Pagi hari yang cerah, matahari mulai naik, semua siswa sudah siap-siap di kantin asrama menikmati sarapan seperti biasa.
Setelah sarapan usai, mereka satu persatu pergi ke sekolah dan masuk ke kelas masing-masing.
Sekolah yang tadinya sunyi langsung ramai seperti pasar saat jam mendekati pukul 07.00 WIB.
Seperti biasa mereka selalu bercanda ria sebelum guru masuk ke ruangan, mereka merobek-robek kertas lalu saling melempar kertas, hal yang biasa mereka lakukan dipagi hari.
Saat guru datang, semua siswa langsung berlari panik dan membersihkan kertas mereka, lalu duduk rapi. Semua kelas hampir seperti itu, inilah kelakuan anak-anak sekolah menengah atas.
Disaat pelajaran dimulai, semuanya fokus belajar. Hanya 2, 3 orang yang tidak terlalu memperhatikan.
Saat istirahat, semua berlari ke kantin dan berebutan ketika memesan makanan kepada pemilik kantin.
Saat pulang sekolah, semuanya langsung pergi mengantre makan siang di asrama.
Mereka berbaris rapi saat mengambil makanan. Dan pada malam harinya, mereka mengantre lagi. Itulah kesibukan kehidupan asrama setiap harinya, dan terus berulang seperti itu.
*
Pagi hari berikutnya, mereka seperti biasa kembali mengantre makanan, lalu berlari ke sekolah setelah menghabiskan sarapan masing-masing.
Saat mereka sedang bercanda ria, tiba-tiba guru sudah berjalan mendekat.
"Pak Haikal datang!" seru iyan sambil berlari. "Cepat duduk! Cepat!" Tambah Iyan
Semuanya pun duduk dengan rapi tanpa suara.
Pak Haikal masuk bersama anak baru. Semuanya mengintip diam-diam pada seseorang yang berjalan dibelakang Pak Haikal, itu adalah murid baru. Anak baru itu tersenyum ke arah seisi kelas sambil membenarkan kaca-mata-nya. Anak baru itu mempunyai rambut yang tersisir rapi, kulit putih dan tubuh tinggi.
"Anak-anak, kenalkan ini murid baru pindahan dari Lombok," ujar Pak Haikal
"Ya," kata semua siswa dengan serempak.
Pak Haikal menoleh ke arah murid baru. "Silakan perkenalkan diri kamu."
Anak baru itu menarik nafas sedikit lalu mengeluarkannya perlahan
"Perkenalkan, nama saya Pandu, pindahan dari Lombok. Semoga kalian bisa menerima saya di sini. Salam kenal dari saya," kata anak bernama Pandu itu.
"Salam kenal," semua siswa menyambutnya dengan ramah.
Pak Haikal mempersilakan Pandu untuk duduk
"Pandu." panggil Iyan, Pandu menoleh ke arahnya.
"Sini, duduk sama gue sini," kata Iyan pelan
"Ah iya, terima kasih." Pandu menyimpan tasnya di bawah, lalu duduk di samping Haikal.
Dia berjabat tangan dengan Iyan, mereka mulai saling berkenalan.
"Kenalin, gue Iyan." Iyan tersenyum ceria
"Pandu." ucapnya
Dia langsung mengeluarkan buku catatannya setelah berkenalan.
Saat pelajaran dimulai beberapa menit, Iyan mulai mengantuk. Pandu beberapa kali melihat ke arahnya. Dan di tengah pelajaran, Iyan tertidur.
Begitu matanya tertuju kepada Iyan, Pak Haikal perlahan mendekat dan mengetuk meja beberapa kali. Tapi Iyan tetap tertidur.
Pandu melihat tatapan Pak Haikal. Meski Pak Haikal berdeham, Iyan tak kunjung mendengarnya. Semua siswa melihat ke arah Iyan sambil tersenyum-senyum. Pandu menyenggol Iyan dengan kuat hingga Iyan bangun dan kaget melihat Pak Haikal di dekatnya.
"Maaf pak saya ketiduran," kata Iyan dengan terbata-bata.
"Semalam pasti kabur lagi kan?" tanya Pak Haikal
"Tidak Pak, beneran, gak bohong, suer," jawab Iyan berusaha mengelak dan mengangkat 2 jari.
"Sekarang juga berdiri di depan sampai pelajaran berakhir," kata Pak Haikal dengan nada suara tinggi.
"Tapi Pak," kata Iyan ingin menolak.
