NovelToon NovelToon

Cinta Sang Muhallil

talak tiga yang terucap

Pernah kah kalian mendengar sebuah kata Muhallil? Apa pendapat kalian tentang kata tersebut, dan apakah kalian tahu apa arti Muhallil tersebut?

Muhallil adalah seorang lelaki dewasa yang bersedia menikahi seorang wanita yang sudah di jatuhi talak tiga dari suami pertama nya.

Jika wanita tersebut sudah menikah dengan sang Muhallil dan melakukan hubungan badan, lalu sang Muhallil menceraikan istri yang baru di nikahi tersebut, maka si istri bisa kembali ke pangkuan suami pertama kembali.

Lalu bagaimana jika kalian harus mencari seorang Muhallil, agar tetap membuat hubungan rumah tangga kalian dengan suami pertama kembali sah? Bukan kah itu suatu jalan kerumitan yang harus kalian tempuh?

"Zahrana Haya aku talak kamu, dan mulai sekarang kamu bukan lagi istri ku," Suara lantang Niko menggema ke seluruh ruangan mewah tersebut. dengan jelas dan mantap.

"Mas, apa yang baru kamu katakan, sadar mas?" Pekik Haya saat sang suami menjatuhkan talak untuk yang ketiga kali nya.

Air mata Haya luruh seketika saat mendengar kalimat yang Niko lontarkan. Seluruh tulang dan sendi nya lemas bagai tak bertulang.

"Kenapa begitu mudah kau mengatakan kata talak mas?" Lirih Haya di sela-sela isakan nya. Kini Haya terduduk di lantai, Haya tidak perduli lagi.

Hati nya remuk berkeping-keping. Bagaimana mungkin lelaki yang teramat dicintai nya begitu mudah mengatakan kata talak? Ini bukan untuk yang pertama kali nya.

Sudah tiga kali ini Nico mengatakan nya, kenapa Niko tidak berpikir, hancur sudah hati Haya.

Hancur lebur sudah harapan dan mimpi Haya. Padahal banyak hal yang Haya cita-citakan, tapi semuanya hancur berantakan seiring kata talak yang baru saja di lontarkan oleh Niko, suami yang sudah menikahi nya tiga tahun silam. hidup dalam suka duka, tertawa menangis bersama, tapi kini hancur sudah.

"Haya, maafkan lah ucapan ku?" Niko ikut bersimpuh di depan Haya yang sedang terduduk merasakan sesak di dalam dada nya.

Haya masih setia dengan tangis nya yang tak mampu di sembunyikan lagi. pedih dan sesak menghimpit hati.

"Haya, aku mohon maaf kan lah aku? Aku kelepasan, aku hilang kendali, Haya. Maafkan aku, Haya?" Niko memegang tangan Haya yang basah oleh keringat dingin.

"Haya___" Nico mencoba memeluk Haya dan meredam segala kesedihan di hati Haya, namun tetap saja Haya masih terisak begitu dalam.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan mas? Kamu sudah tiga kali menjatuhkan talak pada ku. Kenapa sih, setiap kamu marah selalu mengedepan kan emosi ketimbang pikiran akal sehat mu, tidak kah bisa menggunakan pikiran yang jernih?" Haya mengusap air mata yang terus menganak di sudut mata nya.

"Aku lost control. Haya maafkan lah aku? Aku janji tidak akan mengulangi nya lagi," pinta Niko dengan mengenggam lembut tangan Haya.

"Tapi bagaimana ini mas? Sekarang kita sudah bukan suami istri yang sah di dalam Agama kita lagi. Apa yang harus kita lakukan? Sedang kamu tau mas, aku masih sangat mencintai mu, aku tidak mau berpisah darimu," tangis Haya kembali pecah menahan sesak di dalam dada nya.

"Kita akan cari jalan keluar nya. Lagian kan di luar sana enggak ada yang tau kalau kita sudah tidak sah menjadi suami istri lagi. Aku mohon untuk saat ini rahasiakan ini semua, terutama pada Ayah ku," pinta Niko dengan memohon.

"Orang tidak ada yang lihat, yah itu benar. Tapi apa mas lupa, bahwa Allah selalu melihat setiap perbuatan hamba nya," Haya melepas tangan Niko yang mengenggam terlalu erat. tangan nya

"Haya, apakah kamu masih mencintai ku?" Niko bertanya dan memalingkan wajah Haya untuk menatap mata nya.

Mata Haya masih berembun dan basah oleh air mata. Bibir Haya bergetar menahan agar suara tangis nya tidak kembali pecah.

