Air mata tidak terbendung diwajah cantik yang kelihatan pucat itu. Malam ini, dimalam yang disertai hujan dan petir seolah mengiringi perasaan dan hati Zea ketika mendengar permintaan ayahnya. Permintaan yang benar benar terasa melukai hati seorang gadis yang masih berumur sembilan belas tahun.
Bagai tersambar petir hati Zea, saat mendengar ketika ayahnya meminta dia untuk menikah dengan seseorang yang tidak Zea ketahui siapa orang nya. Dan yang lebih membuat hatinya terluka adalah, dia menikah karena ayahnya yang berhutang begitu banyak pada pria itu.
Perusahaan ayah Zea hampir bangkrut beberapa waktu lalu, dan ayahnya sudah meminjam dana yang cukup besar pada pria itu, seorang pengusaha ternama pewaris tunggal kejayaan Dewantara. Namun sekarang perusahaan ayahnya mulai merosot kembali, tentu mereka tidak bisa membayar hutang hutangnya. Dan sebagai gantinya, pria itu meminta ayah Zea untuk menyerahkan salah satu putrinya.
Apa itu berarti Zea dijual???
Apa dia dijadikan alat untuk menebus hutang hutang ayahnya???
Kenapa ayahnya begitu tega, tidak cukupkah selama ini dia yang selalu mendapatkan siksaan dan perkataan yang menyakitkan. Dan kenapa sekarang ayahnya sendiri tega menjual nya pada orang lain. Apa Zea sudah seperti barang yang tidak berharga???
"Ayah...... kenapa harus Zea? Zea belum siap menikah ayah" Zea yang berlutut dilantai semakin tertunduk dan menangis begitu pedih. Hatinya benar benar sakit sekarang.
"Kamu itu hanya menjadi beban sejak dulu Zea, dan sekarang waktunya kamu membayar semua nya. Apa susah nya hanya tinggal menikah. Hidup kami sudah selalu susah sejak kamu lahir" ucap Shania, kakak Zea. Wajahnya selalu saja memandang benci pada Zea, padahal Zea adalah adik kandung nya sendiri.
"Ayah...." Zea kembali memandang ayahnya yang masih tertunduk dengan wajah datar dan terpuruk nya.
Tuan Danuarta, ayah Zea, langsung mendongak dan memandang Zea dengan begitu benci.
"Apa kau mau membantah ku Zea?" tanya nya dengan nada dingin namun penuh geram.
Zea menggeleng pelan seraya terus berusaha untuk menahan isak tangisnya. Tangan nya saling meremas dengan kuat menahan rasa sakit dan pedih di hati.
"Zea.... Zea belum siap menikah" kata Zea yang kembali tertunduk saat ayahnya memandang nya dengan tajam.
Tuan Danu beranjak dari duduk nya, fikiran nya yang sudah stress dan penuh beban kini ditambah dengan Zea yang malah menolak, membuat nya langsung emosi dan begitu murka.
Tuan Danu menarik lengan Zea dengan kuat, hingga Zea langsung berdiri dengan terpaksa. Dia memandang ayahnya dengan ringisan diwajahnya yang pucat. Sejak dulu, tidak pernah Zea lihat, sedikit saja senyuman tuan Danu untuk nya. Meskipun Zea sudah mencoba untuk mencari senyum itu. Namun hanya wajah datar dan dingin yang dia dapatkan. Bahkan malam ini, Zea sangat takut melihat wajah ayahnya yang benar benar tampak marah.
"Kau itu anak pembawa sial. Sudah bersyukur aku merawat mu hingga sebesar ini. Apa kau tidak tahu balas budi ha???" teriak tuan Danu begitu menggebu.
Zea terisak dan menggeleng pelan
"Kau itu sudah membuat aku kehilangan istri yang paling aku cintai. Dan sekarang, jika kau tidak mau menikah dengan pria itu, maka kau mau aku kehilangan perusahaan yang sudah aku bangun dengan susah payah??? Kau mau Zea?? Kau mau membuat aku kehilangan lagi!!!! Katakan!!!!" teriakan tuan Danu begitu menggelegar disetiap sudut rumah mereka.
Zea bergetar ketakutan, bahkan tuan Danu sedikitpun tidak menaruh iba pada putri bungsu nya itu. Zea benar benar sedih, lagi lagi ayahnya harus mengungkit kematian ibunya saat melahirkan Zea dulu.
