NovelToon NovelToon

Dewa Perang

Pertikaian Batas Tanah

"Mosa,kau sembunyilah di pohon-pohon pisang itu nak ." ayah Mosa menyuruh anaknya yang baru berusia 10 tahun untuk bersembunyi di kebun pisang.

"ingat,jangan keluar ! Apapun yang kau lihat nanti " Mosa dengan patuh berlari kearah kebun pisang milik mereka sendiri dan bersembunyi disana.

Ayah Mosa,bernama Detu,telah melihat di kejauhan,ada sekelompok orang laki-laki dan mereka membawa segalah macam senjata tajam.

Hari ini,Detu akan menentukan batas tanah dengan kakaknya,Pelo.

Di NTT sering terjadi konflik sesama saudara,yang merasa batas tanahnya dilanggar. Bahkan saudara sendiripun akan saling membunuh,jika tanahnya dicaplok.apa yang suda ditentukan orang tua,tidak boleh dilanggar. Walau hanya semeter.

Setelah memastikan Mosa anaknya bersembunyi,Detu berdiri dengan tenang menunggu sekelompok pria yang dia yakin dipimpin kakaknya sendiri,Pelo.

Detu melihat kesebelahnya,istrinya tampak gelisah memandang kearah kedepan,melihat orang-orang itu semakin dekat.

"Nola..."

" Aku tidak apa-apa..." potong Nola sambil tersenyum ke arah Detu.tapi matanya berkaca-kaca. Sebab ia tahu,yang datang adalah kakak iparnya,Pelo,kakak kandung suaminya.

Detu dan Nola berdiri tepat dibatas tanah. Tapi yang sebenarnya, Pelo telah menebang rumput pisang sejauh hampir lima puluh meter masuk ke tanah Detu.

Detu telah berulang kali,memberitahu Pelo,namum Pelo tidak menghiraukannya. Bahkan Pelo mulai menanm sayur mayur diatas tanah Detu. Detu tidak tahan dengan sikap Pelo kakaknya itu, dan Detu mengancam akan mencabut semua sayur yang ditanam diatas tanahnya tanpa izin itu.

Pelo akhirnya menanggapi ancaman Detu,dan akan bertemu di batas tanah di kebun mereka.

Akhirnya sekelompok itupun tiba di hadapan Detu dan Istrinya.

Detu kaget dan tidak senang , sebab orang orang yang di ikut serta dengan Pelo ini adalah gelandangan kampung,yang tidak bekerja,hanya mabuk mabuk dan sering mengacau dalam kampung.

" Pelo...apa maksudmu membawa serta mereka ini..." Detu mengerutkan keningnya sambil melihat delapan orang preman kampung ini,denga tatapan tidak senang.

"Detu,aku tidak bermaksud apa apa...hanya berjaga jaga saja..." jawab Pelo dengan santainya.

"Pelo,apa maksudmu berjaga jaga ? Apa kau merasa terancam ? Apakah ada yang mengancammu ?" tanya Detu tidak senang. Ia merasa kakaknya sudah berlebihan. Hanya membicarakan batas tanah yang telah ditentukan orang tua mereka , mengapa membawa serta preman kampunh,bahkan dengan dengan senjata tajam.

"Hahaha.... Detu .... Aku hanya berjaga-jaga..siapa tahu kau juga membawa serta orang-orangmu yang bersembunyi di dalam kebun pisangmu itu" jawab Pelo sambil menunjuk kearah kebun pisang dengan parang yang dipegangnya.

Mosa yang bersembunyi diantara kebun pisang,ketakutan melihat pamannya menunjuk kearah tempat persembunyiannya. Ia tetap berdiri mematung ditempat dan tidak berani bergerak. Untungnya pohon -pohon pisang yang tumbuh rapat dan banyaj itu,membuatnya tidak terlihat.

" Pelo... Kau berlebihan,apa kau tidak lihat hanya aku dam istriku disini ?"

"Hmmm...baiklah,kalau kau tidak mengakuinya,katakan,mengapa kau mengajakku bertemj disini."

