NovelToon NovelToon

One Night'S Mistake

One night stand

Alesha Zulvany Abraham, putri sulung dari pasangan Reyhan Abraham dan Ratu Fellycia Abraham. Alesha mempunyai seorang adik, yang usianya hanya terpaut dua tahun darinya, yaitu Elsa Nevira Abraham. Alesha kini berusia 23 tahun, dan dia baru saja menyelesaikan pendidikan S1nya, baru tadi siang dia dan teman-temannya merayakan wisuda. Dan malam ini, akan menjadi malam perpisahan bagi Alesha dan teman-teman kampusnya yang lain.

"Mah, Pah ..." Alesha menghampiri kedua orangtuanya yang tengah duduk di ruangg keluarga.

"Nak? kamu mau ke mana?" tanya Reyhan, yang melihat sang putri sudah sangat rapi.

"Hari ini ada pesta Pah, dan semua yang merayakan wisuda, akan hadir," jawab Alesha, dia sudahh bersiap untuk menampilkan wajah memelasnya. Bertujuan, supaya mendapatkan izin.

"Dan kamu mau datang?" tanya Ratu, yang seolah sudah tahu maksud dari sang putri.

"Iya Mah, boleh kan?" tanya Alesha dengan raut wajah penuh harap.

"Pasti pulangnya malam kan?"  tanya Ratu cemas.

"Tenang aja Mah, biar aku yang temenin Kakak," entah sejak kapan Elsa sudah berdiri di anak tangga terakhir, bahkan Elsa juga terlihat sudah sangat siap untuk pergi.

"Elsa?" Alesha menatap sang adik dengan tidak percaya.

"Iya Kak, ini aku ..." jawab Elsa, "gimana Mah, bolehkann aku ikut?" tanya Elsa kembali.

"Ya sudah boleh," akhirnya Ratu mengizinkan kedua putrinya untuk pergi. Mereka berdua pun berpamitan.

.

.

Tidak perlu waktu lama, bagi Alesha dan Elsa untuk sampai di tempat acara, tempat itu di adakan di salah satu hotel. Convention hall sudah disulap menjadi sedemikian rupa, menjadi pesta bertemakan anak muda. Bahkan ada  musik DJ yang turut memeriahkan suasana pesta malam ini.

"Kak,  gila ... rame banget," Elsa sepertinya sangat menikmati pesta malam ini.

"Iya lah, apalagi banyak cowok gantengnya," jawab Alesha sembari tertawa.

"Inget Kak,  jaga mata dan hati, ada perasaan kak Adrian yang harus di jaga," tegur Elsa. Alesha memang sudah memiliki kekasih, bahkan kurang lebih satu bulan lagi, mereka akan bertunangan. Adrian merupakan Dokter muda, usianya saat ini baru menginjak 27 tahun. Adrian sendiri kini bekerja di rumah sakit milik keluarga.

"Iya-iya, maksud Kakak itu, ganteng ya bagi kamu ... ya udah kita duduk yuk." Alesha menggandeng tangan sang adik, dan mencari tempat duduk.

"Kak, aku haus,"  ucap Elsa, sembari memegang lehernya. Menunjukkan bahwa dia benarr-benar haus sekarang.

"Ya udah, Kakak ambil minum ya?" Alesha hendak berdiri, namun ditahan oleh Elsa.

"Jangan Kak, biar aku aja," Elsa, pun berdiri, dan melangkah menuju tempat di mana minuman jus tersedia. Elsa, kembali dengan menggenggam dua gelas.

"Ini Kak," Elsa memberikan satu gelas kepada kakaknya.

"Kakak, nggak mau coba nimatin pestanya  dulu? di sana kayaknya rame kak," Elsa menunjuk di segerombalan orang-orang yang tengah berkumpul dan asik mengikuti irama musik.

