NovelToon NovelToon

Pemuas Hasrat Tuan Eric

bab1

Malam itu, Leticia Veronica tidur berdua dengan suaminya—Frederic Varrel. Dengan suasana yang dingin, rintik hujan membasahi tanah saat malam hari, suasana syahdu, membuat Leticia semakin merasa kantuk.

Namun, tidak bagi pria yang akrab disapa Eric. Ia masih terjaga, menatap sang istri yang tertidur sangat pulas.

Glek ...

Kecantikan Leticia yang sangat sederhana mampu memikat hati Eric. Wajah polos tetapi sangat bercahaya membuat ia dengan susah payah menelan shaliva. Baju yang sedikit terbuka, mengekspose pundak mulus hingga leher jenjangnya, semakin meningkatkan hasrat Eric malam itu.

Awalnya, ia hanya ingin menyentuh tubuh Leticia. Entah mengapa, setiap sentuhannya membuatnya semakin candu. Mulai menyentuh dada sang istri, mendaratkan wajahnya ke leher jenjang istrinya yang masih pulas bahkan tak terganggu dengan apa yang semua dilakukan oleh suaminya.

Eric juga mencium bibir istrinya dengan lembut. Meski ia hanya ingin mencoba sekali saja, tapi sentuhannya semakin dalam bahkan membuatnya semakin ketagihan.

Malam ini, ia meremat dada sang istri dengan lembut. Hingga akhirnya, ia juga mendaratkan tanganya pada area yang paling intim milik Leticia.

Anehnya, Leticia justru tidak merasakan keanehan saat tuan Eric tengah melucuti tubuhnya. Sejak malam itu, awal petaka bagi Eric untuk memenuhi hasratnya setiap malam, jika sang istri sudah tertidur pulas.

Ia bermain sendiri dengan tubuh istrinya. Namun, mereka sudah terbangun, Eric justru bersikap dingin, seolah-olah tidak menyukai istrinya. Kebisaan ini mulai Eric lakukan, selepas ibunya Leticia meninggal.

Apalagi, saat sang ibu meninggal, Leticia mencoba ingin membatalkan pernikahan kontrak yang sudah mereka setujui bersama. Hal itulah yang memacu Eric hingga ia merasa tertantang untuk menyentuh tubuh istrinya.

Awal pertemuan...

Leticia Veronica hanyalah seorang pelayan restoran besar. Untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga serta menyekolahkan adik-adiknya, usai lulus sekolah ditingkat akhir, dirinya tak bisa lagi melanjutkan kejenjang perkuliahan.

Dibalik alasan tak memiliki biaya kuliah, ia juga harus memenuhi kebutuhan keluarganya. Sebab, dirinya tak lagi memiliki kepala keluarga. Sang ayah telah berpulang setahun yang lalu, sehingga ia bersama ibunya harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Sore itu, ia sedang membersihkan meja restoran, tetapi melihat pria tampan yang seketika membuatnya kagum. Pria itu memiliki tubuh yang gagah, dengan rambut yang sangat rapih, bahkan brewoknya membuat bulu Leticia meremang. Ia takjub mengapa ada pria setampan itu.

"Permisi, apakah ada meja yang kosong untuk ditempati," tanya lelaki itu.

"Ada, Tuan ... Silahkan ditempati pak," jawab Leticia dengan ramah.

Sebelum berlalu pergi, Eric menyampaikan pesanannya selagi menunggu seorang perempuan yang sudah membuat janji temu dengannya. Hari ini, adalah hari dimana Eric harus merelakan untuk dijodohkan kembali dengan perempuan pilihan sang ayah.

"Saya pesan cappuccino latte satu, ya," tutur Eric.

"Baik ditunggu sebentar, Tuan!"

Namun, saat Leticia harus saja ingin pergi dari tempat itu, Eric mencegahnya. "Siapa nama kamu?"

"Panggil saja saya Leticia, Tuan!" Perempuan itu melemparkan senyuman lebar.

"Ini orang kok nanya nama sama pelayan sepertiku sih. Tapi jujur saja dia ganteng banget, coba aja kalau aku bisa pacaran sama orang seganteng ini. Ah, tapi nggak mungkin juga," batin Leticia.

Sebenarnya Frederic sendiri enggan dijodoh-jodohkan tapi ia mencoba menuruti perkataan sang ayah yang ingin segera menimang cucu.