"Pelo...kita ini bersaudara,kau kakakku,maka aku ijinkan kau menanam sayur diatas tanahku,dibelakang ini,karena batas tanag yang sebenarnya adalah disini,ditempat kita berdiri ini.dibawah pohon mangga tua ini. Ini adalah batas tanah kita.seterlah panen sayur ini, aku tidak mengijinkan engkau menanam sayur lagi disini " tegas Detu.

Setelah mendengar Detu berbicara panjang lebar,Pelo, yang suka bergaul dengan anak anak preman dan suka mabuk ini, wajahnya merah padam karena marah.

"Detu!! Apa yang kau bicarakan ini ?? jangan omong kosong kau !!!" bentak Pelo,yang merasa malu, karena adiknya menegur dia didepan orang orang yang dibawanya.

"Pelo,..akj tidak beromong kosong.mengapa kau tidak membawa istrimu juga. Bukankah istrimu juga hadi, saat orang tua kita membagi warisan tanah ini dengan batas batasnya yang jelas ?"

Pelo semakin muram,mendengar kata kata Detu.

" Tidak !! Yang aku tahu,batas tanah adalah kebun pisang. Kebun pisang adalah milikmu.sedangkan lahan kosong ini yang aku tanami sayuran ini,adalah milikku" Pelo membantah dengan keras karena marah.

" Pelo...kau..." Detu kehabisan kata kata,menghadapi Pelo yang keras kepala memindahkan batas tanah sesuka hatinya.

"Detu...jika kau sampai merusak kebun sayurku,jangan salahkan aku,jika bersikap kasar " kata Pelo yang merasa menang,karena Detu tidak bisa berkata kata.

Namun tiba-tiba Nola,istri Detu berkata :

" Kakak Pelo...seperti kak Pelo katakan,batas tanah adalah kebun pisang,itu benar..."

"Nah kau dengar itu Detu...istrimj sendiri yang mengakuinya" Pelo tersenyum menang. Detu melihat kearah istrinya tatapan terkejut. Namun sebelum Detu bertanya,Nola kembali berkata:

"Kak Pelo sudah mengaku,batas tanah adalah kebun pisanh. Detu juga benar,pohon mangga ini juga adalah batas tanahnya"

" Apa maksudmu hah ?!" bentak Pelo karena terkejut. Detu juga memandang istrinya dengan bingung.

"Nola,apa maksudmu ini ..." tanya Detu tidak mengerti.

" Detu, lihatlah itu " kata Nola sambil menunjuk ke pinggiran kebun sayur. Di bawah pohon mangga tua.ada tumpukan pohon pisang.

" kebun pisang itu sampai disini. Kak Pelo telah menebang rumput pisang ini untuk membuka kebun sayur ini.seharusnya kebun pisang itu tepat dibawah pohon mangga itu. "

"Diam kau...!!!" tiba tiba Pelo membentak Nola dengan kasar. Ia merasa dipermainkan oleh Nola. Pelo sangat marah. Sebab kenyataan itu memang benar,ia telah menebang pohon pohon pisang untuk membuka kebun sayur, sehingga ada ruang antara kebun pisang dan pohon mangga yang menjadi batas tanah mereka. mulanya,tidak ada lahan kosong antara kebun pisang dan pohon mangga. Namun setelah kebun pisang di babat ,ada jarak sekitar lima puluh meter antara pohon mangga dan kebun pisang.

Detu kaget dengan suara keras Pelo.

setelah mendengar perkataan Nola,sontak Detu tersadar,dan melihat kearah tanah,menunduk dan memperhatikan tanah sekitarnya.

"Pelo...lihatlah, apa yang dikatakan Nola adalah benar" kata Detu sambil menarik keluar sisah sisah akar pisang dari tanah dan menunjukkannya ke Pelo.

Air muka Pelo berubah ubah. Ia sangat merasa malu da marah.ia tidak bisah berkata kata.

Pelo seakan tersadar,Detu seharusnya tahu sejak awal,kebun pisang itu berada dekat dibawah pohon mangga. Tapi Detu sengaja menarik keluar akar akar pisang yang tersisah di tanah dan menunjukkan kepada Pelo dan orang orangnya sebagai bukti.