"Ayah..... sakit" lirih Zea seraya memegang lengan nya yang dicengkram tuan Danu dengan begitu erat.
"Aku tidak butuh persetujuan mu sekarang. Kau hanya harus menyiapkan dirimu untuk menjadi istri pria itu. Jika kau menolak, maka aku akan mengusirmu dari rumah ini" ancam tuan Danu seraya menghempaskan tubuh Zea keatas lantai dengan begitu tega. Dan setelah itu dia langsung pergi meninggalkan Zea yang menangis terisak dengan begitu pilu.
"Kamu harus sadar diri Zea. Setidaknya jika kamu tidak bisa membuat ayah bahagia, maka kamu harus menuruti keinginan nya" desis Shania pula. Dia tersenyum sinis memandang Zea, dan setelah itu dia juga pergi meninggalkan Zea sendirian.
Shania tidak akan mau menikah dengan pria yang terkenal kejam dan dingin itu. Meski dia tidak tahu bagaimana rupa pria itu, namun semua rumor yang mengatakan jika orang itu adalah pria kejam yang tidak tahu welas asih, tentu sudah membuat Shania mundur perlahan. Dan tentunya, Zea lebih bisa disodorkan untuk menebus hutang ayahnya. Pergi dari rumah ini, dan mereka akan tenang tanpa kehadiran Zea lagi.
Zea menangis begitu pilu diatas lantai yang dingin. Tubuh kecilnya bergetar karena menahan isak tangis yang sungguh begitu menyedihkan. Kenapa hidupnya sesakit ini? Kenapa tidak ada yang menyayanginya? Kenapa bukan dia saja yang mati saat itu??? Sungguh, jika boleh memilih, Zea sangat tidak ingin dilahirkan kedunia jika harus menanggung kesakitan yang tiada henti seperti ini.
....
Sementara disebuah mansion mewah milik seorang pewaris tunggal kejayaan Dewantara, seorang pria dewasa berusia tiga puluh tahun, duduk disebuah kursi dan menghadap keluar jendela. Mata tajam nya memandang hujan diluar sana yang tidak juga berhenti, petir dan Guntur masih terdengar saling menyambar dan berdentum nyaring. Seolah ingin menantang wajah datar nya untuk berekspresi.
Ditangan nya memegang segelas anggur merah yang sudah tinggal beberapa teguk lagi. Anggur merah yang bisa menghangatkan sedikit tubuhnya, namun bisa mendinginkan hati nya yang sedang terbakar.
Albizar Malik Dewantara...
Rahang nya mengeras kembali, saat dia mengingat tentang perselingkuhan kekasih nya yang terjadi beberapa hari yang lalu. Kekasih yang sudah dia kencani selama dua tahun terakhir, namun tega mengkhianati cinta nya. Dan yang lebih menjijikkan adalah, kekasihnya tega berselingkuh dengan sepupu nya sendiri.
Malik, begitu panggilan nya, dia tidak akan merelakan itu. Nama baik nya sudah berani dicoreng dengan mudah nya hanya karena berkedok dia yang tidak bisa memberi waktu lebih banyak. Dan dengan teganya Floe, kekasih Malik malah meremehkan nya dengan begitu rendah.
Apa Floe kira Malik tidak akan bisa mendapatkan pengganti secepat itu?
Apa Floe kira hanya dia yang bisa berkencan dengan lelaki rendahan seperti sepupunya itu???
Malik tersenyum sinis,
Dia juga bisa melakukan itu.
Tok tok tok
Pintu terdengar diketuk beberapa kali, dan tidak lama kemudian masuk seorang pria berwajah datar dengan setelan formalnya. Asisten Malik.
"Semua sudah selesai tuan. Besok anda bisa menikah dengan putrinya" ungkap pria itu, Zayn.
"Dasar sampah tidak berguna. Dia bahkan berani menjual anak sendiri hanya untuk mendapatkan kembali perusahaan nya." gumam Malik dengan begitu sinis.
"Benar tuan, dan yang akan menjadi istri anda adalah putri kedua nya. Zea Rahayu, gadis yang masih berusia sembilan belas tahun" ungkap Zayn seraya menunjukkan beberapa foto foto seorang gadis di ipadnya.