Saat ini, Frederic sudah bekerja dibawah perusahaan yang dimiliki oleh ayahnya. Pimpinan perusahaan masih dipegang kuat oleh ayahnya sendiri, hingga waktunya tiba Frederic lah yang akan menggantikan sang ayah di perusahaan besar.

Frederic juga terpaksa menjadi karyawan biasa. Tak ada satupun karyawan yang tahu bahwa dia merupakan pewaris perusahaan Varrel Grup. Padahal namanya sudah sangat jelas ada dibagian dari nama perusahaan tapi orang-orang menganggap nama Frederic Varrel adalah nama orang biasa.

Frederic bahkan digila-gilai oleh seluruh karyawan perempuan yang ada di perusahaan. Ia menganggap itu adalah hal biasa, karena dari dulupun begitu. Baik di sekolah hingga di kampus, ia menjadi idola setiap wanita. Siapa sangka ia bisa dilahirkan dengan wajah setampan sekarang.

"Hei" terdengar teriakan seorang wanita yang tak jauh dari tempat Frederic duduk.

Rupanya Emely, wanita yang mau dijodohkan dengan Eric baru saja datang dan bergegas menghampiri lelaki itu.

"Kenalin nih, gue Emely. Lo Eric kan, om sudah banyak cerita tentang lo ke gue," tutur wanita itu dengan arogan, penampilannya pun sesuai dengan sikapnya, membuat Eric merasa jengah.

"Oh... ya, gue Eric, silahkan duduk," kata Eric dengan lembut.

Dari pertemuan pertama, Frederic ternyata sudah tak menyukai Emely. Terlihat dengan kata-katanya, Emely ini tipe orang yang rewel.

Frederic membuka obrolan baru dengan Emely dengan mempertanyakan kegiatannya hingga pekerjaan, rupanya dari ujung lorong tampak Leticia menghampiri dengan membawa segelas cappuccino diatas nampan.

Tak lama, Leticia tiba disamping kursi Emely dan hendak menyodorkan cappuccino tersebut. Namun, tiba-tiba Emely berdiri meskipin ia tak melihat kedatangan Leticia.

Brak!

Emely tak sengaja menyenggol segelas cappuccino yang hendak disodorkan pada Frederic. Namun, malah dia yang marah dan melakukan playing victim.

"Awwww panas banget sih. Lo siapa sih? kenapa tiba-tiba ada disamping gue!" ketus Emely seraya membersihkan baju yang ketumpahan capucino.

"Maaf, Nona ... kamulah yang menyenggol saya karena tiba-tiba berdiri," sahut Leticia dengan santun.

"Arghhh, bego banget sih elo! Lihat nih baju gw basah dan kotor dari minuman itu. Lo nggak tau ya, baju gue ini mahal. Mana mampu pelayan kayak elo beli baju yang gue pakai ini untuk menggantinya." Emely menimpali dengan nada kesal.

"Maaf, Nona saya sendiri tidak sengaja. Saya akan bersihkan baju, nona," pinta Leticia.

Leticia mengulurkan tangan, mengambil beberapa helai tisu. Lalu, ia ingin menyeka baju kotor milik Emely tapi tangannya tiba-tiba ditangkis oleh perempuan tersebut.

"Sudahlah, Emely biar gue yang ganti baju Lo. Lagian Leticia juga tak sengaja menjatuhkan minumannya. Itu juga karena lo yang senggol kan," ujar Frederic yang menengahi pertikaian itu.

"Tuan, maafkan saya, karena minuman tumpah, pacar Tuan jadi kotor. Saya akan mengganti baju itu." Leticia memohon pada Frederic agar kesalahannya dimaafkan sehingga tidak terancam dipecat.

"Udah deh, gue yang punya urusan sama ini pelayan. Lo nggak usah ikut campur. Biar dia aja yang ganti karena dia yang udah ngerusak baju gue," kata Emely masih dengan kesal.

"Sudah saya aja yang akan belikan baju baru untuk kamu. Hayo kita pergi sekarang. Ini kartu nama saya, tolong hubungi saya, Leticia, karena kamu masi ada urusan dengan saya."

Frederic bergegas berdiri sambil menggandeng tangan Emely dengan paksa. Mereka pun meninggalkan Leticia yang masih terdiam dan mengambil kartu nama yang ditinggalkan oleh Eric.

bab2

Leticia telah melupakan kejadian cappucino yang tumpah. Bahkan ia juga lupa untuk menghubungi Frederic untuk persoalan pergantian baju Emely yang rusak. Kartu nama itupun hilang, dan ia benar-benar tak mengingat disimpan dimana. Seminggu berlalu, Leticia hendak berangkat ke resto tempatnya bekerja. Ia berangkat menjelang siang, lantaran resto itupun akan segera buka.

