Sebuah mobil sport melaju dengan kencang di jalan yang tampak ramai. Di dalam mobil itu ada seorang pria yang sedang mengemudi dengan sangat serius. Dia adalah Excel Alvenlino Martin, seorang dosen dari sebuah kampus ternama di kota New York.
Sejak kejadian pilu yang terjadi beberapa tahun silam membuat Excel menjadi sosok yang dingin dan pendiam. Dia tumbuh dewasa dengan menyamarkan namanya, hingga dirinya menjadi sosok orang lain.
"Sayang, kamu dimana? Kepalaku sangat pusing sekali," racau seorang wanita yang ada di samping Excel.
Excel menoleh wanita itu dengan tatapan matanya yang tajam. "Bersabarlah, sebentar lagi kita akan sampai di hotel. Aku akan memuaskanmu malam ini, Baby!" ucap Excel dengan suara penuh gairah.
Wanita itu adalah kekasih Excel. Dia memacarinya karena status wanita itu adalah anak dari seseorang yang sangat dibencinya. Excel sengaja menyembunyikan identitasnya hanya untuk membalaskan dendam sang ibu yang meninggal 18 tahun silam. Excel ingin menghancurkan seseorang yang telah merebut kebahagiaannya.
Beberapa menit kemudian, Excel sampai juga di sebuah hotel. Dia segera turun dan membawa sang kekasih masuk ke dalam. Sebelumnya Excel telah memesan sebuah kamar, jadi dia tidak perlu reservasi lagi.
Excel menggendong tubuh kekasihnya itu hingga masuk ke dalam kamar. Sesampainya di sana, Excel langsung membaringkan sang kekasih di atas ranjang. Wanita itu semakin menggila karena mabuk dan juga efek dari obat perangsang.
"Eldric, kamu dimana? Kemarilah, tubuhku panas sekali," ucap wanita itu.
Wanita itu memanggil Excel dengan nama Eldric. Excel mengubah namanya sendiri untuk menyamarkan identitasnya.
Excel membiarkan kekasihnya itu meracau. Setelah itu dia langsung menghubungi seseorang untuk datang ke kamarnya. Beberapa saat kemudian, masuklah dua orang pria bertubuh kekar. Mereka adalah orang sewaan Excel.
"Lakukan tugas kalian buat dia merasakan sensasi yang luar biasa. Kalau dia mulai sadar, buatlah kembali mabuk. Agar dia lebih menggila lagi dengan kalian," ucap Excel pada kedua pria itu.
"Baik, Bos. Akan kami lakukan dengan baik," jawab kedua pria itu.
"Bagus, aku tinggal dulu. Ingat jangan sampai dia tahu siapa kalian!" Excel mengingatkan lagi. Setelah itu dia pergi dari kamar hotel tersebut.
Excel memanfaatkan kekasihnya itu untuk membalas dendam masa kecilnya. Jadi dia ingin membuat hancur orang itu sehancur-hancurnya. Sesampainya di luar, Excel segera pulang ke apartemennya karena besok ada kelas pagi.
Di dalam kamar hotel, wanita yang bernama Renata itu dihajar habis-habisan oleh pria yang tak dikenalnya. Kedua pria itu sangat puas menggagahi Renata yang tidak tahu apa-apa.
Renata sangat mencintai Excel, sehingga dia mempercayakan seluruh hidupnya kepada pria pujaan hatinya itu.
Setengah jam berlalu, Excel sampai juga di apartemennya. Dia langsung naik ke atas untuk menuju ke rumahnya. Sejak ditinggal pergi oleh ibunya, Excel tidak pernah kembali ke Italia. Jadi bertahun-tahun dia berpisah dengan sang adik dan juga ayahnya.
Excel belum bisa memaafkan apa yang terjadi pada dirinya, karena memang kematian sang ibu terasa mengganjal dibenaknya. Sesampainya di dalam, Excel segera membersihkan badan dan bersiap untuk tidur.
Keesokan harinya.
Handphone Excel berbunyi, namun dia sedang ada di kamar mandi. Tak lama kemudian, Excel keluar dan melihat handphonenya menyala. Excel segera mengangkat panggilan itu.
"Morning Baby? Kamu sudah bangun, maaf aku meninggalkan kamar sebelum kamu bangun. Aku tidak tega membangunkannya," ucap Excel berbohong.
[ Seharusnya kamu bangunkan aku, Sayang. Aku ingin melihat wajahmu di saat aku membuka mata. ] ucap Renata di seberang sana.
