak mau, Papa yang bakalan seret kamu keluar dari rumah ini".

"Tapi kalau kamu masih nekat buat Loncak, dan kamu meninggal, gak apa-apa sih buat Papa, toh Papa juga bisa kok ambil anak di panti asuhan, dan ngasih tau Pak Johnny kalau Papa masih punya satu anak, ini kakaknya Lia, berhubung Lia sudah gak ada, saya jodohin sama Kakaknya saja, yang kuliah di luar negeri, gampang kan". Lia yang mendengar ucapan Papa nya, menatap Papa nya dengan tatapan gak percaya, bahkan Sarah pun ikutan terkejut mendengar nya.

"Pa papa yakin mau lakuin itu?". tanya nya lagi.

"Hm Papa yakin, jadi sekarang lebih baik kamu turun, tidak ada pilihan lain selain terima perjodohan ini, Pokoknya Papa gak mau tau, besok kamu harus minta maaf ke Pak Johnny dan keluarga nya, karna besok Papa akan undang mereka makan malam di rumah dan kamu bilang ke mereka mau nerima perjodohan ini! mana pake aksi akting mau bunuh diri segala, padahal sendiri nya takut ketinggian". Ujar Hendra lalu pergi ke kamarnya.

Sarah menatap Suami nya sejenak, lalu menatap Anaknya yang terdiam di sana. "Nak ayo turun, sini Mama bantu". tanpa protes Lia pun turun, Lia merasa kaki nya sangat lemas selepas ia turun, bahkan ia rasa gak sanggup berdiri lagi. "Maa Lia gak mau di jodohin". Gumam nya menatap Sarah, air mata nya pun ikutan turun membasahi pipi nya.

"Sebenar nya Mama juga gak setuju kamu di jodohin dengan pilihan Papa mu". Lia yang mendengar itu terkejut, terus kenapa Mama nya tidak ikut protes dengan nya tadi, ikut yakin kan Papa nya buat batalin perjodohan ini.

"Terus kanapa Mama gak yakinin Papa buat batalin kalau Mama juga gak setuju?".

"Tapi tunggu dulu, kalau Mama gak setuju dengan perjodohan ini, berarti Mama masih ngedukung aku dengan Eldan dong Ma".

"Bukan begitu maksud Mama". jawabnya membuat Lia bingung. "Hah? bukan begitu maksudnya apa?". batin Lia.

"Maksud nya gimana Ma?." Sarah menatap Lia lalu mengusap air mata anaknya. "Maksud Mama gini, Mama emang gak nerima pilihan Papa mu, karna Mama mau nya kamu di jodohin sama pilihan Mama sendiri, tapi Papa mu juga nolak, Papa mu baru nerima kalau Mama juga nerima pilihan Papa mu Lia". Jelasnya.

Lia yang paham pun terkejut, berarti gak ada yang memihak dirinya, dan sekarang Mama nya ingin juga menjodohkan nya. "Maa Mama apa-apaan sih ma-".

"Sudahlah Lia, lebih baik kamu nurut aja, nolak pun gak ada guna nya sayang, sana lebih baik kamu tidur, untuk meja belajar kamu, sekalian besok aja di beresin barang-barang kamu berserakkan oleh Bi ina dan ganti yang baru, kalau gitu Mama turun dulu yah Sayang, good night". ucap Mama lalu pergi meninggalkan Lia sendirian.

"Gila Gila, maksud Mama mau jodohin gue juga gitu? Anjirlah ngenes banget idup gue". ujarnya lalu mengusap wajah nya kasar.

"Arrgh sial, gue harus gimana sekarang, masa iya gue nerima sih, tapi gue juga gak mau barang-barang gue di sita, apalagi di keluarin dari KK, sumpah gak mau gue tuh".

"Gimana cara nya gue ngomong ke Eldan soal ini? Sial emang gue". ujarnya lalu berusaha berdiri memasuki kamarnya, saat ini yang Lia butuhkan hanya tidur di kasur kesayangan nya itu. "Tadi itu tinggi banget anjr gak bakalan gue lakuin lagi, sumpah senam jantung jadi nya.

Sekolah

tok...tok...tok...

"Nak, bangun nanti kamu telat ke sekolah, udah setengah tujuh loh ini". ujar Sarah membuka pintu kamar Lia. sedangkan sang pemilik kamar masih setia tertidur di kasur miliknya benar-benar tidur nyenyak, mungkin karna kelelahan.

"Lia ayo bangun, udah kesiangan ini loh".

"Lia bangun....Lia sayang bangun nak".