Dengan mengendarai sepeda motor miliknya, Leticia tampak terburu-buru. Khawatir ia akan dimarahi oleh manager jika datang terlambat. Ditengah jalan, sepeda motor itu mogok dan tak ada yang membantunya. Leticia pun mendorong motor tersebut sembari mencari bengkel yang bisa memperbaiki kerusakannya.

"Ah, sudah sampai 500 meter berjalan, kenapa nggak ketemu bengkel juga sih," batin Leticia.

Leticia terus berjalan seraya mengusap wajahnya yang bersimbah keringat. "Duh, capek banget nih gue. Udah terlambat. Pasti gw dimarahi manager nih," gumamnya lagi.

Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang sudah berhenti disamping Leticia. Sontak saja, Leticia terkejut mendengar suara besar klakson mobil tersebut. Untuk kegiatan sehari-hari, Frederic memang sengaja menggunakan mobil biasa agar orang-orang dikantor tidak curiga padanya. Mobil berwarna hitam itupun dilirik oleh Leticia.

"Siapa ya? Perasaan gue nggak ada kenalan yang pakai mobil deh. Masa manager gue. Ah nggak mungkinlah, pasti manager sudah diresto lebih dulu."

Kaca mobil itupun terbuka, seketika terlihat wajah tampan Frederic yang langsung mengingatkan Leticia pada pria yang sempat dikaguminya. Kali ini style Eric cukup berbeda dan sederhana, hanya memakai kemeja polos berwarna kuning membuat wajahnya semakin cerah.

"Hei, kamu Leticia, kan? pelayan resto Family, yang minggu lalu saya datangi," tana Eric, sembari melirik wajah Leticia.

Seketika Leticia teringat dengan pesan Frederic yang memintanya untuk menghubungi pria itu. "Ah, Tuan Frederic, kan? Yang datang mbak-mbak ketumpahan cappuccino?" sahut Leticia dengan kepolosannya membuat Eric terkekeh.

"Iya, motor kamu kenapa? Kenapa motornya di dorong-dorong, apa rusak? Titip dulu saja motornya, biar saya beri tumpangan," kata Frederic menyakinkan Leticia yang menawarinya tumpangan.

"Mogok, Tuan nggak tahu kenapa, padahal tadi baik-baik saja, sayajuga sudah jalan jauh mencari bengkel tapi tidak ketemu juga. Apa tidak merepotkan kalau saya menumpang dengan, Tuan?" tanya Leticia.

"Tidak repot kok, titip saja dulu motornya," timpal Eric.

Leticia menitipkan motor kepada pemilik warung dipinggir jalan. Alih-alih membawanya kebengkel, Leticia pun sebenarnya penasaran kepada Frederic sehingga menyetujui untuk menerima tumpangan tersebut. Leticia tak menyangka, mengapa Frederic mau memberikan tumpangan kepada seorang pelayan sepertinya.

Tak hanya itu, Leticia yang baru mengetahui nama Frederic lewat kartu namanya juga masih penasaran sebenarnya ada urusan apa antara Frederic dengannya. Sebab, Frederic sudah menawarkan untuk mengganti baju Emely saat di resto lalu. Leticia berharap ia tak diharuskan mengganti rugi dengan uang untuk baju yang kotor itu. Lantaran gaji Leticia mungkin tak akan cukup untuk mengganti baju mahal seperti yang dikatakan Emely.

"Tuan, ada urusan apa dengan saya sebenarnya apa? Apa saya harus mengganti rugi baju yang kotor punya pacar Tuan, ya? tapi saya tidak punya uang," singgung Leticia.

Frederic segera melirik Leticia serta memberikan senyuman tipis.

"Ah tidak, saya sudah menggantinya kok. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Sebenarnya saya ingin berkenalan dengan kamu. Sepertinya saya agak tertarik denganmu. Dan saya tegaskan bahwa Emely bukanlah pacar saya," ujar Frederic sesekali melirik Leticia.

Frederic penasaran bagaimana reaksi Leticia setelah mendengar ucapannya.

"Masa sih, Tuan hanya ingin berkenalan dengan saya? Saya kan cuma pelayan saja. Berbeda dengan tuan yang kelihatannya seperti orang berada," timpal Leticia.