"Haya___ Katakan! Apa kamu masih mencintai ku? Ya, kan aku tau bahwa kamu masih sangat mencintai ku, benar kan Haya? ayo Haya jawab lah?"

"Kalau mas sudah tau jawaban nya, kenapa masih juga bertanya!" Haya kembali memalingkan wajah nya ke arah samping.

Niko memeluk Haya dan mengusap bahu nya yang kembali bergetar. Ingatan akan ucapan Niko masih jelas terngiang di ingatan Haya.

Niko mengendong tubuh Haya dan membawa nya ke dalam kamar. Sungguh hati Haya bercabang dan berakar kemana-mana. Hatinya terenyuh oleh perlakuan Nico yang berubah-ubah, terkadang lembut, terkadang juga kasar.

Dengan perlahan Niko membaringkan tubuh Haya di ranjang kamar berukuran king size tersebut.

"Istirahat lah!" Niko mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Haya yang masih terasa menyesakan tersebut.

Niko pun kemudian berbaring di samping Haya sambil memeluk Haya. Haya kembali terisak dalam diam, hanya tubuh nya yang bergetar tanpa suara.

Bagaimana pun juga pelukan ini sekarang tidak boleh di lakukan lagi. Mereka bukan sepasang suami istri yang sah lagi.

Haya kembali menangis, hati nya menginginkan tapi nurani menasehati nya. ingin menolak tapi menikmati. itulah kebucinan seorang Haya.

"Mas, lebih baik sekarang kita tidur terpisah," lirih Haya.

Niko yang belum sepenuh nya tertidur pun membuka mata, menatap tajam ke arah istrinya tersebut. Bagaimana dengan lancang Haya berani berbicara seperti itu?

"Aku takut mas, ini dosa."

"Tidak ada yang tahu juga kan Haya, kalau kita bukan suami istri lagi. Kamu tinggal diam, jangan ceritakan ini pada siapapun, beres."

"Allah maha tau, mas."

"Sst___ Sudah diam lah! Aku mengantuk dan ingin istirahat. Jangan bicara apapun lagi tentang hal ini okay," Telunjuk Niko mendarat di ujung bibir Haya, agar Haya menghentikan ucapan nya.

Niko kembali tidur dengan memeluk Haya. Haya hanya diam, walau hatinya bilang jangan tapi nyatanya tubuh nya merespon iya dan mau.

Kenapa cinta begitu gila? cinta bisa membuat akal waras menjadi kehilangan kemampuan nya untuk berpikir jernih dan lurus.

Terkadang keinginan tak sesuai kenyataan, ingin Haya mengingkari bahwa pelukan itu salah. Tapi sungguh Haya menginginkan pelukan itu. Pelukan yang menghangatkan lagi Haya rindukan terus menerus.

Mungkin hari ini Haya bisa menerima pelukan ini, lantas bagaimana dengan esok? Apakah Haya masih berhak mendapat pelukan ini? Sedang Haya tau, ini tidak boleh di lakukan? Apa yang harus Haya perbuat?

"Apa aku terlihat munafik? Aku terlihat baik, tapi aku menginginkan pelukan ini. Aku tidak ingin mas Niko melepas pelukan nya."

Teringat peristiwa yang baru saja terjadi. kenapa bisa dengan mudah Niko mengatakan kata talak. Teringat dengan jelas, Haya baru saja pulang dari tempatnya bekerja, karena ada lembur menyebabkan Haya pulang agak malam. Tiba-tiba saja Niko menghadang disaat baru saja Haya masuk ke dalam rumah.

Caci dan maki keluar dari mulut Niko. Padahal Haya baru saja sampai rumah. Entah setan apa yang merasuki Haya, hingga Haya begitu lantang menjawab dan marah dengan perlakuan Niko.

Niko menunjukkan sebuah siaran langsung di dalam ponsel milik nya, disana terlihat Haya tertawa begitu lepas dengan rekan kerja nya. Ada seorang lelaki menatap Haya dengan intens lalu tak sengaja lelaki tersebut memeluk Haya.

kenapa lelaki tersebut memeluk Haya, karena ada dorongan dari belakang yang menyebabkan lelaki tersebut tidak dapat menahan bobot tubuhnya. semua itu terjadi tidak di sengaja.

Tapi Niko sudah mengambil kesimpulan bahwa Haya menikmati perlakuan lelaki tersebut. Masih jelas teringat bagaimana Niko membentak dan membanting ponsel di depan mata Haya.

