NovelToon NovelToon

The Fight For Fairness In Gaming

Sinopsis

Arya, seorang siswa SMA yang berusia 17 tahun, merasa tertekan oleh beban ekonomi keluarganya. Untuk membantu keluarganya, ia memutuskan untuk menghasilkan uang dari game online bernama Eterna, di mana dia bermain sebagai sebagai karakter pemancing.

Arya yang sebelumnya hanya bermain game secara biasa, tanpa berpikir untuk berkompetisi dengan para pemain lain, tiba-tiba menemukan bakat alami untuk memancing ikan besar di dalam permainan tersebut. Dalam waktu singkat, dia menjadi salah satu pemain paling terkenal di dunia Eterna, dan menghasilkan banyak uang dari hasil menjual ikan yang berhasil didapatkannya.

Namun, Arya mengalami masalah ketika tiba-tiba dia tidak bisa lagi mengakses akunnya di Eterna. Setelah berusaha mencari tahu, dia menemukan bahwa akunnya telah diblokir oleh pemilik game, yang curiga bahwa Arya menggunakan cheat atau kecurangan dalam permainan. Arya merasa marah dan kecewa karena dirinya sebenarnya tidak melakukan kecurangan dan menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk membangun akun tersebut.

Bersama teman-temannya yang juga memiliki masalah di Eterna, Arya membentuk sebuah kelompok pemain yang memiliki tujuan untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar bermain secara fair dan tanpa curang. Mereka kemudian memulai petualangan untuk mencari bukti bahwa mereka tidak bersalah dan mencari tahu siapa yang benar-benar melakukan kecurangan di dalam game.

Di dalam petualangannya, Arya menemukan fakta-fakta mengejutkan tentang Eterna, termasuk kebenaran tentang bagaimana pemilik game benar-benar mengelola game dan menjual kecurangan secara ilegal kepada para pemain yang kaya. Dalam upaya untuk membongkar rahasia ini, Arya dan kelompoknya harus menghadapi banyak rintangan dan bahaya, tetapi mereka terus berjuang untuk membuktikan bahwa mereka bisa memenangkan game tanpa

Musibah awal

Arya adalah seorang siswa SMA yang berusia 17 tahun, dan juga bekerja sebagai kurir pengantar barang di pasar lokal. Dia merasa sangat bosan dengan kehidupannya yang monoton dan terus-menerus di-bully oleh teman-temannya di sekolah karena keluarganya yang miskin. Arya memiliki keinginan kuat untuk merubah hidupnya dan keluarganya, dan itulah sebabnya dia mengambil pekerjaan sebagai kurir di pasar.

Sepulang dari sekolah di Gang Kliwon, Kilometer 3 Jakarta Selatan, Arya terlihat dengan rambut hitamnya yang acak-acakan dan celana panjang hitam yang telah berubah menjadi putih karena pembullyan teman sekelasnya di hari ulang tahunnya. Arya hanya bisa menerima perlakuan tersebut tanpa melawan, lalu berjalan pulang dengan perut yang sudah lapar dan menginginkan makanan yang lezat. Namun, naasnya, Arya yakin di rumah pasti tidak akan ada makanan.

Arya menuju sungai untuk membersihkan diri dari kotoran dan berganti baju, lalu melanjutkan perjalanan ke pasar untuk menjadi pengantar barang. Ini merupakan rutinitas Arya setiap hari. "Aku bosan, namun aku merasa lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa," pikir Arya dalam hatinya.

Pada awal pekerjaannya, Arya cukup beruntung karena bertemu dengan pelanggan setia. Saat sedang membantu Yuna membawa barang belanjaannya di Pasar Gombrong, Yuna yang sibuk memilih sayuran dan buah-buahan menitipkan dompetnya di dalam tas belanjaan Arya.

"Mas Arya, tolong jangan sampai dompetku hilang ya. Di dalamnya ada banyak uang," ucap Yuna sambil menyerahkan tas belanjaan pada Arya.

"Aku pasti akan menjaganya dengan baik, Kak Yuna. Saya adalah pengantar barang yang profesional," jawab Arya sambil tersenyum.