Malik hanya mengangguk saja. Tangan nya melambai sekilas dan dia kembali memandang keluar jendela.
Zayn langsung keluar dari ruangan itu. Mood tuan muda nya sedang tidak bagus, dan jangan sampai dia berbuat kesalahan sedikitpun sekarang.
Sedangkan Malik nampak tersenyum sinis dikursinya.
Zea Rahayu.
Gadis kecil yang masih berusia sembilan belas tahun.
Ternyata kau yang akan menjadi istri figuran ku, semoga saja kau bisa menjalankan peranmu dengan baik nantinya.
Zea duduk termenung didalam kamar, memandang nanar penampilan nya yang hanya memakai kebaya sederhana bewarna putih. Air mata sudah mulai mengering, seiring dengan telah selesai nya ijab kabul yang dilakukan diluar sana.
Beberapa saat tadi suara lantang ayah dan calon suaminya terdengar ditelinga Zea. Namun tidak tahu seperti apa rupa suaminya itu sekarang.
Jangan tanyakan bagaimana acara pernikahan itu. Tidak ada yang spesial. Ayahnya hanya mengundang penghulu dan seorang saksi. Tidak ada mahligai pelaminan yang indah, tidak ada gaun pengantin yang membuat nya bahagia, tidak ada senyuman semua orang, dan tidak ada yang bisa diharapkan dari pernikahan ini.
Pernikahan yang terjadi hanya karena untuk membuat nya pergi dari rumah ini. Dan yang lebih menyakitkan adalah, menikah karena sebagai pelunas hutang.
Miris sekali..
Zea bahkan tidak tahu siapa calon suami nya sendiri.
Dia tidak tahu bagaimana rupa pria yang sudah menjadi suami nya sekarang.
Masih muda??? Atau sudah tua??? Apakah dia baik?? Atau kejam seperti yang dikatakan oleh Shania, kakaknya?
Entahlah...
Zea hanya berusaha untuk menguatkan hatinya. Semoga dengan dia yang menerima pernikahan ini, ayah dan kakak nya bisa tahu, jika Zea ingin sekali menjadi anak yang berbakti dan berguna bagi mereka.
Ya, setidaknya, pria yang membeli Zea, mau menikahi nya. Dari pada dia ambil begitu saja dan dijadikan budak nafsu. Sungguh, Zea tidak akan sanggup.
Dia hanya harus meyakinkan hatinya, jika semua pasti akan baik baik saja. Ya, bukankah selama ini hanya itu yang dia tanamkan?
"Ayo keluar, kau sudah harus pergi dari rumah ini" kedatangan Shania yang tiba tiba membuat Zea terlonjak kaget.
"Bawa pakaian busuk mu itu. Jangan ada yang tertinggal. Mulai sekarang kau akan menjadi budak dirumah tuan aneh itu" ujar Shania dengan begitu tega.
Zea hanya bisa mengangguk pasrah, dia meraih tas nya yang memang sudah dia siapkan sejak siang tadi. Berjalan keluar kamar diikuti oleh kakaknya.
Diruang tamu sudah tidak ada lagi siapa siapa. Hanya tinggal ayahnya dan juga seorang pria tampan yang berdiri diambang pintu dengan wajah datar.
Apa itu suami nya??? Tapi sepertinya bukan, bukankah itu terlalu tampan. Batin Zea.
Kini Zea memandang kearah ayahnya yang duduk disofa dengan wajah datar. Hati Zea lagi lagi mencelos sakit saat melihat tidak ada senyuman sedikitpun dari ayahnya, ataupun rasa sedih untuk melepaskan Zea.
Zea mendekat kearah ayahnya, berlutut dengan pelan dan meraih tangan ayahnya dengan lembut. Sebisa mungkin dia menahan untuk tidak menangis, meski sungguh rasanya benar benar sangat sakit.
"Ayah.... Zea pamit" ucap Zea dengan senyum pedihnya dan juga mata yang kembali berkaca kaca.
"Ayah jaga kesehatan ya, jangan lupa untuk minum obat." ujar Zea lagi. Namun tuan Danuarta hanya diam dan tidak bergeming sedikitpun.
Zea tersenyum dan mencium punggung tangan ayah nya dengan lembut, seiring air mata yang mulai menetes diwajah cantiknya.
