NovelToon NovelToon

Di Balik Cadar Faradiba

Perjodohan

BRAKK ..

"AKU TIDAK MAU MENURUTI PERMINTAAN KONYOL KALIAN!!"

Seruan tersebut merupakan sebuah bantahan dari seorang pria yang tengah makan malam bersama kedua orang tuanya.

"Taka, jaga sikapmu!" sergah pria paruh baya yang duduk di kursi utama meja makan.

"Aku bersikap seperti atas dasar kekonyolan kalian. Kita sudah hidup di jaman modern. Aku berhak menentukan siapa pasangan hidup aku dan kalian tidak berhak menentukan siapa yang akan menemani hidup aku nantinya."

"Vina bukan wanita yang baik, Taka. Papa pernah melihatnya keluar dari hotel bersama dengan laki-laki lain."

"Papa pikir aku akan semudah itu percaya dengan papa? Aku rasa papa perlu periksa mata ke dokter karena aku kira papa sudah mulai rabun dan salah menuduh orang."

"TAKAAA!!" sentak pria paruh baya itu ketika putranya sudah berani kurang ajar terhadap dirinya.

Semenjak berhubungan dengan wanita yang bernama Vina, Taka banyak berubah. Putra mereka lebih tunduk dengan wanita itu di banding dengan mereka orang tuanya.

"Pa, papa tenang, ya. Kita bisa bujuk Taka lagi nanti. Mama yakin suatu hari Taka pasti akan mengetahui siapa Vina yang sebenarnya."

Hartati berusaha menenangkan suaminya yang terbawa emosi akibat sikap putra mereka yang bersikap kasar tadi. Baru kali ini Hartati melihat suaminya semarah ini, mungkin karena sikap Taka yang sudah berlebihan. Ia rasa jika ia harus memberi pengertian juga pada Taka agar tidak mengulangi lagi hal seperti barusan.

Sementara di tempat lain, seorang wanita tengah memakai kembali cadarnya usai melaksakan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu shalat isya. Ia mendengar pintu kamarnya di ketuk.

"Diba .. Ini ibu, nak." ujar seseorang itu.

"Iya, bu. Masuk saja, pintunya tidak di kunci. Diba baru selesai shalat."

Diba mempercepat memakai cadarnya hingga pintu terbuka dan muncul sosok ibunya dari balik pintu dengan seulas senyum.

Setelah menutup kembali pintunya, wanita paruh baya tersebut duduk di tepi ranjang menunggu putrinya yang sedang melipat mukena yang di sematkan ke dalam sajadah.

"Ada apa, bu?" tanya Diba begitu sudah duduk di samping sang ibu.

Isma mengusap bahu putrinya dengan lembut di sertai dengan senyum kecil.

"Jadi, bagaimana? Apa kamu sudah menemukan jawabannya atas permintaan ibu dan ayah?"

"Mmm .." Diba menunduk. Ia berusaha untuk memantapkan diri dan hati dan mencoba untuk ikhlas. "Sudah, bu. Aku ikut apa kata ibu dan ayah saja. Jika itu memang yang terbaik, maka aku ikhlas melakukannya."

"Alhamdulillaah .." ucap Hartati. "Terima kasih atas kelapangan hatimu, nak."

"Iya, ibu."

"Oh iya, tadi bu Hartati sempat mengirim foto anaknya. Ibu sudah lihat. Kamu mau lihat juga?"

Sebenarnya Diba penasaran dengan wajah laki-laki yang ibunya jodohkan dengannya. Hanya saja ia lebih baik tahu langsung saja nanti pada saat sudah sah menikah guna menjaga pandangannya.

"Nanti saja bu kalau Diba sudah sah menjadi istrinya mas Taka. Bagaimanapun wajah calon suami Diba, Diba akan terima. Karena Diba berniat ibadah untuk Allah. Yang penting mas Taka baik. Itu sudah cukup."