Pelo sangat marah dengan Nola.

Pelo mencurigai kalah Detu dan Nola sengaja untuk mempermalukannya.

Sebenarnya,Detu dan Nola tidak bermaksud untuk mempermalukan Pelo.namun mereka sangat paham dengan watak Pelo. Kalau tidak ada bukti,Pelo akan terus melawan ,walaupun ia tahu salah.

Karena wataknya yang keras,merasa dipermalukan,dan dalam keadaan dikuasai amarah dan harga diri,tanpa pikir panjang,Pelo bergerak kearah Nola untuk menampar Nola.

Detu yang ada disamping Nola,terkejut,namun dari awal sudah waspada,karena kemunculan Pelo dan preman kampung. Detu segera menarik Nola kearahnya,dan dengan sengaja menabrakan badannya ke arah Pelo. Gerakan yang refleks ini,membuat dan Detu bertabrakan ,dan menyebabkan Pelo terjerembab kesamping.

Amarah telah menguasai Pelo,ia telah kehilangan akal sehatnya. Pelo lupa diri,bahwa yang dihadapinya itu adalah adik kandungnya sendiri. Dengan amarah yang meluap,Pelo menebas parangnya ke arah Detu dan Nola.

Detu masih berdiri membelakangi Pelo,setelah tadi ia sengaja menabrakan punggungnya ke arah Pelo yang menyerang Nola. Melihat Pelo menebas parangnya ke arah Detu, Nola berteriak ,memperingati Detu

" Detu ...awas...!!"

Namun peringatannya terlambat.

"Creet!!"

" Ahhh..." Detu mengerang sakit.

Pelo menebas dari samping kanan,kearah badan Detu. Detu yang mendengar peringatan istrinya,sebelum beraksi,parang Pelo telah membabat putus lengan kanannya.

Darah terus memancar dari tangan yang puntung itu.

"bruk" Nola jatuh pingsan.

"Nola..." teriak Detu sambil berjongkok meraih lengan Nola.

Setelah membabat putus lengan Detu,Pelo seakan tersadar. Ia melangkah mundur dengan wajah pucat. Namun otaknya cepat bekerja. Jika ua sendiri yang bertindak,ia akan masuk penjara sendirian. Kepala tanggung,iapun berteriak

"Habisi mereka "

mendengar itu,sekelompok preman yang sudah sedikit mabuk inipun,menyerang dengan parang mereka ke arah Detu.

Detupun tidak tinggal diam. Merasa terancam,iapun mencabut parangnya,dan dengan tangan kiri,ia berusaha melawan sambil mengumpat Pelo.

" Pelo...bajingan brengsek kau..."

Sementara itu,melihat tangan ayahnya dibabat putus oleh pamannya sendiri,Mosa menggigil ketakutan.

Sekarang ia melihat sekelompok preman itu menyerbu kearah ayahnya. Mosa hanya bisa melihat itu semua dengan ketakutan dan linangan air mata.

Ia juga tahu,jika ia keluar dan dilihat pamannya,ia juga akan dibunuh. Dengan tekad yang dikuat kuatkan,Mosa hanya bersembuyi dan tidak keluar seperti pesan ayahnya.

Ia menyaksikan ayah ibunya dibantai,dan dikuburkan disitu juga. Mosa melihat itu semua dan mengingat kedelapan preman itu dan pamannya dengan kebenciaan dan amarah.

Setelah mengubur Detu dan Nola serta menghilangkan jejak,Pelo serta sekelompok preman itupun meninggalkan ladang sayur itu.

Mosa masih bersembunyi,walau hari telah malam. Ia baru keluar dari persembunyiannya ketika malam sudah larut.

Pulang Kampung

Sepuluh tahun kemudian, Mosa turun dari pesawat di bandara kota Kupang. Menumpang taksi menuju ke kampung halamannya.Dari bandara membutuhkan waktu sekitar lima belas jam perjalanan.

Mosa turun dari taksi ketika memasuki kampungnya. Ia berjalan kaki memasuki kampungnya. Kampungnya telah berubah banyak. Mosa berjalan santai sambil melihat lihat keadaan sekitarnya dan langsung menuju ke rumahnya,yang berada di tengah kampung.