"Semoga dengan kepergian Zea, ayah bisa tenang ya. Zea..... sayang ayah" ucap Zea seraya terisak dan menunduk pedih. Namun dia segera mengusap air matanya dan bangkit berdiri.
Sekali lagi Zea memandang ayahnya yang hanya diam, jangan kan untuk tersenyum, untuk memandang nya saja, ayahnya tidak mau lagi.
Sakit sekali rasanya..
Kini Zea menoleh pada kakak nya yang berdiri dengan begitu angkuh dan terkesan sinis.
"Zea pergi kak, tolong jaga ayah dengan baik" pinta Zea.
"Pergilah, hidup kami pasti tenang tanpa kamu lagi. Nikmati kehidupan barumu bersama suami aneh mu itu" ucap Shania dengan begiu acuh. Dia bahkan tidak menaruh iba sedikitpun dengan wajah sedih Zea. Shania hanya beranggapan jika kini dia cukup beruntung, karena bukan dia yang menikah dengan pria itu. Pria yang bahkan tidak mau menunjukkan wajahnya dihadapan mereka tadi. Pria itu memakai masker diwajahnya, dan hanya mata tajam nya saja yang terlihat nyalang. Shania bahkan sudah takut memandang nya, apalagi ketika melihat perawakan pria itu yang begitu angkuh. Setelah mengucapkan ijab kabul, bahkan tanpa sepatah katapun dia langsung keluar dari rumah itu. Benar benar aneh. Dan mungkin itu akan cocok dengan Zea.
Zea menarik nafasnya dalam dalam dan mulai berjalan keluar, dimana pria berwajah datar itu sudah menunggu nya sejak tadi.
"Hapus air mata anda nona, tuan tidak suka melihat wanita yang cengeng" ujar lelaki itu.
Zea mengangguk dengan cepat dan segera mengusap wajahnya dengan kasar. Dan setelah itu dia langsung berjalan kemobil dimana pria berwajah datar itu sudah berjalan lebih dulu.
Pria yang tidak lain adalah Zayn itu membukakan pintu mobil untuk Zea, namun sebelum masuk kedalam mobil, Zea kembali menoleh kearah rumah nya. Rumah yang menjadi saksi bisu bagaimana pedih nya Zea bertahan hidup selama sembilan belas tahun ini. Dan sekarang, dia sudah harus pergi. Pergi dengan membawa luka, luka yang entah bisa sembuh atau malah bertambah parah.
"Nona" panggil Zayn lagi.
Zea terkesiap dan dia langsung masuk kedalam mobil. Duduk dengan kaku seraya memeluk tas nya dengan erat. Namun sepertinya Zea tidak sendiri, ada seseorang yang duduk dengan tenang disamping nya. Namun cukup membuat Zea merasa tegang dan takut.
Apakah lelaki ini suami nya???
"Kau membuat waktu berhargaku terbuang Zea. Kau tahu hukuman apa yang harus kau terima hmm?" suara berat itu membuat Zea gemetar. Dia benar benar penasaran dengan rupa suami nya ini. Namun sama sekali Zea tidak berani menegakkan kepala.
"Lihat aku" bentak orang itu, dan lagi lagi Zea terlonjak kaget. Dengan takut dan ragu dia langsung mendongak dan memandang wajah pria ini.
deg
Zea terperangah...
Apa ini suaminya???
Melihat pandangan Zea yang seperti itu, membuat Malik, pria berwajah dingin dan datar itu menjadi muak. Dia langsung meraup kasar dagu Zea, membuat Zea meringis kesakitan.
Malik menilik dengan tajam wajah gadis kecil ini. Cukup cantik dan bersih. Lumayan untuk bisa menjadikan nya sebagai bahan untuk membalas Floe.
Malik tersenyum sinis memandang Zea yang kesakitan karena tangan besarnya.
"Kau tahu kau sudah dijual oleh ayahmu sendiri bukan?" tanya Malik
Zea terdiam, hanya matanya saja yang berkaca kaca.
"Jawab, apa kau bisu??" bentak Malik lagi.
Zea terkesiap dan langsung mengangguk dengan payah.
"Tahu tuan" jawab Zea yang masih menahan sakitnya.
"Apa kau menyayangi bajingan sepertinya?" tanya Malik lagi. Dan Zea langsung mengangguk dengan cepat.