Haya memejamkan mata, ada air mata tanpa suara. perlahan Haya membalas pelukan Niko dengan penuh cinta. Pikiran Haya malam ini benar-benar kacau, rasa sesal menyelimuti hati Haya. Bagaimana bisa Niko mengucapkan talak?

Kegamangan hati Haya

Semalaman Haya tidak dapat memejamkan mata. Ucapan kata talak yang di lontarkan Niko masih terngiang jelas di telinga Haya, namun Haya bisa apa? Cinta melanda relung hati Haya dan membutakan akal sehat, segila inikah cinta?

"Masak apa hari ini?" Niko yang sudah rapi dengan setelan jas pun menghampiri Haya yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

"Aku buat Roti panggang isi daging, sayuran, telor dan juga keju," Haya meletakan Roti di depan meja Niko, Niko pun segera melahap nya sampai habis. Roti panggang adalah salah satu makanan kesukaan Niko.

"Memang sarapan buatan mu selalu yang terbaik. Kalau kayak gini terus aku jadi semangat kerja nya," Niko melahap roti bikinan Haya dengan semangat dan hati senang.

Haya bahagia melihat Niko bahagia, tiba-tiba Haya teringat kata talak yang semalam Niko ucapkan, tapi di lain sisi Haya juga malas membahas itu semua, walau hati kecil nya meronta dan di landa kebimbangan.

"Di minum susu nya, mas?" Haya menyodorkan segelas susu rendah lemak dan rendah gula yang masih hangat pada Niko.

"Terimakasih sayang?" Niko menerima susu tersebut dan meminum nya hingga tandas.

Seulas senyum senang terbit di wajah manis Haya. Anak rambut yang sesekali menutupi mata bulat nya menambah kecantikan Alami dari sana nya. Bagaimana tidak, dulu Haya adalah seorang bintang kelas. Haya cantik, pintar dan sikap nya yang baik menambah nilai kesempurnaan.

Niko mengusap pipi Haya dengan lembut. "aku pergi bekerja dulu?" Niko mencium kening Haya dan berlalu menuju kantor.

"Hati-hati, mas" teriak Haya yang mendapati suaminya sudah masuk kedalam mobil. "selalu begitu, terburu-buru!" gumam Haya.

Haya kembali ke meja makan dan mengambil tas kerja, Haya sendiri akan pergi ke kantor di tempat nya bekerja.

"Bik, aku berangkat kerja dulu, titip Attar?" Pamit Haya pada bik Pina, selaku pengasuh Attar putra semata wayang nya yang kini berusia dua tahun.

Attar yang tau jika sang Ibu akan pergi ke kantor pun melambaikan tangan mungil nya. "jangan rewel ya di rumah, anak pinter," Haya mencium pipi gembul Attar.

Bik Pina tugas nya menjaga Attar, sedang orang yang bersih-bersih rumah sudah ada sendiri. Yakni perempuan setengah baya bernama bik Mila. Namun bik Mila tidak selalu menginap di rumah keluarga Haya, terkadang berangkat pagi dan pulang sore hari.

"bye___ ibu" bik Pina mengangkat tangan Attar dan melambaikan nya pada Haya yang masuk ke dalam mobil.

"Kiss bye" seru bik Pina.

"emuah.........." Bik Pina kembali tertawa dan membawa Attar masuk kedalam untuk bermain.

Haya tersenyum, namun saat teringat kejadian semalam hatinya kembali nyeri teramat dalam.

"ya Allah apakah semua ini termasuk dosa? lalu dimana kesalahan ku? aku sama sekali tidak menginginkan perpisahan, begitu juga dengan mas Niko," lirih Haya dengan pelan melajukan mobil menuju kantor.

Di sepanjang perjalanan wanita berambut panjang menyentuh panggul tersebut tersenyum pahit. Bagaimana bisa jadi begini? Bagaimana caranya jika orang lain tau tentang hukum pernikahan nya? Rasanya Haya tidak akan sanggup jika hidup tanpa Niko, Haya tau bahwa hati Haya begitu mencintai Niko.

Haya memasuki area perkantoran dengan memasang wajah senyum, senyum palsu mungkin bisa di bilang begitu.

Sebuah jabatan yang menjanjikan yaitu seorang Asisten dari big bos Meca, ya big bos di kantor tempat Haya bekerja adalah seorang perempuan.

