tap tap tap.
Suara langkah kaki cepat dari sepasang kaki seorang wanita cantik yg tengah menenteng tas kuliahnya dengan sebuah map penting di pegang di depan dadanya
"Sial. Gue telat" umpat seorang wanita tersebut, Kania Devanya.
Mahasiswi jurusan ekonomi semester lima. Cerewet. Suka membuat onar. Anti sama yg namanya pacaran. Dan satu hal lagi, sedikit tomboy.
Kania berlari di atas trotoar jalan yg mengarah menuju kampus nya. Ia terbilang anak kos-kosan. Bukan anak rumahan.
Kania terus berlari tanpa melihat kondisi. Hingga,
Bruk.
"Awh!" Kania menabrak sesuatu hingga tubuhnya pun tersungkur ke tanah.
"Ih. Kalo jalan tuh lihat-lihat dong. Kan sakit!" protes Kania sambil mencoba untuk berdiri.
"Heh. Harusnya kamu yg hati-hati! Ngapain coba lari-lari di jalan?" Kania mendongak ke atas saat mendengar suara berat milik seorang laki-laki.
Sungguh demi apa pun! Kania terpesona akan ketampanan laki-laki yg baru saja bertabrakan dengan dirinya.
Tampan, tinggi, keren, putih, maco, cool dan paket lengkap lainnya.
"Ngapain kamu liatin saya kayak gitu? Suka, hm?"
Seketika itu, Kania yg masih terpesona akan ketampanan mas ganteng di hadapannya ini pun tersadar. Ia pun mengerutkan keningnya.
Kania berdiri dari posisi nya. "Ge-er banget sih lo!" cerocos Kania merasa kesal.
Kania merutuki kesalahan nya karena telah memuji laki-laki di hadapannya ini. Seketika itu, Kania jadi makin benci dengan makhluk bernama 'Cowok Ganteng'.
"Saya gak geer, ya. Tapi ini kenyataan. Toh, saya ini ganteng nya kelewatan!"
Kania membulatkan matanya sekaligus melongo mendengar penuturan dari laki-laki di hadapannya ini.
Apa katanya tadi?
Gantengnya kelewatan?
Sombong banget sih, punya muka kea tepung terigu aja bangga!
"Terserah. Gue udah telat. Gak ada waktu buat ladenin lo. Bye!" Kania pun melenggang pergi meninggalkan laki-laki tersebut dengan kaki yg di hentak-hentakan kasar di trotoar jalan.
Laki-laki itu menengok ke arah punggung Kania yg makin pergi menjauh darinya. Seketika, senyum jahat di wajahnya muncul dan mulai menyungging di wajah tampannya ini.
"Menarik!" gumamnya kemudian berjalan berlawanan arah dengan Kania.
****
"KANIAA!!!" teriakan cempreng khas seorang Vanya dari kejauhan.
"Berisik, guys!! Mending kita langsung ke kelas aja. Takutnya udah kesiangan nih!" seru Kania sambil menarik pergelangan tangan Vanya.
"Lo bangun kesiangan juga?"
"Ntar aja bahasnya. Kita gak punya waktu untuk itu!" kata Kania. Vanya mengangguk.
Sesampainya di depan kelas dengan pintu sedikit terbuka, Kania memasuki kelas dengan cara mengendap-endap seperti maling. Tak lupa, ia juga di temani seorang teman yg bernama Vanya.
Omong-omong tentang Vanya. Vanya adalah sahabat Kania sejak SMA. Satu jurusan dengan Kania dan pastinya, seumuran juga dengan Kania. Sekitar duapuluh tahunan.
"Gimana? Udah banyak orang di dalem?" bisik Vanya hati-hati dengan posisi tubuh di belakang Kania.
Kania melirik sekilas ke belakang. "Masih dikit. Dosen yg ngajar kita hari ini juga belom dateng. Kayaknya kita aman deh!" ujar Kania dengan wajah berbinar.
"Yes!" Vanya bersorak kecil memejamkan kedua matanya. Tak lama kemudian, Kania dan Vanya mulai melangkah memasuki ruang kelas ekonomi yg berlangsung di jam pagi.
"Duduk disana aja!" tunjuk Vanya pada sebuah bangku panjang kosong urutan ke tiga dari belakang.
"Ok!" balas Kania sambil mengangkat tangannya membentuk huruf O.
Tak lama setelah mereka berdua duduk di bangku yg di tunjuk Vanya, para mahasiswa memasuki ruang kelas dengan tergesa-gesa. Khususnya para mahasiswa perempuan.