"LIA BANGUN RUMAH KEBAKARAN". Teriak Mama nya, Lia spontan terkejut dan bangun lalu ingin lari keluar kamar.

"Astaga Ma ayo cepeten keluar Ma, ayo Ma". ujarnya sambil menarik tangan Mamanya.

"Nahkan udah bangun, bagus deh sekarang kamu mandi cepet, udah telat ke sekolah tau".

"Lah kok mandi sih Ma, ayo keluar kata nya rumah kebak-".

"Rumah gak kebakaran kok, Mama cuma iseng bilang gitu, soalnya kamu gak bangun-bangun, padahal Mama dah bangunin dari tadi, sana mandi yang cepat, nanti kamu beneran telat ke sekolahnya". ucap Mama nya lalu keluar kamar. Lia yang sepenuh nya sudah sadar gegara di bangunkan dengan keadaan kaget hanya mengeleng-geleng kan kepala nya.

"Mama bangunin nya gak main-main, hampir copot nih jantung tau!". ujarnya lalu bergegas ke kamar mandi.

...***...

Lia yang udah siap-siap kesekolah pun bergegas turun, karna tinggal 10 menit lagi jam pelajaran di mulai, Lia mengerutuki diri nya sendiri yang lupa memasang alarm semalam.

"Ma Lia berangkat dulu, udah telat banget nih". ujar nya berpamitan dengan Mama nya di dapur.

"Eh tunggu dulu Lia, nih sarapan nya Mama udah bekalin, bawa ini nak". Lia pun mengambil bekal nya lalu berlari keluar rumah. waktu ingin membuka gerbang rumah nya, Lia melihat Jeffry tetangga nya itu sedang menaiki motor milik nya, Lia tau kalau Jeffry mau jogging sekarang, Lia pun menghampiri nya.

"Bang Jeffry Bang Jeffry tunggu, tunggu Lia bang". ujarnya berlari ke arah Jeffry. sedangkan Jeffry menoleh mendapatkan tetangga nya itu berlari.

"Kenapa Lia?". Tanya nya.

"Bang, Gue nebeng yah sama lo, gue udah telat banget ini, ayo bang buruan jalan". ucapnya tanpa basa basi langsung naik ke job belakang motor Jeffry. "Hah gue kan gak lewat depan sekolah lo, sana turun". usirnya.

"Iissh Bang Jeff, ayo buruan jalan, gue udah hampir telat banget ini, anjr lah tinggal 7 menit gue masuk, Bang anterin bentarlah, nanti deh gue traktir makan yayayaya". Jeffry yang mendengar itu pun menghela nafas nya sejenak, lalu mulai menyalahkan mesin motor milik nya. "Ngebut yah Bang Jeff". dan Jeffry hanya mengangguk.

...***...

Hanya butuh 3 menit, Jeffry akhirnya sampai di sekolah nya Lia. Lia pun turun dan menepuk lengan Jeffry. "Wih keren Bang Jeff sampe nya bener-bener cepet yah walaupun gue ngerasa hampir terbang gegara ngebut banget tapi gpp Makaseh yak bang, nanti gue traktir beneran kok". Ujar Lia tersenyum.

Jeffry yang melihat itu ikutan tersenyum lalu mengusap surai Lia. "Sana cepetan masuk ke kelas, belajar yang rajin, jangan males, dan untuk traktiran nya nanti gue jemput aja, pokoknya lo traktir gue di cafe baru di dekat kampus gue". dan Lia pun mengangguk lalu berjalan masuk ke gerban sekolah.

"Oh iya Bang lupa, nanti jangan lupa sarapan di rumah, Mama dah masak tadi, dah bang jeff". ujar Lia keluar kembali, lalu berlari masuk ke dalam sekolah nya. dan Jeffry hanya menatap Lia lalu menyalahkan motor miliknya lalu pergi, setelah jogging Jeffry akan langsung ke rumah Lia buat sarapan. Jeffry sudah di anggap sebagai anak sendiri oleh Hendra dan Sarah.

...***...

Di kelas Lia hanya duduk sambil memainkan pulpen miliknya, sudah 10 menit yang lalu bel masuk berbunyi, dan malah mendapatkan jam pelajaran kosong karna para guru tiba-tiba ngadakan rapat untuk ujian kelulusan nanti.

"Sial banget gue dari kemarin dah, kalau gue tau bakalan jam kosong gini, gue berangkat nya tadi santai aja, mana bang jeffry kek lagi balapan sama malaikat maut, kenceng banget". gumam Lia.