"Iya Maaf, lain kali kalau tidak ada kebutuhan mendesak aku akan membangunkanmu sebelum pergi. Sekarang aku sudah bersiap untuk pergi ke kampus. Kamu segera lah bersih-bersih, segarkan badanmu." Excel terus berbicara secara lembut dan penuh perhatian, karena hal inilah Renata tidak mengetahui kalau dirinya sedang ditipu.
[Baiklah, aku sangat puas sekali dengan permainanmu semalam, Sayang. Kamu tidak terkalahkan.]
"Iya, aku akan selalu memberikan yang terbaik untukmu. Sudah ya, nanti aku bisa telat. I love you, Baby!"
[Love you too.]
Excel menutup panggilan itu dengan penuh kebencian. Dia sangat ingin membuat keluarga Renata terpuruk.
Selesai menelepon, Excel langsung pergi ke kampus. Pagi ini dia ada kelas dan harus segera berangkat. Dia pun keluar menuju ke basemant untuk mengambil mobilnya.
Sesampainya di bawah, Excel langsung masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan sedang. Pandangan mata Excel fokus ke depan. Dalam mode seperti ini, Excel masih harus berpikir untuk bisa melangkah lagi lebih jauh ke dalam keluarga Renata.
Ketika asik melamun, tak sengaja mobil Excel menabrak seseorang. Tentu saja hal itu membuatnya panik. Dia segera keluar dari mobil dan melihat keadaan seseorang yang ditabraknya.
Seorang gadis terduduk di tengah jalan dengan memegangi kakinya yang lecet karena jatuh. Excel berjongkok untuk menolong gadis tersebut.
"Apa kamu tidak apa-apa? Maaf jika kamu terluka, aku akan membawamu ke rumah sakit," ucap Excel pada gadis tersebut.
"Ck, tidak usah. Aku sudah terburu-buru. Gara-gara kamu aku bisa telat," ucap gadis itu. Ia menolak bantuan Excel, kemudian gadis itu segera berdiri dan meninggalkan Excel yang masih berjongkok keheranan.
"Gadis aneh," gumam Excel. Setelah itu di masuk kembali ke dalam mobilnya. Excel kembali melajukan mobilnya, jarak kampus semakin dekat.
Beberapa menit kemudian, Excel sampai juga di kampus. Dia keluar dan berjalan menuju ke ruangan di dosen untuk mengambil beberapa materi pembelajaran. Setelah itu dia keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ke kelas.
Excel berjalan dengan santai sembari membuka pesan yang ada di ponselnya. Tiba-tiba saja dari ada seseorang yang menabur dari belakang.
BRUUKK!
Buku serta handphone Excel jatuh berserakan di lantai. Orang itu pun berhenti dan membalikkan badan untuk menolong Excel mengambil barang-barangnya yang berantai.
"Sorry, sorry, aku tidak sengaja karena terburu-buru. Ini buku dan handphonemu," ucap orang itu tanpa memerhatikan siapa lawan bicaranya.
Excel melihat saksama orang yang baru saja menabraknya itu. "Kamu, bukannya orang yang aku tabrak tadi," seru Excel dengan jari yang menunjuk ke arah gadis itu
Gadis itu langsung mendongakkan kepalanya. Dia melihat seseorang berawajah tampan sedang ada di depannya.
"Jadi kamu yang naik mobil secara arogan tadi? Benar-benar sial aku pagi ini bertemu denganmu lagi," keluh gadis itu. Setelah memberikan barang, gadis itu segera masuk ke dalam kelas, dengan kaki sedikit pincang.
Excel menghela nafas. "Apakah seperti itu mencerminkan sikap seorang gadis? Mengingatkan ku pada seseorang saja. Entah kenapa tiba-tiba aku merindukannya si adik jelek itu," gumam Excel dalam hati. Setelah itu dia masuk ke dalam kelas untuk mengajar.
"Hacciiiuuw." Seorang gadis bersin ketika keluar dari kamarnya.
"Sial, hidung ini pakai bersin-bersin lagi! Siapa yang berani membicarakan ku? Nanti kalau Daddy lihat gimana?" gerutu Evelyn, dia sedang berjalan mengendap-endap dengan menggendong sebuah tas ransel yang sangat besar.
Evelyn menoleh ke kanan dan ke kiri melihat situasi rumah yang sepi. "Sepertinya, kondisinya sangat aman. Aku bisa langsung pergi karena Daddy sudah tidak ada di rumah," ucap Evelyn dalam hati.