"Nggak ah, kalau kamu mau ke sana ajah, di sana ada teman-teman Kakak kok," ucap Alesha, namun Elsa menolak dan lebih memilih duduk menemani sang Kakak.

Tiba-tiba saja, Alesha merasakan kepalanya begitu berat, dan terasa pening.

"Kak?  kenapa?"  Elsa menyadari, ada yangg tidak beres dari sang Kakak.

"Kepala Kakak pusing," jawab Alesha seraya memegang kepalanya yang terasa semakin berdenyut.

"Ya udah, kita pulang aja Yuk, aku takut vertigo Kakak kambuh lagi," cemas Elsa, dan Alesha pun mengangguk. Elsa membantu memapah sang Kakak. Tapi, saat baru sampai di resepsionist, Elsa mendudukkan Alesha di kursi.

"Kak,  aku kebelet, Kakak tunggu di sini ya? jangan ke mana-mana," pinta Elsa, dan Alesha hanya menganggukkkan kepalanya.

"Duh, kenapa kebelet pas waktu-waktu kaya gini sih," gerutu Elsa, setelah memastikan Alesha aman, Elsa pun segera pergi menuju toilet, karena dia sudah tidak tahan.

.

.

Di sisi lain, Alden Xavier seorang  lelaki tampan dengan sejuta pesonannya, baru saja tiba di hotel tempatnya menginap. Alden adalh seorang CEO, dan kedatangannya ke hotel ini hanya untuk menginap satu malam. Alden melangkah dengan sangat santai, namun langkah tegapnya langsung terhenti, karena dia di hadapannya ada seorang wanita yang berjalan dengan sempoyongan.

"Brukkk," sigap Alden menangkap tubuh mungil wanita di hadapannya, yang tidak lain adalah Alesha.

"Nona? kau tidak apa-apa?" tanya Alden, namun wannita itu justru menatap Alden dengan penuh minat.

"Kau sangat tampan," ucap Alesha, CUP, kecupan mendarat di bibir Alden, untung saja, malam sudah larut, meja resepsionist juga tengah kosong. Mata Allden membulat sempurna. Gaun yang Alesha pakai adalah gaun dengan belahan dada cukup rendah, dan membuat Alden bisa mengintip apa disembunyikan di balik sana.

'Tahan Alden,' batin Alden mencoba menahan gejolak.

"Nona,  di mana kamar anda?" tanya Alden dengan sopan.

"Kamarku?  bukankah seharusnya kamar kita?" tanya Alesha dengan suara yang sensasional.

"Baiklah, kau yang memaksaku,"  akhirnya Alden yang memang juga tengah sedikit mabuk, dia juga terbakar birahai karena godaan sensual yang terus dilayangkan Alesha padanya. Alden membawa Alesha ke kamar president suite room, di mana kamarnya berada. Setelah sampai, Alden dengan perlahan membawa Alesha ke atas  ranjangnya.

"Kau yakin ingin melakukannya?"  tanya Alden memastikan.

"Iya," jawab Alesha sembari tersenyum.

"Saat aku sudah memulainya, maka aku tidak akan pernah bisa berhenti," ujar Alden lagi, seolah mengatakan bahwa, jika Alesha mengiyakan maka Alesha tidak akan pernah bisa kabur lagi.

Alesha bangkit dari tempat duduknya, dan Alden kira, mungkin saja Alesha mengurungkan niatnya dan bermaksud pergi. Namun salah, Alesha justru melakukan hal yang tak pernah Alden duga. Alesha melepaskan gaunnya sendiri, tanpa ada paksaan sama sekali.

Melihat apa yang dilakukan oleh seorang wanita di hadadapannya, Alden merutuki kebodohannya. Alden berpikir, harusnya dia tidak mengajak wanita itu ke sini. Namun terlambat, Alden sudah sangat terpancing gairah, apalagi setelah melihat bagaimana mulusnya tubuh Alesha. Alesha menatap Alden dengan samar-samar, dia tidak sadar dengan apa yang dia lakukan saat ini. Alden langsung menghampiri Alesha dan mencumbunya dengan perlahan, namun perlahan menjadi semakin ganas.