"Bosen anjr". Ujarnya lagi lalu mengecek ponsel miliknya dan berharap Eldan mengirimkan pesan kepada nya, tapi sayang gak ada pesan satu pun yang masuk. "Tumben Eldan gini, biasa nya dia ngirimin pesan walau hanya stiker doang".

"LILYANAA". Teriak seseorang yang tak kalah lain itu sahabatnya bernama Harin yang berjalan santai masuk ke kelas Lia dan di belakang nya ada Eldan yang ikutan masuk.

"Santai Rin gak usah teriak-teriak juga kali, kuping gue sakit nih". Harin hanya tersenyum lalu duduk di samping Lia yang kebetulan kosong.

"Halo Sayang, kok muka nya kusut gitu? belum di setrika hm?". Tanya Eldan lalu duduk di bangku kosong di hadapan Kekasihnya itu. "Ish Eldan mah". jawab Lia kesal dan Eldan hanya terkekeh melihat Lia yang menurutnya itu lucu.

"Guys ayo ke kantin, mumpun jam kosong nih, laper gue". ujar Harin menatap kedua sahabatnya itu. "Bentar gue ambil bekal dulu, tadi nyokap gue sempetin buat bekal sarapan". ucap Lia.

"Berarti kamu belum sarapan yah?". Tanya Eldan menatap Lia. "Heem belum, soalnya tadi buru-buru ke sekolahnya, Nah nih bekalnya, ayo kekantin". Lia pun beranjak lalu menarik tangan Harin dan Eldan.

...***...

Sesampainya di kantin yang mulai rame karna separuh siswa siswi SMA Permata di sana. bahkan meja pun di liat-liat sampir semua nya penuh. "Eh itu di pojokan kanan kantin masih ada yang kosong, ayo ke sana". ujar Lia. "Kalian berdua pergi sana, gue mau pesen makanan dulu, Lia lo mau pesen apa sekalian aja gue pesenin, kalau lo Eldan mau apa juga?". Tanya Harin.

"Heem gue bakso aja deh Rin, Eldan kamu mau apa?". Tanya Lia menatap Eldan. "Nasi Goreng aja, lo gpp pesen sendiri? Gue temenin lo deh Rin". Ucap Eldan menatap Harin.

"Gak usah, lebih baik lo bedua buruan aja ke meja kosong itu, takut di duluanin sama yang lain, Kuat gue bawa makanan doang". Jawab Harin tersenyum lalu pergi memesan makanan mereka.

"Ayo Lia kita kesana". Ujar Eldan menarik tangan kekasihnya itu, Lia hanya mengangguk.

Eldan dan Lia duduk sampingan, Lia menaruh Bekal miliknya lalu membuka nya, ternyata isi nya ada Roti isi buah dengan krim. pas banget Roti isinya ada 3 Lia bisa memberi ke Eldan dan Harin juga.

"Eldan". Panggil Lia. "Hm kenapa sayang?". tanya nya.

"Tumben kamu gak kabarin aku dari kemarin, sibuk yah?". Tanya Lia cemberut.

"Ah itu iya dari kemaren ponsel ku tertinggal di rumah nenek ku, aku lupa ngambilnya, baru juga di antarin pagi-pagi sama sepupu aku". ucap nya santai sambil main game di ponsel nya.

"Beneran El?". tanya nya lagi dan Eldan mengangguk. "Kamu juga gak hubungin aku tadi pagi". Gumam nya. Eldan pun menatap Lia lalu menaruh ponselnya. "Maaf aku lupa ngabarin kamu, Maafin aku yah". Lia hanya menatap nya lalu mengangguk saja.

Lia memilih memakan bekalnya, dan mengabaikan Eldan di samping nya yang mulai sibuk bermain game. sampe akhirnya Harin datang dengan pesanan mereka. Eldan yang melihat Harin agak kesusahan pun mengambil Bakso lalu menaruh nya duluan di atas meja takut tumpah, dan Harin menaruh dua Nasi Goreng milik nya dan Eldan.

"Ternyata lo pesen nasi goreng juga Rin". ucap Lia yang mulai memakan Bakso miliknya.

"Iya nih tadi gak tau mau pesen apa, jadi Gue pesen nasi goreng aja". Lia mengangguk-angguk. "Kirain tadi pesen Bakso juga, karna lo paling suka Bakso dan gak suka Nasi Goreng". ucap Lia lagi dan Harin hanya tersenyum lalu mulai memakan nasi goreng nya. "Heem lagi pengen nasi goreng gue." sedangkan Eldan hanya diam memakan nasi goreng miliknya juga.