"Jika kau menyayanginya, maka turuti semua perkataan ku. Lakukan apapun yang aku mau dan jangan pernah membantahku. Kau mengerti istri kecilku" ujar Malik dengan senyum yang menyeringai. Membuat Zea semakin ketakutan.
"I... iya tuan" jawab Zea.
Malik langsung menghempaskan wajah Zea dengan kasar, membuat Zea hampir terhantuk pintu mobil. Zayn yang sedang mengemudikan mobil hanya fokus memandang kedepan tanpa ingin melihat atau mendengar.
"Jika kau tidak bisa bekerja dengan baik, maka perusahaan ayahmu akan hancur, dan kedua orang itu juga akan aku jual, apalagi kakak ****** mu itu" ancam Malik dengan nada datar namun cukup mampu membuat Zea ketakutan.
"Baik tuan, saya.... saya pasti akan bekerja dengan baik. Tolong jangan apa apakan mereka" pinta Zea begitu memelas.
Malik hanya tersenyum tipis penuh kelicikan. Dia mengabaikan Zea dan kembali memandang kedepan seraya meraih tisu basah dan mengusap tangan nya berkali kali.
Sedangkan Zea kembali memalingkan wajahnya, memandang nanar keluar jendela mobil. Dimana jalanan malam itu terasa begitu lama untuk mereka lewati. Lihatlah, bahkan untuk menyentuh pun suaminya ini sudah begitu jijik.
...
Tidak lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Zayn sudah tiba dimansion utama keluarga Dewantara. Degan sigap Zayn membuka pintu mobil untuk tuan nya. Sedangkan Zea lebih memilih untuk turun sendiri.
Zea benar benar takjub memandang mansion ini yang benar benar besar, mewah dan megah. Tapi walau bagaimana pun indahnya mansion ini, tetap saja tidak akan bisa menjadi rumah ternyaman nya. Karena Zea memang tidak memiliki tempat dihati siapapun. Dia tidak memiliki rumah yang nyaman untuk berteduh, bahkan baru memulai menginjakkan kaki disini saja, Zea sudah merasa, jika hidupnya pasti akan lebih sulit lagi.
Ya Tuhan....
"Nona, ayo" ajak Zayn.
Zea langsung mengangguk dan mengikuti langkah kaki Zayn masuk kedalam mansion itu, dimana Malik sudah berjalan lebih dulu.
Namun saat tiba diruang tengah mansion, langkah kaki mereka terhenti saat dua orang wanita berbeda usia berdiri dan memandang Zea dengan lekat.
Zea langsung menunduk takut melihat tatapan kedua wanita itu. Wanita dengan gaya yang sangat anggun dan elegan.
"Siapa dia Malik?" tanya wanita paruh baya yang merupakan ibu Malik.
"Istriku" jawab Malik
Kedua wanita itu langsung terlonjak kaget.
"Apa!!!! istri" seru mereka tidak percaya.
"Malik, yang benar saja kau memperistri dia nak. Kau lihat bagaimana bentuk nya ini. Jangan gila!!!" seru nyonya Donita tidak terima.
"Kak, aku tahu kau sakit hati dengan Floe, tapi tidak dengan dia yang menjadi penggantinya" seru Michella pula, adik Malik.
Zea semakin tertunduk takut mendengar amarah mereka berdua.
Malik hanya tersenyum sinis seraya mengusap tangan nya dengan tisu yang dia bawa dari dalam mobil.
"Jangan ikut campur urusanku" ucap Malik dengan begitu angkuh. Dia bahkan langsung berjalan meninggalkan mereka semua.
"Malik, kau harus ingat dengan penyakitmu!!" teriak nyonya Donita namun Malik hanya diam dan terus berjalan menuju lift mansion itu.
"Nona ayo" ajak Zayn yang juga segera mengajak Zea.
Zea mengangguk dan langsung berjalan mengikuti Zayn, dia benar benar tidak berani memandang kedua ibu dan anak itu yang memandang nya dengan tatapan benci dan jijik.
Ya Tuhan.. sepertinya hidup Zea memang tidak akan mudah.
Nyonya Donita memandang kepergian anak lelaki nya dengan pandangan kesal. Apalagi ketika tahu jika dia membawa seorang gadis berpenampilan seperti itu kedalam mansion mewah ini.
"Mommy, sungguh. Aku tidak terima jika kakak memperistri gadis gembel itu" ucap Michella dengan geram.
