NovelToon NovelToon

Babi Beranting Vol. 4 Kisah Ranti Dan Eman

bab 1. kaburnya babi ngepet

Kampung cipelang. Kampung yang sempat digemparkan oleh adanya seekor babi aneh, sekarang sudah terlihat sepi kembali seperti semula. tidak ada orang yang menceritakan kembali tentang babi, tidak ada yang mengingat-ingat tentang kepintaran Surya Jaya yang sangat piawai melatih seekor babi. soalnya babi Surya Jaya yang diberi nama sigogi, sudah kabur dilepaskan oleh Hamidah istrinya sendiri, ketika malam sudah datang.

Tapi anggapan Surya Jaya tidak bisa selesai begitu saja, karena dia sangat merasa kecewa, Bahkan dia sempat berkata, Dia sangat sedih karena kehilangan modal yang utama dalam hidupnya.

Waktu pagi itu. ketika dia mengetahui babinya sudah dilepaskan oleh Hamidah, dia terus memarahi sang istri. sedangkan Hamidah tidak kalah berbicara, Awalnya dia tidak mengakui dengan pekerjaannya, dia tetap Kukuh mengatakan bahwa babi itu Melarikan diri dengan sendirinya. Namun Surya Jaya bukan anak borok kepala, yang bisa dibohongi begitu mudah, dia tetap tidak percaya.

"Hamidah......! akang minta keterangan yang sangat jelas, jangan sampai membohongi suamimu. nanti kamu kualat....! Coba kamu jawab yang benar, Apa tujuanmu sampai berani melepaskan si Gogi?" bentak Surya Jaya yang bertanya sama istrinya.

"Hai Surya.....! kenapa kamu tetap Kukuh menuduhku seperti itu...! sudah jelas si Gogi kabur sendiri, sudah tidak betah tinggal di rumah kita. Kenapa kamu terus menyalahkanku....?" jawab Hamidah yang tak kalah bengis, membuat amarah Surya Jaya sudah tidak bisa terbendung lagi.

"Hamidah......!"

"Apa......!" jawab Hamidah sambil melotot.

"Itu si Hamidah, berbicara sama suami sampai matanya mau keluar dari kelopak, tidak ada sedikitpun kesopanan....!" gumam Surya Jaya.

"Mau apa Surya....!" tanya Hamidah tak memperdulikan dumelan Surya Jaya.

"Asal kamu tahu.....! Akang bukan anak kecil yang mudah kamu bohongi. Mana mungkin babi itu melarikan diri begitu saja, karena Akang sudah sangat hafal dengan sikapnya, Akang sudah hafal dengan karakternya, Akang sudah hafal dengan kelakuannya. si Gogi tidak akan pernah kabur, dia tidak akan berani meninggalkan rumah kita. Dan kalau si Gogi kabur dengan kemauannya sendiri, pasti ada bagian kandang yang rusak. Sedangkan ini, kandangnya tidak ada yang rusak sedikitpun. jadi jelas pintunya ada yang membuka, Yang pastinya Kamulah orang yang membukanya....!"

Mendengar sanggahan suaminya Hamidah pun terdiam tidak mampu untuk menyanggah lagi, Dia tidak memiliki alasan untuk menyembunyikan perbuatannya.

"Hai Surya....! memang benar si Gogi aku lepaskan....!" ujar Hamidah sambil bertolak pinggang, tidak ada sedikitpun ketakutan di wajahnya.

"Kenapa kamu bisa berbuat seperti itu?"

"Karena si babi itu bisa membuat hidupku sial, bisa membuat rumah tangga kita hancur...!"

"Jadi apa maksud kamu....?" tanya Surya Jaya sambil menatap lekat ke arah istrinya.

"Jadi, maksudnya...! aku memilih melepaskan si babi daripada membuat hidupku celaka," jawab Hamidah menjelaskan Kenapa dia Sampai berani melepaskan si Gogi.

"Gegabah kamu kalau berbicara...! Gegabah kamu kalau menguap....! Apa kamu tidak merasa, si Gogi itu sangat membawa keberuntungan dalam kehidupan kita. dia mampu mendatangkan uang yang tidak terhingga," sanggah Surya Jaya yang merasa kesal dengan sanggahan istrinya.

"Iya aku tahu, bahkan sangat tahu....!"

"Kenapa kalau kamu tahu, kamu sampai melepaskan si Gogi?"

"Karena selain mendatangkan uang yang banyak, dia membawa bahaya yang tidak sedikit, yang terutama bisa menggoyahkan pemikiran kamu, yang tidak memiliki pertimbangan, karena kamu ingin mengikuti sayembara...!"