Gadis itu berjalan sangat hati-hati sekali. Evelyn ingin pergi traveling ke Afrika Selatan. Dia sudah meminta izin kepada sang ayah. Namun, tak di kabulkan. Jadi Evelyn nekat untuk pergi sendiri tanpa izin terlebih dulu. Lebih tepatnya kabur dari rumah.
Evelyn sudah sampai di pintu depan. Dia membuka pintu secara perlahan, namun betapa terkejutnya dia ketika melihat sang ayah berdiri tepat dihadapannya. "Daddy," seru Evelyn dengan mata melotot.
"Mau pergi kemana kamu, Honey?" tegur sang ayah dengan wajah datar.
"Emm, itu Dad ... a-aku." Evelyn tergagap seketika. Dia bingung ingin menjelaskan apa kepada ayahnya.
Sang ayah tersenyum tipis. "Kembali ke kamar atau Daddy akan menghukum mu," ucap sang ayah dengan sangat pelan.
"No, Dad. Aku ingin pergi ke Afrika, please! Daddy izinkan aku pergi. Dad ...." Evelyn merengek memohon pada ayahnya.
"No, Evelyn! Sekali Daddy bilang tidak tetap tidak. Sekarang kembali ke kamarmu atau Daddy akan mengurungmu.
Evelyn berdiri dengan menghentakkan kedua kakinya di lantai. "Daddy menyebalkan. Daddy tidak menyayangiku. Aku kesal dengan Daddy, kesal, kesal, kesal," teriak Evelyn. Dia berlari dan masuk ke dalam kamarnya.
Reigner menarik nafas dalam, semenjak kepergian Rebecca yang sudah 18 tahun berlalu itu membuat Evelyn menjadi gadis yang sangat keras kepala. Bahkan sampai saat ini Reigner belum bisa melupakan belahan jiwanya itu. Dia memutuskan untuk hidup sendiri bersama putrinya tanpa memikirkan tentang pasangan hidup.
Di dalam kamar, Evelyn membanting diri di kasur. Dia sangat kesal sekali karena sang ayah telah menggagalkan rencananya. "Aku tidak bisa begini, aku akan tetap pergi. Ya, aku harus tetap pergi. Nanti malam aku akan kabur dari rumah," gumam Evelyn dalam hati.
Evelyn memikirkan cara agar bisa kabur dari rumah. Tiba-tiba sang ayah mengetuk pintu kamarnya. ""Evelyn, sampai kapan kamu akan mendiami Daddy seperti ini? Apa kamu sudah tidak mau mendengarkan nasihat, Daddy? Ya terserah kamu saja, hari ini Daddy ada pertemuan dengan teman lama. Sepertinya ia mempunyai seorang putra yang sudah cukup dewasa dan kelihatan cocok sekali denganmu," ucap sang ayah.
Evelyn tetap diam dan tidak menanggapi ucapan ayahnya. Dia menghentak-hentakan kakinya di lantai dengan perasaan kesal. "Daddy, kamu sangat menyebalkan sekali," seru Evelyn berguling-guling diatas kasur.
"Aku harus meminta bantuan Grandma. Hanya dia yang bisa membantuku," gumam Evelyn.
Sejak ditinggal pergi oleh ibunya beberapa tahun silam, membuat hidup Evelyn menjadi tidak berwarna. Dia selalu membuang rasa bosannya dengan kuas dan kanvas. Melukis adalah salah satu cara untuk menghilangkan kesedihan dan rasa rindu yang mendalam.
Dia tidak ingin terpuruk seperti sang ayah. Evelyn juga tidak ingin menjadi pendendam seperti kakaknya. Jadi dia harus menjadi dirinya sendiri.
Lama terdiam Evelyn mempunyai ide. Dia mengambil tali karmantel panjang dari dalam tasnya. Dia keluar menuju ke balkon dan mengaitkan tali tersebut di teralis. Setelah itu, Evelyn masuk ke dalam untuk mengambil tas untuk dilemparkannya ke bawah.
Evelyn mengaitkan kedua tali ke tubuhnya. Setelah itu dia mulai bersiap untuk melompati tralis. "Oke, semuanya telah siap. Maafkan aku Daddy, aku sangat ingin sekali pergi ke sana," gumam Evelyn, dia melangkahkan kakinya. Namun, suara sang nenek menghentikan aksinya.
"Evelyn, mau kemana kamu Sayang?" seru sang nenek terkejut.
"Grandma, a-aku." Evelyn kembali masuk ke balkon. Dia tidak jadi melompat.
Sang nenek menghampiri Evelyn untuk meminta penjelasan. "Apa yang membuatmu nekat seperti ini, Evelyn?" tanya sang Nenek.
