Elvira gadis yang memiliki segalanya, namun dalam waktu singkat semuanya hilang begitu saja dalam kehidupan nya.
"Sayang maafin mamah sama papah belom bisa jadi orang tua yang baik buat kamu, i love you sayang, pahhhhhh awass" teriak Hena di dalam telefon.
"Akhhhhhhhh" teriakan mereka berdua bersamaan dengan mobil yang melaju hebat masuk kedalam jurang yang cukup curam.
"Mahhh pahhhh,, hikss hikssss" ucap Elvira mendengarkan teriakan kedua orang tuanya.
Setelah kejadian Kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya, El menjadi seorang yang pendiam. El sangat terpukul dengan kenyataan pahit yang menimpanya.
1 Bulan berlalu.
"Non Elvira kita harus pergi dari rumah ini" ucap Bimo asisten pribadi keluarga Bram.
Usia Bimo tidak jauh dari usia El, Walaupun tuan Bram dan nyonya Hana telah tiada. Bimo tetap setia mendampingi anak dari keluarga yang sudah ia anggap keluarga sendiri.
"Kenapa kak Bim?" ucap El dengan pandangan kosong.
"Nyawan non dalam bahaya, ayo non nanti saya kasih tau ke non Elvira" ucap Bimo menggandeng tangan El keluar dari rumah.
Bimo melajukan mobil menuju tempat yang cukup jauh dari kediaman tuan Bram. El hanya diam dan memandang kosong pemandangan luar jendela.
Sampailah mereka di tempat yang jauh dari pemukiman warga, terdapat rumah yang bahkan terlihat sangat asing bagi El.
"Rumah siapa ini kak Bim?" ucap El melihat sekeliling.
"Sepertinya kita harus tinggal disini non, karena saudara tuan Bram sudah lebih dulu mengambil alih perusahaan dan rumah tuan Bram." ucap Bimo menjelaskan kepada El.
"Maksutmu om Hendra?" ucap El.
"Bener non, tadi waktu saya di perusahaan ngambil berkas saya mendengar jika Tuan Hendra membayar orang untuk menghabisi nyawa non Elvira" ucap jelas Bimo.
"Untuk apa?" ucap El dengan tatapan kosong.
"Tuan Hendra ingin menjadi satu satunya ahli waris semua harta kekayaan tuan Bram" ucap Bimo.
"Hanya ini satu satu nya tempat yang tidak ada satu pun orang yang tau" ucap Bimo.
"Antar aku ke kamar kak Bim, aku lelah dengan semua ini" ucap Elvira.
Bimo mengantarkan El ke salah satu kemar yang ada di Mension yang tidak terlalu besar untuk beristirahat.
Ditempat Lain.
"Maaf tuan, Target tidak ada dirumah tuan" ucap salah satu pembunuh bayaran.
"Cari sampai ketemu, kerahkan semua pasukanmu untuk menghabisi anak itu" ucap Hendra dengan sangat murka mematikan telfonnya.
"Ada apa pah?" ucap Tante Rosa.
"El kabur" ucap Om Hendra.
"Bagaimana bisa?" ucap Tante Rosa.
"Sepertinya bocah itu dibantu oleh Bimo asisten Bram." ucap Om Hendra.
Keluarga Hendra sudah berhasil mengambil alih kekayaan Bram, bahkan Hendra yang dulunya hanya berstatus pegawai biasa sekarang ia sudah berhasil mengambil alih posisi Bram sebagai pemilik perusahaan Brams yang sudah diganti nama menjadi Perusahaan Hendra glory.
.
.
.
Disisi lain.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. El tidak mau jika kehidupan nya hancur.
Elvira yang sudah mulai memahami permainan Om Hendra, ia menutupi rapat rapat identitas nya dengan bantuan Bimo. Bahkan penampilannya kini sangat berbeda jauh dengan Elvira yang dulu.
Elvira yang dulunya tidak pernah memperdulikan penampilan nya, namun sekarang ia mulai merawat dirinya. Rambut hitam yang dulunya terikat kini terurai indah.
Kacamata kuno yang selalu berada di kedua matanya terlepas, membuat Elvira menjadi pribadi yang sangat berbeda.
"kak Bim gimana penampilan ku?" ucap Elvira.