"Lah, kenapa kamu Hamidah, kenapa sampai membawa-bawa sayembara?"

"Jangan berpura-pura Surya....! karena aku juga bukan anak yang borok kepala. asal kamu tahu Surya....! Aku tidak akan mudah dibohongi, dibodohi oleh orang seperti kamu. Terus terang sajalah, Emang kamu kira, niat kamu yang busuk itu bisa kamu sembunyikan?" Jawab Hamidah yang semakin berani, pembicaraannya sangat lancar seperti kacang tanah jatuh ke atas wajan.

Sedangkan Surya Jaya mendapat sanggahan dari istrinya, Dia terdiam seketika tidak berbicara sedikitpun. merasa malu karena niatnya sudah diketahui oleh sang istri, Soalnya hatinya sangat mengakui, bahwa yang dituduhkan oleh istrinya itu benar kenyataannya.

"Dengar kamu Hamidah....!" ujar surya jaya mulai membuka pembicaraan kembali.

"Apa manggil-manggil....! Kaya penting saja."

"Kalau kamu berbicara jangan ngelantur kemana-mana, karena kalau kamu menuduh Akang seperti itu, sama saja kamu sudah tidak percaya sama Akang."

"Mau percaya bagaimana surya...., masa iya aku harus percaya sama orang yang suka selingkuh. sama istri terlihat sangat baik, pura-pura mengikuti sayembara karena tertarik dengan padi, tertarik dengan domba, tertarik dengan uang. padahal yang sebenarnya kamu itu tertarik oleh anaknya Mbah Abun yang bernama Ranti. Ayo ngaku kamu, Surya...! ngaku, ngaku, ngaku nggak....!" jelas Hamidah sambil menunjuk kidung Surya Jaya.

"Halah....! kenapa kamu Sampai berani berbicara seperti itu, tahu dari mana kamu Hamidah...., asal kamu tahu ya istri kurang ajar....! aku jangankan menikahi anaknya Mbah Abun, bermimpinya pun aku tidak pernah. karena aku tidak tahu dan tidak kenal dengan manusia yang bernama Ranti. aku tidak sedikitpun berpikir ke arah sana."

"Halah Surya.....! sudah Jangan banyak bacot, sekarang kan babinya sudah tidak ada, sudah aku lepaskan. Kalau kamu masih merasa butuh, silakan kamu susul Cari sampai ketemu. terus kamu setorkan sama Mbah abun yang berada di Ciandam, sekalian kamu pinta hadiahnya. pasti ketika kamu pulang kamu akan Membawa surat nikah dari KUA. tapi kalau kamu berniat mencari si Gogi, babi jadi-jadian, babi beranting, kita urus surat tolak terlebih dahulu. Ceraikan aku dengan tolak 7 sekalian, biar aku leluasa. Kalau semuanya sudah beres, silahkan kamu pergi walaupun sampai mau ke ujung langit Aku tidak akan menghalangi. Emangnya kamu berguna begitu, heuh...!" Ujar Hamidah yang terlihat memunculkan bibir menghina Surya Jaya, semakin lama semakin berani berbicaranya, seolah tidak langsung mengusir sang suami.

Perkataan istrinya membuat hati Surya Jaya Terpukul kembali, dia merasa marah namun campur dengan kebingungan. lama kelamaan akhirnya Surya Jaya menarik nafas dalam, terus mengusap wajah, berdehem dengan perlahan, membuang dahak yang berada di tenggorokan.

"Hamidah....!" Panggil Surya Jaya.

"Apa?" jawab Hamidah tanpa sedikitpun menurunkan intonasi suara, meski sudah lama terdiam.

"Kalau kemauan kamu seperti itu, Baiklah Akang akan menuruti. sekarang juga Akang mau bertemu dengan Kang ustad, mau minta tolong agar menyelesaikan rumah tangga kita. tapi kamu jangan rakus, jangan minta talak tujuh sekaligus, cukup satu saja terlebih dahulu....!" ujar Surya Jaya dengan intonasi pelan.

"Nggak, nggak mau! pokoknya Hamidah pengen ditalak yang banyak, biar kenyang, biar cepat selesai, biar leluasa, biar kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. kalau kamu memiliki keinginan silahkan kamu pergi! namun surat talak harus segera diselesaikan."