"Grandma, come on. Bantulah cucu kesayanganmu ini, Evelyn sayang Grandma," ucap Evelyn merayu neneknya.
"Bukankah Daddymu tidak mengizinkan untuk pergi, lalu kenapa kamu nekat sekali, Evelyn."
"Ssstt, Grandma jangan keras-keras bicaranya. Aku mohon sekali saja. Grandma, please!" ucap Evelyn memohon.
Sang nenek menghela nafas dalam. "Kamu tahu resiko apa yang Grandma ambil, setelah Daddy mu tahu kalau kamu memaksakan untuk pergi?"
"Aku tahu, Grandma. Tapi aku sangat ingin sekali," ucap Evelyn terus berusaha.
Sang nenek paling tidak tega jika melihat Evelyn bersedih. "Kamu ini selalu tahu kelemahan, Grandma! Andaikan kakakmu ada di sini, mungkin grandma tidak akan kesepian kalau kamu sedang pergi," ucap Teresa dengan nada sedih.
Evelyn memeluk neneknya. "Grandma sabar ya, aku yakin Kak Excel pasti akan kembali. Aku akan terus berusaha untuk menyadarkan kembali si keras kepala itu," balas Evelyn menghibur neneknya.
Sang nenek menarik nafas panjang dan menjawab, "Baiklah, Grandma percaya sama kamu. Bagaimana keuangan mu selama pergi? Cukup atau tidak untuk satu bulan ke depan?"
"Lebih dari cukup, Grandma. Kalau kurang nanti aku akan menghubungi, Grandma lagi," balas Evelyn penuh dengan semangat.
"Oke, sekarang pergilah! Biarkan Grandma yang menanggung kemarahan, Daddy mu," ucap sang nenek pasrah.
Evelyn tersenyum dan mencium pipi neneknya. "Terima kasih, Grandma pokoknya the best."
"Setelah sampai cepat kabari Grandma ya. Jangan sampai lupa!" seru Sang Nenek.
"Okay, Grandma. Sampai sana nanti aku akan segera menghubungi Grandma," balas Evelyn. Setelah itu, dia turun menggunakan tali yang sudah disiapkan tadi. Dia harus segera berangkat menuju ke bandara. Perjalanan dari Italia ke Afrika Selatan di tempuh kurang lebih 14 jam.
Evelyn sangat hobi ke luar negeri hanya untuk melukis saja. Dia menghabiskan masa mudanya untuk berkeliling dunia, seperti yang di cita-citakan semasa kecil dulu. Meski sering sekali mendapatkan tentangan dari ayahnya , tak mengendurkan semangatnya untuk pergi.
Evelyn ke bandara dengan naik taksi. Setengah perjalanan, Evelyn sampai juga di bandara. Dia langsung melakukan check in dan mendapatkan boarding pass. Setelah itu, dia masuk ke dalam untuk menunggu penerbangan.
Sembari menunggu, Evelyn search tempat-tempat di Afrika melalui internet. Satu tempat favoritnya adalah Padang Savana. Dia akan mengabadikan keindahan alam di sana. Sungguh Evelyn sudah sangat tidak sabar untuk cepat sampai.
"Senangnya, kali ini perjalananku akan menyenangkan. Daddy, maafkan putrimu yang manis ini ya! Aku tidak menurut pada Daddy, karena sudah mendapatkan izin dari Grandma. Maaf juga untuk kali ini handphone-ku harus ganti, karena aku tidak mau Daddy mengganggu momen ku."
Evelyn mematikan handphonenya dan mengeluarkan satu handphone terbaru dari ransel. Beberapa menit kemudian panggilan pesawat akan take off terdengar. Evelyn berdiri dan langsung mengantri untuk masuk ke dalam pesawat.
Sesampainya di dalam pesawat Evelyn duduk di bagian bussiness class. Dia ingin menikmati perjalanannya dengan nyaman dan perjalanan panjang pun dimulai. Evelyn bahkan tidak memikirkan tentang bahaya ketika sampai di Afrika nanti. Dia sangat percaya diri kalau dirinya pasti akan baik-baik saja.
Excel masuk ke dalam kelasnya. "Good Morning everybody," sapa Excel pada mahasiswanya.
"Good Morning, Prof," sahut semua mahasiswa.
Ada satu mahasiswi yang sedang terkejut melihat Excel yang berdiri di depan kelas. "What? Dia dosen di kelas ini," ucap gadis itu pelan, namun terdengar oleh yang lain.