Jika big bos nya seorang laki-laki sudah di bisa pastikan Niko tidak akan memberikan izin pada Haya untuk bekerja. Banyak kasus kan, Asisten maupun sekertaris berselingkuh dengan big bos nya, dan itu lah salah satu alasan Niko melarang Haya bekerja jika big bos nya laki-laki.

Haya duduk di kursi dalam ruangan nya. Hati nya gamang. Bagaimana Haya bisa bekerja jika pikiran nya sedang kacau seperti itu?

Haya teringat kembali ucapan Niko semalam "arkh___" Haya melempar pulpen ke dinding dan menutupi wajah dengan kedua telapak tangan dan mengusap nya kasar.

"Kenapa mas Niko bisa gegabah sih! Sekarang jadi rumit begini. Aku bisa saja tidak mengatakan pada siapa pun, tapi nurani ku mengingkari kebenaran bahwa yang aku buat ini salah," lirih Haya sambil meremas sebuah kertas.

Haya menerawang ke atas dinding plafon. Teringat saat Haya mengirim Chat bahwa Haya akan pulang sedikit larut malam, karena ada bisnis yang mengharuskan dirinya dan big bos meninjau langsung lokasi, namun ternyata ada sedikit masalah pada mobil dan membuat Haya lebih lama dan pulang lebih larut.

Niko marah dan kebablasan, sampai kata talak begitu mudah di lontarkan. kenapa sih dengan lisan Niko? Haya mengusap mata, berharap tidak menangis.

"Haya, mana dokumen tentang bisnis kontrak kerja kita sama PT Aniluver. Aku ingin membaca dan mengapresiasikan langsung, itu sebuah kontrak kerja yang menguntungkan. Kamu harus ikut aku menyelesaikan bisnis ini. Setelah produk kita di promosi kan dan laku keras di pasaran maka kamu pun akan ku beri bonus."

Haya tersenyum dan memberikan dokumen tersebut. "Terima kasih banyak Bu atas kepercayaan yang ibu berikan. Saya akan berusaha bekerja yang the best untuk perusahaan ini."

"Semangat yang bagus!" bu Meca pun pergi keruangan nya yang hanya di batasi dinding kaca, ya antara ruangan Bu Meca dan Haya hanya ada dinding pembatas sebuah kaca besar dan panjang.

Haya mengerjakan tugas nya dengan begitu serius. Jujur hati Haya gamang dan butuh saran, tapi Haya terlalu malu jika mengatakan nya pada orang lain. jika diam lebih baik, dengan diam juga menyakiti.

Detik berubah ke menit dan menit berubah ke jam dan jam pun kini sudah menunjukan jam satu siang. Jam istirahat untuk makan siang dan sebentar lagi jam istirahat akan segera habis, namun Haya masih tetap setia duduk di kursi nya dengan serius melihat ke arah laptop dan beberapa berkas penting.

"Haya, kamu ada masalah apa?" Bu Meca sudah berdiri tepat di depan Haya.

Haya pun gelagapan dan mengedipkan mata terlalu susah walau hanya untuk berkedip, begitulah kenyataan nya.

"Tidak Bu, tidak ada masalah apapun! Maaf ibu perlu apa ya? Maaf saya teledor dan tidak fokus."

"Jika ada masalah boleh cerita dengan saya. bukan kah saya juga sering curhat ke kamu kan. Ada apa katakan lah?" tanya Bu Meca. karena antara Bu Meca dan Haya hanya berbeda usia yang tidak begitu jauh, mungkin saja Bu Meca akan mengerti masalah Haya. Tapi tidak, Haya tidak mau membuka masalah ini pada orang lain.

"Tidak Bu, sungguh saya tidak ada masalah apapun," tegas Haya dan tersenyum penuh kepalsuan.

"Baiklah jika begitu, tolong kerja yang fokus! Jika kamu merasa lelah dalam bekerja dan ingin merileks kan pikiran, kamu boleh ambil cuti," terang Bu Meca.

"Terima kasih banyak Bu, tapi saya rasa untuk saat ini saya belum perlu ambil cuti, saya merasa tidak enak, ibu terlalu baik pada saya."

"Sudah lah jangan sungkan, kalau pikiran dan otak kita rileks kan kerjaan kita pun bagus, bukan begitu?"

"Iya, Bu." Haya tersenyum palsu kembali.

Bu Meca pun kembali masuk ke ruangan nya, setelah mengambil dokumen tentang rencana kerja sama pembuatan market di salah satu kota yang masih belum terlalu ramai tersebut. Rencana nya Haya juga akan ikut serta saat Bu Meca menyambangi kota tersebut.

