SEUNTAI PEMBUKA
Salam,
Novel ini hanya fiktif belaka. Novel Bintang Merah di Langit Goryeo merupakan kelanjutan dari novel pertama yang berjudul The Scent of Life. Dalam novel pertama diceritakan tentang kehidupan gadis yang bernama Oh Man Se yang yatim piatu, dan jatuh cinta pada kakak angkatnya sendiri yaitu Kang Min Hyuk. Kemunculan tokoh Hong Sun Hwa yang ingin Oh Man Se menghilang dari sisi Kang Min Hyuk mengirimkan sihir hitam yang menyebabkan Oh Man Se melakukan bunuh diri dan koma selama puluhan tahun.
Novel ini menceritakan jiwa manusia yang tertawan oleh mantra sihir dan tertidur puluhan tahun. Mantra sihir yang dihembuskan oleh orang-orang yang iri hati pada kebahagiaan manusia yang lain. Mantra sihir yang menjadikan manusia mengalami ilusi. Keinginan yang tak tercapai di dunia nyata seakan menjadi kenyataan di alam mimpi. Novel ini sekeping cerita dari manusia yang putus asa, berjiwa rapuh, yang rentan menjadi mangsa dari setan.
Peristiwa time slip pada kenyataannya tak pernah ada, waktu tak bisa berjalan mundur. Dia akan terus mengalir sampai dasar keabadian yang nisbi. Pergantian jiwa itu tak ada, yang terjadi hanya ilusi. Hanya hati dan pikiran manusia yang rapuh saja yang bisa dimanipulasi oleh kengerian sihir, seperti yang dialami tokoh utama dalam novel ini. Catat, hanya sebuah ilusi.
Novel ini berisi tentang perjalanan jiwa Oh Man Se selama dalam kondisi koma. Setting cerita mengambil latar belakang dan tokoh-tokoh Korea zaman Goryeo. Untuk semua reader saya memohon maaf apabila ada yang tak sesuai dengan sejarah Korea. Jadilah jiwa yang kuat, yang penuh kesabaran, Be positive thinking!
-Maria Ispri-
------‐----------------
Seorang perempuan tua dengan memakai baju hanbok khas shaman berwarna hitam putih dan bersanggul sedang duduk di dalam ruang praktiknya. Ruangan yang berdesain hanok itu terlihat suram, dan hanya diterangi lilin yang berjumlah ratusan. Tak ada barang-barang selain sebuah meja di depannya, dan sebuah perapian menyala di sampingnya. Shaman itu duduk di lantai yang berwarna putih. Ada sebuah tali rami panjang yang diletakkan di lantai mengelilinginya. Di atas meja, di depannya terdapat sebuah bungkusan kain putih. Dia diam menutup mata dalam posisi bermeditasi.
Seorang perempuan yang memakai baju hanbok putih membuka pintu ruang dan mempersilakan seorang perempuan muda yang memakai blazer kuning gading memasuki ruangan. Gadis itu masih muda sekitar dua puluh tahunan, dengan rambut panjang ikal terikat ke belakang. Gadis itu masuk ruangan dengan wajah khawatir dan ketakutan.
Si blazer kuning duduk dalam lingkaran tali rami, di hadapan sang shaman. Merasa tamu yang ditunggunya sudah datang, Shaman itu membuka matanya. Tiba-tiba kepala si Shaman tersentak ke belakang. Perempuan muda di hadapannya mulai ketakutan. Dia tahu si Shaman sedang trance memanggil arwah nenek moyangnya.
"Sesuai dengan perjanjian kita. Byeol yang akan memenuhi keinginanmu ... Nona Hong," ucap Shaman itu dalam suara perempuan yang terdengar seperti susah bernafas seakan tercekik. Matanya mendelik dan bola matanya terputar ke atas seakan tinggal warna putihnya saja.
Perempuan muda itu mengangguk-anggukkan kepala dengan cepat karena ketakutan. Tas tangan dipegangnya erat di dalam dekapannya. Tubuhnya gemetaran. Lalu si Shaman terbatuk-batuk dan mulai sadarkan diri. Shaman memberikan bungkusan putih pada si Gadis yang dipanggil Nona Hong. Gadis itu menerima bungkusan putih dengan tangan yang gemetaran.
"Tanam ini di sekitar rumah Kang Min Hyuk. Persembahkan seekor kelinci," ucap Shaman itu.