"5 menit lagi gak berdiri hukumannya diganti jadi lari keliling lapangan. Mau?" suara Pak Haikal semakin keras.
"Iya Pak, iya, saya berdiri sekarang juga," ucap Iyan
Iyan berlari keluar, dan berdiri di depan kelas, Ia menghela nafas berat.
"Bodoh banget gue, bisa-bisanya tidur saat pelajaran Pak Haikal." gumamnya
Setelah satu jam lebih, lonceng Istirahat berbunyi. Semua siswa berlari keluar dan langsung pergi ke kantin.
Pak Haikal keluar dan memperbolehkan Iyan masuk, Iyan menghela nafas lega karna saat ini kakinya seperti akan lepas, lalu Ia berjalan masuk sambil memegang kaki yang pegal.
"Pegal gue," kata Iyan kepada Pandu
"Makanya jangan tidur saat pelajaran. Memangnya loe ngapain semalam hingga jam segini udah ngantuk?" tanya Pandu
"Semalam gue gak tidur karena main game, lagi seru-serunya, makanya lupa waktu, pas gue liat ternyata sudah jam 3 pagi." ucap Iyan terkekeh.
"Lain kali jangan seperti itu lagi, ingat itu," kata Pandu
"Ya," jawab Iyan dengan wajah lesu sambil menggaruk kepala.
"Ini sudah jam istirahat kenapa loe masih buka buku?" tanya Iyan lagi
"Mengulang pelajaran tadi biar gak lupa," jawab Pandu santai.
"Ayo kita pergi ke kantin, saat ini waktunya kita jajan lo," kata Iyan
"Gue gak ikut, loe sendiri saja, gue gak lapar," ucap Pandu menolak.
"Ya sudah gue pergi dulu, teman-teman yang lain sudah nungguin gue pastinya. Mau di bawain cemilan gak?" tanya Iyan
"Gak usah," Pandu menggeleng sambil tersenyum tipis.
"Ya sudah gue ke kantin dulu." Iyan berlalu pergi dan berlari ke kantin dengan bahagia dan langsung duduk di samping Ajeng.
"Habis dihukum tapi wajah tetap bahagia," kata Edo saat melihat ke arah Iyan yang selalu tersenyum.
"Loe dihukum lagi, pasti karena main game kan kemarin malam?" tanya Ajeng
Iyan tersenyum dan membenarkan.
"Dasar bodoh makanya jangan bergadang lagi, game itu cuma buat kita jadi bodoh hingga lupa waktu," kata Ajeng
"Salah, game itu ngilangin stres," balas Iyan
"Ngilangin otak iya," balas Ajeng lagi
"Tapi loe emang pantas dihukum, kalaupun gak tidur, loe juga gak bakal dengar apa yang guru terangkan," kata Edo sedikit meremehkan, bercanda pada Iyan.
"Enak aja loe bilang, gue ini selalu mendengar apa yang guru terangkan, tapi gue gak pernah ngerti apa yang diterangkan," canda Iyan terkekeh
Edo dan Ajeng tertawa mendengar kata Iyan
"Sama aja," sahut Edo
Tiba-tiba mata iyan melihat ke arah 2 orang yang sedang berjalan, "Hei itu Karina sama Renata," ucapnya
Edo melihat ke arah yang dilihat Iyan "Sebentar lagi Boy pasti menyusul mereka," kata Edo yang sudah hafal jika Boy sering mengikuti Renata.
Renata dan Karina duduk di pojokan setelah memesan minuman, dan benar saja Boy datang bersama Yuda dan duduk bersama mereka.
"Benar kan?" kata edo bangga karena perkiraannya tepat.
Iyan dan Ajeng hanya senyum.
"Re, mau makan apa? gue yang traktir," kata Boy saat menatap Renata
"Gak usah, gue sudah pesan minum tadi," tolak Renata dengan lembut.
"Kan minum bukan makan," sambung Boy lagi.
"Gue lagi gak lapar, loe saja yang pesan," ujar Renata tetap menolak
Karina terlihat tidak suka saat Boy mendekati Renata dan mereka terlihat sangat akrab.
"Ya sudah kalau gak mau, gue juga minum saja," ucap Boy kecewa.
Yuda mulai mengobrol tentang pelajaran bersama Renata karena memang keduanya sering juara kelas jadi sering nyambung jika menyangkut masalah pelajaran.
Boy menatap kesal ke arah keduanya.