Semua orang kampung yang berpapasan dengannya,menatapnya dengan heran dan bertanya tanya. Sebab jarang bahkan hampir tidak ada orang yang datang di kampung ini. Ketika ada orang yang datang,dengan wajah yang asing dan penampilan orang kota,mereka seakan melihat hal yang baru.

Mosa tidak mempedulikan mereka dan terus berjalan sambil melihat lihat. Akhirnya tibalah Mosa di depan rumahnya. Bekas rumahnya itu masih ada. Tapi atap dan sebagian bangunan rumah,yang terbuat dari bambu telah rubuh dan miring.

Mosa menatap lekat ke rumah reyot itu.berbagai macam kenangan melintas di benaknya. Matanya berkaca kaca menahan rasa haru. Wajah ayah dan ibunya jelas tergambar dalam ingatannya.

Sambil tersenyum,Mosa melangkah kearah rumahnya. Menurunkan ranselnya,lalu mengikat rambutnya kebelakang. Mengeluarkan sebatang rokok dan mengisapnya dengan tenang. Setelah sebatang rokok selesai dihisap,Mosa berjalan kearah salah satu tiang rumah yang masih berdiri,dan dengan sekali sentak,rumah itu benar benar rubuh dengan suara gedebuk yang keras.

Tiba tiba Mosa berhenti, ia merasa ada yang menatapnya dengan perasaan yang kuat. Walaupun sejak tadi,banyak yang mengikuti dan menyaksikan,ketika Mosa merobohkan rumahnya. Tapi kali ini,Mosa merasakan suatu tatapan yang penuh dengan perasaan.

Mosa tahu,pasti itu pamannya. Kalau para preman pembunuh orang tuanya,ia tidak akan merasakan suatu perasaan yang kuat ini. Energi yang dirasakan Mosa sangat kuat dan bercampur aduk. Ada rasa takut,kagum dan aura membunuh,walau hanya sedikit.itulah energi yang dirasakan Mosa.

Setelah merobohkan rumahnya,Mosa berjalan ke arah kerumunan orang orang yang menontonnya dan berkata :

"Bapak bapak dan ibu ibu,maaf sudah membuat kalian terkejut. Aku , Mosa, anak bapak Detu dan ibu Nola , yang punya rumah ini."

Setelah mendengar pangakuan Mosa, orang orang tua yang mengenal Detu dan Nola,sontak menarik nafas dan menatap Mosa dengan seribu tanya.

" Ohh...nak Mosa..."

" Apa orang tuamu ikut pulang ?"

"Dimana saja kalian selama ini ?"

" Untuk apa kembali...hanya membuat malu nama kampung saja "

" Dia masih kecil saat itu, jadi tidak tahu "

Berbagai macam pertanyaan dan omelan dilontarkan warga kampung. Mosa mendengarnya dengan alis berkerut. Ia menduga,pasti pamannya telah mengarang suatu cerita dan memfitnah orang tuanya. Sungguh kejam pamannya.

Sudah membunuh adik kandungnya sendiri,dan untuk menutupi perbuatan mereka, malah orang tuanya difitnah.

Mosapun pura pura tidak mengerti,apa yang di bicarakan orang orang kampungnya ini. Otaknya yang cerdas,cepat berpikir. ' jika ini permainan paman, aku akan ikut bermain sandiwara mereka' batin Mosa.

" Orang tuaku membawaku ke kota.kami pindah ke kota,karena mereka ingin,agar aku bersekolah di sekolah yang lebih baik di kota." kata Mosa, dengan sedikit mengeraskan suaranya. Ia sengaja melakukan itu,karena Mosa tahu,diantara orang banyak ini,pasti ada pamannya atau para preman yang mengeroyok ayah dan ibunya.

" Nah...benar yang kita dengar..."

" orang tuamu menjual rumah dan ladang ke pamanmu Pelo. Lalu pindah ke kota, apa kamu tahu itu ?" tanya seorang tua yang telah beruban warna rambutnya.