Ketika mereka tiba di tujuan dan Yuna membuka tas belanjaannya, wajahnya berubah pucat. "Dompetku hilang!" teriaknya dengan panik.

Arya merasa bersalah dan khawatir. Ia merasa telah mengecewakan pelanggannya yang setia. "Maafkan saya, Kak Yuna. Saya akan mencarinya secepat mungkin," ucapnya sambil menenangkan Yuna yang mulai panik.

Tanpa berpikir dua kali, Arya langsung berlari kembali ke Pasar Gombrong untuk mencari dompet itu. Setelah berputar-putar beberapa kali, Arya tidak bisa menemukan dompet Yuna. Raut wajahnya yang sebelumnya penuh semangat dan harapan berubah menjadi sedih dan kecewa.

"Sudahlah, Mas. Sudah terlambat sekarang. Mungkin aku harus menerima kenyataan ini," ucap Yuna sambil menundukkan kepala.

Meski telah berusaha sekuat tenaga, Arya tidak bisa membantu Yuna mendapatkan kembali dompetnya. Arya merasa sangat menyesal dan merasa dirinya telah gagal dalam tugasnya untuk menjaga dompet Yuna. Dia kembali ke Yuna dengan rasa malu dan menyerahkan tas belanjaan yang kosong dengan perasaan sedih dan kecewa.

Arya merasa sangat bersalah dan tidak tega meninggalkan Yuna begitu saja. "Maafkan aku, Kak Yuna. Aku seharusnya lebih hati-hati. Biarkan aku mengganti uang yang hilang, maukah?" tawar Arya.

"Enggak perlu, Mas. Tidak adil jika kamu yang harus menggantinya. Aku yang salah mempercayakan dompetku padamu," kata Yuna sambil tersenyum getir.

"Kalau begitu, bolehkah aku meminta nomor teleponmu, kak? Aku akan mencoba membantumu mencari dompetmu besok," tawar Arya.

"Aku sangat berterima kasih atas tawaranmu, Mas Arya. Tapi aku akan mencoba mencarinya sendiri terlebih dahulu," ucap Yuna dengan tersenyum.

"Aku mengerti, Kak. Tapi tolong beritahu aku jika kamu membutuhkan bantuan, ya?" ucap Arya dengan lembut.

"Terima kasih, Mas. Kamu baik sekali," kata Yuna dengan tersenyum.

Arya merasa sangat bersalah karena telah kehilangan dompet pelanggan setianya. Ia berputar-putar di sekitar pasar, mencari-cari tanda keberadaan dompet itu. Namun, setelah waktu berlalu, Arya merasa semakin tertekan dan bersalah. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

Namun, saat baru keluar dari pasar, ia melihat Yuna menunggu di pintu keluar. Arya terkejut dan khawatir, karena wajah Yuna tampak berbeda dari sebelumnya. Ternyata, Yuna mengalami kesulitan karena majikannya memaksa Yuna mengembalikan uang dan kartu yang ada di dompet kepada majikannya. Yuna dimarahi dan bahkan diusir dari rumah majikannya karena tidak memiliki cukup uang.

Dengan hati yang tergerak, Arya membawa Yuna ke rumahnya. Ketika sampai di rumah, ibunya terkejut melihat mereka berdua. Namun, Arya menjelaskan situasinya dan meminta izin untuk menginap di rumah. Setelah beberapa diskusi, akhirnya ibu Arya menyetujuinya.

Baru sampai rumah, Arya memberitahu ibunya bahwa ia akan pergi kerja kelompok. Setelah berbohong, Arya merasa bingung mau ke mana untuk mencari uang. Ia yakin jumlah uang di dalam dompet yang hilang cukup besar, mengingat Yuna selalu belanja lebih dari 3 juta setiap kali ke pasar.

Saat sedang berjongkok di gang, Arya merasa terpojok dan merasa gelisah mencari cara untuk mendapatkan uang. Matanya jelalatan, mencari-cari kesempatan di sekitarnya. Tiba-tiba, mata Arya tertuju pada sebuah warnet yang memiliki poster game Eterna Online. Tanpa berpikir panjang, Arya segera memasuki warnet dan menyewa VR helmet. Meski cukup mahal, 10 zyn per jam, Arya merasa ini mungkin kesempatan terakhir untuk mencari uang.