"Cantik, semua orang tidak akan mengenal Elvira saat ini" ucap Bimo terpesona dengan penampilan Elvira.
"Baiklah aku akan pergi dari sini, kak Bim jaga Mension ini. Aku yang akan membalas mereka" ucap Elvira dengan tatapan yang penuh dengan dendam.
Bimo hanya bisa mendukung keputusan atasannya, lagi pula selama ini El juga sudah mulai menguasai beberapa ilmu beladiri yang ia ajari.
"Jika ada apa apa hubungi kak Bim, ini kartu bisa kamu gunakan nantinya" ucap Bimo yang sudah menganggap Elvira sebagai adiknya.
"Baik kak, aku pergi dulu" ucap Elvira mengendarai montor yang sudah ia siap kan.
El menuju ke kota yang penuh banyak kenangan dengan keluarga nya, ia menuju tempat tinggal sederhana untuk ia beristirahat yang sudah Bimo siapkan.
Malam Hari.
"*Tok tok tok" suara ketukan pintu dari luar.
Ceklek*'
"Iya ada apa yah?" ucap Elvira dengan senyum manisnya.
"Ini aku disuruh ibu buat anter makanan buat kamu, kenalin juga Riska" ucap seorang wanita muda seumuran El.
"Makasii, panggil aja El" ucap Elvira.
"Yaudah aku pergi dulu" ucap Riska.
"Tunggu Riska" panggil Elvira.
"Ada apa El?" ucap Riska.
"Emmmm kamu ada lowongan kerja ngga?" ucap El kepada Riska.
"Hmmm dari penampilan mu kayanya ada tapi bagian asisten CEO. Kamu emang bisa? soalnya udah banyak yang ngelamar tapi pada ngga kuat katanya" ucap Riska.
"Emmm boleh aku coba, dari pada ngga ngapa ngapain juga dirumah" ucap El.
"Yaudah besok pagi aku jemput ikut ke perusahaan sama aku" ucap Riska.
"Makasih ya Riska" ucap El, entah kenapa ia melihat ketulusan di mata Riska.
Keesokan harinya.
El sudah berada di lobi perusahaan yang sangat besar, bahkan lebih besar dari perusahaan ayahnya dulu.
"Pak Har ini ada yang mau interview" ucap Riska. Ia cukup dikenal baik disana, Riska sudah ditetapkan dan diberi amanah untuk berada dibagian keuangan.
"Silahkan ikut saya" ucap Pak Har HRD disana.
"Yaudah aku duluan ya El, good luck " ucap Riska kepada El.
"Makasii" ucap El, menuju ke arah ruang HRD dengan membawa berkas lamaran kerja.
.
.
.
.
Di Mension yang cukup besar.
Seorang laki laki berpenampilan sangat rapi, dengan jas hitam putih yang membuat nya semakin tampan. Ia adalah Arkan CEO perusahaan Besar yang terkenal dengan kejam dan dingin.
Ia tidak pernah melihat siapapun itu, jika mereka menghalangi jalannya orang itu akan tinggal nama. ("Serem juga yah")
"Jack Lo aja yang ke kantor, cari asisten yang sesuai kriteria yang gue cari" ucap Arkan dengan nada dingin.
"Baik tuan" ucap Jack orang kepercayaan nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Haii semuanya
Maaf jika ada salah kata ataupun bahasa.
semoga kalian terhibur yaa"
Di Perusahaan Atmajaya
Semua mata memandang ke arah datangnya Mobil Sport yang memasuki area perusahaan Atmajaya.
"Selamat Pagi Tuan Jack" ucap Salah satu karyawan melihat kedatangan Jack.
Jack langsung berjalan menuju Lift khusus, semua karyawan mengenal jika Jack adalah tangan kanan dari tuan Arkan.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan" ucap Pak Han datang menghampiri Jack.
"Bawa berkas mereka semua ke ruangan ku" perintah Jack kepada Han.
"Baik tuan" Ucap Han.
Diruangan HRD ternyata bukan hanya El yang berada disana, beberapa orang seumuran nya juga ada disana dengan tujuan sama melamar kerja menjadi asisten CEO Atmajaya.
"Kalian semua bisa kembali, berkas kalian akan di cek dulu. Jika besok tidak ada panggilan maaf berarti kalian tidak sesuai dengan kriteria yang CEO minta" ucap Pak Han.