"Ada apaan nih?" gumam Vanya ingin tahu.
"Gak tahu!" balas Kania acuh tak acuh sambil memainkan layar ponselnya di tangan.
"Oy oy, ini ada apaan ya? Kok pada ribut!?" tanya Vanya pada seorang mahasiswi yg berjalan melewati bangku mereka.
"Lo gak tahu? Katanya kelas ekonomi kita kedatangan dosen ganteng loh! Gak sabar pengen lihat mukanya seganteng apa!"
Vanya yg baru saja mendengar jawaban tersebut, seketika merasa shock tingkat dewa.
"Kan... Kan... Dosen ganteng katanya, Kan..." Vanya histeris. Hingga tak sadar, kedua tangannya sudah mengguncang-guncang bahu Kania.
"A-a-ah... Bisa diem gak sih! Pusing nih gue!" Vanya memberengut kesal. Pasalnya, sahabatnya yg satu ini susah sekali di ajak bicara jika itu bersangkut paut dengan makhluk yg namanya 'Cowok Ganteng'.
"Ah, sialan lo. Gak seru lo mah!" Vanya berdecak di akhir kalimatnya.
"Bodo amat!"
Tak lama kemudian, kelas yg awalnya ribut berubah menjadi tenang. Dan pada saat itu pula, seorang dosen yg mengajar kelas ekonomi masuk bersamaan dengan seseorang laki-laki yg usianya jauh lebih muda.
"Oh My God!!!" semua mahasiswa yg berada di kelas bersorak. Mereka amat teramat shock saat melihat kedatangan dosen ganteng tersebut yg lebih mirip anak mahasiswa baru ketimbang menjadi dosen mereka.
"Ish, seganteng apa sih tuh dosen!" gumam Kania.
Karena merasa ingin tahu, Kania pun mendongakkan kepalanya menatap lurus ke depan.
Dan betapa terkejut nya, Kania. Dosen baru mereka itu ternyata adalah...
"What? Si cowok itu lagi?" Kania berteriak, hingga tak sadar semua mahasiswa menatap ke arahnya. Termasuk si dosen ganteng itu.
"Kania!! Diam. Kamu gak lihat kita ini sedang apa?" Pak dosen kelas ekonomi unjuk bicara untuk memarahi Kania atas ke tidak sopanannya ini.
"Ma-maaf, Pak. Saya gak sengaja!" ujar Kania tergagap. Kemudian tatapannya beralih pada dosen muda tersebut, yg ternyata sedang menertawainya.
"Sialan. Gue di ketawain lagi" gerutu Kania dengan suara pelan yg tidak di dengar siapapun.
Hai, nona! Kita ketemu lagi!- batin dosen itu tersenyum senang.
"Baik. Bapak disini mau memperkenalkan dosen baru yg akan mengajar di kelas ekonomi. Karena, bapak sudah terlalu tua, jadi bapak memutuskan untuk pensiun. Dan untunglah, bapak memiliki pengganti bapak disini. Kenalkan, namanya Raka Andreatama Kavindra. Lulusan di universitas Amerika. Kalau begitu, Pak Raka. Silakan memulai!" Pak dosen bicara panjang lebar. Hingga akhirnya, Pak dosen tersebut memberikan hak bicara nya pada Raka.
"Halo semuanya! Perkenalkan nama saya Raka Andreatama Kavindra. Mungkin kalian bisa memanggil saya dengan panggilan Kak Raka. Usia saya dua puluh lima tahun. Saya lulusan dari universitas besar di Amerika...."
"Idih. Sombong terus!" Kania bergumam kecil. Namun entahlah. Gumaman nya ini terdengar sampai ke telinga Raka.
"Ada apa Kania?"
"Hah?" Kania terlonjak saat namanya di panggil oleh Raka.
"Kamu barusan kayaknya ngomongin saya. Kenapa?" tanya Raka mengintimidasi.
Kania terlihat tegang saat ini. Pasalnya, seluruh mahasiswa yg berada di ruang kelasnya ini menatap penuh tanya padanya. Termasuk Vanya.
"Eng-gak. Pak eh maksudnya kak. Kak Raka salah denger kali" ujar Kania tergagap sambil melirik ke sekeliling kelas.
Terkekeh pelan. "Ok. Kita lanjutkan yg tadi..."
"Hei. Lo kenapa, Kan?" bisik Vanya sambil menyenggol siku Kania.
"Ntar gue ceritain!"