*Ting

Selamat datang pemain baru.

Canggung Berkali-kali

Arya duduk di depan monitor warnet dengan Virtual reality helmet yang telah ia pasang, menunggu game Eterna Online untuk terhubung.

Ketika ia memeriksa saldo dompet virtualnya, ia merasa cemas karena hanya tersisa 50zyn, setengah dari uang yang ia miliki. Namun, ia berencana memulai sebagai pendekar pedang atau swordman dan menuju ke hutan novice untuk melawan monster atau binatang berlevel rendah seperti unggas dan serangga kecil.

Hutan novice adalah hutan yang terletak di sekitar kota pemula dan sering dijadikan tempat berlatih para pemula dalam permainan. Hutan ini dipenuhi dengan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dan rimbun, membuat cahaya matahari sulit untuk menembus ke bawah. Terdapat berbagai jenis tumbuhan liar dan bunga-bunga kecil yang tumbuh di sekitar pohon-pohon. Hutan ini juga dikelilingi oleh sungai kecil yang mengalir tenang, menciptakan suara gemericik air yang menenangkan.

Meski ia tahu rencana dan kenyataan tidak selalu sama, Arya tetap bersemangat untuk menghasilkan uang dari permainan tersebut.

Akhirnya tiba di hutan novice, aku menyadari bahwa pertarungan melawan monster lebih sulit dari yang ia bayangkan. Monster-monster yang ada di sana tidak terlalu sulit untuk dikalahkan, tetapi tetap membutuhkan strategi dan kecepatan tangan yang tepat agar dapat menghindari serangan mereka. Arya merasa gugup, tetapi Arya yakin bahwa Arya bisa menaklukkan monster-monster tersebut.

Setelah tiga jam bermain, Arya merasa semakin putus asa. Meskipun ia telah berusaha mati-matian, ia sama sekali tidak berhasil menghasilkan uang dari game tersebut. Alih-alih, ia kehilangan uang berharga yang merupakan setengah dari uang yang dimilikinya. Arya merasa sangat frustrasi dan sedih, tetapi tidak bisa berhenti bermain. Game ini membuatnya ketagihan dan sulit untuk melepaskan diri.

Setelah keluar dari warung internet, Arya harus pulang dengan tangan hampa dan perasaan sedih. Setibanya di rumah, pandangannya terarah ke arah Yuna yang menunggunya dengan penuh harapan. Namun, Arya merasa sangat malu dan tidak bisa memberitahunya bahwa ia sama sekali tidak menghasilkan uang. Ia merasa sangat rendah diri karena telah mengecewakan Yuna.

Arya memasuki rumahnya yang terlihat kusam dan tidak terawat. Cat di dinding sudah luntur, dan lantai rumahnya terlihat seperti tidak pernah disapu. Beberapa dinding yang sudah rapuh membuatnya merasa semakin tidak nyaman. Arya juga memperhatikan bahwa tidak ada kipas angin atau kulkas di rumahnya. Arya merasa semakin putus asa ketika melihat semuanya.

Arya merasa haus, dia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Bu Tami menatap anaknya dengan penuh perhatian, kemudian menghampiri Arya dan memberikan pelukan hangat. Arya tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun, hanya menundukkan kepalanya. Dia sadar bahwa kesalahannya telah mengecewakan orang-orang yang ia sayangi.

Sambil menangis di pelukan Bu Tami, Arya menceritakan semuanya kepada ibunya.

Bu Tami mengelus rambut Arya dengan lebih erat dan kemudian Ibu mengalihkan pembicaraan dengan memberikan kabar yang sangat dinantikan oleh Arya, yaitu tentang Ayahnya yang sedang bekerja di luar kota.

Ibu menyampaikan bahwa Ayah sedang dalam kondisi baik-baik saja dan sangat merindukan Arya. Ibu juga menyarankan agar Arya menghubungi Ayahnya segera setelah mereka berdua selesai bercerita.