Mereka bertiga sibuk dengan makanan masing-masing, sampai Lia berpikir ingin memberi tau soal perjodohan ini ke Eldan juga Harin, tapi Lia mengurungkan niatnya karna melihat Eldan memberi semua udang goreng miliknya ke Harin, dan Harin hanya tersenyum begitupun Eldan yang membalas senyuman Harin. "Apa sih mereka berdua, udah kek pasangan aja, gue ngerasa jadi orang ketiga anjr".

"Heem Eldan besok kamu ada luang gak?". Tanya Lia menatapnya. "Seperti nya iya, kenapa emangnya?".

"Itu aku mau ajak kamu ke Cafe baru yang ada di dekat Kampus nya Bang Jeffry".

"Gitu yah boleh boleh aja sih, aku ngikut kamu kok". Balas Eldan tersenyum lalu mengusap surai Lia lembut. "Hm guys apa gue boleh ikut juga gak?". Tanya Harin. "Maaf Rin, kali ini gue mau berduan dengan Eldan, ngedate gitu lah". Jawab Lia.

"Yaudah deh gpp". ucapnya cemberut. "Nanti deh kita pergi berdua yah Rin sekalian ke Mall liat-liat Dress, gue beliin deh". Harin yang mendengar itu tersenyum. "Beneran yah Lia, sekalian beliin Make Up dong". dan Lia hanya mengangguk setuju.

...***...

Selesai makan di kantin, mereka bertiga kembali ke kelas masing-masing, Lia tidak sekelas dengan Harin dan Eldan, sedangkan Harin dan Eldan sekelas, kelas mereka hanya di batasin satu kelas saja tidak jauh.

Untuk pelajaran selanjutnya akhirnya guru pun masuk, dan mereka belajar sampai jam pulang berbunyi.

Waktu jam pulang, Lia sempet ngecek Ponsel miliknya yang bergetar bertanda ada pesan yang masuk ternyata itu dari Jeffry.

...Bang Jeffry...

Gue udah ada depan sekolah lo, sini keluar, gue tunggu.

^^^Bentar Bang, otw nih gue.^^^

^^^Read.^^^

Lia bergegas keluar kelas dan mendapati Eldan yang berjalan dengan Harin ke arahnya. "Lia". Panggil Eldan. "Kenapa El?". Tanya nya.

"Hm gini hari ini kamu pulang nya naik taksi aja yah atau ojol dulu, aku pesanin kok". Tanya Eldan. Lia menatap Eldan bingung, emang sih hari ini Lia juga gak bisa pulang bareng dengan Eldan, karna sudah janji dengan Bang Jeffry, tapi Lia ingin tau kenapa, karna jiwa-jiwa kepo nya keluar. "Kenapa emang nya El?".

"Itu aku mau anterin Harin hari ini, buat ke rumah sakit untuk nebusin obat Bunda nya". Jawab Eldan. Lia beralih menatap Harin yang juga sedang menatap nya. "Boleh yah Lia gue cuma minta di anterin kok ke rumah sakit". ujar Harin.

"Yaudah deh, hari ini juga gue gak bisa pulang bareng Eldan, gue dah janji buat traktir Bang Jeffry, kalau gitu gue duluan bye!". Ucap Lia langsung berlari. "Lia Lia". panggil Eldan tapi Lia seakan-akan tak ingin berhenti ataupun berbalik. "Lia marah gak yah?". gumam Harin. "Jangan di pikirin ayo". Ajak Eldan.

Sesampai nya di depan gerbang sekolah, Lia bisa melihat Jeffry yang duduk di atas motornya sambil mainin ponsel miliknya. bahkan banyak siswi-siswi yang sengaja lewat di dekat Jeffry yang menurut mereka itu Ganteng banget. Lia pun menghampiri nya. "Woy Bang yok jalan". Ucap Lia yang langsung naik ke job belakang. Jeffry yang kaget langsung menahan motor miliknya, gegara Lia yang tiba-tiba naik. "Santai dong naik nya, hampir aja jatoh nih, kan malu jadi nya, nih helm pake dulu, gak mau gue di tilang gegara lo". Ujarnya lalu memberi Helm tersebut.

Lia pun menerima lalu memakainya dan menyamankan posisi duduknya takut Jeffry tiba-tiba ngebut terus ia terjatuh nanti. "Udah?". Tanya Jeffry. "Udah Bang ayok jalan". dan Jeffry pun melajukan motornya meninggalkan area sekolah.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!