"MasyaAllah .. Mulia sekali hatimu, nak. Ibu sangat bersyukur memiliki putri sepertimu."

"Ini semua berkat cara ibu mendidik Diba. Terima kasih, ibu. Diba sayang ibu."

Diba memeluk ibunya dan di balas oleh bu Isma.

"Ibu juga saaaayang putri ibu."

Sebuah kecupan bu Isma daratkan puncak kepala putrinya. Ia berharap jika perjodohan ini akan berjalan dengan baik.

_Bersambung_

Membeli Kucing Dalam Karung

Satu minggu setelah Taka mendengar jika ia akan di jodohkan dengan perempuan yang ia tidak kenal. Ia melihat Vina baru saja keluar dari kafe bersama pria yang usianya jauh lebih tua darinya. Pria yang usianya berkisar empat puluh tahunan itu masuk ke dalam mobil bersama kekasihnya.

"Vina? Dia bersama siapa?"

Taka yang berniat untuk bertemu dengan teman nya di kafe tersebut mengurungkan niat untuk masuk ke dalam kafe itu. Ia memutuskan untuk mengikuti Vina yang berada di dalam mobil bersama pria gendut nan botak.

Meski demikian, Taka masih saja berpikir positif jika pria yang di lihatnya tadi bisa saja om nya Vina. Tapi setahu dirinya, Vina tidak memiliki om di sini. Semua om nya berada di luar negeri.

Setelah membuntuti mobil tersebut, Taka di kejutkan karena mobil tersebut berhenti di sebuah hotel. Dari kejauhan, ia melihat Vina dan pria gendut tadi turun dari mobil. Mereka tampak mesra. Dan yang membuat Taka kini tercengang, ia melihat proa itu tampak mencium bibir Vina saat mereka tengah berjalan memasuki hotel.

Sontak saja Taka mengepalkan kedua tangannya. Karena ternyata pria tersebut bukanlah om nya Vina. Melainkan om-om nya.

"Apa ini yang di maksud oleh papa?" pikirnya mengingat apa yang di katakan oleh papanya malam itu.

Taka jadi merasa bersalah karena pada saat itu ia sampai memaki-maki papanya. Mengatai papanya sudah rabun akan pembelaan dirinya terhadap Vina.

Ia memutuskan untuk pulang dengan membawa perasaan bersalah atas papanya. Ia harus datang menemui papanya guna meminta maaf.

***

Taka bersimpuh di hadapan papanya. Ia tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf atas sikapnya yang kurang ajar.

Sanjaya mengangkat tubuh putranya untuk berdiri sejajar dengannya.

"Sekarang kamu sudah tahu sendiri bukan bagaimana aslinya pacar kamu itu?"

Taka mengangguk. "Iya, pa. Aku minta maaf karena tidak mempercayai papa pada saat itu. Aku justru malah memaki papa dengan kata-kata tidak pantas."

Taka sungguh menyesali perbuatannya.

"Iya, papa maafkan. Tapi dengan satu syarat."

Taka mendongakan kepalanya menatap sang papa. Tanpa papanya memberi tahu, ia sudah tahu jika arah pembicaraan papanya pasti kembali pada perjodohan itu.

"Apa kamu mau menuruti permintaan papa yang sudah pernah papa katakan sebelumnya?"

"Pa, aku-"

"Papa tidak suka akan penolakan. Perempuan yang kamu bilang baik itu kenyataannya sangat buruk. Papa harap kau menerima perjodohan ini, karena papa yakin jika perempuan yang papa dan mama berikan untukmu ini perempuan yang baik. Kamu akan menyesal jika menolak permintaan papa."

Taka menghembuskan napas pelan. Ia tidak suka dengan cara papanya yang menjodohkan dirinya. Ia berhak atas kehidupannya dan ia ingin hidup di atas keputusannya sendiri. Dengan siapa ia akan menikah dan dengan siapa ia akan hidup. Tapi sepertinya ia sudah tidak memiliki pilihan lain selain mencoba untuk menerima perjodohan ini.