"Bisa gak bahas hal lain di sini?" kata Boy dengan nada tidak suka.
"Kalau gak suka pergi saja," ucap Renata santai tapi masih dengan suara lembut.
"Bukan begitu, hanya saja ini lagi di kantin bukan di kelas jadi bahasnya yang lain saja," jawab Boy lagi
"Gak usah dengar kalau gak suka," balas Renata sambil tersenyum.
Boy terpaksa diam daripada nanti gak bisa bareng Renata.
Karina dan Yuda hanya senyum
Boy gak bisa bertingkah di depan Renata batin Yuda
Di tempat Iyan dan teman-temannya "Pertandingan nanti, kita melawan kelas mereka, kita harus mengalahkan Boy si songong itu biar gak tambah songong," kata Edo
"Kita kan kekurangan orang, gimana mau menang," jawab Iyan
"Pertandingannya bulan depan, masih sempat untuk cari yang mau gabung, nanti kita tanya dulu siapa yang tertarik di kelas kita," kata Edo
"Kalau kita kalah lagi dari kelas mereka, mungkin mereka akan semakin mentertawakan kelas kita," kata Ajeng dengan nada lemah .
"Ngomong-ngomong anak baru tadi kenapa gak loe ajak ke sini?" tanya Edo kepada Iyan
"Dia gak mau, sepertinya dia itu kutu buku, tadi gue lihat dia cuma baca buku di kelas," jawab Iyan.
"Oh..." Edo mangguk-mangguk
Pesanan mereka datang, jadi mereka sibuk makan jajanan.
Mereka kembali ke kelas, Iyan langsung duduk di dekat Pandu "Pandu, loe dapat kamar asrama nomor berapa?" tanya Iyan
"Nomor 603," jawab Pandu
"Berarti loe sendiri?" tanya Iyan lagi
"Iya. Memangnya biasanya 1 kamar berapa orang?" tanya pandu balik tanpa menatap ke arah Iyan.
"2 atau 3 orang," jawab Iyan
"Oh..." ucap Pandu santai
Semua siswa pulang sekolah dan makan siang seperti biasa.
Pandu melihat semuanya duduk dengan rapi saat makan siang.
"Pandu, kok loe makan sedikit sih? kan tadi istirahat loe juga gak jajan?" kata Ajeng
"Gue sudah biasa makan seperti ini, karena di rumah sering berbagi makanan jadi kebiasaan sampai sekarang," kata Pandu sedikit gugup. Gue terpaksa bohong batinnya
Iyan Edo dan Ajeng saling melihat dan merasa kasian terhadap Pandu.
"Maaf ya gue jadi ngingatin loe sama keadaan rumah," kata Ajeng dengan sedikit rasa bersalah.
"Gak apa-apa," ucap Pandu sambil tersenyum
"Terus kok loe bisa sekolah di sini?" tanya Ajeng.
"Gue masuk karna rekomendasi pemilik sekolah, jadi gue di sini anak beasiswa kurang mampu bukan beasiswa prestasi ya," ucap Pandu
Semua tertawa mendengar perkataan Pandu.
"Kalau gak berprestasi gak mungkin bisa masuk juga," sambung Ajeng sambil senyum.
Pandu juga tersenyum
"Prestasinya ada, tapi sedikit," tambah Pandu
Setelah makan siang mereka masuk ke asrama masing-masing.
Pandu membuka kaca-mata-nya dan langsung mandi, saat di kamar mandi Ia menatap kaca dengan sangat lama dan langsung tersenyum tipis. Ternyata kaca-mata yang dipakainya hanya kaca-mata biasa yang sangat mirip dengan kaca-mata min.
Ternyata gak gampang jadi anak SMA cupu seperti ini, rasanya agak kaku apalagi harus tersenyum selalu batinnya
Setelah mandi Pandu langsung memakai pakaian biasanya.
Di tempat tidur Dia langsung berbaring karena lelah tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Pandu mendapat pesan dari seseorang.
"Apa semuanya lancar?" tanya seseorang di seberang sana.
"Ya," balas Pandu dengan singkat.
Pandu melepaskan ponselnya lalu memejamkan matanya sambil menghela nafas panjang.
Malam hari semuanya berjalan ke tempat makan.
Semuanya sudah berbaris rapi untuk mengambil makanan.
Pandu akan mengambil makanan tapi dihalangi Boy
"Anak baru gue duluan, minggir sana," suruh Boy yang seperti preman sekolah.