Arya mengangguk dalam pelukan Ibu, merasa lega karena mendengar kabar baik tentang Ayahnya. Ibu kemudian melepaskan pelukannya dan memberikan secangkir air dingin kepada Arya, lalu mengajaknya duduk di ruang tengah untuk melanjutkan pembicaraan.

Arya mengira ibunya akan membahas masalah sebelumnya, ternyata mereka malah asyik menonton video lucu yang diunggah oleh Yuna. Aku mendengar gelak tawa mereka yang riang dari ruang tamu, yang membuatku tersenyum sendiri. Meskipun cahaya di dalam rumah redup, aku masih bisa melihat senyum indah ibuku dengan jelas.

Tetapi suasana ini membuat Arya merasa canggung, jadi aku memutuskan untuk keluar sejenak dan menghirup udara segar untuk menenangkan diri. Tidak lama kemudian, aku kembali ke dalam rumah dan minum segelas susu sebelum pergi ke kamar untuk beristirahat.

Arya merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat ia mendengar bunyi alarm di samping tempat tidurnya. Ia melompat bangun dan melihat jam di sebelahnya, ternyata ia terlambat dan harus buru-buru untuk mempersiapkan diri. "Lagi-lagi aku bermimpi memancing dengan kakek. Aku rindu padanya," gumam Arya sambil meraba-raba tempat tidurnya untuk mencari sandal yang ia kenakan semalam.

Setelah berhasil menemukan sandalnya, Arya bergegas menuju kamar mandi. Namun, ketika ia membuka pintunya, ia terkejut karena Yuna sedang mandi di dalamnya. "Maaf, maaf, aku tidak tahu kalau kamu masih di dalam," ucap Arya sambil merasa canggung.

Setelah keluar dari kamar mandi, Yuna menempatkan handuk di kepalanya. Meskipun suasana terasa canggung, tetapi Yuna tetap menunjukkan senyum ramah sebelum pergi. Arya merasa senang melihat kebaikan hati Yuna yang baru saja hadir dalam hidupnya.

Di sebelah kanan dan kiri Arya, dua wanita sedang asyik berbicara, padahal mereka baru bertemu semalam. Namun, itu membuat Arya merasa lega. "Sepertinya ibu menerima Yuna dengan baik. Aku merasa lega. Aku harus berusaha lebih giat untuk dapat mengembalikan uang majikan Yuna yang semakin lama membuat Yuna khawatir," pikir Arya sambil mengakhiri suapan terakhir dari nasi goreng buatan ibunya.

Setelah berpamitan dengan ibunya, Arya berharap Yuna baik-baik saja di tempat kerjanya. Seperti biasa, hari sekolah berjalan lancar meskipun ia sering dibully oleh teman sekelas yang nakal dengan kata-kata kasar. Namun, Arya sudah terbiasa dengan itu.

Pukul dua siang, setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari sekolah ke pasar, Arya tiba di tempat kerjanya. Dia bekerja paruh waktu di pasar sebagai pengantar barang, meskipun gajinya tidak banyak, hanya sekitar 20-30zyn per hari, tetapi setiap zyn nya sangat berharga bagi keluarganya. Tapi hari ini, Arya merasa sangat penasaran dengan Eterna Online, sebuah game yang sangat membuatnya kecanduan seperti kopi.

"Sudah cukup bekerja," pikir Arya sambil melirik ke arah Smartphone tua di tangannya. "Waktunya main game sebentar." Arya mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan memeriksa isi saldo virtualnya. "Hari ini, aku mendapat 30zyn. Jika aku menyewa komputer untuk tiga jam, maka sisa uangku hanya akan menjadi 30zyn. Lebih baik aku membayar untuk dua jam saja."

Arya merasa senang saat ia berjalan menuju toko tempat ia menyewa komputer untuk bermain game. Ia memutar lagu favoritnya di kepala dan merasakan adrenalinnya mulai meningkat. Semua masalah di kehidupannya seakan-akan hilang saat ia mulai bermain game.

"Sudah waktunya untuk bersenang-senang sekarang," gumam Arya pada dirinya sendiri sambil masuk ke Warung Internet.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!