"Siapa nama perempuan itu?" tanya Taka kemudian.

Sanjaya dan Hartati saling menatap. Mereka senang karena akhirnya Taka penasaran dengan siapa perempuan yang akan di jodohkan dengannya.

"Faradiba."

"Aku boleh lihat fotonya?"

Hartati mengangguk antusias. Kebetulan ia sudah saling bertukar foto anak mereka sebelumnya. Ia mengambil ponsel di kamar sebelum kemudian menunjukkan foto Diba pada putranya.

Taka mengerutkan keningnya begitu melihat foto perempuan yang akan di jodohkan dengannya.

"Bagaimana aku bisa tahu wajahnya jika dia memakai cadar?"

Hartati tersenyum mendapat pertanyaan putranya.

"Itulah kenapa kita ingin kau menikah dengannya. Sepertinya Faradiba ini perempuan baik-baik dan shalehah."

Taka melenguh. "Ini sama saja membeli kucing dalam karung."

"Tapi jika kucingnya ternyata anggora?"

Taka menatap mamanya begitu wanita paruh baya itu mengumpamakan ucapannya. Ia terdiam untuk beberapa saat sebelum kemudian terlihat senyum yang mengembang di wajah Sanjaya dan Hartati. Dan itu artinya Taka menyetujui perjodohan tersebut.

_Bersambung_

Menikahi Kucing Anggora

"Saya terima nikah dan kawinnya Faradiba Harahap dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." ucap Taka dengan begitu lantang di saksikan oleh semua tamu yang datang ke masjid.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAAAAHHHHH ..." teriak semuanya.

"Alhamdulilaah .."

Sanjaya dan Hartati, Isma dan suaminya yang bernama Surya mengucapkan kata syukur lantaran kini mereka menjadi besan. Kebahagiaan terpancar di wajah mereka.

Kini setelah mereka di nyatakan sah, barulah Diba di bawa masuk untuk menemui suaminya. Sebab mereka tidak sandingkan saat acara ijab kabul. Itu permintaan Diba yang tidak ingin melihat suaminya sebelum mereka sah.

Semua pasang mata tertuju pada pengantin wanita di ambang pintu. Terutama Taka. Pusat perhatian pria itu seketika tersita pada wanita bercadar dengan pakaian pengantin bernuansa putih.

Diba tak henti-hentinya mengucap asma Allah begitu melihat wajah suaminya.

"MasyaAllah .. Sungguh indah ciptaanmu."

Sambil berjalan di antar oleh kedua orang yang mendampinginya di sisi kiri kanan, Diba terus menerus memuji nama Allah atas ketampanan wajah suaminya. Sementara Taka sendiri masih di buat penasaran seperti apa wajah istrinya.

Diba duduk di samping suaminya. Sepasang mata mereka bertemu. Taka hanya bisa melihat kedua manik mata Diba saja. Tapi itu sangat cantik. Bulu mata yang yang lentik tanpa sambungan bulu mata palsu dan manik mata yang sedikit kecoklatan itu memancarkan sebuah kebahagiaan.

Diba menjabat tangan suaminya, lalu mengecup punggung tangan itu cukup lama.

"Assalamu'alaikum, mas."

Suara Diba terdengar sangat lembut. Sehingga Taka merasa terhipnotis oleh kelembutan wanita itu.

"I-iya, Walaikumsalam," jawab Taka gugup.

Semua orang yang ikut hadir ikut bahagia melihat kedua pengantin ini. Bahkan tidak jarang dari mereka yang meminta agar Taka mencium istrinya.

Usai menyematkan cincin di jari manis Diba, Taka menangkup kedua pipi istrinya. Semua sudah tidak sabar ingin menyaksikan momen cium kening yang tidak jarang di lakukan oleh para pengantin usai akad.