Surya Jaya tidak berbicara lagi, dia pun bangkit dari tempat duduknya. matanya mendelik sebentar ke arah sang istri, kemudian dia turun ke halaman rumah lalu Pergi menuju ke arah Rumah kakaknya, yang kebetulan menjadi Ustaz  setempat.

bab 2. Kembalinya Wira

Sedangkan Hamidah terdiam seolah berpikir mengulang kembali apa yang baru saja dia alami, apa-apa yang baru saja diucapkan sama suaminya. membuat dirinya ada kekhawatiran, Merasa tidak enak hati. tapi ketika mengingat kelakuan suaminya, mengingat niat suaminya membuat hatinya terasa semakin panasmembuatnya jengkel dan Geregetan.

"Tapi, ah...., Biarkan saja, mau begini mau begitu terserah si Surya. aku sudah bosan ingin senang hati," begitulah putusan Hamidah kemudian dia pun bangkit dari tempat duduknya menuju ke arah dapur, ingin mengobati hati yang sudah terluka karena cemburu.

Waktu terus berjalan tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikan, ketika waktu agak Siang, ke rumah Hamidah ada orang yang datang. setelah diperhatikan ternyata itu adalah Wira anaknya pak ustad, yang diutus pergi ke ciandam, membuat Hamidah merasa bahagia dengan cepat dia pun menyambut hangat keponakannya. sehingga wira pun duduk di kursi yang berada di ruang tamu. keringatnya terlihat masih bercucuran.

"Ke mana mang Surya, Bi?" Tanya Wira sambil menatap ke arah bibinya.

"Lagi tidak ada di rumah, silakan kamu ceritakan apa penemuanmu selama kamu pergi ke kampung Ciandam, apa kamu bertemu dengan Mbah Abun?"

"Hehehe, bertemu Bi...!" ujar Wira yang terlihat mengulum senyum.

"Bagaimana hasilnya?"

"Begini ceritanya Bi...!" ujar Wira dilanjutkan dengan bercerita, menceritakan tentang pengalamannya mengenai sayembara yang diadakan oleh Mbah Abun, ternyata memang benar berita yang didengar oleh Hamidah dan laporan dari Wira tidak ada sedikitpun yang keliru. semuanya persis sama  Seperti apa Yang dilaporkan oleh Daus dan orang-orang yang lainnya. membuat hati Hamidah semakin yakin bahwa melepaskan si Gogi itu adalah pilihan yang tepat untuk mencegah suaminya, agar tidak mengikuti sayembara. "nah begitu Bi ceritanya...!" pungkas Wira mengakhiri ceritanya.

"Syukur kalau begitu, sangat bisa dimengerti dan bisa dipertanggungjawabkan bahwa berita itu sangat benar. kamu berbicara apalagi sama Mbah Abun, apa jangan-jangan kamu membocorkan rahasia bahwa di kampung kita ada babi aneh, babi beranting?"

"Ya enggaklah Bi..!" sanggah Wira menolak tuduhan.

"Kenapa tidak dibocorkan?"

"Takut dia menyusul ke sini."

"Syukurlah kalau begitu, itu pilihan yang bagus, Bibi sangat setuju dengan apa yang kamu lakukan. oh iya, kalau kamu mau makan kamu cari Sendiri Saja, karena nasinya udah matang...!"

"Ah, nanti saja Saya ingin bareng sama Mang Surya, Bi." tolak Wira.

"Bukan orang yang pantas di tunggu, orang yang tidak memiliki pendirian, orang yang tidak memiliki otak, mungkin pulangnya entah kapan."

"Kenapa Bibi bicara seperti itu, ada apa ini sebenarnya?" tanya Wira yang mencium bau keanehan.

"Mamang kamu tetap Kukuh dengan pendiriannya, Mamang kamu ingin mengikuti sayembara, karena dia sangat tertarik oleh hadiahnya. dia ingin terlaksana memiliki istri muda, tertarik sama si Ranto. eh si Ranti. tertarik sama babi, tertipu Oleh Bagong jadi-jadian, celeng beranting."

"Lah, kenapa bibi sampai memiliki pikiran seperti itu?"

"Ya Terus kalau tidak seperti itu, Mamang kamu mau ngapain mengikuti sayembara. kalau untuk makan kita tidak kekurangan."

"Iya ya, Kenapa Mamang Surya bisa ingin ikut sayembara, padahal kasih saja sama anak muda. Mang Surya harus sudah sadar diri, bahwa dia itu sudah tua bangka." tanggap Wira sambil mengulum senyum, hatinya ingin cepat menyampaikan keinginannya, yang ingin memiliki si Gogi untuk disetorkan ke bah Abun, berharap dia bisa berjodoh dengan gadis yang bernama Ranti.

"Nah begitu...! kalau kamu yang ikut Bibi sangat setuju."

"Ah, yang bener Bi...?"