Nona Hong menganggukkan kepala lalu berdiri memberi hormat. Segera setelah itu dia langsung keluar ruangan cepat-cepat. Shaman itu pun tersenyum penuh arti. Satu klien yang berani membayar mahal demi cinta seorang laki-laki, kasihan! Itu yang ada dalam pikiran si Shaman.
***
Di balik tiang sebuah gedung, seorang perempuan menggunakan blouse putih dan celana jeans mengintip dengan takut-takut ke arah keramaian orang. Gadis cantik itu bernama Oh Man Se.
Di gedung itu sedang diadakan sebuah acara pernikahan antara anak sulung keluarga Kang dengan anak tunggal keluarga Hong. Hari itu hari pernikahan Kang Min Hyuk dan Hong Sun Hwa. Oh Man Se melihat tuan rumah acara sedang menyambut tamu. Mereka adalah orang tua angkat Oh Man Se, yaitu Tuan dan Nyonya Kang.
Mata Oh Man Se sembab karena air mata. Mata gadis cantik berambut panjang itu melihat ke sana kemari berharap bertemu dengan sosok yang dicari. Tak lama kemudian seorang laki-laki dengan menggunakan baju pengantin bertuxedo keluar ruangan dan berdiri di sisi ayah ibunya untuk menyambut tamu yang datang.
Oh Man Se menyembunyikan diri di balik tiang, takut ketahuan. Dia menangis, tapi ditahan suara isaknya, agar tak ada orang yang tahu keberadaannya. Hati Oh Man Se terasa sakit, dadanya sesak dengan kemarahan, ketidakberdayaan dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Kepalanya terasa berat lalu ia pun berlari pergi keluar dari gedung. Dia sudah tak tahan dengan fakta yang terjadi di depan matanya. Laki-laki yang dicintainya akhirnya menikah dengan orang lain. Oh Man Se berjalan cepat menuruni tangga dan berjalan membaur dalam keramaian orang yang lalu lalang di kota Seoul.
***
Oh Man Se masuk ke dalam sebuah kedai minuman. Ia berharap dengan mabuk bisa melupakan semua yang terjadi. Seteguk dua teguk beberapa kali teguk tiga botol soju sanggup dihabiskannya. Dia keluar dari kedai minuman dengan sebotol soju di tangan. Tak terasa malam sudah menjelang. Oh Man Se berjalan sempoyongan menuju sebuah gedung. Matanya buram dengan air mata. Dia hanya ingin melupakan kesedihannya. Oh Man Se pun menaiki dinding pembatas gedung di bagian paling atas. Angin keras menerpa. Oh Man Se menangis sejadi-jadinya.
Oh Man Se mencoba berdiri dan limbung. Di bawah gedung terlihat lampu jalanan terang benderang. Orang-orang lalu lalang. Kehidupan kosmopolitan Seoul mengabaikan keberadaan Oh Man Se. Semua orang berjalan tanpa melihat ke atas. Semua fokus dengan pikiran dan langkah masing-masing. Berdesakan, lalu lalang dan sesekali terdengar suara klakson mobil dan kilatan lampu. Bergumam suara kota Seoul dengan segala riuh rendah nadanya tak bisa dipahami lagi oleh Oh Man Se yang sedang sedih di atas gedung. Oh Man Se lantas bernyanyi-nyanyi kecil sambil tertawa. Tak lama kemudian dia menangis meraung.
"Kang Min Hyuk, kau mengecewakanku. Pergilah kau bedebah, pergi jauh dari pikiranku!" teriak Oh Man Se.
Air matanya deras mengalir. Hatinya luka. Dia menangis sedih dan mencoba berdiri. Ditatapnya pemandangan di bawah gedung. Matanya buram oleh air mata.
"Selamat tinggal, Kak!" teriaknya.
Suara teriakan Oh Man Se akhirnya sanggup menarik perhatian orang-orang di jalanan. Semua orang yang lalu lalang berhenti dan mendongak ke atas. Semua mata melihat sosok Man Se yang sudah mulai berdiri di dinding pembatas gedung. Ada yang berbisik-bisik, ada yang berteriak menyuruh jangan bodoh, jangan melompat, ada yang panik, dan berbagai macam komentar. Dan, melayang jatuh lah Man Se.
Braaagh!