Frederic kaget mendengar ucapan Leticia, ia langsung mengatakan bahwa dia bukanlah orang yang berada seperti yang dituduhkan perempuan itu. "Status saya sama saja dengan kamu, saya hanya bekerja diperusahaan. Saya juga pekerja karyawan biasa sama dengan kamu kok," tutur Frederic.

"Tapikan, Tuan bekerja diperusahaan, pasti bapak juga sudah sarjana. berbeda dengan saya yang hanya lulusan SMA, Tuan. Saya takut, Tuan malu dekat-dekat dengan orang seperti saya," keluh Leticia.

Frederic semakin penasaran dengan Leticia, dia terlalu merendah sebagai perempuan. Dia juga memiliki wajah yang cantik dan menggoda jika dilihat-lihat semakin mendalam, paras Leticia pun tampak manis, bahkan jika ia tersenyum terlihat gingsul yang menawan sehingga tidak bosan melihatnya. Tingginya yang semampai mampu mengimbangi Frederic.

"Jangan berkecil hati Leticia, semua orang sama saja kok.

Frederic pun mengantarkan Leticia ke restoran Family tempat Leticia bekerja. Bahkan Frederic ikut turun dan memasuki resto. Ternyata Frederic memang sengaja ingin makan siang di resto agar ketemu dengan Leticia meskipun tadinya tak bertemu ditengah jalan.

Duduklah Frederic dipojokan, sembari memandangi Leticia, perlahan ia mulai jatuh hati pada gadis yang memiliki rambut sepundak dengan lekuk gelombang. Frederic terus mengamati Leticia yang tengah ditanya-tanya sembari dinasihati oleh sang manager.

Kala itu, resto semakin ramai dengan waktu yang terbentur jam makan siang. Ah, Frederic pun mulai memakan makanan yang sudah dipesannya sejak tadi yaitu cordon blue dan cappuccino latte favoritnya. Makanan di resto tempat Leticia bekerja memang sangat diminati orang-orang. Selain makanannya enak, harganya pun tidak terlalu mahal. Cocok sekali untuk para karyawan biasa dengan gaji UMK.

Usai menikmati makannya, ia pun kembali ke kantor. Sebelum berlalu pergi, ia menghampiri Leticia yang tengah sibuk menulis pesanan para tamu yang tak jauh dari mejanya.

"Nanti malam aku jemput, ya," bisik Eric pelan.

Leticia sempat tertegun mendengar ucapan sang pria tampan tersebut. Tapi ia juga tak sabar untuk menerima ajakan Frederic. Sejak awal Leticia sudah jatuh hati dengan pria tampan dan sangat gagah. Hanya saja dia sadar diri dengan keadaannya, karena tak memungkinkan untuk memiliki pria tampan yang pendidikannya jauh berbeda dengannya.

Malam tepat pukul 22.00WIB, restoran Family pun tutup. Leticia yang kebingunan dan tak percaya Frederic akan menjemputnya malam ini. Mengantarkannya pulang ke rumahnya. Disisi lain pun Leticia kebingungan bagaimana nasib motor yang mogok. Tapi ia berniat meminta pertolongan Frederic alih-alih mengantarkan ke rumahnya lebih baik mengantarkan ke bengkel saja.

Tak lama menunggu ternyata Frederic benar-benar datang menjemput Leticia. Mereka pergi bersama. Leticia meminta tolong Frederic untuk membawanya ketempat penetipan motornya. Bahkan mengajaknya untuk membantu ke bengkel terdekat.

Frederic tak bisa menolak ajakan Leticia, akhirnya dia segera membantu Leticia. Usai memperbaiki motornya, Leticia meminta agar Frederic Pulang sendiri. Leticia akan pulang mengendarai motornya.

Frederic tak lupa meminta nomor seluler milik Leticia. Sesampainya dirumah, Frederic dihadapkan langsung oleh ayahnya Varrel Pratama. Ayahnya mempertanyakan bagaimana calon menantu yang dikenalkan. Padahal, Frederic sudah menyampaikan agar Emely tak menghubunginya lagi.

Bab3

Frederic mengaku pada sang ayah, Varrel Pratama bahwa dia tak menyukai Emely. "Aku sudah tak berhubungan dengannya," kata Frederic tegas.

"Apa? kenapa kau menolak dengannya. Dia anaknya pemilih perusahaan PT. Radica Group. Dia bakal jadi penerus keluarganya. Dan perusahaan kita akan melakukan kerjasama. Kalau kau menolaknya otomatis ayahnya tidak akan mau bekerjasama dengan perusahaan kita," ketus Varrel.