Dia adalah Alexa Velozandra seorang gadis yang masih berusia 20 tahun. Duduk di bangku kuliah jurusan kedokteran. Dia ingin bekerja membantu masyarakat ketika lulus nanti.
Alexa berasal dari Nevada, dia bisa kuliah karena mendapatkan beasiswa dari Kampus ternama di kota New York. Dia adalah mahasiswa pindahan dari kota Nevada.
"Kamu, apa ada masalah melihat ku berdiri di sini?" tanya Excel pada Alexa.
Alexa terkesiap. "Oh, em. Tidak ada, maafkan saya, Prof."
"Baiklah kalau begitu kita mulai pelajarannya. Di mulai halaman pertama dan semua harus mengikuti," ucap Excel dengan wajah serius.
Excel menerangkan dan memberikan tugas pertama kepada mahasiswa yang baru maupun pindahan. Alexa mengikuti pelajaran dengan serius. Bahkan dia bisa menjawab pertanyaan dari sang dosen.
Alexa menyimak dan mencatat semua materi yang penting. Dia belajar dengan sangat serius karena ingin cepat lulus dan mendapat nilai yang bagus. Satu jam kemudian materi pun selesai. Semua mahasiswa menyimpan kembali bukunya.
Tiba-tiba saja Alexa ditunjuk oleh sang dosen. "Kamu, kumpulkan semua tugas dan bawa ke ruangan saya sekarang," ucap Dosen itu tanpa menoleh dan dia hanya menunjuk sekali saja hingga membuat Alexa bingung.
"Apa-apaan ini? main tunjuk tapi jarinya tidak lurus menunjuk ke arahku. Untung aku sempat lihat, kalau tidak bisa malu aku, " gumam Alexa dalam hati. Dia berjalan berkeliling mengambil semua tugas. Setelah semua terkumpul, Alexa segera mengikuti Excel ke ruangan dosen.
Sesampainya di sana, Alexa mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan. "Prof, ini tugasnya tadi," ucap Alexa meletakkan kumpulan tugas itu di meja.
"Lain kali jangan pernah menggerutu di belakangku. Kalau tidak, nilaimu akan kupotong," ucap Excel tanpa melihat ke arah Alexa.
Alexa terkejut, mulutnya menganga tak percaya. "Maaf Prof, tapi saya tidak menggeru ...."
"Keluar, penjelasanmu tidak aku butuhkan di sini. Kamu harus keluar satu menit dari sekarang. Kalau tidak maka nilaimu akan kupotong sekarang ."
Alexa segera menutup mulutnya dan segera keluar dari ruangan itu. Setelah di luar, dia mengumpat kasar. "Apa dia gila? Kenapa bisa ada orang tanpa ekspresi seperti itu. Lalu ruangan itu, kenapa bisa sedingin itu? Apa dia adalah manusia kutub yang tersesat di bumi? Atau dia alien yang sedang menyamar. S!Al sekali pagi ini, bertemu dengan orang-orang abnormal."
"Siapa yang kamu sebut Abnormal?Tidak boleh mengumpat seseorang dari belakang. Mengerti!" Excel menatap mahasiswinya itu dengan tatapan tajam.
Alexa yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa mengepalkan kedua tangannya lalu pergi dari hadapan dosen itu dengan penuh kekesalan. Gadis itu terus menggerutu setiap langkahnya.
Setelah melihat mahasiswinya pergi, Excel juga ikut beranjak dari kampus. Dia ingin bertemu dengan klien bisnisnya. Excel berjalan menuju ke mobil dan segera melajukannya menuju ke restoran.
Pertemuan kali ini, Excel datang sendiri tanpa sang asisten. Tujuan bisnisnya adalah untuk menjalin kerjasama dengan seseorang yang mempunyai kekuatan bisnis yang kuat.
Dalam setengah jam, Excel sampai di sebuah restoran. Dia berjanji bertemu klien di restoran itu. Excel keluar dan berjalan menuju ke lokasi. Sesampainya di sana, Excel langsung masuk dan ternyata dia sudah di tunggu oleh seseorang.
"Selamat siang Mr. Lucas, apakah saya terlambat datang?" tanya Excel dengan ramah.
"Oh tidak Prof. Eldric. Saya juga baru sampai di sini," jawab Klien.
Setelah itu, Excel membahas bisnisnya dengan sangat serius sekali.Saat ini Excel sedang menangani berbagai bidang bisnis yaitu Fashion dan juga saham. Namun, di kerjasamanya kali ini. Excel menargetkan seseorang untuk menjadi sasaran utamanya.