Menghantam atap sebuah mobil yang diparkir di depan gedung. Orang-orang berteriak dan bunyi alarm mobil langsung meraung ketika tubuh Man Se mendarat keras, meremukkan atap mobil dan meretakkan kacanya. Semua mata hanya menatap, ngeri, sedih, melihat darah muncrat di atap mobil.
***
Seorang perempuan cantik berambut panjang berhiaskan rangkaian mutiara di atas kepalanya tampak sedang duduk di dalam kamarnya. Alisnya tebal dan melengkung, matanya bak telaga yang jernih dengan bibir tipis yang menawan. Perempuan itu memakai baju zaman Goryeo berwarna putih bersulam benang perak yang indah.
Dia sedang menulis sesuatu di atas kertas dengan kuas bertinta, ditemani puluhan lilin yang menerangi kamarnya. Digambarnya seorang perempuan berambut panjang dan baju yang aneh. Lalu di gambarnya sebuah lingkaran-lingkaran. Dilipatnya kertas itu lalu dimasukkan dalam sebuah buku. Diambilnya sebuah kotak kayu berukir. Kertas itu disimpan di dalamnya. Perempuan itu pun pergi tidur dengan wajah tenang.
***
Matahari belum muncul kala itu. Perempuan berbaju putih pergi dengan mengendarai kuda hitam ke arah bukit. Jubahnya yang berwarna putih berkibar tertiup angin. Tak ada yang mengetahui kepergiannya. Sampai di sebuah jurang, dia turun dari kuda. Wajahnya menegang sambil terus berjalan ke arah jurang. Sesampainya di pinggir tebing dia mendongakkan wajahnya ke langit lalu menutup matanya. Tiba–tiba perempuan itu menjatuhkan dirinya ke jurang.
"Oh Man Se kita bertukar tempat," ucap perempuan itu lirih.
Di masa depan, di tempat yang sama dengan kondisi yang berbeda seorang perempuan jatuh dari lantai atas sebuah gedung. Badannya jatuh di atas sebuah mobil yang terparkir di depan gedung. Pandangannya memburam dan hanya cahaya samar yang bisa diindera. Dia sudah mulai sesak nafas, lalu tiba-tiba ada sosok perempuan berbaju ala Goryeo seakan terbang berada di atas tubuhnya dan menarik tangannya ke atas. Perempuan itu ingin mengajaknya terbang. Terlihat olehnya banyak sekali kupu-kupu putih terbang mengelilingi mereka. Oh Man Se terkejut, tapi dia tak bisa menolak tarikan tangan perempuan itu. Tiba-tiba semua menjadi gelap dan Oh Man Se tak sadarkan diri.
Oh Man Se mendengar seorang memanggil sebuah nama, Byeol-ah ... Byeol-ah .... Oh Man Se masih sesak nafas, dia berusaha membuka matanya tapi terlihat kabur. Oh Man Se membuka matanya lebar-lebar, tapi apa yang dia lihat membuat dia terkejut dan pingsan lagi. Dia melihat seorang laki-laki berkumis tipis dan seorang perempuan bersanggul di depan wajahnya. Kedua orang itu terlihat khawatir dengan yang terjadi pada Oh Man Se yang dipanggil dengan nama Byeol. Seorang Tabib dan seorang perempuan Pelayan juga ada di kamar itu. Sebuah kamar yang terlihat berbeda dengan zaman modern. Jiwa Oh Man Se terbawa ke masa lalu.
Oh Man Se terbangun. Yang dilihatnya benar-benar membuatnya heran. Dimana aku? pikir Oh Man Se. Dia pun duduk, dilihatnya seorang perempuan yang terkejut lalu segera mendekatinya. Di wajah perempuan itu terpancar kegembiraan.
"Agassi. Apakah Anda baik-baik saja?" tanya perempuan itu.
Man Se ketakutan lalu menjauh.
"Dimana aku?" tanya Man Se.
"Anda di rumah Tuan Choi Ji Mong," jawab perempuan itu.
"Haaaah!" teriak Man Se tak percaya.
Pikiran Man Se berputar, mengingat siapa Choi Ji Mong. Diingatnya lagi pelajaran sejarah. Oh Man Se semakin ketakutan ketika mengingat siapa Choi Ji Mong. Dia seorang ahli perbintangan yang mengabdi pada Raja Taejo Wang-geon sampai Raja keempat Goryeo, Gwang Jong. Oh Man Se semakin bingung, bagaimana dirinya bisa terbawa sampai di Songak zaman Goryeo?