Mosa menatap kearah sumber suara itu. Sebelum Mosa menjawab, orang tua itu mengedipkan matanya, berjalan mendekat ke arah Mosa dan berkata :

"Baguslah kamu telah kembali...datanglah kerumahku,di dekat bak penampung air ,dinding rumah warna biru." setelah mengatakan demikian,orang tua itupun berbalik ,dan berjalan pulang.

Mosa mengernyitkan dahinya,menatap punggung orang tua itu. Batinnya ' apa yang tidak ku ketahui ? Ssemuanya aku tahu'

Mosa kemudian mengajak anak anak muda yang sebaya dengannya untuk membersihkan reruntuhan rumahnya. Semuanya dibakar oleh Mosa, diatas bekas bangunan rumahnya.sebab ia merasakan energi negatif dirumah tuanha itu.

Setelah membakar habis puing puing rumahnya, Mosa kemudian menyiramnya dengan air. Ini adalah cara sederhana menghilangkan energi negatif.

Para pemuda yang membantu Mosa ada enam orang. Setelah selesai membersihkan puing rumah dan pekarangan bekas rumahnya, Mosa memberi mereka uang ,seorang mendapat sepuluh juta, dengan pesan :

" Gunakan uang ini sebaik mungkin."

Hari telah sore,ketika Mosa selesai membersihkan bekas rumahnya. Mosa teringat dengan undangan lelaki tua tadi.

" Hmm... Apa salahnya,aku ke rumahnya. Mungkin dugaanku benar, Paman Pelo mengarang cerita untuk menutupi perbuatan mereka, sekaligus memfitnah orangtuaku " gumam Mosa.

Kemudian

" Tok tok tok "

" tunggu " sahut orang dari dalam

" ooh nak... Mari masuk " kata orang tua itu sambil membuka pintu rumahnya.

" Trimakasih ..." sahut Mosa, sambil melangkah masuk dan duduk di kursi plastik yang ada di ruang tamu itu.

" Akhirnya kamu datang juga, nak...Mosa ya ?" lelaki tua itu berkata sambil mengingat ingat nama Mosa.

" Ya pak, nama saya Mosa. Ada yang mau bapak sampaikan?" tanya Mosa dengan sopan. Bagaimanapun ia belum percaya dengan lelaki tua ini. Mosa yakin,lelaki tua ini bukan salah satu preman yang membunuh orang tuanya.

" Hahaha..." tiba tiba lelaki tua itu tertawa

" Nak Mosa,apakah benar ,orang tuamu ada di kota ?" tanya pak Tua. Mosa terkejut,seakan sandiwaranya sudah ketahuan.

'apakah lelakk tua ini mengetahui sesuatu ? Apakah ia mengetahui, kalau orangtuaku sudah meninggal ? Batin Mosa.

" Ya benar pak Tua. Orang tuaku ada di kota " akhirnya Mosa tetap bersandiwara.

" Nak Mosa...kenalkan,saya adalah Pak Jona". Pak tua itu memperkenalkan namanya.

" Apakah engkau tahu apa yang terjadi dengan kedua orang tuamu ?" kembali pak Jona bertanya. Ia tahu, apa yang terjadi dengan orang tua Mosa. Sedangkan ia tidak melihat Mosa di sana.

Mosa sedikit terkejut,tetapi ekspresi wajahnya biasa biasa saja.

" Pak Jona..."

" Nak Mosa " Pak Jona menyela perkataan Mosa.

" Apakah engkau mencurigai aku ?" tanya pak Jona serius.

"Pak Jona, aku tahu ,pak Jona mengetahui kejadian yang sebenarnya. Tapi yang aku tidak tahu, dari mana pak Jona mengetahui kejadian itu."

Sambil berkata demikian,Mosa melepas energi yang kuat kearah pak Jona,untuk menekannya,mengatakan yang sebenarnya.

Pak Jona agak terkejut dengan energi yang menyelubunginya. Ia tidak menyangkah,anak muda yang baru berusia sekitar dua puluh tahun ,telah memiliki kemampuan yang lumayan tinggi. Pak Jona berpura pura tidak mengetahui, kalau ia di tekan dengan energi yang ditembakkan oleh Mosa.