Setelah hampir setengah jam berdiskusi, Excel mengakhiri pertemuan dengan kliennya. Dia berjabat tangan bersama kliennya tanda kesepakatan di antara mereka.
"Terima kasih, atas kerja samanya Mr.Lucas. Saya sangat senang bisa berbisnis dengan anda," ucap Excel pada CEO Lucas Group Internasional.
"Sama-sama, prof. Eldric. Saya juga senang bekerja sama dengan orang jenius seperti anda ini," sahut Mr.Lucas dengan penuh keramahan.
"Kalau begitu saya permisi dulu, kapan-kapannya kita bertemu kembali," sambungnya.
Excel tersenyum ramah. "Baiklah, Mr. Semua bisa dijadwalkan nanti."
Setelah itu, Mr. Lucas pun pergi. Dia akan kembali terbang ke negara asalnya. Tak lama kemudian, handphonenya berdering. Panggilan dari Renata lah yang masuk. Excel mengangkat panggilan telepon itu.
"Hallo baby! Ada apa?" sapa Excel berpura-pura.
"Sayang, bisakah kamu pergi ke rumah sakit sekarang. Daddy kambuh lagi, kamu cepat datang ya," rengek Renata dengan suara manja.
"Baiklah aku segera ke sana. Kamu tunggu sebentar ya." Excel menutup teleponnya dan segera pergi ke rumah sakit. Dia sangat bersemangat sekali. Hanya dalam waktu 20 menit, Excel sampai, diaa turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam.
Setelah itu dia menuju ke lantai 12 dan bersiap untuk memeriksa pasien kesayangannya. Sesampainya di atas, Excel berjalan menuju ke sebuah ruangan. Dia masuk dan langsung memberikan salam pada pasiennya.
"Selamat sore, Paman! Bagaimana kondisimu?" tanya Excel pada seorang pria paruh baya.
Mereka menoleh ke arah Excel dan ada seorang wanita langsung memeluknya senang. "Sayang, kamu datang juga. Baru semalam kita bertemu, tapi aku sudah sangat merindukanmu," ucap Renata.
Excel melepaskan pelukan itu. "Malam ini kita bersenang-senang lagi. Bagaimana?" ucap Excel dengan bibir tersenyum.
Renata tersipu malu. "Baiklah, aku bersedia. Setiap hari pun tidak masalah," bisik Renata di dekat telinga Excel.
"Kalau begitu biar aku memeriksa paman dulu. Tunggulah sebentar."
Setelah itu, Excel mendekati seorang pria paruh baya yang sedang berbaring di atas ranjang itu. "Halo Paman, bagaimana keadaanmu? Bukannya kemarin anda bilang sudah sehat, Paman?"
"Iya, sangat sehat! Tapi semalam tenggorokan ini seperti tercekik dan aku tidak bisa bernafas dengan lancar. Obat yang kamu berikan sudah habis, Eldric. Jadi periksalah aku kembali dan berikan aku obat itu lagi," ucap pria itu dengan penuh harap.
Excel tersenyum sinis, rencananya berjalan sempurna. Tiba-tiba dari luar ada yang mengetuk pintu. Tak lama kemudian, orang itu pun masuk dan memberikan laporan pada pria tersebut.
"Tuan Mario, perusahaan Lucas Group Internasional telah membatalkan kerja samanya dengan kita. Mereka melakukannya secara sepihak," ucap Asisten itu dengan penuh kebingungan.
Excel semakin tersenyum senang, dia mendapatkan jakpotnya. Excel melancarkan rencana balas dendam dengan Mario. Setelah lulus sekolah kedokteran, Excel langsung berkecimpung di rumah sakit. Dia menargetkan Mario sebagai pasiennya. Bahkan dia menyamarkan namanya sebagai "Eldric".
Excel juga memanfaatkan ketampanannya untuk menarik perhatian Renata putri semata wayang Mario. Dia sudah berhasil membuat wanita itu jatuh cinta terhadapnya. Excel ingin menghancurkan Mario secara perlahan-lahan.
"Hei, dasar bodoh! Seharusnya kamu tidak membahasnya di sini. Tunggu kita pulang ke rumah. Dasar asisten bodoh!" umpat Renata dengan kasar.
Excel memainkan perannya, dia mendekati Renata dan memberikan perhatian kecil untuknya. "Baby, jangan buang tenagamu untuk marah-marah. Serahkan semuanya padaku," ucap Excel, sangat mendominasi. Setelah itu, Excel memeriksa Mario yang terbaring lemah di ranjang.
Tak lama kemudian, Excel telah memeriksa kesehatan Mario. Dia kembali memberikan obat yang menjadi senjata utamanya untuk melumpuhkan Mario.