Haya merasa malu, biasanya dengan sigap Haya akan mengatakan dan memberi tahu big bos nya tentang apa saja dan bagaimana cara kinerja dan memperbarui setiap apa yang di rasa perlu di perbaiki, tapi kali ini Haya low energi dan low think.

Padahal masih semangat buat nulis, tapi kendala sinyal yang kualitas nya kurang mendukung menjadikan saya turun naik semangat nulis nya.

Di buka loading Mulu... Ngangguan sinyal

Kayak mana bisa up jika kayak gitu

Hubungan terlarang

Sepulang dari kantor Haya langsung mengambil Attar dan bermain dengan Attar. Lelah yang di dera, seketika sirna saat melihat senyum ceria Attar. obat dari lelah adalah senyuman Attar.

Beberapa kali Attar mengucapkan kalimat yang begitu menggemaskan. Hati Haya bagai di robek sembilu, saat sebuah ingatan melintas kembali di ingatan. kenyataan yang Haya pungkiri adalah sebuah kenyataan.

Bagaimana mungkin anak se kecil Attar akan menjadi korban perceraian orang tua nya? Sungguh hati Haya kembali teriris-iris, egois itulah satu kalimat yang tepat.

Begitu lah sikap Niko, setiap kali ada masalah, kata talak akan dengan mudah keluar dari mulut nya. Terkadang juga sampai memukul wajah Haya, namun cinta telah membutakan mata Haya, hingga Haya berpikir itulah Cinta, orang akan mengapresiasikan Cinta dalam banyak Sikap.

Cinta memang begitu, walau pernah di kecewakan, pernah di sakiti, bahkan di bantai sekalipun. Cinta Haya akan selalu utuh buat Niko. Tak perduli seberapa sering Haya menahan kecewa.

Talak pertama di ucapkan Niko, saat Haya pergi ke rumah orang tuanya selama seminggu. Padahal Haya sudah minta ijin, bahwa akan menengok sang Ayah yang sudah sakaratul maut dan menemani nya di sisa-sisa umur nya.

Haya anak satu-satunya. sudah jelas sang Ayah sangat mengharapkan kehadiran Haya, disaat sang ayah merasa sudah lemah tak berdaya.

Tak selang lama sang Ayah Haya pun wafat, Haya sangat terpukul. Niko datang ke pemakaman sang mertua, namun tak lama kemudian Niko ada meeting penting di luar negeri dan mengharuskan pergi secepatnya. Hingga Haya menemani sang Ibu seminggu lagi.

Haya tau dan Haya mengerti, saat ini sang ibu begitu sangat terpukul atas meninggal nya sang Ayah yang hebat dan bijaksana.

seorang kerabat mengantarkan Haya kembali kerumah, saat Niko sudah pulang dari tugas Meeting di luar negeri. Namun tanggapan Niko berubah saat melihat Haya mengucapkan terimakasih dengan senyum yang manis, hati Niko terbakar cemburu. Amarah menguasai diri Niko.

Saat Haya masuk rumah, Niko langsung melayangkan tuduhan demi tuduhan. Niko layangkan umpatan dan kalimat kasar. Hati Haya remuk redam mendapat tuduhan yang tidak benar. Haya pun membantah dengan lantang bahwa tuduhan Niko tidak benar.

Haya merasa kecewa dengan sikap Niko yang asal saat bicara, saat perdebatan hebat itu lah kata Talak terucap untuk yang pertama kali nya. Padahal saat itu Haya sedang mengandung anak pertama mereka yang tak lain adalah Attar buah hati mereka.

"Ya Allah___" Haya mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh di pelupuk mata. Dan kini Haya tidak punya tempat ternyaman lagi, karena dua orang yang Haya cintai, yakni Ayah dan Ibu Haya sudah meninggalkan Dunia ini

Suara deru mobil sudah terdengar. Haya segera mengusap air mata yang masih tersisa di pipi tirus nya. Walau sedang kecewa, Haya memaksakan bersikap baik-baik saja.

Niko segera menghampiri Haya dan Attar yang tengah bermain di ruang keluarga. Niko langsung mengendong Attar dan mengajak nya bercanda hingga tawa Attar terdengar begitu jelas.

"Bagaimana mungkin kebahagiaan ini akan segera berkahir? Aku sungguh tidak akan sanggup!" Haya membatin. Dengan mata yang memperhatikan Niko dan Attar tengah bermain.