Pandu hanya diam dan minggir ke belakang, Renata dan Karina datang dan melihat Boy mengambil barisan Pandu.
"Re duluan saja," kata Boy saat melihat Renata.
Renata melihat ke arah Pandu lalu kembali melihat ke arah Boy.
"Bukankah di sini ada aturannya harus mengantre ya? kok loe baru datang sudah nyosor ke depan?" tanya Renata
"Barisan ini gak terlalu ramai, jadi gue ke depan, lagian yang lain juga gak masalah," jawab Boy
Renata melihat ke arah Pandu.
"Silakan, tadi gue liat loe barisan depan," ucap Renata mempersilakan Pandu duluan
"Terima kasih," kata Pandu
Boy minggir dengan kesal, Ia melihat ke arah Pandu dengan tatapan membunuh.
Pandu mengambil makanan, dan saat berjalan Ia menunduk melihat Renata, Ia langsung duduk di dekat Iyan dan Edo.
"Boy sudah biasa seperti itu, sering merebut barisan," kata Iyan
Pandu melihat ke arah Renata.
"Loe gak usah liat-liat, nanti habis oleh si Boy," kata Iyan lagi
"Tidak kok, gue cuma mau berterima kasih, tadi dia sudah baik sama gue," kata Pandu
"Renata memang baik pada siapapun," sambung Edo.
"Namanya Renata?" tanya Pandu lagi.
"Iya, banyak yang suka sama Renata, tapi pasti dihajar sama Boy, jadinya semuanya pada takut buat dekat-dekat Renata," jawab Edo
"Mereka pacaran?" tanya Pandu dengan penasaran.
"Gak pacaran, hanya saja Boy sudah lama suka tapi selalu ditolak, karena alasannya Renata gak bisa pacaran saat sekolah, ini komitmen Renata," jawab Edo.
"Oh," kata Pandu
"Tapi mungkin setelah lulus mereka akan langsung menikah, kan orang tua mereka teman baik, mereka juga sudah kenal lama," tambah Iyan
Renata membawa makanan, dan melewati Pandu, Ia tersenyum ke arah Pandu, Pandu membalas senyumannya..
Boy melihatnya dengan kesal, dan langsung menarik Renata duduk.
Renata pun duduk bersama Boy, Yuda dan Karina
"Cepat makan nanti keburu dingin," kata Boy kepada Renata.
"Iya," sahut Renata.
Sesekali Renata melihat ke arah Pandu lagi,
pandu juga melihatnya.
Karina menatap ke arah Boy yang sibuk membukakan Renata minuman.
"Ini air putihnya," Boy memberikan air ke Renata.
"Terima kasih Boy," kata Renata sambil tersenyum.
Pandu mendengar pembicaraan mereka lalu tidak lagi melihat Renata, dari pembicaraan mereka dan sikap Boy sudah jelas mereka akrab.
Pandu buru-buru menyelesaikan makannya lalu Ia langsung pergi.
Renata menoleh sebentar, Ia senyum tipis saat melihat kepergian Pandu.
*
Beberapa hari berlalu.
Yuda, Boy dan yang lainnya lagi latihan basket di lapangan.
Boy tersenyum melihat Renata datang.
Karina dan Renata duduk di pinggir, melihat mereka latihan.
Tiba-tiba dipertengahan latihan, bola basket terlempar ke arah Renata dan Karina, Renata dan Karina kaget dan langsung menunduk.
Tapi Pandu buru-buru menangkap bolanya.
Saat mereka tidak merasakan bola, Karina dan Renata langsung mengangkat wajah melihat Pandu memegang bola.
"Terima kasih," ucap Renata.
"Iya, lain kali kalian duduknya agak jauh biar gak kena bola," ujar Pandu.
Pandu melempar bolanya kembali ke lapangan, dan di tangkap Yuda langsung.
Boy berlari ke arah Renata.
"Maaf ya Re, loe gak apa-apa kan?" tanya Boy dengan nada khawatir.
"Iya gak apa-apa Boy," kata Renata
"Duduknya pindah sebelah sana saja," Kata Boy sambil menunjuk bangku yang agak jauh.
Renata mengangguk.
Sekali lagi Renata melihat ke arah Pandu sambil tersenyum.
Boy melihat juga ke arah Pandu.
"Hei cupu, thank sudah nolongin Renata tadi." ucap Boy
Pandu mengangguk dan hanya senyum tipis, lalu berjalan pergi.