"Mommy tidak akan membiarkan nya nak. Mommy lebih menyukai Floe yang menjadi menantu mommy. Tidak akan mommy biarkan kakakmu hidup bersama gadis itu" sahut nyonya Donita pula.
"Floe harus tahu ini" gumam Michella dengan pandangan licik dan sinisnya.
Zea berdiri mematung dengan tangan yang memegang sebuah kertas ditangan nya. Kertas yang berisi hal apa saja yang harus dikerjakan oleh Zea setelah menjadi istri dari seorang Malik Dewantara.
Bulu matanya bergetar seiring bola mata Zea yang mengedar membaca setiap tulisan yang tertera didalam sana.
"Itu adalah tugas yang harus anda lakukan nona. Anda harus mengingatnya dan jangan sampai melalaikan satu hal saja. Tuan Malik adalah orang yang penuh dengan kesempurnaan. Dan jika anda membuat satu kesalahan saja, maka anda harus siap menerima hukuman nya" ungkap Zayn.
Zea mengangguk mengerti dan dia masih terus membaca setiap urutan tugas barunya. Tugas yang sama seperti pembantu pada umumnya.
Tidak ada yang menarik, dia hanya harus mengurus semua keperluan pribadi tuan Malik, bangun sebelum tuan Malik bangun, dan tidur setelah tuan Malik tidur. Menuruti semua perintahnya tanpa boleh membantah atau melawan, termasuk menjadi istri figuran disaat dibutuhkan????? Apa apaain ini.
Namun bukan hanya itu saja yang janggal didalam tulisan ini. Tapi Zea juga harus selalu dituntut bersih dan wangi, dia dilarang menyentuh barang barang milik tuan Malik tanpa sarung tangan steril. Dan juga dengan tempat tidurnya, yang harus selalu bersih setiap saat meski pun tuan Malik tidak ada dirumah.
Kenapa sampai seperti ini??? Memang nya sesempurna itukah dia????
"Yang anda harus ingat adalah poin kebersihan dan dilarang membantah" kata Zayn yang mengejutkan lamunan Zea.
"Tuan... apakah tuan Malik???" perkataan Zea terhenti saat Zayn langsung mengangguk.
Dia menoleh kearah kamar mandi, dimana Malik masih masih mandi dan membersihkan dirinya.
"Tuan Malik mengidap syndrom Obsessive Compulsive Disorder, syndrom yang membuat nya tidak bisa terkena kuman atau debu sedikit saja. Tidak ada yang bisa menyentuh nya sembarangan. Siapapun itu, baik saya ataupun anda. Saya harap nona bisa mengingat itu" ungkap Zayn.
Zea mengangguk dengan pelan.
Zea tahu penyakit itu, sebuah penyakit mental yang membuat penderita nya selalu merasa takut berlebihan terhadap sesuatu.
"Anda harus bisa menjadi apa yang diinginkan oleh tuan Malik. Jangan sampai ada kesalahan apapun. Tuan Malik tidak menerima itu. Jika anda berbuat satu saja kesalahan, maka hukuman akan menanti anda. Jika tidak termaafkan, maka ayah dan kakak anda juga akan terkena imbas nya" ancam Zayn.
"Dan satu lagi" perkataan Zayn membuat jantung Zea selalu bergemuruh takut.
"Jangan coba coba menangis dihadapan tuan Malik" ucap Zayn, namun dengan nada yang ditekan dan begitu mengancam.
Zea hanya mengangguk saja, meski dia benar benar penasaran kenapa harus seperti itu. Tapi mungkin saja tuan Malik jijik dengan air mata nya.
"Sekarang mulai tugas anda dengan menyiapkan pakaian dan keperluan nya. Semua ada diruang ganti. Dan mulai sekarang anda tidur dikamar ini, tapi ingat, jangan tidur diatas tempat tidurnya" ujar Zayn.
Zea langsung mengangguk dengan cepat, wajah datar Zayn membuat nya takut. Bahkan tanpa sepatah katapun, pria itu langsung meninggalkan Zea didalam kamar yang begitu luas dan sangat bersih itu.
Zea menghela nafasnya dengan berat. Perjuangan nya kembali dimulai hari ini. Perjuangan yang entah sampai kapan akan berakhir.