To be continue...
Halo guys!! Ketemu lagi dengan author yg satu ini. Kita ketemu lagi di cerita baru lainnya. Semoga kalian suka dan makin suka dengan cerita-cerita yg author bikin disini.
Jangan lupa kasih like dan komen! Bye bye:*
"Ada yg mau bertanya?" tanya Raka pada seluruh mahasiswa yg berada di ruang kelas.
"Saya, Kak!" sahut seorang mahasiswi cantik sambil mengangkat sebelah tangannya ke atas.
"Ya, silakan. Namun sebelumnya, perkenalkan diri kamu dulu!" ujar Raka mempersilakan.
Mahasiswi cantik itu nampak berdehem sebentar. Tak lama kemudian ia pun melontarkan pertanyaannya.
"Nama saya, Aukeyla Shevara. Biasa di panggil Keyla. Saya mau nanya nih kak. Kakak udah nikah belum ya?" setelah Keyla mengatakan pertanyaannya, disitulah semua mahasiswa bersorak seakan tahu maksud dari Keyla barusan.
"Oh. Ok. Untuk menjawab pertanyaan Keyla barusan, sebenarnya saya belum menikah. Belum punya tunangan. Atau bahkan pacar!" jawab Raka beruntun. Namun, ia mengatakan jawabannya tersebut bukan menghadap ke arah Keyla, melainkan menghadap ke arah Kania yg tengah cemberut di meja nya.
Terkekeh pelan. Raka memandang penuh arti pada Kania. Dirinya menimbang-nimbang isi pikirannya.
Rasanya pernah dengar orang yg namanya Kania itu. Tapi dimana dan siapa yg bilang itu? Kok aku lupa ya!?- batin Raka. Sambil menatap lekat ke arah Kania.
Keyla yg di ketahui adalah anak pemilik saham kedua di kampusnya ini, terkenal dengan kecantikan sekaligus ke anggunannya. Namun, tak banyak yg tahu. Bahwa Keyla adalah sosok cewek yg suka memaksakan kehendak. Apa pun yg tidak bisa ia dapatkan, akan tetap ia dapatkan. Bagaimana pun caranya. Hari ini pun, Keyla tengah menatap horor pada punggung Kania. Ia kesal, karena Raka hanya menatap ke arah Kania saja. Dirinya tidak mau kalah dari cewek yg menurutnya sangat tomboy itu.
Apa sih yg di kagumi Raka pada cewek yg memiliki kepribadian tomboy kayak gitu? Yg feminim aja masih banyak. Kenapa harus naksir sama cewek begituan? Pikir Keyla.
Karena di rasa cukup tidak ada yg bertanya, kelas pun di mulai dengan seru dan penuh semangat. Yah, siapa yg gak bakal semangat! Orang dosennya aja ganteng gitu!
****
"Kan!!!" Kania tersentak saat tubuhnya di kejutkan dengan sosok sahabatnya, Vanya.
"Apaan?" ujar Kania jengah.
"Gue pengen nanya! Lo tadi pas di kelas teriak-teriak gak jelas saat kita kedatangan dosen baru! Sebenarnya, lo kenapa sih? Kenal sama tuh dosen?" tanya Vanya, kemudian mendudukkan bokongnya di bangku taman, samping Kania.
"Gue gak kenal! Cuman, sebelum gue ke kampus, gue ketabrak sama tuh dosen!" Kania cemberut, saat kembali mengingat pertemuannya tadi siang dengan Raka.
"Seriusan?" tanya Vanya. Kania mengangguk antusias.
"Dan satu hal lagi!" ujar Kania menggantung ucapannya.
"Apa? Apa!?" Vanya nampak antusias mendengarkan curhatan dari sahabatnya ini.
"Dia itu orang ternarsis yg pernah gue temuin selama sisa hidup gue!" Kania berujar sambil berdecak dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sontak Vanya membelalakkan kedua bola matanya sambil menatap lekat ke arah Kania.
"Na-narsis?" Vanya mengernyitkan dahinya.
Kania menoleh. "Iya! Dia bilang 'dia adalah cowok ganteng yg gantengnya kelewatan' gimana gak narsis coba?" Kania beringsut sambil mendengkus kesal.
Entahlah!
Dirinya menjadi semakin kesal ketika mengingat betapa menyebalkannya Raka di matanya.
Vanya terkekeh pelan, mendengar penuturan dari sahabatnya barusan. Kania yg merasa Vanya tengah menertawainya pelan, ia pun menoleh ke arah Vanya dengan tatapan yg tajam dan mengerikan.