*
Pandu duduk di taman sekolah sambil membaca buku.
Renata dan Karina berjalan ingin kembali ke kelas melewati sekitaran itu. Dia melihat Pandu dari kejauhan yang saat ini sedang fokus membaca bukunya.
Saat Pandu mengangkat wajah, Ia melihat ke arah Renata yang berjalan sambil melihat ke arahnya.
Renata jadi salah tingkah, dan buru-buru melihat ke depan, dan pura-pura sibuk bicara dengan Karina.
Pandu hanya senyum dan kembali melanjutkan membaca.
Iyan berlari mencari Pandu.
"Ternyata loe di sini, kelas kita lagi cari pemain basket, loe kok gak ikut daftar?" tanya Iyan yang masih ngos-ngosan.
"Gue gak tertarik untuk tanding," jawab Pandu
"Tapi kita kekurangan orang," kata Iyan
"Anak-anak yang lain masih banyak," ucap Pandu
"Ya sudah kalau gak mau, ayo kembali ke kelas," ajak Iyan sambil merangkul bahu Pandu.
"Loe tinggi amat ya, susah gue rangkul," ucap Iyan
"Loe nya aja yang terlalu pendek," canda Pandu
"Enak aja begini-begini tinggi gue 168 lo,"
Pandu hanya senyum,
"Kalau seleksi jadi tentara pasti langsung ditolak," ucap Pandu sedikit bercanda
Iyan tertawa begitu juga Pandu.
Mereka bercanda sambil saling merangkul pundak hingga sampai ke kelas, mereka terlihat akrab hanya dalam waktu beberapa hari.
*
Sore hari Pandu duduk di pinggir melihat Edo dan yang lainnya latihan basket.
Pandu membenarkan kaca-matanya.
Ajeng duduk di sampingnya ikut menonton.
Dari kejauhan Renata yang baru keluar dari aula melihat mereka berduaan yang terlihat mengobrol sambil bercanda.
Yuda mengejar Renata.
"Re ini kertas lagunya yang untuk dihafalin, sudah gue salin semuanya, tinggal loe pilih aja mau lagu yang mana." ucap Yuda
"Ah iya thank Yud, ayo bareng ke asrama." ajak Renata
Yuda mengangguk.
Yuda dan Renata berjalan berdua sambil ngobrol.
Pandu juga melihat ke arah mereka yang sudah berjalan pergi.
Renata memang baik pada semua orang, wajar jika banyak yang suka batin Pandu
*
Hari pertandingan pun tiba, Iyan dan Edo panik karna pemain mereka kurang, dikarnakan ada yang sakit.
Iyan dan Edo jadi terpaksa memaksa Pandu untuk main.
"Pandu loe harus main," bujuk Edo
"Gak, cari yang lain saja," tolak Pandu.
"Ayolah tolongin kita," bujuk Iyan lagi.
"Gue gak bisa," ucap Pandu yang terus menolak
"Kita gak ada pemain lagi, gue mohon," keluh Iyan dengan wajah memelas.
"Iya Pandu, kalau kalah sebelum pertandingan itu akan sangat memalukan," tambah Edo lagi
"Tapi gue gak bisa, benar-benar gak bisa," Pandu tetap menolak
"Pokoknya main saja, ayo cepat ganti baju," kata Edo
"Baiklah kali ini saja," Pandu mengambil baju dan langsung menggantinya.
Di lapangan.
"Pemain kalian kurang, yakin mau main? gak mau ngaku kalah?" tanya Boy dengan nada meremehkan.
"Enak aja ngaku kalah," balas Iyan
Pandu berlari masuk setelah berganti baju.
Boy dan Yuda tertawa terbahak-bahak melihat pandu.
Pertandingan pun dimulai, wasit membunyikan peluit lalu melempar bola ke atas.
Mereka mulai main, Boy menghalangi Pandu melempar bola.
Boy tersenyum menantang saat Ia berhasil merebut bola.
Pertandingan tetap berlangsung. Para penonton bersorak mendukung Boy.
Iyan melempar bola ke arah Edo dan langsung Edo lempar ke ranjang, lalu bola ditangkap Pandu lagi.
Saat Pandu akan melempar bola, Boy sengaja menyenggol Pandu hingga terjatuh, kaca-Mata Pandu terjatuh ke bawah.
Renata berlari ke lapangan saat pertandingan berlangsung.
Saat teman Boy ingin menginjak kaca-mata Pandu, Renata langsung memegangnya, hingga teman Boy menginjak tangan Renata.