"Sudah selesai, Paman! Perbanyak istirahat dan jangan terlalu banyak berpikir. Urusan perusahaan serahkan saja pada Renata. Aku yakin Renata pasti bisa menjalankannya," ucap Excel memuji Renata. Hal itu dilakukannya hanya untuk membuat wanita itu bangga.
Renata tersenyum senang mendapat pujian dari Excel. "Aku akan melakukannya dengan baik tanpa kesalahan."
Mario mengangguk-angguk." Ya sepertinya memang aku harus segera mundur dari dunia bisnis, Sayang. Daddy percayakan perusahaan padamu."
"Siap, Dad! Aku akan menjalankannya dengan baik," sahut Renata dengan memeluk sang ayah.
Excel tersenyum penuh arti. "Masuklah kalian dalam permainanku. Aku tidak akan membiarkan kalian berbahagia. Kalian harus merasakan penderitaan ku selama ini," gumam Excel dalam hati. Hatinya dipenuhi dendam yang membara.
Di Tempat Lain.
Sepulang dari kuliah, Alexa langsung pulang ke apartemennya. Rumah kecil yang disewanya itu sangat mahal. Jadi dia harus bekerja agar bisa membayar uang sewa tepat waktu.
Setelah meletakkan tasnya dan berganti baju, Alexa keluar dari rumah. Dia ingin mencari pekerjaan. "Harus mencari kerja dimana? Aku akan mencari di kafe sekitar sini," gumamnya pelan, Alexa berjalan menyusuri trotoar jalan.
Alexa pergi menuju ke kafe-kafe yang menurutnya ramai pengunjung. Dia melamar pekerjaan tidak menggunakan surat lamaran. Alexa hanya mengandalkan kecantikannya untuk menarik perhatian orang.
Hal ini sudah dia lakukan ketika di Nevada. Alexa sering bekerja paruh waktu di kafe-kafe pusat kota. Hanya itu keahlian yang bisa dilakukannya sebelum mendapatkan sertifikat kelulusan.
Alexa keluar masuk kafe namun penampilannya tidak cukup memenuhi kriteria orang yang dicari. "Sial! Harus mencari kemana lagi aku? Apakah aku harus masuk club malam? Aku sudah berjanji pada Mommy untuk tidak lagi bekerja di tempat seperti itu," ucap Alexa lelah.
Gadis itu termenung sejenak, setelah itu dia memantapkan diri dan segera pergi menuju ke sebuah club malam. "Mom, maafkan aku yang tidak menepati janji. Aku terpaksa melakukan ini Mom," ucap Alexa bergegas pergi.
Setelah itu dia menuju ke sebuah club malam yang terkenal di New York. Alexa masuk ke dalam club dan segera mendaftarkan diri. Untung saja ada lowongan untuknya. Dia sangat senang sekali dan segera bersiap untuk bekerja.
Alexa berganti baju di loker, dia harus bekerja sampai jam 11 malam nanti. Tugasnya adalah melayani minum pada tamu yang datang.
"Hei apa kamu baru di sini?" tanya salah satu gadis yang juga sedang bekerja.
Alexa tersenyum ramah. "Ya baru beberapa menit diterima," jawab Alexa.
"Kalau begitu mari bekerja, kamu harus waspada di sini terlalu berbahaya," bisik gadis itu pada Alexa.
Alexa menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis. Setelah itu dia keluar dan memulai pekerjaannya. Suasana di luar sangat bising sekali. Suara musik terdengr sangat keras memekakkan telinga.
Gadis itu mulai menjajakan minuman ke seluruh pengunjung. Tak lama kemudian, Alexa di panggil oleh seorang pria yang ingin ditemani minum.
"Hei, cantik! Come on, duduklah di sini dan temani aku minum."
Alexa menoleh, lalu dia berjalan mendekati pria tersebut. Dia duduk dan segera menuangkan red wine ke gelas yang ada di depannya. Alexa terus melayani pengunjung satu hingga pengunjung lainnya. Banyak sekali yang memberinya tip karena memang sifat Alexa yang ramah dan mudah berbaur.
Kegiatan itu berlangsung hingga jam 10 malam. Excel turun dari mobil sportnya dengan menggandeng tangan Renata. Wanita itu pun bergelayut manja di lengan kekar Excel.
"Eldric, kenapa kamu membawaku ke sini. Bukankah kita akan bersenang-senang?" ucap Renata dengan nada kecewa.