"Apakah aku di Songak? Goryeo?" tanya Oh Man Se memastikan apa yang dia perkirakan.
Perempuan itu terlihat khawatir dengan kondisi Oh Man Se yang ketakutan dan kebingungan. Oh Man Se turun dari tempat tidur lalu berlari keluar. Ketika dia keluar, Oh Man Se benar-benar takjub dengan apa yang dilihatnya. Dia benar-benar berada di masa lalu, rumah itu terlihat kuno dan beberapa pelayan yang lalu lalang juga menggunakan baju kuno. Sampai akhirnya rasa bingung itu makin menjadi ketika ada seorang laki-laki dan perempuan bersanggul datang tergopoh menghampirinya.
"Byeol-ah ... apakah kamu baik-baik saja?" tanya laki-laki berkumis tipis yang memakai baju kuno.
"Anakku, apakah kau baik-baik saja?" tanya perempuan setengah baya yang bersanggul.
Oh Man Se semakin bingung. Mengapa dia dipanggil Byeol? Mengapa perempuan itu memanggil Oh Man Se dengan panggilan anak?
"Siapa aku? Dimana aku?" tanya Oh Man Se pada orang-orang itu.
Orang-orang disekelilingnya merasa khawatir kalau saja Byeol hilang ingatan.
"Kau anakku Choi Han Byeol. Kau berada di rumah, Apakah kau tak ingat apa pun?" tanya perempuan itu.
Oh Man Se merasakan sakit di kepalanya yang terbebat kain. Ada darah di kain itu, berarti memang terjadi sesuatu pada gadis yang bernama Byeol ini. Sekarang, Oh Man Se terjebak dalam tubuh gadis ini. Oh Man Se limbung dan hampir terjatuh, tapi laki-laki yang ada di dekatnya langsung membantu menahan tubuhnya agar tak terjatuh. Dipapahnya Oh Man Se masuk ke kamar lalu dibaringkan di tempat tidur.
"Panggilkan Tabib," perintah laki-laki itu pada perempuan yang pertama dilihat Oh Man Se. Oh Man Se memperkirakan kalau perempuan itu Pelayan keluarga Byeol.
Tak lama kemudian Tabib datang memeriksa kondisi Oh Man Se yang terus saja dipanggil Byeol. Tabib menyarankan untuk istirahat dan minum obat sampai luka di kepala Byeol sembuh. Benturan di kepalanya penyebab Byeol hilang ingatan. Tabib itu berharap Byeol kembali ingatannya seiring berjalannya waktu. Tabib pun pergi.
***
Oh Man Se membuka matanya. Di kamar hanya ada gadis pelayan yang sedang tidur menelungkup di meja. Kerongkongannya terasa kering.
"Aku haus, minta minum," ujar Oh Man Se membangunkan gadis itu.
Gadis itu bangun lalu mengambilkan minum untuk majikannya.
"Agassi, apa yang Anda rasakan? Apakah Anda baik-baik saja?" tanya gadis itu.
Oh Man Se menganggukkan kepala setelah minum air.
"Siapa kamu? Mengapa mereka memanggilku dengan nama Byeol?" tanya Oh Man Se penasaran.
"Saya pelayan Agassi. Anda bahkan tak ingat nama saya? Nama saya Yideum. Anda tak ingat ayah Anda sendiri? Aduuuh Agassi, benturan di kepala Anda benar-benar parah, bahkan sampai tak ingat apa pun," ujar perempuan yang bernama Yideum itu merasa khawatir dan sedih atas hal yang menimpa nona mudanya.
"Apa yang terjadi pada diriku, sampai aku seperti ini?" tanya Man Se
"Anda nekat naik kuda ke tebing di bukit sana. Kuda Anda pulang sendiri, sehingga kami khawatir terjadi sesuatu pada Anda. Setelah pencarian, kami menemukan Anda sudah jatuh ke jurang dengan kepala berdarah. Ayah dan ibu Anda begitu khawatir dengan kondisi Anda. Syukur Anda masih hidup,"jelas Yideum.
Oh Man Se hanya diam terbengong tak percaya dengan apa yang dia dengar. Apakah gadis yang bernama Byeol ini sebenarnya sudah mati? Bagaimana jiwaku bisa terbawa ke sini? Lalu apa yang terjadi dengan diriku di masa depan? pikir Oh Man Se.