"Baik pak" ucap semuanya bersamaan.
"Huh semoga saja aku keterima, lumayan biar ngga bosen dirumah" batin El.
Di Ruangan Jack.
Jack melihat beberapa berkas lamaran, Jack benar benar bingung karena harus mencari seseorang yang sesuai dengan kriteria yang tuannya inginkan.
"hmm Elvira Askana Havika" ucap lirih Jack membaca berkas milik Elvira.
Elvira mencantumkan jika alasan dia melamar hanya karena bosen dirumah, hal itu membuat Jack merasa tertarik dengan berkas El.
"Menarik" ucap Jack juga melihat foto El di surat lamaran.
Jack segera menghubungi Tuan Arkan untuk memberitahukan jika ia mendapat kan satu orang yang masuk dalam kriteria yang tuan Arkan inginkan.
"Tuan ada satu yang sesuai dengan kriteria yang tuan minta" ucap Jack kepada Arkan.
"Baiklah, besok pagi datang ke kantor untuk interview langsung denganku" ucap Arkan.
"Baik tuan" ucap Jack, mematikan telfonnya.
Jack segera memberitahukan Han untuk menghubungi langsung El untuk besok datang ke kantor pagi.
Di Mension.
"Arkan mamah mau bicara serius sama kamu" ucap Mamah Dena.
"Hmm apa?" ucap Arkan.
"Mamah ga mau tau, kamu harus segera menikah. Jika kamu ngga punya calon biar mamah yang akan cariin calon" ucap mamah Dena.
"Mahhhh, udah berapa kali Arkan bilang! Arkan ngga mau nikah" ucap Arkan berdiri dari meja kerjanya.
"Arkan papah sama mamah udah ngga muda lagi, kamu anak satu satunya mamah. Mamah pengen liat kamu menikah apalagi punya anak" ucap Mamah Dena.
"Arkan ngga mau bahas itu mah" ucap Arkan pergi keluar mengambil kunci mobilnya.
Arkan melajukan mobilnya menuju cafe nya, entah kenapa setiap kali orang tuanya membahas pernikahan Arkan selalu marah kepada mereka.
"Peri kecil dimana aku harus mencari mu" ucap lirih Arkan.
Arkan hanya mencintai satu wanita dimasa kecilnya dulu.
#Flasback
"Mamahh papahh dimana kalian hiks hikss hiksss" Tangis bocah kecil berusia 8 tahun mencari kedua orang tuanya di taman yang cukup ramai dan padat orang saat itu.
Arkan kecil terus menangis dan memanggil kedua orang tuanya, ia bersandar di batang pohon dipertengahan taman.
Tiba tiba saja seseorang menghampiri nya, Arkan kecil melihat tangan yang membantunya akan berdiri.
"Kakak kenapa?" tanya anak perempuan yang berusia dibawah nya.
Arkan melihat penampilan bocah yang mungkin 4 tahun lebih muda darinya. Gadis kecil dengan rambut dikucir dua dengan pakaian gaun peri yang membuatnya terlihat sangat cantik menurut Arkan.
"Aku cari orang tuaku" ucap Arkan tetap menatap kearah gadis kecil itu.
"Kakak jangan sedih, mungkin orang tua kakak juga lagi mencari kakak" ucap gadis kecil itu.
"Ayo kak ikut aku" ucap Gadis kecil itu menarik tangan Arkan.
Gadis kecil itu berjalan menuju ke arah pos di taman itu.
"Kata papahku dia orang baik, bisa bantu kita kalau ada sesuatu yang hilang" ucap Gadis kecil itu, Arkan hanya diam saja melihat celotehan gadis kecil itu.
"Pak ini kakak lagi cari orang tuanya, tolong dibantu ya pak" ucap Gadis kecil itu, ia memang lebih dewasa dibanding dengan umurnya.
"Yaudah kak, aku pergi dulu ya takut dicariin mamah sama papah" ucap gadis kecil langsung berlari meninggalkan kan Arkan yang masih menatap nya.
#Flasback off
Sejak saat itu Arkan selalu datang ke taman berharap bisa bertemu kembali dengan peri kecil yang menolongnya. Namun beberapa kali ia ketaman tidak pernah ia melihat peri kecil itu.