Sambil tersenyum pak Jona menetralkan energi itu dan bergumam :

" Hebat "

Mosa kaget dengan sikap pak Jona yang tidak terpengaruh,bahkan Mosa merasa,seakan energi yang dilepaskannya tadi,menguap begitu dan lenyap begitu saja.

" Engkau tahu, aku tahu kejadiannya ?" tanya pak Jona ,yang membuat Mosa tersadar dari lamunannya. Siapa pak Jona inj ? Kali inj Mosa lebih berhati hati dan selalu waspada.

" Ya aku tahu, pak Jona tahu kejadiannya . Apakah pak Jona mau menceritakannya ?" Tanya Mosa.

" Hmm akupun tahu...kalau kau pun telah mengetahui kejadian yang menimpa orang tuamu. Lalu mengapa bertanya lagi ?" pak Jona balik bertanya.

" Seperti yang aku katakan tadi...dari mana pak Jona tahu ?"

" Nah...itu baru betu hahahahaha...maaf nak,aku sudah agak pikun, jadi tidak ingat pertanyaanmu tadi "

Pak Jona tersenyum. Sebab ia merasakan ,kalau Mosa mulai agak tenang. Tidak mudah mengungkit kenangan lama, yang membangkitkan trauma,benci dan dendam atas kematian orang tua atau anggota keluarga kita, yang mati dengan cara dibunuh.

" Baiklah...aku akan mwmberitahumu "

Akhirnya, Pak Jona menceritakan kejadian yang ia saksikan sendiri.

Saat itu,jauh di dalam rumpun pisang, pak Jona sedang bermeditasi,menghimpun energi alam. Samar samar, ia mendengar suara benturan senjata tajam. Kemudian pak Jona menghentikan meditasinya dan berlari ke arah datangnya suara benturan senjata tadi. Pak Jona berkelebat,dan sekali lompat dengan kecepatan yang tinggi, ia naik keatas dahan pohon dan menyaksikan suami istri itu dibantai. ia datang terlambag.

Setelah mendengar cerita pak Jona,Mosa menutup matanya,teringat kembali kejadian sepuluh tahun yang lalu.

"Seperti itulah kejadiannya. Aku disuruh ayah untuk bersembunyi di rumpun pisang,dan menyaksikan mereka membunuh orang tuaku. Jadi ,ketika pak Jona datang,tentu tidak melihat aku yang bersembuyi,sampai larut malam,baru berlari kearah pantai, dan takut untuk kembali ke rumah "

Demikianlah, Pak Jona dan Mosa bercerita panjang lebar sampai larut. Karena sudah malam, disertai dengan tidak tahu harus kemana, akhirnya Mosa menerima tawaran pak Jona ,untuk menginap di rumahnya.

Bertemu seorang Master Legenda.

Ini hari ke dua kedatangan Mosa di kampung halamannya.

Di rumah Paman Pelo.

Pelo telah mengundang delapan orang mantan preman, yang ikut membunuh Detu dan Nola ,sepuluh tahun yang lalu.

"Pelo, bagaimana rencanamu, kita semua tahu, Mosa telah kembali." tanya seorang mantan preman yang bernama Nibo.

"Aku belum punya rencana...bagaimana dengan kalian ?" jawab Pelo

"kita bungkam saja dia" sahut yang lainnya.

" tunggu ... Apakah dia tahu,orang tuanya di bunuh ?" tanya yang lainnya.

"Siang tadi, Mosa berbohong." Pelo tiba tiba bersuara.

"Ia mengatakan orang tuanya di kota." sambung Pelo.

" Jelas, ia berbohong" sambung Nibo.

Para mantan preman yang lainpun mengangguk angguk. Sebab kabar berita yang menyatakan, Detu dan Nola serta Mosa pindah ke kota adalah karangan mereka sendiri, untuk menutupi kehilangan yang tiba tiba dari satu keluarga itu.

Dan sekarang,Mosa kembali dan mengatakan orang tuanya ada di kota. Bukankah itu jelas berbohonh ?

" Tunggu sebentar..." tiba tiba seorang preman yang lebih tua dari mereka semua berkata.