Oh Man Se ingat, dia menangis lalu keluar gedung tempat Kang Min Hyuk melakukan prosesi pernikahan. Hari itu dia minum-minum sampai mabuk karena patah hati. Kang Min Hyuk kekasihnya meninggalkannya. Laki-laki itu lebih memilih menikah dengan Hong Sun Hwa gadis pilihan keluarga Kang. Oh Man Se ingat ketika dia terjatuh dari gedung tapi tiba-tiba ada seorang perempuan misterius menarik tangannya.
Oh Man Se anak angkat keluarga Kang. Dua saudara angkatnya Kang Min Hyuk dan Kang Seo Woo sama-sama mencintainya. Walau pada akhirnya Oh Man Se melabuhkan cintanya pada sosok Kang Min Hyuk pewaris utama Grup Kang. Kisah cintanya ditentang oleh ayah angkatnya dengan alasan fakta kematian kedua orang tua Oh Man Se adalah karena ulah tak bertanggung jawab Samchon Kang, adik tuan Kang.
Pabrik obat milik Grup Kang meledak dan menimbulkan banyak korban demi mendapatkan uang asuransi. Kang Min Hyuk mengadakan reinvestigasi terhadap kasus itu ketika sudah menjabat sebagai CEO. Fakta dan kondisi ini menjadikan Oh Man Se menjauh dari Kang Min Hyuk. Sampai akhirnya Oh Man Se mengalah. Kang Min Hyuk menikah dengan anak gadis keluarga Hong, karena itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan perusahaan.
Oh Man Se dalam tubuh Byeol diam tak bisa berkata apa-apa. Dia tak tahu apa pun tentang kehidupan di sini. Di zaman ini, pasti tak sama dengan Korea di masa depan.
"Tak ada HP, tak ada listrik, tak ada mobil haduuuh bagaimana aku bisa bertahan hidup?" pikiran Oh Man Se kalut.
Oh Man Se turun dari tempat tidurnya, lalu berjalan menuju sebuah kaca yang terbuat dari logam mengkilat. Dipandangi wajahnya yang terpantul di cermin logam.
"Ommoo," Man Se hampir saja berteriak kaget tapi dia tahan. "Wajah ini, mirip dengan wajahku," pikir Oh Man Se.
Wajah Byeol mirip wajah Oh Man Se. Dia tak habis pikir. Disentuhnya wajahnya, tangannya, badannya. Semua mirip.
"Siapa Byeol? Mengapa dia memiliki wajah yang sama denganku,? Bahkan aku sekarang ada di dalam tubuhnya," pikir Man Se. "Ajaib,"
"Agassi istirahat saja. Wajah Anda masih pucat," ucap Yideum sambil memapah Oh Man Se kembali ke tempat tidur.
Oh Man Se patuh dan kembali ke tempat tidurnya. Matanya tak bisa terpejam, pikirannya masih melayang kemana-mana. Takut, khawatir, terkejut bercampur menjadi satu.
"Apa yang bisa kulakukan agar bisa kembali ke masa depan? Aku tak ada ide sama sekali. Apakah aku harus terjun dari tebing tempat Byeol jatuh agar jiwanya kembali?Aiisy, terlalu spekulatif, iya kalau aku mati, kalau tak terjadi apa-apa malah yang ada kepalaku akan dibebat lagi seperti ini. Kalau memang aku harus bertahan di sini, apakah aku mampu?" Pikiran Man Se berkelindan,
"Baiklah, lebih baik aku bertahan sebagai Byeol," pikir Oh Man Se lagi berusaha untuk lebih positif.
"Yaaak Oh Man Se, kau sekarang adalah Byeol," ucap Man Se dalam hati menyemangati dirinya sendiri. Tak terasa matanya semakin berat lalu tertidur kembali.
Cahaya mentari menyelusup di antara celah dinding dan angin-angin. Hari sudah pagi. Byeol membuka matanya. Dia masih berharap apa yang dia lihat hanyalah mimpi. Dicubitnya pipinya sendiri, dia merasa kesakitan. Dilihatnya Yideum sudah tak ada di tempat. Ruangan itu tetap sama dengan yang dilihatnya kemarin. Sebuah kamar dengan desain kuno, berjendela kertas, berpintu kayu dan penerangannya hanya menggunakan lampu minyak. Baju yang dia pakai juga baju model kuno. Semua terlihat nyata. Tak lama kemudian, Yideum bersama ibunya masuk ke dalam kamar membawakan air sebaskom dan makanan.