"Mas, apa mas sudah makan? Lebih baik mas makan terlebih dahulu?" Haya berlalu hendak membantu bik Pina menyiapkan makan malam.

"Tidak usah ya! aku sudah makan di kantor. Tadi ada meeting penting, dan kebetulan meeting nya di sebuah restoran, jadi aku sudah makan disana. Kamu makan lah jika kamu belum makan, biar aku yang jagain Attar."

"Baik lah," Haya melangkah kan kaki menuju ruang makan. Hampa dan sunyi lalu Haya memanggil bik Pina.

"Bibik____" Panggil Haya.

Bik Pina pun segera menghampiri Haya.

"Ada apa, Bu?"

"Bibik sudah makan?"

"Sudah Bu, tadi sehabis Maghrib bibik makan, kan bibik puasa jadi Bibik sudah lapar dari tadi."

Haya menatap jam di dinding, benar saja saat ini sudah jam sembilan malam. Ini terlalu malam untuk makan malam.

"Aku enggak jadi makan bik. Tolong di bereskan saja, aku mau istirahat."

Bik Pina pun melangkah kan kaki mendekati meja makan, memulai menyimpan kembali makanan yang di masak bik Mila.

"Kalau ibu tidak makan nanti ibu sakit. Ibu kan punya sakit maag, ayo lah makan walau hanya sedikit," pinta bik Pina.

"Aku enggak lapar, bik."

"Walaupun enggak lapar harus di paksakan Bu. Kalau bukan kita yang menjaga pola makan kita, lalu siapa lagi? Apa ibu tidak kasian, jika Attar sedih karena ibu sakit. Ibu harus selalu sehat."

Mata Haya berembun teringat oleh nasehat yang selalu di dengungkan oleh sang Ibu saat dirinya malas makan.

Sang Ibu akan selalu memaksa nya sampai Haya benar-benar mau makan.

"Ayo Bu, ini enak loh?" bujuk bik Pina.

Akhir nya Haya mau sedikit memakan nasi yang di sediakan oleh bik Pina. Walau hanya sedikit setidak nya perut nya tidak benar-benar kosong.

Selesai makan Haya menemui Niko dan Attar di dalam kamar dan ternyata Attar sudah terlelap.

"Attar sudah tidur, mas?" Haya mendekat.

"Sudah." Jawab Niko sambil melepas baju kemeja nya dan melempar ke sembarang arah.

Haya pun duduk di tepi ranjang sambil mengusap pipi gembul sang anak yang ada di dalam box bayi.

"Jadi anak yang pinter ya sayang, ibu sayang Attar," lirih Haya dan hampir saja menangis jika mengingat ucapan Niko semalam.

"Mas apaan sih!" Lirih Haya, saat tangan kekar Niko meraba-meraba.

"Aku pengen!" Bisik Niko di telinga Haya. Haya awal nya menolak, tapi Niko yang memaksa dan terus memancing akhirnya Haya luluh jua.

Hati Haya menolak tapi otak Haya merespon dan mengingin kan nya.

Sampai lah hubungan suami istri itu terjadi*****

Haya melangkah kan kaki menuju kamar mandi dan menguyur badan nya menggunakan shower.

Berharap kepedihan akan luruh bersama deras nya air yang menguyur tubuh nya. Namun semua itu nihil dan suatu kemustahilan yang nyata.

Lama sekali Haya mengguyur tubuh hingga mulai terasa dingin dan menggigil. Akhirnya Haya keluar dan mengakhiri mandi nya.

Haya melihat ke arah atas ranjang, tampak seorang lelaki tampan, putih dan bertubuh tegap sedang berbaring disana.

Lelaki yang tiga tahun lalu telah mengucap ijab kabul untuk nya.

Lelaki yang teramat Haya cintai, lelaki yang sangat Haya kagumi, dan Haya banggakan.

Sungguh Haya tidak sanggup membayangkan hidup tanpa lelaki yang bergelar seuami tersebut.

Haya kembali mendekati Niko yang sudah terlelap, di usap nya dengan lembut pucuk kepala Niko dengan perasaan yang campur aduk.

"Aku mencintai mu, mas!" Lirih Haya dengan sesegukan.

Niko mengambil tubuh Haya dan memeluk nya, agar Haya mau tidur di dalam dekapan nya, dekapan yang dulu membuat nya nyaman namun saat ini terasa berbeda.

Ada cinta, ada takut dosa, ada khawatir dan ada segala macam hal menjadi satu.

Haya terlelap dalam tidur bersama Niko di samping yang mendekap tubuh nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!