'Apa yang terjadii? apakah ini mimpi?'  batin Alesha.

'Ah iya, rasanya ini seperti mimpi, namun terasa begitu nyata. Tapi ... ini sangat nikmat,' batin Alesha. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Namun satu yang pasti, Alesha menikmati setiap sentuhan Alden yang Alesha pikir itu semua hanyalah mimpi. Bahkan sesekali Alesha mendesah, menikmati setiap sentuhan Alden. Hal ini, membuat Alden semakin terbakar gairah karena mendengar suara ******* yang keluar dari bibir sexy Alesha.

"Akkhhh," Alesha terpekik kesakitan, saat Alden mencoba menerobos ke dalam milik Alesha, mendengar Alesha yang kesakitan, Alden pun berhenti dan membiarkan Alesha mencoba terbiasa lebih dulu. Tidak lama, nampaknya Alesha sudah membaik, perlahan tapi pasti Alden pun melakukaknnya dengan perlahan. Alden benar-benar melakukannya dengan lembut, hingga mereka berdua sama-sama mencapai puncak kenikmatan. Alden mengecup kening Alesha dan berbaring di samping Alesha yang kelelahahan, setelah malam panas mereka.

Melarikan diri

"Akkhhh," Alesha terpekik kesakitan, saat Alden mencoba menerobos ke dalam milik Alesha, mendengar Alesha yang kesakitan, Alden pun berhenti dan membiarkan Alesha mencoba terbiasa lebih dulu. Tidak lama, nampaknya Alesha sudah membaik, perlahan tapi pasti Alden pun melakukaknnya dengan perlahan. Alden benar-benar melakukannya dengan lembut, hingga mereka berdua sama-sama mencapai puncak kenikmatan. Alden mengecup kening Alesha dan berbaring di samping Alesha yang kelelahahan, setelah malam panas mereka.

'Aku janji, siapapun kamu ... aku akan bertanggung jawab,' batin Alden penuh tekad. Alden tahu, kalau ini adalah kali pertama Alesha melakukannya, dan Alden sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi malam ini.

Di sisi lain, Elsa tengah kebingungan mencari sang Kakak, dia sudah bertanya pada resepsionist namun mereka tidak tahu. Elsa  akhirnya memutuskan untuk menginap di hotel itu, karena tidak mungkin dia pulang tanpa Alesha, apalagi Alesha juga yang memegang kunci mobil. Elsa sudah beberapa kali menghubungi Alesha, namun sama sekali tidak ada jawaban.

.

.

Alesha mulai mengerjapkan matanya, saat dia membuka mata, Alesha merasa sangat asing dengan pemadangannya saat ini.

'Ini bukan kamar ku?' batin Alesha. Dia hendak bangkit dari tempat tidur, namun Alesha merasakan tubuhnya serasa remuk, dan yang lebih mengejutkan lagi, Alesha melihat tubuhnya yang kini hanyalah di tuttup selimut.

'Ti-tidak, apa yang terjadi semalam?' batin Alesha, dia menatap nanar, pada ranjang yang terdapat noda merah. Alesha yakin, semalam sudah terjadi hal yang seharusnya tidak terjadi diantara mereka. Suara seseorang yang tengah mandi, menyadarkan Alesha bahwa dia harus segera pergi dari sana. Alesha kembali memakai gaunnya,  dan mengambil jas milik si pria untuk menutupi tubuh bagian atas, karena tepat di bagian dada, ada jejak kemerahan di sana.  Alesha mengambil barang-barangnya dan berlalu pergi.

"Elsa?" Alesha teringat dengan sang adik, saat sudah sampai di lift, Alesha mencari ponselnya. Ternyata dari semalam sudah ada panggilan tidak terjawab beberapa kali dari Elsa, dan Alesha pun mencoba menghubungi adiknya.