" kalian,berpikirlah baik baik...Mosa mengatakan bahwa mereka di kota. Kita telah mencari Mosa,tapi anak itu seperti hilang ditelan bumi. Jangan jangan...waktu kejadian itu, dia juga ada di ladang?"

Setelah mendengar itu, semua yang hadir sangat terkejut. Sebab mereka memang tidak mencari Mosa di Kebun itu.

" Jangan jangan...Detu menyuruh Mosa bersembunyi di dalam kebun pisang itu,setelah melihat kedatangan kita dari jauh ?"

" Bisa...bisa demikian...."

" Kita habisi Mosa !!!"

" Tunggu...dengarkan rencanaku..." kata Pelo dengan tenang.

Sementara itu di rumah pak Jona, Mosa masih bercerita dengan pak Jona.

"Mosa, sepuluh tahun ini, engkau ikut siapa dan dimana ?" tanya pak Jona. Sebab ia tahu,Mosa tidak mempunyai sanak family yang tinggal di luar kampung ini.

" Ada orang yang baik hati,mengangkatku menjadi anaknya, pak Jona."

"wah ..engkau sungguh beruntung Mosa. Apakah orang tua angkatmu masih hidup ?"

" Dia sudah meninggal. Orang yang mengangkatku menjadi anaknya itu,hanya seorang lelaki tua."

" Hmm sama seperti aku..." gumam pak Jona pelan.

" kemudian..siapa yang mengajarimu ilmu bela diri ?"

" Eh ?! Siapa yang bisa ilmu bela diri ... " Mosa berpura pura tidak mengerti perkataan pak Jona.

" Sudahlah nak...tidak usah berpura pura lagi,bapak tahu,kamu mempunyai ilmu bela diri yang tinggi. Kalau tidak keberatan,bolehkah bapak mengetahui,siapa yang mengajarimu ?"

mendengar Pak Jona berkata demikian, Mosa menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia merasa sungkan,karena pernah mencoba menyerang pak Jona diam diam, ternyata gagal.

"Apakah orang tua angkatmu itu ?" kembalj pak Jona bertanya.

" Ia pak Jona. Ia mengakatku menjadj anaknya dan sekaligus menjadi muridnya. "

"Hmm...Mosa, coba kau ceritakan tentang orang tua angkatmu itu. "

" apakah Pak Jona mengenalnya ?"

" Hahaha...anak bodok, bagaimana aku mengenalnya,kalau kau belum menceritakan orang tua angkatmu itu ?hahaaha "

" Hahaahaha.... "Mosa juga ikut tertawa, setelah menyadari kesalahannya.

Mosa pun mulai bercerita tentang guru dan orang tua angkatnya.

setelah bercerita dan memperkenalkan nama gurunya, Pak Jona tiba tiba berdiri.

" apakah...ia mempunyai bekas luka di pipi kirinya ?" tanya pak Jona antusias.

" Apakah...pak Jona mengenalnya ?"

Mosa lalu bersikap waspada. Ia curiga dengan pak Jona. Namun di luar dugaannya, justru pak Jona tersenyum dan sejurus kemudian,dengan cepat pak Jona menyerang ke arah Mosa,dengan tanparan yang mengarah ke pundak. Angin berciutan ketika tangan itu bergerak cepat ke arah Mosa.

Mosa yang sudah mencurigai pak Jona, buka orang biasa, dan sudah waspada,tidak terkejut dengan serangan dari Pak Jona. Mosa mengangkat tangannya,dan masih dalam posisi duduk ia menangkis.

" Duk!"

"sreett...bruakk "

kursi yang tadi diduduki Mosa pecah dan perabot dalam rumah itu jatu dan yang lain bergetar.