Alih-alih Diba yang gugup, justru Taka sendiri yang di buat gemetaran sekarang. Ia merasa tidak layak menyentuh perempuan seperti Diba yang menjaga kehormatannya dan suci ini. Namun sekarang perempuan itu sudah menjadi istrinya.

Cup!

Sebuah kecupan mendarat di kening Diba. Perempuan itu kembali menyerukan asma Allah di dalam hatinya begitu merasakan sebuah nikmat yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.

Semua orang yang menyaksikan bersorak ikut senang. Terutama mama papa Taka, dan ayah ibu Diba. Mereka senang lantaran perjodohan ini berjalan dengan lancar.

Setelah acara akad selesai, Taka kini pulang ke rumah orang tua Diba. Mulai hari ini ia akan tinggal di sana.

"Selamat ya, mama sangat bahagia karena kamu menikah dengan Diba. Mama berharap pernikahan ini merupakan pernikahan yang pertama dan terakhir buat kalian. Semoga bahagia menyertaimu," ucap Hartati.

"Iya, ma."

"Terima kasih, ma," ucap Diba.

"Jaga sikap selama tinggal di rumah mertuamu, ya." pesan Sanjaya di angguki oleh Taka.

"Iya, pa."

"Kalau begitu mama sama papa mau pulang, ya. Kapan-kapan main ke rumah mama."

"Iya, ma. Mama sama papa hati-hati di jalan."

"Iya, sayang."

Hartati memeluk putranya cukup erat. Lalu berpindah memeluk menantunya.

"Titip Taka, ya," bisik Hartati pada Diba.

"Iya, ma. Aku pasti akan menjaga mas Taka."

"Terima kasih, sayang."

Hartati percaya jika Taka akan hidup jauh lebih baik jika bersama Diba. Jika Taka saja mudah terbawa oleh Vina, maka ia yakin jika putranya bisa terbawa ke hal yang lebih baik oleh Diba.

Sanjaya dan Hartati berpamitan pada besan nya, tidak lupa menitipkan Taka dan meminta mereka untuk menegur putranya jika salah.

Setelah semua acara selesai dan kedua orang tua Taka pulang, Diba mengajak suaminya untuk beristirahat di kamar. Kebetulan pria itu sedikit lelah setelah seharian bertemu banyak orang untuk mengucapkan selamat.

Taka menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur dengan kedua mata terpejam. Sementara Diba hendak mengganti pakaian.

Taka memijat pelipisnya, kepalanya sedikit pening. Ia membuka matanya dan mendapati pemandangan yang cukup membuatnya terkejut.

"Huaaa .."

Taka terperanjat bahkan hampir loncat dari tempat tidur. Diba yang hanya menggunakan sebatas brraa dan cellana dallam menoleh.

"Ada apa, mas?" tanya Diba tidak menyadari jika dirinya kini tengah tellanjang di depan suaminya, dan ia rasa itu hal yang wajar.

Berbeda sekali dengan yang di rasakan oleh Taka, perempuan yang sebelumnya ia lihat tertutup semuanya kini terbuka semuanya.

Taka sampai menelan salivanya dengan susah payah. Sekujur tubuhnya menegang melihat kecantikan wajah dan kemolekan tubuh Diba saat ini.

"Kucing itu ternyata anggora."

_Bersambung_

...🗣️Pengumuman...

...Halo .. Ini novel baru Wind Rahma dengan genre religi. Di adakan event singkat di novel ini, aku akan memilih tiga komentar terbaik dan akan mendapatkan pulsa masing-masing sebesar sepuluh ribu rupiah. Pemenang akan di umumkan di akhir bulan. Jadi tinggalkan komentar terbaik kalian. Jangan lupa like, tekan love, hadiah poin dan koin, dan tonton iklan yang ada di kolom hadiah untuk mendukung Wind Rahma❣️...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!