["Hallo, kak Alesha?  syukurlah Kakak menghubungi aku, aku khawatir banget sama Kakak,"]  ujar Elsa, di seberang telepon.

["Kamu di mana?"] tanya Alesha, dia tidak menjawab pertanyaan sang adik, namun langsung menanyakan di mana keberadaan Elsa saat inu.

["Aku menginap di hotel Kak, nggak mungkin kan aku pulang tanpa Kakak,"] jawab Elsa, dan membuat Alesha seketika lega.

["Ya sudah, sekerang juga kamu ke parkiran mobil ya? Kakak tunggu,"] hanya itu jawaban Alesha, dia pun segera bergegas meninggalkan hotel, karena takut pria itu akan mencari Alesha. Sesampainya di mobil,  Alesha langsung mencoba untuk mentralkan debaran jantungnya, satu yang Alesha lakukan sekarang, dia harus terlihat biasa saja di hadapan sang adik.

"Kak?"  Elsa mengetuk pintu kaca mobil, dan langsung dibukakan oleh Alesha.

"Kakak semalam ke mana?" tanya Elsa, sebab dia terus mencari keberadaan sang Kakak yang tak kunjung ketemu.

"Kakak .... di bantu teman, dia bawa Kakak untuk menginap di salah satu hotel," ujar Alesha bohong.

"Yakin?" tanya Elsa memastikan.

"Iya, buktinya dia kasih Kakak jas ini,"ucap Alesha memperlihatkan jas yang tengah dia kenakan.  Elsa pun hanya mengangguk paham.

"Kita pulang sekarang ya?" Alesha pun langsung melajukan mobilnya menuju kediaman Abraham. Dalam perjalanan pulang, Alesha dan Elsa sudah sepakat, untuk sama-sama menjawab, bahwa semalam mereka menginap di hotel, karena tiba-tiba vertigo Alesha yang kambuh.

Benar saja, saat mereka berdua sampai, Ratu sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan tajam. Baik Alesha maupun Elsha,  sama-sama terdiam dan tidak berani berkutik, karena mereka tahu kesalahan mereka.

"Masih berani pulang?" nada yang biasa, namun bagi Alesha juga Elsa itu terdengar mengerikan.

"Maaf, Mah ..." lirih kakak beradik itu.

"Kenapa semalam nggak pulang?" tanya Ratu, kini wajahnya mulai terlihat garang.

"Kami menginap di hotel Mah, karena Vertigo Kak Alesha tiba-tiba kambuh," ucap Elsa, lebih dulu menjawab.

"Hah?  benar itu Alesha?" wajah garang Ratu, kini berubah menjadi khawatir.

"Iya, Mah ..." jawab Alesha, jujur saja Alesha juga bingung harus mengartikan bagaimana, sebab dia memang merasakan pusing teramat sangat pada kepalanya, namun memang berbeda dengan vertigo yang biasa Alesha alami.

"Ya sudah, sebaiknya sekarang kalian bersih-bersih dulu, baru setelah itu sarapan ya?" ujar Ratu kepada kedua putrinya, kini Alesha dan Ratu bisa bernapas lega.

Alesha langsung masuk ke dalam kamarnya, dan menuju kamar mandi. Di lepasnya jas itu dan menampilkan bagian dada Alesha yang terbuka, di sana terdapat jejak berwana merah keunguan. Alesha paham itu pasti milik pria yang bersamanya. Alesha menyalakan shower dan dia berlutut di bawahnya, dia berusaha untuk membersihkan tubuhnya yang dianggap kotor.

'Kau bodoh Alesha!' jerit Alesha dalam hati. Dia merutuki kebodohannya. Saat ini, ada hal yang harus Alesha pikirkan, bagaimana dengan Adrian? bagaimana jadinya jika calon tunangannya itu tahu.

'Apa yang harus aku lakukan?' batin Alesha.