Mosa berdiri dan menatap lekat ke arah Pak Jona. Ia masih diliputi tanda tanya,siapa pak Jona ? Lawan atau kawan ? Apakah orang yang memusuhi gurunya ? Sebelum Mosa bertanya, Pak Jona sudah kembali menyerang,kelihatan pukulan Pak Jona sangat lambat, namun justru penuh energi. Kembali angin menderu, pukulan diarahkan ke kepala, begitu mendekati sasaran, gerakan pak Jona tiba tiba sangat cepat, kekuatannya pun bertambah, Mosa segera melompat ke samping,sambil tangannya mendorong kearah tangan Pak Jona. Namun Mosa harus berjungkir balik ke belakang,karena dari samping,ia merasakan gerakan kearah pinggangnya. Pak Jona mengkombinasikan serangan, pukulan tangan dengan tendangan menyamping ke arah pinggang. Namun Mosa telah di gembleng oleh gurunya selama sepuluh tahu. Ia dengan mudah menghindari serangan itu dengan berjumplitan ke belakang.

Ketika kakinya mendarat, Mosa harus beradu tangan dengan pak Jona. Karena begitu melihat Mosa menghindari serangannya dengan membuat salto ke belakang, Pak Jona melanjutkan serangannya, tangannya mencekram ke arah kepala Mosa.

Metika dua tangan beraduh,kembali dua energi yang sama sama kuat bertubrukan, dan menggetarkan seluruh isi rumah.

Mosa terdorong kebelakang beberapa langkah,sedangkan Pak Jona membuang badannya ke belakang, untuk menghindari cederah yang fatal.

" Tidak buruk juga, Doni melatihmu." kata pak Jona.

" tidak usah keluar rumah.kita bertarung di dalam rumah, tanpa merusak isi rumah. Bagaimana hmm!?"

Mosa sedikit terkejut. Pertarungan macam ini sangat sulit.tidak sembarangan melepas energi. jika kedua energi bertumbukan,masing masing harus bisa mengendalikan energinya,agar tidak merusak benda sekitarnya. Walaupun oleh gurunya, Mosa sudah sangat sempurna menguasai ilmu ilmu yang diajarkannya, yang kurang hanyalah kalah pengelaman.

Jika dilihat dari tingkatan, Mosa telah melampaui tingkat Guru Besar. Ini juga karena di dalam tubuh Mosa tersimpan suatu energi besar. Energi ini tidak stabil. Belum dikuasai oleh Mosa. Kedua energi ini saling bertentangan.berdesakan. Jika Mosa marah atau takut energi ini bisa lepas kendali, dan dapat mempengaruhi kessadarn Mosa. Jika Mosa dalam keadaan ini, kekuatannya sangat luar biasa dasyat. setingkat dewa.

Gurunya,sebelum meninggal dunia,menyuruh Mosa untuk terus berlatih menguasai kedua energi dalam tubuhnya itu. Dan terlebih,Mosa harus mencari orang dengan gelar Pembantai Dewa. Hanya dia yang bisa membantu Mosa. Namun sayangnya, gurunya belum sempat memberitahu nama panggilan dari Pembantai Dewa ini.

Orang itu di beri gelar Pembantai Dewa, karena hanya dia yang mampu,menahan imbang seorang Master dari Cina,yang telah mencapai tingkat dewa. padahal ,orang itu tingkatannya masih dibawa tingkat Dewa.

Sudah sepuluh tahu berlalu, Pembantai Dewa hilang tanpa jejak. Pak Doni, guru dan orang tua angkat Mosa, telah menjelajahi seluruh Nusantara, untuk mencari keberadaan dari Pembantai Dewa. Namun sia sia. Akhirnya, Pak Doni mencari tahu asal usul Pembantai Dewa. Ternyata Pembantai Dewa berasal dari NTT, sedangkan Pak Doni berasal dari Jambi.sampai meninggalnya, Pak Doni menetap di Kupang, berharap bertemu dengan Pembantai Dewa.

Dan tugasnya itu,kini dilanjutkan oleh anak angkat dan murid satu satunya itu. Disertai, Mosa membutuhkan bimbingan lanjut, sepeninggalnya. Dan berharap Pembantai Dewa dapat membantu keadaan Mosa.

Kini sepuluh tahun tlah berlalu. Beredar rumor diantara para Master bawah tanah ini, bahwa Master Cina yang di tahan imbang, akan menantang kembali Pembantai Dewa,untuk menentukan siapa yang terkuat diantara mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!