Frederic terdiam, sejenak tak mengatakan apapun. Ia tak mau menikahi perempuan hanya karena pengaruh kerjasama perusahaan. Frederic belum siap menikah. Hingga saat inipun tak ada yang dekat dengannya. Ia hanya bersimpatik kepada Leticia karena sempat bertemu beberapa kali.

Ayahnya melanjutkan, kalau Frederic tak mau menikahi setiap perempuan yang telah dicalonkan padanya. Lebih baik, Frederic segera menikah dengan perempuan yang pilihannya sendiri.

Lagi-lagi, Frederic terdiam dan tak punya pilihan lain. "Baik aku akan mencari menantu terbaik buat ayah. Tapi apapun pilihanku, ayah tidak boleh menolaknya," ucap Frederic.

Sang ayah tak bisa membantah keputusan putra satu-satunya. Sebagai penerusnya yang akan mewarisi PT Varrel Grup, ia yakin Frederic akan memilih perempuan terbaik dengan bibit dan bobot yang bagus.

Frederic diberikan waktu selama satu minggu untuk memperkenalkan calon istrinya ke depan wajah sang ayah. Dia kebingungan untuk memilih siapa yang akan menjadi istrinya dalam waktu sesingkat ini.

Yang ada didalam pikirannya hanyalah Leticia. Perempuan yang akhir-akhir ini sering bertemu dengannya. Tak mungkin ia memboyong teman sekantor untuk menjadi dijadikan menantu seorang pemilik perusahaan.

Setelah memiliki nomor seluler Leticia, Frederic berniat menghubunginya. Namun sayangnya saat ditelepon, ponsel milik Leticia tidak aktif.

Tak ada jalan lain. Satu-satunya cara adalah mendatangi Leticia ke resto Family. Waktu tersisa hanya dua hari untuk bertemu ayahnya. Sementara Leticia tak bisa dihubungi.

Usai bekerja Frederic bergegas menuju resto family. Disana ia tak juga melihat sosok Leticia Veronica.

Frederic memasuki resto dan bertanya pada manager resto. Sayangnya, hari itu Leticia absen tak masuk kerja. Belum diketahui penyebab Leticia tak masuk kerja.

"Sudah tiga hari Leticia tak masuk kerja. Dihubungi pun tidak bisa. Terakhir bekerja memang ia bilang kalau ibunya sedang sakit. Tapi tak ada izin kepada saya kalau dia tak bisa masuk kerja," jelas manager resto.

Frederic pun kebingungan. Kelimpungan dijalan sambil menyusuri jalan. Ia tak tahu harus berbuat apa jika hingga minggu ini tak bisa membawa satu wanita mana pun kedepan ayahnya.

Otomatis jika tak ada satu wanita yang dikenalkan, maka ia harus bersiap dengan keadaan pahit bahwa harus siap dijodohkan dengan siapapun pilihan ayahnya.

Setelah satu jam menyusuri jalanan. Mengelilingi kota Jakarta. Frederic semakin merasa frustasi. Ia juga tak bisa mendatangi rumah Leticia karena tak mengetahui alamat perempuan itu.

"Sial, tahu begini, kemarin aku antar saja dia pulang," batin Eric.

Frederic pun kembali kearah jalan pulang. Ditengah perjalanan ia melihat sosok Leticia Veronica.

"Apa aku tak salah lihat? mengapa ia berjalan kaki sendiri?" gumam Eric.

Rupanya, Leticia saat itu tengah membeli obat ke apotik yang tak jauh dari rumahnya. Kebetulan Frederic melewati jalan yang searah dengan jalan Eric pulang menuju tumah.

Pria itu, berhenti tepat disamping Leticia. "Hey, mau kemana?" tanya Frederic.

Leticia terkejut melihat kedatangan Frederic. "Sedang apa, Tuan disini," Leticia malah balik bertanya.

"Kebetulan aku lewat jalan ini karena searah dengan jalan pulang. Dari sore aku mencarimu. Saat ke resto kamu tak ada dan katanya tak masuk selama tiga hari," jelas Frederic.

"Ada apa? Aku tak masuk karena ibuku sakit. Tak ada yang mengurusnya. Jadi aku tak bisa bekerja," kata Leticia.

Karena ingin bicara tentang hal penting, Frederic mengajak Leticia ke kafe terdekat. Akhirnya mereka duduk dan memesan cemilan. Dia menjelaskan ada suatu hal yang penting ingin dibicarakannya.