Ceklek
Pintu kamar mandi yang terbuka membuat Zea terlonjak kaget, dia langsung memandang kearah pintu, namun dengan cepat pula kembali menundukkan pandangan nya. Malik baru keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan jubah mandi. Dan ingat peraturan yang tertulis tadi, dilarang memandang Malik lebih dari tiga detik. Ya ampun...
"Dimana pakaian ku" tanya Malik dengan suara berat nya.
Zea terkesiap
"Sebentar tuan, maaf" ucap Zea yang langsung berlari dan meraih sarung tangan yang memang sudah disiapkan diatas meja. Memakai nya dengan cepat dan dengan tangan yang bergetar. Setelah itu dia langsung berlari kedalam ruang ganti Malik.
Malik mengikutinya dari belakang. Melipat kedua tangan nya didepan dada dan memperhatikan Zea yang nampak sedang memilih pakaian yang akan dikenakan nya. Untuk hari ini mungkin dia akan membiarkan Zea terlambat, namun untuk kedepan nya, jangan harap. Apalagi jika pekerjaan Zea tidak sesuai harapan, maka akan dia buat gadis ini mendapatkan hukuman yang sesuai.
Zea yang merasa dipandangi benar benar gugup. Pandangan tajam itu seakan ingin membelah tubuhnya. Namun bukankah dia sudah selalu bekerja dibawah tekanan seperti ini, maka Zea harus bisa menganggap itu sama bukan.
Dengan sigap Zea memilih setelan yang akan dikenakan oleh Malik. Dan juga aksesories yang memang sudah tersedia disana.
"Tuan sudah" ucap Zea tanpa berani memandang Malik
Malik menaikkan alisnya, dan memandangi pakaian yang disiapkan oleh Zea. Boleh juga. Tapi karena sekarang dia harus segera berangkat keperusahaan, maka dia juga tidak bisa bermain main dengan mainan barunya ini.
"Pergi kau" usir Malik
Zea hanya mengangguk dan langsung berjalan keluar meninggalkan Malik.
Dia langsung membereskan pakaian nya yang hanya beberapa helai, dan memasukkan kelemari kecil yang sudah disiapkan Zayn untuknya.
Tidak menyangka jika sekarang dia sudah menjadi istri. Istri dari seorang pria yang penuh dengan kesempurnaan. Namun bukan istri yang sesungguhnya, melainkan hanya figuran yang jika dibutuhkan saja baru dianggap istri. Dan jika tidak, Zea hanya pembantu untuk Malik. Menyedihkan bukan.
Tapi satu hal yang harus Zea syukuri, karena Malik yang mengidap penyakit langka itu, maka dia akan aman dari sentuhan pria itu. Yah, dia masih bisa menjaga kehormatan nya hanya untuk lelaki yang mencintainya nanti.
"Kau ingat tugas mu semua. Dan jika aku pulang nanti kau masih saja gembel seperti ini. Maka aku akan menghukummu" ucap Malik tiba tiba.
Zea langsung terlonjak kaget dan segera berdiri dari duduk nya.
"Baik tuan" jawab Zea dengan cepat.
Malik memandang Zea dengan lekat, namun sedetik kemudian dia langsung tersenyum sinis . Hanya menggunakan kebaya putih sederhana dan sedikit riasan, niat sekali gadis ini menikah dengan nya. Malik berfikir jika Zea pasti sangat senang menikah dengan pria kaya dan berkuasa sepertinya. Hingga dia rela dijual ayahnya sendiri.
"Kau beruntung karena aku cukup sibuk hari ini, jadi aku tidak akan mempermasalahkan kelalaian mu sekarang. Tapi nanti, kau akan tahu bagaimana aku akan membuat mu tersenyum bahagia, bukankah kau senang menikah denganku" ujar Malik dengan begitu tajam
Zea hanya tertunduk dengan tangan yang saling meremas takut.
"Kau ingat semua tugas mu itu!" ucap Malik dan dia langsung keluar dari kamar itu meninggalkan Zea yang langsung bisa bernafas dengan lega.
Zea langsung memandang kepergian Malik dengan pandangan sendu. Senang bagaimana yang dimaksud Malik? Bahkan jika boleh meminta, Zea ingin sekali bertemu maut dari pada bertemu jodoh.
"Ibu...kapan ibu menyusul Zea...."
...