"Baby, sebelum kita bersenang-senang aku mau minum dulu. Supaya aku bisa mempunyai kekuatan lebih untuk menghangatkanmu," sahut Excel hingga membuat Renata tersipu.
Renata mengeratkan gandengannya, dia sangat senang sekali. "Baiklah aku akan menemanimu dulu, Sayang!"
Sesampainya di dalam, Excel langsung memesan ruangan VIP agar tidak terganggu oleh pengunjung lainnya. Dia langsung mendapatkan pelayanan khusus karena memang, Excel sudah berlangganan di club tersebut.
"Ini aku tuangkan minuman segar, minumlah sampai habis ya! Aku ingin kamu tampil hot malam ini," bisik Excel pada Renata.
"Sayang, aku semakin jatuh cinta padamu. Malamku selalu berg4irah setiap bersamamu. Kamu bisa membuatku gila, seperti cacing kepanasan," ucap Renata dengan bangganya.
Excel hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Renata. Dia terus menuangkan minuman hingga membuat Renata mabuk.
"Eldric kepalaku pusing, aku ingin kamu Sayang."
"Tunggu sebentar, minumlah segelas lagi agar kamu tidak mudah kalah. Aku tidak ingin kamu kalah dalam permainan malam ini," ucap Excel dengan memberikan minuman pada Renata. Dia membubuhkan obat per4ngsang pada minuman itu.
Renata meminum habis minuman itu. Beberapa menit kemudian, tubuhnya mulai merasakan sesuatu. Dia menggeliat dengan er0tis.
Excel langsung menjauh, dia menelepon seseorang. Beberapa saat kemudian, masuklah dua orang pria bertubuh besar dan kekar masuk ke dalam ruangan tersebut. Pria berkulit hitam itu adalah orang langganan Excel untuk memuaskan Renata.
"Bawa wanita ini ke hotel biasa, dan lakukan tugas kalian," ucap Excel memberi perintah.
"Baik Tuan, dengan senang hati kami menjalankan tugas," jawab kedua pria tersebut.
Kedua pria itu langsung mengangkat tubuh Renata dan dibawanya keluar dari ruangan itu. Excel tersenyum penuh kemenangan, karena berhasil membodohi Renata selama ini.
"Renata, aku akan terus melakukan itu sampai dirimu hancur." Excel meminum segelas red wine yang ada di tangannya. Setelah itu dia keluar dari ruangan itu untuk pulang.
Sesampainya di luar, Excel di kejutkan oleh seorang gadis yang sedang menari-nari dengan di kelilingi beberapa pria. Bahkan salah satu pria itu berani berbuat kurang ajar.
"Ayo, manis. Ikut aku, kita bersenang-senang malam ini,"ucap pria itu.
"No, stop! Don't touch me! Aku tidak mengenalmu bodoh!" umpat Alexa, dia masih dalam keadaan sadar.
Pria itu terus menarik paksa Alexa. Gadis itu mencoba memberontak, namun tenaganya tak cukup kuat. Excel langsung menghampiri Alexa yang sedang ditarik paksa oleh pria asing itu.
"Lepaskan, dia kekasihku," ucap Excel dengan menarik Alexa ke dalam pelukannya.
Pria itu pun segera menjauh, Alexa terus meracau tidak mau diam. Dia mendorong mundur Excel dan mengumpatnya. "Dasar pria brengsek! Beraninya, kamu memelukku," seru Alexa dengan tubuh meliuk-liuk.
Excel menatap aneh Alexa yang sedang mengumpatnya. Gadis itu pun melanjutkan bergoyang dengan mengikuti alunan musik. Tak sengaja ada seseorang yang menyenggolnya dan hampir terjatuh.
Alexa berpegangan pada jas Excel. Dia tertawa dengan sangat riang. "Huh, hampir saja terjatuh. Untung ada tembok di sini," ucap Alexa dengan mendongakkan kepalanya.
Gadis itu menatap wajah Excel yang diam tanpa ekspresi. Dia menyentuh pipi dan juga hidung Excel yang mancung. "Oh tidak, ternyata bukan tembok. Tapi, pria yang sangat tampan. Kenapa bisa ada pria tampan disini? Apa aku sedang bermimpi?"
Alexa tergelak keras dan terus berbicara sendiri. Hal itu membuat Excel gemas, dengan sekali gerakan kini Alexa telah berada dalam gendongan. Excel keluar dari club tersebut dengan membawa Alexa menuju ke mobil.
Sesampainya di luar, Excel segera masuk ke dalam mobil dengan mendudukkan Alexa di sampingnya. Kemudian Excel membawa gadis itu pulang ke apartemennya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!