Namun karena takut Leticia tersinggung, Frederic menggunakan kata-kata yang halus untuk mengajak Leticia menyepakati kawin kontrak.

"Jadi begini, ayahku ingin menjodohkanku. Tapi aku selalu menolak. Kemarin kami membuat kesepakatan bahwa aku akan membawa perempuan pilihanku," ucap Frederic.

Eric melanjutkan, namun tidak ada satupun perempuan yang dekat dengannya. "Aku ingin mengenalkan kamu pada ayahku. apakah kamu mau kawin kontrak denganku," tanya Frederic lagi.

Leticia hanya terdiam mendengarkan. Hingga saat ini tak ada cinta antara keduanya. Hanya sedikit rasa tertarik satu sama lain, dan juga belum melakukan pendekatan apapun.

Frederic mengatakan, ia akan memenuhi seluruh syarat dari Leticia jika mau melakukan kesepakatan kawin kontrak dengannya.

Leticia berpikir bahwa ini kesempatan baginya untuk mendapatkan biaya pengobatan sang ibu. Jika ia meminta uang dari hasil kesepakatan kawin kontrak maka dia bisa mengobati penyakit jantung ibunya.

"Baik, aku akan melakukannya. Karena ini hanya sekedar kawin kontrak, apa boleh aku meminta timbal baliknya," kata Leticia.

"Apa yang kamu mau?" tanya Frederic.

"Ibuku sedang sakit, tapi aku tak punya uang untuk pengobatannya. Selain itu, ketika kita terikat pernikahan kontrak, mungkin aku tak bisa mencari nafkah untuk keluargaku. Apa kamu sanggup untuk menafkahi keluargaku yaitu ibu dan adik-adikku?"

Frederic berpikir sejenak. Ia menebak bahwa Leticia akan memanfaatkannya. Apalagi kalau mengetahui bahwa dia pria kaya raya penerus salah satu perusahaan besar di Jakarta.

Namun dia tidak ada pilihan lain. Karena Leticia satu-satunya jawaban untuk memenuhi permintaan ayahnya. Tanpa pikir panjang dan mencari tahu latar belakang Leticia, dengan gampang ia mengiyakan permintaan Leticia.

"Baik aku akan mempersiapkan semuanya. Aku akan memberikan uang untuk pengobatan ibumu, setelah menikah akan aku penuhi semua kebutuhan keluargamu," tutur Frederic.

Leticia merasa lega. Setidaknya untuk beberapa waktu dia tak memusingkan biaya pengobatan ibunya.

"Tapi apakah kamu sudah mengenalku dengan baik. Mengapa kamu pilih aku," tanya Leticia lagi.

"Sudah tidak ada pilihan. Kamu harus menjelaskan siapa dirimu dan latar belakangmu. Sehingga aku tak kelabakan ketika ditanya oleh ayahku," ujar Frederic dengan lugas.

Felicia menjelaskan saat itu juga, bahwa dia hanyalah wanita miskin yang menjadi kepala keluarga mereka saat ini. Ia pun hanya lulusan SMA. Tak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah. Terlebih, saat ini dirinya memiliki ibu yang sedang mengalami sakit keras yaitu penyakit jantung dan dua adiknya sudah duduk dibangku SMA.

Dia juga menjelaskan, Frederic jangan berharap banyak darinya. Sebab dia hanyalah perempuan tinggal dilingkungan kecil di rumah peninggalan sang ayah.

"Apakah ayahmu akan menerimaku dengan latar belakang seperti ini, Tuan?" ucap Leticia setelah menjelaskan tentang difinya.

"Aku sudah mengatakan apapun pilihanku harus diterima. Jadi tak masalah bagiku dengan latar belakangmu," jelas Frederic.

Frederic juga menjelaskan bahwa kawin kontrak akan berlaku selama dua tahun. Hingga ayahnya memberikan warisan perusahaan. Sebenarnya Frederic sudah sangat ingin menggantikan ayahnya.

Namun ayahnya masih mendidik Frederic dan memintanya untuk bekerja jadi karyawan biasa agar tahu seluk-beluk perusahaan.

"Oh jadi kau anak orang kaya? Lalu mengapa ketika bertemu denganku bilang karyawan biasa," kata Leticia.

"Aku tidak ingin diketahui orang-orang. Karena aku masih bekerja seperti karyawan biasa untuk mengetahui kebutuhan perusahaan," jelas Frederic.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!