.

.

Di sisi lain, Alden Xavier, pria itu baru saja menyelesaikan mandinya, namun Alden benar-benar terkejut, karena Alden tidak melihat wanita yang bersamanya semalam.

'Sial, sepertinya dia pergi,'  batin Alden. Dia bingung harus mencari wanita itu di mana, sebab yang Alden juga tidak tahu nama wanita itu.

"Arggghhh!!!" Alden murka, padahal dia sudah mengklaim Alesha menjadi miliknya, namun Alesha malah berhasil kabur. Alden bertekad bahwa dia akan mencari Alesha sampai ketemu bagaimanapun caranya. Namun, saat ini Alden harus bergegas, karena dia harus kembali terbang ke Amerika, untuk mengurus pekerjaannya di sana.

Alden, membawa serta sprei yang sudah bernoda merah itu. Alden berjanji akan mencuci noda itu sendiri bukan orang lain. Alden membayar kepada pihak hotel, 5x lipat harga sprei itu, membuat pihak hotel kebingungan dengan sikap Alden yang begitu kekeuh ingin membawa sprei bekasnya tidur.

-//-

Hampir satu bulan, setelah kejadian malam itu. Alesha perlahan sudah bisa menepikan kenangan buruk malam tragis itu. Namun, satu hal yang masih Alesha pikirkan, apakah kekasihnya masih akan bisa menerima Alesha? setelah tahu bahwa Alesha sudah tidak suci lagi? Alesha ingin berterus terang kepada Adrian, namun Alesha masih belum memiliki keberanian.

"Elsa, hari ini kamu temani kakak kamu beli cincin pertunangan ya?" ujar Ratu kepada putri bungsunya. Satu minggu lagi, akan menjadi hari yang bersejarah bagi Alesha, karena dia akan melangsungkan pertunangan dengan sang kekasih.

"Iya Mah," jawab Elsa patuh. KIni, Alesha dan Elsa sudah ada di pusat perbelanjaan. namun sedari tadi, Elsa memperhatikan wajah sang Kakak yang nampak pucat.

"Kakak nggak apa-apa?"  tanya Elsa dengan cemas.

"Nggak apa-apa Kok,"  jawab Alesha, mereka pun langsung menuju ke pusat toko perhiasan, Alesha lebih banyak diam, dan akhirnya dibantu oleh Elsa untuk memilih cincin yang kiranya cocok untuk Alesha dan Adrian.

"Kita langsung pulang Kak?" tanya Elsa memastikan.

"Iya  ..." jawab Alesha lirih, namun hal tak terduga terjadi. Alesha jatuh pingsan.

Apa harus digugurkan?

"Kak,  Kak Alesha ... bangun Kak," Elsa terus mengguncang tubuh Alesha, berharap sang Kakak bangun. Namun, hasilnya nihil. Elsa meminta tolong pada pengunjung sekitar, untuk membawa Alesha ke mobil, tujuann Elsa saat ini adalah, klinik terdekat.

"Bagaimana keadaan Kakak saya, Dok?" tanya Elsa dengan cemas.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, hal ini lumarh terjadi pada ibu yang tengah hamil muda," ucap Dokter menjelaskan.

"Saya hamil Dok?" ternyata, Alesha sudah siuman, dan dia mendengar semua penjelasan dari Dokter.

"Kak Alesha!"  Elsa langsung mendekati Kakaknya dengan panik

"Iya Bu, usia kandungan Ibu saat ini sudah memasuki 3 mingggu," ucap Dokter.

Kini, Alesha dan Elsa dalam perjalanan pulang. Alesha belum menjelaskan apapun kepada Elsa, tentang siapa anak dari kandungannya tersebut.

"Kak,  sepertinya kalian nggak bisa tunangan deh, kalian harus langsung menikah," ucap Elsa, dia pikir kalau anak yangg dikandung Alesha adalah anak dari Adrian.