"Apaan lihat-lihat?" tanya Vanya.
Vanya masih terkekeh. Tak lama kemudian ia pun tertawa terbahak-bahak. Hingga Kania pun terus menatapnya dengan tatapan tajamnya.
"Lo gak waras ya?" celetuk Kania sambil menepuk keras bahu Vanya.
"Oy! Sakit guys!"
"Makanya jangan ketawa!" Kania jadi makin kesal saat ini. Tapi, Vanya malah terus asyik menertawainya.
"Ketawa terooss!!! Sampe mati!!!" Kania berujar dengan nada ketus. Tak lama kemudian, Vanya pun memberhentikan tawanya.
"Udah puas ketawa nya? Atau mau di tambahin lagi, hm?"
Vanya yg sedari tadi tertawa sambil cengengesan pun langsung memberikan wajah kecut di hadapan Kania.
"Sorry, yeah! Gue ketawa karena gak percaya sama omongan lo! Lo gak lihat tadi? Kak Raka itu berwibawa. Ganteng. Cool. Dan satu hal lagi! Dia lulusan dari universitas di Amerika. Mana mungkin orang nya nyebelin sama narsistik kayak apa yg lo bilangin ke gue! Gak! Gue gak percaya!"
Kania ternganga dengan celotehan panjang dari Vanya. Sungguh! Apakah Vanya benar-benar sahabatnya? Kenapa tidak percaya apa yg Kania katakan!?
"Lo gak percaya sama gue?" Kania mengangkat sebelah alisnya sambil menatap tajam ke arah Vanya.
Vanya tidak menjawab dengan ucapan, namun menggunakan bahasa tubuh. Ia hanya mengendikkan bahunya.
Cih.
Kania berdecih, ia merasa jadi tambah kesal.
Tak lama kemudian, Kania pun beranjak dari bangku taman meninggalkan Vanya yg masih duduk disana.
Vanya yg baru mengetahui bahwa sahabatnya meninggalkan dirinya sendirian pun mulai beranjak dari posisinya. Kedua matanya pun menjelajah halaman kampus untuk mencari-cari keberadaan Kania.
"Si Kania kemana ya? Ah, sial. Gue di tinggalin sendiri!" Vanya berdecak kesal. Kemudian ia berjalan meninggalkan bangku taman tanpa arah yg pasti.
****
"Awas aja lo, kalo lo ngetawain gue untuk kedua kalinya! Gue itu sahabatnya bukan sih? Tuh dosen di bela-bela! Giliran gue, di ketawain. Sialan lo, Vany!" Kania menggerutu tidak jelas di sebuah perpustakaan besar di kampusnya. Ia kesal dengan Vanya. Ia akan melampiaskan kekesalan nya dengan mencari sebuah buku novel bergenre romance-comedy. Genre paforit nya.
Kania terus berjalan menyusuri lemari penyimpanan buku untuk mencari buku novel yg menurutnya menarik.
"Antara Bulan dan Bintang..." Kania membaca sebuah judul buku novel yg berada di lemari buku paling atas. Kania mulai tertarik dengan judul buku novel tersebut. Ia penasaran bagaimana isi dari cerita tersebut.
Kania hendak mengambil buku tersebut, namun saat kakinya berjinjit dan tangannya hendak meraih buku tersebut, tiba-tiba sebuah tangan sudah lebih dulu meraih buku novel tersebut.
Kania terkejut sekaligus kesal. Ia yg pertama kali melihat buku itu. Tapi kenapa malah orang lain yg mengambilnya duluan?
"Hei, balikin gak?" seru Kania, kemudian menoleh ke arah orang tersebut, yg sudah berani mengambil buku tersebut.
"Apa?"
Kania terkejut. Ternyata orang yg mengambil buku novel nya barusan adalah si dosen narsistik. Alias Raka.
Seketika itu pun, Kania menampilkan wajah kecut kemudian memilih untuk meninggalkan Raka di tempat.
Namun sebelum itu terjadi, Raka sudah lebih dahulu menarik pergelangan tangan Kania.
Kania kembali terkejut. Tentu saja! Raka baru saja menarik pergelangan tangannya hingga tubuh Kania hampir bertabrakan dengan Raka.
Raka menatap lembut ke arah manik mata Kania. Kania hanya membalasnya dengan tatapan terkejut.
Deg.
Sebuah detak jantung menghujam dada seorang Kania.