Setelah kepergian Malik keperusahaan, Zea langsung membersihkan diri dan mengganti pakaian nya. Hanya pakaian sederhana yang Zea miliki. Itu juga semua bekas kakak nya. Padahal keluarga Zea adalah keluarga kaya dan cukup terpandang, namun Zea, adalah putri yang tidak dianggap dan bahkan hanya dianggap sebagai pembantu dirumah itu.
Tidak ada fasilitas apapun yang Zea terima, bahkan untuk sekolah saja, ayahnya hanya mau menyekolahkan Zea sampai ke jenjang SMA, padahal Zea adalah seorang gadis yang cukup pintar dan berbakat. Namun semua tidak dilihat, hanya karena ayahnya menaruh luka yang begitu mendalam atas kematian ibu Zea.
Jika mengingat itu, hati Zea benar benar sakit. Sembilan belas tahun dia bertahan dalam kesakitan dan kerinduan akan kasih sayang, namun semua tidak pernah dia dapatkan. Dan sekarang, dia sudah pergi dari rumah itu. Pergi dan meninggalkan ayahnya. Semoga dengan kepergian Zea, ayahnya sudah tenang dan tidak akan merasa terbebani lagi.
"Hei... gadis gembel" seruan seseorang diambang pintu kamar Malik membuat Zea terkesiap kaget.
Zea langsung memandang kearah pintu, dimana Michella berdiri dengan wajah benci nya disana.
"Kemari kau" panggil Michella
Zea mengangguk dan langsung berjalan kearah Michella. Dia tertunduk takut melihat wajah angkuh Michella.
"Ada apa nona??" tanya Zea dengan ragu
Namun Michella malah langsung menarik lengan Zea dengan kasar, membuat Zea meringis. Dia mengikuti langkah cepat Michella kelantai bawah, dimana disana sudah ada nyonya Donita dan juga seorang gadis cantik dengan tubuh tinggi nya.
"Nona saya mau dibawa kemana?" tanya Zea
"Diam" seru Michella
Hingga saat tiba dibawah, Michella langsung menghempaskan Zea dengan kasar, membuat Zea langsung tersungkur dihadapan kedua wanita berbeda usia itu.
"Lihatlah Floe, penggantimu ini" ucap Michella dengan nafas yang memburu
Fleorencia, mantan kekasih Malik..
Dia langsung menunduk dan memandang sinis Zea yang masih terduduk diatas lantai.
Zea memandang mereka dengan heran, kenapa mereka memandang nya seperti itu??? Apa salah Zea memang nya.
"Berdiri kau" pinta nyonya Donita. Dan mau tidak mau Zea langsung berdiri dengan kepala yang masih tertunduk.
"Katakan, apa yang sudah kau lakukan hingga putra ku mau menikahimu" ujar nyonya Donita
Zea menggeleng dengan pelan.
"Saya...saya tidak tahu nyonya" jawab Zea
Mereka langsung mendengus sinis memandang Zea, apalagi dengan penampilan Zea yang begitu sederhana. Sangat jauh dari kata mewah.
"Aku tidak menyangka jika Malik akan membalas ku dengan penghinaan seperti ini" gumam Floe
"Dan aku juga tidak akan membiarkan dia tinggal lebih lama dimansion ini" sahut Michella pula.
Zea mendongak dan memandangi mereka semua. Namun dia kembali tertunduk saat pandangan tajam nyonya Donita terasa ingin mencabik dirinya.
"Saya kemari dibawa oleh tuan Malik, dan jika kalian tidak terima, kalian bisa meminta tuan Malik memulangkan saya" ucap Zea, yang entah kenapa dia berani sekali membuka suara. Karena menurutnya, urusan nya tidak ada bersama mereka, namun dengan Malik.
"Kau berani melawan rupanya" nyonya Donita langsung meraup kasar wajah Zea.
Zea hanya memandang nya dengan datar.
"Apa anda tidak berani meminta tuan Malik untuk itu??" tanya Zea dengan berani. Dan tentu saja itu membuat mereka menjadi murka.
"Kau akan merasakan tinggal dineraka seperti apa jika kau masih memilih disini sialan" maki Michella
"Dan aku tidak akan membiarkan siapapun memiliki Malik, apalagi gadis gembel sepertimu" ancam Floe pula.
Mereka bertiga langsung menyeret Zea dan membawanya kebelakang rumah.
"Lepas....." teriak Zea
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!