"Byeol-ah, apakah kau baik-baik saja. Bangun dan makanlah dulu," ujar ibu Byeol.
Byeol mengangguk dan tersenyum. Melihat Byeol tersenyum, ibunya juga ikut tersenyum bahagia.
"Sudah lama aku tak melihatmu tersenyum, Makanlah yang banyak agar kau cepat sembuh," ujar ibu Byeol sambil terus memandangi anaknya.
Man Se merasa heran dengan ucapan ibu Byeol. Apakah memang Byeol itu tipe gadis yang tak pernah tersenyum? Yideum juga senang melihat nona mudanya mulai makan dengan lahap, karena Byeol tipe orang yang pemilih dan cerewet mengenai makanan. Setelah makan, Yideum membantu Byeol menyeka-nyeka badan dan berganti baju. Ibu Byeol membantu anaknya memasangkan baju.
"Ibu, bolehkah aku jalan-jalan?" tanya Byeol
"Apa kamu yakin kuat jalan-jalan?" tanya ibu Byeol dengan raut muka khawatir.
Byeol mengangguk.
"Aku sudah sehat, Bu? Aku kuat kok,"ujar Byeol sambil tersenyum.
Ibu Byeol tersenyum, menganggukkan kepala lalu menyuruh Yideum menemani nona mudanya jalan-jalan berkeliling rumah.
***
Byeol menghirup udara segar di luar, tak pernah dia merasakan udara yang sejuk dan bersih seperti yang saat ini memenuhi rongga dadanya. Matanya menyapu segala sudut di sekelilingnya. Rumah itu bagus dan terdiri dari beberapa bangunan, memiliki halaman luas serta pohon-pohon yang rindang. Taman bunganya terawat dengan rapi.
Sesekali dilihatnya para pelayan rumah lewat dan memberi hormat padanya dengan cara membungkukkan badan. Byeol hanya membalas dengan anggukan dan senyuman yang ramah. Byeol merasa sangat dihormati oleh orang di sekitarnya. Diedarkannya pandangan ke penjuru rumah. Ini rumah Choi Ji Mong, bagus sekali, apalagi istana Raja, itu pikiran Oh Man Se dalam tubuh Byeol.
Byeol bersama Yideum berjalan ke belakang rumah ternyata di sana ada sebuah kolam ikan, dan sebuah gazebo di tengahnya.
"Ayo kita ke sana!" Byeol menarik tangan Yideum ke sana.
Byeol tersenyum ceria ketika melihat di tengah gazebo itu ada sebuah Gayageum*. Byeol langsung menyentuh Gayageum itu, tapi Yideum malah mengerutkan keningnya dan merasa khawatir dengan tingkah nona mudanya.
"Yideum-ah, ini Gayageum?" tanya Byeol.
"Apakah aku boleh memainkannya?" tanya Byeol lagi.
"Agassi ... Agassi yakin mau memainkannya? Bukankah selama ini Agassi tak mau memainkannya karena menganggap alat musik itu membosankan?" ujar Yideum merasa tak yakin.
"Aaah, begitu ya," ujar Byeol.
Oh Man Se dalam tubuh Byeol baru tahu kalau ternyata Byeol gadis yang tak suka bermain musik
"Ceritakan bagaimana Byeol itu?" tanya Oh Man Se dalam diri Byeol pada Yideum.
"Agassi ... apa Agassi sudah lupa tentang diri Anda sendiri, seakan Anda sedang membicarakan orang lain," ucap Yiedum,
"Aiigooo, benturan di kepala Anda benar-benar membuat Anda berubah," lanjut Yideum.
"Hehehe ... ya bisa jadi karena itu. Aku bahkan lupa siapa diriku," ujar Byeol sambil tertawa.
Yideum merasa kasihan pada nona mudanya. Byeol duduk dan mulai memetik Gayageum. Oh Man Se waktu sekolah menengah pernah ikut ekstrakurikuler menari dan memainkan alat musik, jadi dia bisa dengan lancar memainkannya. Yideum melongo heran. Byeol selama ini tak pernah bisa main Gayageum, bagaimana bisa sekarang nona mudanya memainkan alat musik itu dengan indahnya.