Kania yg sadar akan detak jantung dan posisi keduanya saat ini, langsung menjauh dari tubuh Raka.
To be continue...
Raka tersenyum getir. "Kita ketemu lagi!" gumam Raka jengah, sambil membuka halaman buku novel yg baru saja dirinya ambil di sebuah lemari buku.
Mendengkus kesal. "Balikin gak!" sambar Kania. Kemudian tangannya terangkat untuk merebut kembali buku novel yg jadi incaran nya.
"Eits..." Raka segera menjauhkan buku novel tersebut dengan mengangkatnya di atas kepala.
"Siapa cepat, dia dapat!" kata Raka, kemudian melenggang begitu saja dari hadapan Kania.
"Woy! Kan gue yg mau ambil tuh buku. Sini in gak?" teriak Kania tanpa sadar sudah di perhatikan oleh beberapa mahasiswa yg berada tak jauh darinya.
Kania hanya bisa menunduk malu sambil sedikit bergumam. "Maaf"
Kania meringis kesal. Ia membuntuti langkah Raka yg berjalan mendekati meja baca.
Raka duduk di salah satu kursi disana. Dan Kania duduk di hadapan Raka dengan sebuah tatapan tajam yg mengarah kepadanya.
"Balikin gak!" gerutu Kania sambil membelototi Raka.
Raka tidak menghiraukan keberadaan Kania. Ia malah sibuk membuka halaman buku novel tersebut. Sesekali ia tersenyum, tertawa atau bahkan menampilkan wajah yg serius.
Dasar orang gila!- batin Kania.
"Gue duluan tahu, yg mau ngambil tuh buku!" rengek Kania sambil mengerucutkan bibirnya.
"Mau. Belum akan. Belum di sentuh juga" ujar Raka tanpa menatap ke arah Kania.
"Nyebelin banget sih! Udah tadi lagi kesel sama si Vanya, di tambah ketemu sama lo. Ih, sial banget sih gue hari ini!" Kania bergumam. Ia bersidekap melipat kedua lengannya di depan dada.
Raka mulai menoleh ke arahnya. "Kamu lagi curhat?" ketus nya, Kania mendelik tajam.
"Siapa juga yg curhat sama lo!" kata Kania tak kalah ketus.
Terkekeh pelan. "Terserah. Yg jelas, ini buku novel jadi milik saya!" ujar Raka, kemudian beranjak dari posisi duduknya meninggalkan Kania sendirian.
Kania melongo di buatnya. Ternyata dosen itu bukan hanya narsistik dan pengumbar aura mistis. Tetapi dia suka sekali membuat semua orang kesal di buatnya.
"Hei! Lo mau kemana?" teriak Kania sambil mencoba untuk beranjak dari posisi duduknya.
Kania terus mengikuti Raka. Bahkan saat Raka hendak menyerahkan buku novelnya untuk di pinjam pun, Kania terus mengikutinya.
"Hei! Gue duluan yg ngambil tuh buku!" celoteh Kania.
"Pak, saya mau pinjam buku ini buat seminggu ya?" tanya Raka pada penjaga perpustakaan, tanpa menanggapi apapun celotehan Kania.
"Woy! Lo dengerin gue ngomong gak sih?" celoteh Kania lagi, namun Raka masih saja tetap tidak menanggapi apapun.
"Makasih ya, Pak! Kalau begitu saya permisi!" ujar Raka sopan, petugas perpustakaan itu pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia merasa pusing dengan tingkah antara seorang mahasiswi yg mengajak lelaki itu untuk mengobrol dengannya. Namun lelaki yg baru saja meminjam buku itu tidak menghiraukan nya sama sekali.
"Ih. Kok lo nyebelin banget sih?" Kania kesal. Kemudian tatapan matanya beralih menatap penjaga perpustakaan itu.
"Ngapain sih bapak pake ngijinin tuh orang buat minjem buku!" kesal Kania. Penjaga perpustakaan itu nampak terlihat kebingungan.
"Lah! Orang mau nimba ilmu, masa di larang sih. Aneh" ujar penjaga perpustakaan itu sedikit jengah.
"Ck. Kok gue jadi ngomong sama si bapak ini sih?" gerutu Kania yg sedikit terdengar oleh bapak penjaga perpustakaan itu.
"Ya udah deh. Saya permisi, pak!" pamit Kania. Kemudian menghilang dari hadapan.
Penjaga perpustakaan itu hanya bisa melongo melihat kepergian Kania. Ia kemudian mengangguk kecil sebagai jawaban 'ya'.