"Tidak, aku dan Adrian tidak bisa menikah,"  ucap Alesha menolak.

"Kenapa Kak?  dia harus tanggung jawab," Elsa tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Kakaknya.

"Karena bukan Adrian, ayah dari bayi ini," ucapan Alesha, sontak membuat Elsa terkejut.

"Ba-bagaimana mungkin?" tanya Elsa dengan menatap wajah kakaknya nanar. Sangkin terkejutnya,  Elsa sampai mengerem mobil.

"Kak, jawab aku, siapa ayah bayi ini?" tanya Elsa sekali lagi. Namun, Alesha hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia bingung.

"Aku nggak tahu, aku nggak kenal siapa dia," jawab Alesha seraya terisak.

"Bagaimana bisa Kak?" Elsa benar-benar tidak menyangka, dan dia juga bingung dengan apa yang menimpa Kakaknya.

"Pada saat acara malam itu ..." Alesha menjellaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan kemana dia pergi.

"A-apa?" Elsa begitu terkejut, dia tidak menyangka hal buruk menimpa sang kakak.

"Lalu apa yang akan Kakak lakukan sekarang?" tanya Elsa, sebab minggu depan adalah hari pertunangan Alesha dan Adrian.

"Kakak nggak tahu," Alesha benar-benar bingung, pikirannya buntu sekarangg.

"Atau, gugurkan saja kandungannya Kak?" Elsa memberikan ide yang begitu berani.

"A-apa? gugurkan kandungan?" tanya Alesha, dia nampak ragu. Biar bagaimanapun, janin dalam kandungannya tidak bersalah kan?

"Nanti, biar aku bantu cari kan info, yang penting Kakak nggak buka mulut sama Mamah dan Papah," ujar Elsa, meyakinkan Alesha. Alesha hanya diam dan mengangguk pasrah.

.

.

Malam ini,  Alesha tidak bisa tidur, dia terus terngiang dnegan perkataan Elsa, yang mengatakan tidak ada jalan lain selain mengugurkan kandungannya.  Karena semakin lama, perut Alesha akan semakin membesar. Alesha membenarkan perkataan Elsa, bahwa semakin lama perutnya pasti akan semakin terlihat. Tapi, apakah tidak ada jalan lain selain mengugurkan kandungan? Alesha tidak tega.

Alesha mengelus perutnya yang masih rata, "apa yang harus Mamah lakukan, Nak?" lirih Alesha. Dia memejamkan matanya, membayangkan bermain dengan sang buah hati kela. Memikirkan hal itu, Alesha semakin tidak tega, untuk menghukum bayi yang tidak berdosa.

"Tidak, biar bagaimana pun dia tidak bersalah," lirih Alesha. Alesha langsung mengambil koper, dan memasukkan semua baju serta barang-barang penting miliknya. Tabungan, perhiasan dan semua barang berharga miliknya ikut diambil serta. Tidak lupa Alesha juga mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu.

'Maaf Mah, Pah ... Alesha memilih jalan Alesha sendiri,' batin Alesha. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dinihari, pasti dikediamannya sudah sunyi senyap.  Alesha bergas keluar dari rumah dengan perlahan dan mengendap-endap. Benar saja, semua lampu sudah dimatikan. Alesha membuka kunci rumah dengan perlahan, dia pun keluar rumah dengan aman. Alesha sudah memesan taksi online, dan seharusnya taksi itu sudah ada di depan rumahnya. Kini, Alesha hanya tinggal keluar dari gerbang rumahnya, dia melihat satpam yang nampaknya tengah tertidur pulas.

'Syukurlah, sepertinya keadaan sedang berpihak padaku,'  batin Alesha. Pintu pagar beredit, namun tidak mengganu tidur satpam rumahnya. Alesha cukup bernapas lega sekarang.

"Mbak Alesha?" tanya supir taksi.