Boy menatap temannya dengan tajam, temannya melepaskan kakinya dari tangan Renata dan langsung meminta maaf.
Renata hanya diam lalu memakaikan kaca-mata Pandu.
"Terima kasih Renata," ucap Pandu
Renata tersenyum dan memberi semangat, Pandu melihat ke arah tangan Renata yang memerah.
Renata berlari dan duduk kembali dekat Karina.
"Kenapa loe nolong lawan kita?" tanya Karina.
Renata hanya diam sambil tersenyum.
Pandu bermain dengan semangat dan berhasil memasukkan banyak bola.
Pertandingan selesai, kelas Iyan pun menang
Mereka bersorak bahagia.
Boy kesal dan langsung membanting bola ke arah Pandu, Pandu menangkapnya langsung.
Iyan, Edo dan Pandu berbaring di lapangan karna kelelahan, mereka tertawa bersama saat mengingat wajah kesal Boy.
"Pandu ternyata loe bisa main juga ya?" Iyan bahagia saat menatap Pandu
"Sedikit," jawab Pandu singkat .
"Tapi loe hebat bisa masukin banyak," kata Iyan
Pandu hanya senyum "Hanya keberuntungan,"
Pertandingan-pertandingan lainnya berlangsung.
Renata bermain tenis melawan kelas lain.
Setelah semua pertandingan selesai Pandu menemui Renata.
"Renata ini minum," Pandu menyodorkan minuman yang sudah Ia bukakan.
"Terima kasih," Renata tersenyum
Renata langsung meminumnya.
"Renata," panggil Pandu
"Ada apa?" tanya Renata saat menoleh
"Tadi terima kasih banyak," ucap Pandu sambil tersenyum
Renata tersenyum mengangguk
"Loe Pandu ya?" tanyanya.
"Iya. Oh ya sini tangan loe gue kompres pake es batu," kata Pandu yang sudah membawa es batu
Renata memberikan tangannya
"Sakit gak?" tanya Pandu perhatian
Renata menggeleng,
"Ini hanya merah sedikit," kata Renata
"Maafin gue, ini karna loe ingin mengambil kaca-mata gue," ucap Pandu
"Santai saja, gak sakit kok, jadi jangan merasa bersalah gitu." kata Renata
Pandu menatap ke arah Renata yang sedang tersenyum.
"Gue suka basket, tapi gak bisa main basket, loe mau ngajarin gue gak?" tanya Renata.
"Tapi gue gak sehebat Boy," ucap Pandu
"Gak apa-apa, kapan-kapan ajarin gue mau gak? gue liat tadi loe hebat banget masukin bola ke ranjang," ucap Renata
"Itu hanya keberuntungan, kenapa gak minta ajarin Boy saja," ucap Pandu
"Boy orangnya agak emosian, nanti gue malah bikin dia kesal," ucap Renata.
"Ya sudah, kapan-kapan kalau ada waktu gue ajarin loe main." kata Pandu setuju
Boy datang mendekat dan menatap tajam ke arah Pandu.
Pandu melepaskan tangan Renata
"Gue pergi ke sana dulu, cari yang lainnya," ujar Pandu menghindar.
Pandu berjalan pergi.
"Pandu," panggil Renata
Pandu menoleh.
"Terima kasih minumannya dan juga kompresannya," ucap Renata sambil mengangkat minuman.
Pandu mengangguk.
*
Malam hari Yuda dan Renata nyanyi di depan siswa lain, Boy dan Karina juga ikut.
Pak Haikal dan Bu Indah juga menyanyi.
Semuanya juga dansa bersama.
Semua melihat ke arah Boy dan Renata saat mereka dansa.
Renata tersenyum bahagia.
"Re loe liat, semuanya lagi ngeliatin kita," kata Boy
Renata melihat ke sekeliling, Pandu juga melihat mereka.
Renata berputar dan langsung jadi pasangan Yuda, semua bertukar pasangan.
Setelah dansa, Pak Haikal mengumumkan pemenang pertandingan tadi siang, kelas Iyan hanya unggul di basket.
Pertandingan lainnya dimenangkan kelas Boy semua.
Boy dan yang lainnya bersorak meremehkan kelas Iyan.
Iyan dan Edo terlihat kesal.
Karina melihat Boy dan Renata tersenyum bersama saat tos.
Kenapa Boy hanya melihat Renata, padahal Renata gak pernah suka padanya batin Karina.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!