"Agassi ... Anda bisa memainkannya?" tanya Yideum terbata karena tak percaya dengan yang dilihatnya.
Byeol menghentikan petikan jarinya dan memandang Yideum heran.
"Apakah Byeol selama ini tak bisa main Gayageum?" tanya Byeol polos.
Yideum menganggukkan kepalanya. Dia pikir kecelakaan itu merubah nona mudanya seratus delapan puluh derajat. Byeol berdehem lalu mengangkat tangannya dari alat musik itu sambil tertawa nyengir.
"Aku seharusnya tak ceroboh lagi seperti ini," ujar Man Se dalam hati. Tapi tangannya serasa gatal ingin memainkan alat musik itu.
"Sssst, jangan bilang ayah dan ibu ya kalau aku memainkannya," ujar Byeol.
Yideum pun menganggukkan kepalanya. Byeol pun mulai memainkan Gayageum. Suara ritme petikan musiknya terdengar indah dan tenang.
Tak lama kemudian, ada seorang laki-laki melewati jembatan batu menuju rumah Tuan Choi. Jembatan batu itu dekat dengan gazebo, dimana Byeol sedang memainkan Gayageumnya. Dilihat dari bajunya, kemungkinan besar dia seorang bangsawan. Wajahnya tampan, berhidung mancung dan alisnya lurus, berbibir tipis. Laki-laki itu memakai baju warna hijau zaitun dan jubah hijau muda dari sutera, rambut panjangnya disanggul ke atas. Dari wajahnya yang masih muda dan tak berjenggot bisa di tebak umurnya di awal dua puluh tahunan. Laki-laki itu berhenti sambil memandang Byeol. Dinikmatinya alunan musik yang indah itu. Dia tersenyum memandang Byeol. Tapi yang dipandang tak tahu kalau ada orang yang sedang memperhatikannya.
Tuan Choi datang menyambut laki-laki itu. Tapi yang disapa tak menghiraukan, karena asyik menikmati pertunjukkan yang ada di depannya. Tuan Choi mengarahkan pandangannya kepada Byeol di gazebo. Tuan Choi terkejut setengah mati melihat Byeol sedang memainkan Gayageum, padahal selama ini Byeol tak pernah mau belajar memainkannya. Sekarang yang dia lihat, Byeol dengan lancar memainkan alat musik itu.
Laki-laki yang baru datang itu menyadari kedatangan Tuan Choi dan minta maaf.
"Aaah, Tuan Choi, maaf kan saya. Saya terpesona dengan gadis itu, permainan Gayageumnya indah," puji laki laki itu.
Tuan Choi merasa salah tingkah tapi bangga dengan pujian orang itu terhadap Byeol.
"Terima kasih pujiannya Pangeran Wook. Byeol masih anak-anak, dia masih perlu belajar banyak," ujar Tuan Choi sambil membungkukkan badannya memberi hormat.
Laki-laki itu adalah Wang Wook, anak Raja Taejo Wang-geon yang kedelapan dari Ratu Shinjeong Hwangbo. Tuan Choi mempersilakan Pangeran Wook berjalan menuju ke rumah utama. Pandangan Tuan Choi sekilas melihat Byeol yang masih asyik bermain Gayageum. Dia merasa heran dan bertanya-tanya sejak kapan Byeol bisa memainkannya?
Byeol mengakhiri permainannya lalu tersenyum lebar. Yideum tertawa gembira dan bertepuk tangan.
"Yideum-ah, kita jalan-jalan keluar yuk," ajak Byeol.
Yideum menggelengkan kepala.
"Tidak boleh Agassi, nanti Tuan dan Nyonya akan memarahi saya," ujar Yideum menolak ajakan Byeol.
Byeol langsung merajuk, tapi Yideum tak mengalah. Akhirnya Byeol cuma jalan-jalan keliling rumah dan kembali ke kamarnya.
***
Oh Man Se merasa penasaran dengan sosok Byeol. Dia membuka semua lemari dan tempat penyimpanan barang milik Byeol. Selain baju-baju, buku-buku dalam tulisan Hanja, alat menyulam, kosmetik, kotak-kotak perhiasaan yang cantik.