Walaupun sudah dewasa setiap kali dekat atau menjalin hubungan dengan wanita diluar sana, Arkan hanya main main saja dengan wanita itu.
Tidak ada satu pun dari mereka yang mampu menggantikan peri kecil yang selalu ada di hatinya sampai saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
Disisi lain.
El bingung harus kemana, karena dulu kedua orang tuanya tidak memperbolehkan El untuk keluar main dengan temannya. Bahkan El tidak memiliki teman karena penampilan El yang bukan type mereka.
El mencoba menghubungi Riska untuk menanyakan tempat atau cafe yang cocok untuk bersantai.
"Aku pesen taxi aja deh" ucap El memesan taxi menuju salah satu cafe yang katanya cukup ramai oleh pengunjung di siang hari.
Beberapa menit El sampai di cafe yang Riska maksud, tempat nya cukup nyaman karena di atas bukit membuat cafe selalu ramai pengunjung karena view yang keren.
"Bagus juga" ucap lirih El masuk kedalam Cafe yang ramai pengunjung.
Setelah memesan El langsung menuju ke cafe bagian atas untuk mendapatkan view yang keren. Namun ketika di depan ruangan tiba tiba saja El menabrak cowok yang baru saja keluar dari ruangan.
"Maaf" ucap barengan mereka.
Cowok itu tidak lain ialah Arkan. Pandangan mereka bertemu, Arkan menatap ke arah kedua mata El. Seperti tidak asing dengan tatapan El.
El yang merasa risih, langsung berjalan tanpa memperdulikan cowok itu.
.
.
.
.
.
.
.
#Haii semuanyaaa
Terimakasih yang udah support Outhor.
maaf kalo ada salah kata ataupun bahasa
semoga kalian suka ya sama karya Outhor
Namun berbeda dengan Arkan, ia terus menatap ke arah cewek yang barusan menabraknya.
"Untuk pertama kali ada cewek yang biasa aja ketemu gue" batin Arkan menarik sudut bibirnya melihat punggung cewek itu yang mulai menjauh.
"Woii Lo gapapa?" ucap Vero sahabat Arkan.
"Gapapa santai" ucap Arkan.
"Tuh si Anita udah nungguin di tempat biasanya" ucap Vero.
"Yaudah kita kesana" ucap Arkan.
Sedangkan diatas, El duduk dengan menatap ke arah pemandangan yang sangat indah menurut El. Mungkin jika kedua orang tuanya masih ada El pasti bakal ngerasain kebahagiaan yang utuh seperti dulu.
"Mah pah El kangen" ucap Lirih El.
Tiba tiba hpnya berdering.
"Halo kak Bim" ucap El.
"Kakak ada info dari Hendra, kamu bukak berkasnya" ucap Bimo.
"Oke kak makasih" ucap El, mematikan telfonnya.
El membuka berkas yang selama ini ia butuhkan, Informasi tentang keluarga om Hendra dan perusahaan papahnya.
"Bersenang senang lah dulu kalian" ucap El menatap foto keluarga Hendra.
Hari semakin larut, El segera kembali kerumah. El senang karena barusan dari perusahaan Atmajaya menelfonnya untuk besok bersiap interview dengan pakaian rapi.
"El kamu baru pulang" ucap Riska menghampiri El yang baru saja kembali menggunakan taxi.
"Hehehehe iya Riska, tadi macet dijalan" ucap El.
"Dipanggil orang tuaku, dirumah ga ada makanan kan pasti" ucap Riska tau jika El hidup sendiri dan dari pagi El keluar.
"Hahahaha iyasih, tapi nanti ngrepotin ibumu" ucap El sungkan terhadap tetangga nya yang terlalu baik kepada El.
"Ayoo ikut ngga boleh nolak" ucap Riska langsung menggandeng tangan El menuju rumahnya.
Dirumah Riska.
"Nak sini gabung sama kita" ucap Ibu Riska.
"Makasih Tante, maaf ngerepotin Tante" ucap El duduk disamping Riska.
"Kamu jangan sungkan sungkan sama kita, rumah kita sebrangan aja. Anggep aja kita keluarga barumu" ucap ayah Riska.