"Iya Pak,  kita langsung menuju ke tempat tujuan ya?" ujar Alexa. Saat ini, tujuan Alexa adalah hotel, Alexa akan memikirkan kembali kemana sebaiknya dia akan pergi. Selama perjalanan Alexa lebih banyak diam. Tiba-tiba Alexa melihat ada foto di yang digantung dibagian kaca mobil taksi.

"Itu, anak-anak Bapak?" tanya Alexa mencoba bersikap ramah.

"Iya Neng, sekarang sudah menikah, dan ikut suami dia," jawab sang supir.

"Jadi, Bapak tinggal sama siapa di rumah?" tanya Alesha lagi.

"Saya sama istri Neng, dan ke-4 anak kami," jawabnya.

"Wah, pasti rame ya Pak," ujar Alesha lagi.

"Wahh ... anak sebanyak apa, kalau jauh salah satu pasti tetap berasa kurang Neng," jawaban sang supir, membuat Alesha teringat dengan kedua orangtuanya.

'Bagaiamana dengan Mamah dan Papah? yang cuma punya aku dan Elsa?'  batin Alesha sendu.

"Bapak malam-malam begini masih narik?" Alesha cukup iba dengan sang driver, karena ini sudah waktunya orang beristirahat bukan?

"Saya sudah janji Neng, sama anak bungsu saya, mau belikan dia sepeda. Soalnya kasihan, kalau berangkat sekolah jalan kaki," jawaban sang driver membuat Alesha tersentuh, saat sudah tiba di tempat tujuan. Alesha memberikan tips sejumalah 500.000.

"Loh Neng, ini kebanyakan ..." sang Driver nampak terkejut dengan pemberian Alesha.

"Nggak apa-apa kok Pak, ini rejeki anak Bapak, semoga bisa buat nambahin beli sepeda," ujar Alesha dengan sangat sopan. Sang Driver sangat berterimakasih dengan pemberian Alesha. Alesha juga sangat bersyukur, karena jujur saja, saat dia hendak memesan taksi online, Alesha sempat ragu, karena ini sudah sangat malam dan sangat rawan dengan tindak kejahatan. Namun, sepertinya Tuhan masih baik, dan selalu menjaga Alesha,  sampai Alesha bertemu dengan driver yang jujur.

-//-

Pagi ini, Elsa turun ke meja makan, namun dia belum melihat Alesha di sana. Akhirnya, Elsha pun menuju kamar kakaknya, untuk mengajak Alesha sarapan berssama.

"Kak?" kosong, Elsa tidak menemukan keberadaan kakaknya di ranjang, bahkan ranjang itu terlihat rapi.

"Mungkin mandi," ujar Elsa, dia berlalu mengetuk kamar mandi.

"Kak?" lagi, Elsa memanggil nama kakaknya, namun tidak ada sahutan sama sekali.

"Kenapa nggak ada suara air ya?" akhirnya, Elsa mencoba untuk membuka pintu kamar mandi, teryata sama saja, kosong. Elsa melangkah menuju lemari pakaian, di sana dia tidak menemukan baju-baju milik Alesha, bahkan koper pun  tidak ada. Secarik kertas, ditemukannya di atas nakas.

Pagi semuanya ...

Mungkin saat kalian menemukan surat ini, aku sudah pergi. Maaf karena Alesha harus pergi dengan hanya pamit lewat surat ini. Alesha terpaksa pergi, karena ada hal yang tidak bisa Alesha jelaskan. Alesha tidak bisa meneruskan pertunangan dengan Adrian, dan denan ini Alesha juga menyampaikan maaf sebesar-besarnya, atas sikap egosi yang Alesha lakukan. Alesha harap, Mamah dan Papah akan selau baik-baik saja, dan tolong jangan cari Alesha.

Salam hangat

Alesha.

Elsa menatap surat dengan tatapan yang sulit diartikan, perlahan senyum simpul terukir di wajah Elsa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!