Oh Man Se juga menemukan sebuah buku yang bersampul cantik bersulam bunga-bunga dalam kotak kayu berukir. Dibukanya buku bersulam itu. Oh Man Se tak bisa membaca tulisan Hanja. Sepertinya itu buku harian milik Byeol. Oh Man Se tertarik pada gambar-gambar yang dibuat Byeol. Ada beberapa gambar yang dilukis Byeol. Ada sebuah bintang yang meredup dan meledak, lalu ada bintang merah dengan bintang-bintang kecil disekelilingnya. Ada gambar seorang perempuan yang membuat Oh Man Se semakin penasaran, model baju perempuan itu tidak seperti baju gadis zaman Goryeo tapi baju model orang zaman masa depan. Ada beberapa tulisan-tulisan besar di bawahnya yang Oh Man Se tak mengerti apa maksudnya.
Oh Man Se akhirnya bisa menyimpulkan Byeol bukan gadis sembarangan. Dia bisa melihat masa depan. Oh Man Se syok dengan kesimpulannya sendiri. Seakan tak percaya, apakah gambar-gambar itu ada kaitannya dengan Oh Man Se? Bisa jadi selama ini Byeol menjadi gadis yang pendiam karena dia terbebani kemampuannya melihat masa depan, sedangkan tak ada siapa pun yang mau mengerti. Byeol seorang indigo.
***
Sore harinya, Byeol minum teh bersama ibunya. Nyonya Choi menatap Byeol dengan sorot mata lembut.
"Ibu minta maaf padamu, Nak," ucap Nyonya Choi memecah keheningan.
"Apa maksud Ibu dengan meminta maaf. Aku sebagai anak yang seharusnya banyak meminta maaf pada kalian sebagai orang tua. Aku selalu merepotkan kalian" ucap Byeol sambil menuangkan teh untuk ibunya.
"Tidak ... tidak ... sebagai orang tua tak salah juga kami meminta maaf. Siapa tahu karena sikap keras dan kurang pengertian kami membuatmu kehilangan senyuman dan merasa tertekan," terang ibu Byeol sambil meneteskan air mata.
"Masih bisa melihatmu tersenyum saat ini ibu merasa bersyukur. Siapa tahu ada salah kami yang membuatmu tertekan hingga kau mencoba untuk bunuh diri," lanjut ibu Byeol.
Byeol terharu lalu turun berlutut ke lantai memegang kedua telapak tangan ibunya. Diciumnya telapak tangan sang Ibu dan Byeol juga meminta maaf. Mereka berderai air mata yang tumpah karena sesal yang luruh begitu saja.
Waktu berlalu, Man Se dalam tubuh Byeol mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Mereka sekeluarga sering duduk bersama pada sore hari ditemani Byeol memainkan Gayageum. Tuan Choi menatap Byeol dengan tatapan yang serius. Dia merasa gadis yang ada di depannya itu bukan Byeol anaknya. Jika bukan Byeol lalu siapa? pikir Tuan Choi.
***
Pada suatu hari Tuan dan Nyonya Choi sedang bersantai duduk menikmati teh tanpa kehadiran Byeol. Wajah Tuan Choi terlihat serius karena sedang berpikir keras. Nyonya Choi memandang suaminya dengan heran.
"Suamiku, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Nyonya Choi penasaran.
"Hmmm ... aku sedang memikirkan Byeol. Aku merasa sejak musibah itu, Byeol seperti bukan Byeol yang kita kenal. Apakah kau tak merasa demikian?" tanya Tuan Choi
"Aku juga merasa aneh dengan segala perubahannya. Dia lebih bersemangat, dan ceria. Dulu dia tak mau berlatih Gayageum, tapi sekarang bisa melakukannya dengan sangat baik. Dulu dia selalu pemilih dengan makanan, tapi sekarang dia mau makan apa pun yang disajikan. Aku sebagai ibunya merasakan hal itu. Tapi kupikir itu karena benturan di kepala dan kehilangan ingatannya," jawab Nyonya Choi panjang lebar.
Tuan Choi mengangguk-anggukan kepalanya mencoba memahami analisis istrinya.
"Kupikir bisa jadi demikian. Sebelum kejadian yang menimpa Byeol, aku bermimpi sebuah bintang yang meredup, lalu meledak. Bintang itu berganti dengan bintang merah yang sangat indah dan menarik bintang-bintang di sekelilingnya. Kupikir mimpi itu sebuah firasat," jelas Tuan Choi. Lalu keduanya diam dan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
*sitar Korea
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!