****
"Ngapain kamu buntutin saya? Naksir?" Raka menatap jengah ke arah Kania yg sedari tadi terus mengikuti langkahnya.
"Ge-er banget sih jadi orang! Gue cuma mau ngambil tuh buku! Gue yg pertama mau ngambil. Lo main rebut aja!" celoteh Kania.
Raka nampak mengangkat sebelah tangannya yg memegang sebuah buku novel yg baru ia pinjam barusan.
"Cuman buku doang. Kok ngambeknya sampe berjam-jam!"
Kania menghembuskan nafasnya kasar. Sebelah alisnya terangkat. "Itu buku edisi terbaru. Gue baru mau beli di gramedia, tapi kehabisan. Dan saat gue liat tuh buku di rak penyimpanan buku di perpus, gue langsung tersenyum sumringah. Tapi lo malah menghancurkan impian gue buat baca tuh buku novel" celoteh Kania panjang lebar. Raka nampak membulatkan kedua matanya tidak percaya.
Ternyata mahasiswi di hadapannya ini sangat pintar berbicara panjang lebar tanpa adanya jeda sedikitpun.
Sungguh sangat hebat!
"Emang. Segimana bagusnya sih, buku novel ini?" tanya Raka merasa ingin tahu.
"Ih. Ini tuh novel keluaran terbaru dari penulis kesukaan gue, namanya Lolytha. Kalo gak salah, novel ini tuh awalnya menceritakan tentang seorang cewek SMA yg mendapat bulyan. Dan di akhir episidenya itu mereka jadian!" jelas Kania panjang lebar.
"Itu kamu tahu!" ujar Raka. Kania terlihat mengernyitkan keningnya.
"Maksudnya?"
"Iya. Kalo udah tahu alurnya gimana, ngapain kamu susah-susah baca lagi?" kata Raka. Kania nampak berpikir.
"Ih. Kan gue cuman lihat di teaser nya doang. Gue pengen lihat perjuangan nya dulu lah. Sini in gak!" sambar Kania sambil mencoba meraih buku tersebut.
"Tapi kan ini udah aku pinjam. Kamu minjamnya lain kali aja deh ya! Aku masih ada urusan. Daa"
Kania ternganga. Berani-berani nya laki-laki itu pergi dari hadapannya sebelum Kania sendiri menyelesaikan ocehannya.
"Awas aja lo! Ntar gue rampas tuh buku!" gerutu Kania sambil menatap lekat ke arah punggung Raka. Yg semakin pergi menjauh darinya.
****
"Assalamualaikum" Kania mengucapkan salam, saat dirinya hendak memasuki rumahnya.
"Wa alaikum salam" salam Kania di jawab oleh mamanya-Andin- yg berjalan ke arahnya.
"Eh? Anak kesayangan mama udah pulang!" mama Andin menyambut kedatangan putrinya yg baru saja selesai dengan tugas kuliahnya.
"Udah dong, ma. Tumben mama baik mau menyambut seorang Kania di pintu masuk? Biasanya juga gak pernah!" ujar Kania dengan wajah datar.
Mama Andin memberengut kesal. "Mama baik in kamu, salah! Mama cuekin kamu, salah juga! Terus mama harus gimana?" cerocos mama Andin sambil menjewer kecil telinga Kania.
"Awh!! Sakit, ma!" pekik Kania sambil memegangi sebelah daun telinganya yg terasa sakit.
"Cepet masuk gih! Ada yg mau ketemuan sama kamu!" ujar mama Andin datar.
"Siapa, ma?" tanya Kania bertanya-tanya.
"Udah. Masuk ke dalem dulu gih. Gak usah nanya sana mama. Ntar kamu juga tahu sendiri orangnya!" ujar mama Andin kemudian mendorong tubuh putrinya untuk segera memasuki ruang utama.
"Idididih. Apaan nih? Kok main dorong-dorong aja? Santai dong, ma!" Kania terus berceloteh tidak jelas sambil terus menatap ke belakang menghadap sang mama.
Saat Kania sudah berada di ruang tengah, ia mulai mengalihkan perhatiannya pada seorang laki-laki paruh baya. Yg di ketahui adalah papa nya sendiri -Hendra-.
"Eh? Anak papa udah pulang?" seru papa Hendra dengan sebuah senyum manis di wajahnya.
"Hah? Elo?" Kania memekik atas keterkejutannya. Ternyata orang yg sedang mencarinya adalah...
To be continue...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!