"Kenapa harus tidak benar segala. karena kamu memang sangat pantas, kamu belum memiliki istri. walaupun kamu harus sampai berjuang menghabiskan seluruh tenaga, itu sangat pantas. sana kamu ikut sayembara, siapa tahu aja ada setan naik kuda."

"Hehehe....!" tanggap Wira sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

"Kenapa kamu tertawa?"

"Syukur kalau Bibi mendukung keputusan saya. bagaimana kalau babinya Wira pinjam, mau disetorkan ke bah Abun. Siapa tahu saja ada rezeki kita semua. uang Sama padi itu buat Bibi, tapi Neng Ranti buat saya."

"Boleh silakan kamu ambil si Gogi....!" jawab Hamidah yang menanggapi permintaan keponakannya.

Mendengar persetujuan dari bibinya, Wira pun bangkit dari tempat duduk, kemudian dia menari layaknya seorang yang sedang menemukan kebahagiaan, mulutnya menirukan suara gendang pencak. sambil menari sambil berjalan menuju ke arah pintu dapur, kemudian keluar dari rumah mau melihat babi yang bernama si Gogi di kandangnya.

Halah....!

Desis Wira setelah sampai di kandang, matanya terbuka dengan lebar, soalnya kandang babi itu terlihat sudah kosong. Wira yang awalnya menari sambil berjingkrak-jingkrak, sekarang terdiam seketika, matanya tidak berkedip sama sekali bak mata belalang.

"Lah, lah, Ke mana perginya si Gogi?" ujar hati Wira sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak terasa gatal. kemudian dia pun masuk kembali ke dalam rumah untuk menemui sang bibi.

"Jangan melotot seperti itu, si Gogi sudah kabur...," ujar Hamidah yang sudah mengetahui kekecewaan sang keponakan.

"Oh, udah kabur....!" tanggap Wira yang terlihat lemas. "kabur Bagaimana Bi?" lanjut Wira.

"Kabur ya, kabur....! Mau bagaimana lagi, emang kabur ada yang lain apa, selain dari minggat, pergi. bahkan pemiliknya pun juga akan ikut pergi, Mungkin mau mencari si Gogi, mau disusulin."

"Halah...!" desis Wira, hatinya dipenuhi dengan kekecewaan. ada kebahagiaan namun tidak jadi, Padahal baru saja Dia terbang ke langit, namun kenyataan menghempaskannya ke bumi. kalau babi itu masih ada, dia tidak akan membuang waktu, Wira akan langsung menyetorkannya ke Mbah Abun.

Setelah mengistirahatkan tubuh dari rasa capek, akhirnya Wira pun berpamitan untuk kembali pulang ke rumah, sekalian mau membuat laporan terhadap orang tuanya. sedangkan Hamidah mengantarkan sampai ke teras, kemudian dia duduk sambil berpikir, apa yang harus dia lakukan ke depannya.

Sesampainya di rumah bapaknya, rumah pak ustad. terlihat di situ sudah ada Surya Jaya sedang mengobrol membicarakan urusan rumah tangga yang sedang diterpa badai cobaan. sedang dihampiri ujian baik di pihak laki-laki, maupun pihak perempuan. bibit permasalahannya diakibatkan oleh masalah babi ngepet babi Ranti.

Setelah menyambut orang yang baru datang, Surya Jaya dengan segera menanyakan tentang berita yang dibawa oleh keponakannya dari Ciandam. tanpa membuang waktu Wira pun mulai menceritakan semua yang dialami, ketika bertamu ke kampung Ciandam, bahkan ketika bertemu dengan Mbah Abun. dia ceritakan semuanya tidak ada sedikitpun yang terlewat, tidak ada bedanya seperti yang dia bicarakan kepada bibinya.

Mendengar cerita dari keponakannya, membuat hati Surya Jaya semakin merasa kecewa. Soalnya sekarang sudah ada berita yang bisa dipercaya, berita itu benar-benar adanya dan ada orang yang bisa mempertanggungjawabkan. Namun sayang babinya sudah tidak ada, kalau dia mau ikut sayembara, dia harus mencari dengan giat.

bab 3. Surya Jaya Semakin Kecawa

"Nah, begitu berita yang saya dapat dari Ciandam Mamang." pungkas Wira mengakhiri ceritanya.

"Sayang, sayang sekali Wira....! si Gogi sudah dilepaskan oleh si burung hantu, perempuan itu tidak sabar dan sadar, hatinya diliputi dengan kebencian dan kedengkian, sampai pembicaraan suami tidak dia anggap," ujar Surya Jaya yang terlihat mengeratkan gigi, tangannya dikepalkan dengan begitu erat.