"Iya kak, biar rumah makin rame" ucap Adik Riska yang berusia 13 taun.
El merasa terharu, baru aja 2 hari pindah ia bertemu dengan keluarga Riska yang welcome dengan kehadiran El. Tak terasa air mata El menetes melihat keluar Riska yang utuh penuh keharmonisan.
"Udah jangan nangis, kamu bisa anggep om sama Tante seperti orang tua kamu" ucap Ibu Riska memeluk El dengan lembut.
"Makasih Tante om udah baik banget sama El" ucap Elvira dengan senyum manisnya.
"Udah sekarang kalian semua makan okey" ucap Ibu Riska.
"Eh ya El katanya kamu besok dipanggil interview ya" ucap Riska mengetahui informasi dari pak Han.
"Iya tadi dari perusahaan telfon, makasih ya Riska" ucap El kepada Riska.
"Yaudah habisin, terus nanti kamu siap siap buat besok" ucap Riska.
.
.
.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya
El sudah siap dengan penampilan nya saat ini, El memakai rok span hitam di atas lutut dengan perpaduan atasan kemeja berwarna putih yang membuat lekuk tubuhnya cukup terlihat.
El nyaman dengan tampilan dirinya sekarang, ia merasa menemukan jati dirinya.
"Ayo El kamu pasti bisa, Buang jauh jauh Elvira yang dulu cupu lemah. Sekarang hanya ada El yang kuat" ucap El menatap dirinya dipantulan kaca.
Dengan pakaian El saat ini, tidak mungkin jika ia memakai montor miliknya. El memesan taxi untuk menuju perusahaan Atmajaya. El sampai tepat waktu sesuai dengan perintah HRD.
Kedatangan El mampu mencuri perhatian para karyawan, mereka menatap kagum kearah El yang memang terlihat sangat cantik saat ini.
"Mbak ada yang bisa saya bantu?" ucap Resepsionis dengan sopan.
"Saya mau interview, kemarin udah ada janjian sama pak Han" ucap El dengan senyum manisnya.
Resepsionis langsung menelfon ke HRD.
"Atas nama kak Elvira ya?" tanya Resepsionis.
"Iya kak" ucap El.
"Baik silahkan langsung ke atas lantai 5 keruangan Presdir." ucap Resepsionis.
"Terimakasih kak" ucap El berjalan ke arah lift.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di Perusahaan lain.
"Ayah aku mau mobil keluaran baru, temenku baru beli yah" ucap Iren.
"Beli aja gapapa, ayah kerja juga buat anak ayah" ucap Hendra kepada putri satu satunya.
"Yeyy makasih yah" ucap Iren langsung mengambil kartu pemberian ayahnya.
Iren langsung berjalan keluar kantor menemui teman temannya yang menunggu nya di mobil.
"Gimana ren?" ucap Selly.
"Taraaaaaa" ucap Iren menunjukkan kartu yang dikasih ayahnya.
"Bokap Lo tajir bener ren, hebat sih" ucap Sofi.
"Ya harus dong, buat anaknya satu satunya apasih yang enggak" ucap Iren dengan sangat angkuh.
Mereka menjalankan mobilnya menuju sebuah cafe tempat biasa mereka nongkrong.
"Ehh btw kata nyokap gue, Arkan pengusaha sukses itu lagi single loh" ucap Selly.
"Lo tau dari mana?" ucap Sofi.
"Nyokap gue kan orang nya Ter update, hahahaha " ucap Selly.
"Iren Lo kenapa senyum senyum?" tanya Sofi.
"Lo bicarain apasi, Arkan itu calon suami gue" ucap Iren penuh dengan kesombongan.
"Ngimpi Lo Ren" ucap Selly.
"Lo ngga tau, bokap sama nyokap gue sahabatan Deket banget sama keluarga Arkan. Katanya mau dijodohin sama gue" ucap Iren penuh keangkuhan.
"Masuk akal juga sih, pokoknya Lo harus dapetin Arkan sih. Anak semata wayang girllls, hartanya ngga akan pernah habis" ucap Sofi.
"Harus dong" ucap Iren.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
#Terimakasih yang sudah mampir ke Novel Elvira.
Maaf jika ada salah kata ataupun bahasa
Selamat membaca
semoga kalian suka dengan karya Outhor
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!