"Sudah Surya....! kamu tidak perlu terus menyalahkan wanita. karena kamu juga harus intropeksi, mengaji diri membaca badan. Apa kelakuanmu sudah benar atau belum. Surya Jaya dengarkan sama kamu...! kalau kamu merasa belum benar, maka kamu tidak boleh menyalahkan orang lain." putus pak ustad yang menasehati adiknya.

"Terus Apa yang harus saya lakukan Kang?"

"Dengarkan Surya Jaya, menurut Akang, kamu jangan nekat, sampai-sampai kamu mau menjatuhkan talak. kalau kamu mau mengikuti sayembara, Ya sudah kamu ikuti. namun nanti kalau kamu sudah benar-benar hasil, kamu sudah memiliki domba, padi dan uang. Kamu Tunjukkan sama si Hamidah, istri kamu. pasrahkan semua hadiahnya sama dia. akang yakin dia tidak akan menolak, bahkan Akang sangat yakin kalau dia akan memanggil kamu, Aa."

"Apa benar begitu Kang Ustad?" tanya Surya Jaya yang terlihat tidak percaya.

"Lah, itu tergantung niat kamu mengikuti sayembara untuk apa. ingin menyenangkan sang istri, apa hanya sekedar mengikuti hawa nafsu, seperti yang dituduhkan oleh Hamidah. silakan kamu pikir sendiri, rasakan baik-baik. karena kamu sendiri yang bisa merasakan, hati kamu tidak akan pernah berbohong."

Mendengar penjelasan dari sang kakak. Surya Jaya pun terdiam karena di dalam hatinya dia sangat mengakui bahwa dia menginginkan lebih dari harta. karena seperti keterangan Hamidah kalau untuk makan mereka tidak kekurangan. dia tidak mungkin merasa sangat kecewa, ketika Si Gogi hilang kalau tidak ada sesuatu yang membuat sudut bibirnya akan terangkat.

"Coba kamu putuskan! sekarang ke depannya mau bagaimana?" tanya Pak Ustad sambil menatap lekat ke arah Sang adik.

"Ah, Saya mau mencari si Goki saja. mengenai sayembara saya akan jadikan itu number dua."

"Sebab?" tanya pak ustad yang mengerutkan dahi.

"Soalnya si Gogi walaupun tidak dijadikan sayembara, babi itu akan tetap mendatangkan hasil yang sangat banyak. kemarin saja berhenti gara-gara saya was-was, karena banyak orang yang mengincar sigogi, bahkan hampir setiap jam orang berdatangan ke rumah. kalau melakukan pertunjukan, takut kejadian di kampung Cisarua terulang kembali."

"Sebentar...! bentar Surya...!'

"Iya bagaimana Kang?"

"Bagaimana dengan urusan surat talak?"

"Ah...!"

"Ah, kenapa?" tanya Pak Ustad sambil terus menatap ke arah adiknya.

"Ah, nanti saja kita urus lagi masalah itu," jawab Surya Jaya memberi putusan.

"Syukurlah kalau begitu, Awas kamu jangan terbawa oleh isu itu yang tidak benar. jangan sampai seperti anak kecil. karena kamu sekarang sudah tua, bahkan tuanya sudah pakai bangkai, kamu harus sadar diri!"

"Benar Kang."

"Syukur kalau begitu, kalau kamu sadar."

Surya Jaya akhirnya dia berpamitan, awalnya sudah membulatkan tekad bahwa dia hendak mengurus surat tolak. akhirnya dia membatalkan tekad yang sudah bulat itu, karena Pak Ustad terus-menerus menasehatinya, agar dia bisa berpikir kembali lebih teliti dan lebih bijaksana.

Keadaan waktu semakin lama semakin siang, burung-burung terdengar berkicau. bahkan terlihat ada burung yang saling mengejar seperti sedang menikmati kehidupan. setelah Surya Jaya pulang ke rumah, Wira pun berbicara sama bapaknya.

"Saya juga ingin mengikuti sayembara bapak, soalnya saya sangat tertarik dengan hadiahnya."

"Silakan saja kalau kamu bisa, namun kamu harus tetap berhati-hati dan penuh kewaspadaan. karena urusan yang seperti ini tidak akan mudah, apalagi sekarang orang yang mengikuti sayembara itu. semakin banyak pasti akan semakin banyak persaingan pula. ini bisa mengakibatkan pertengkaran antara semua peserta sayembara," jelas Pak Ustad panjang lebar.

"Maksudnya saling berebut begitu?" Tanya Wira memastikan.

"Iya benar seperti itu, jadi kamu harus penuh kewaspadaan kalau kamu mau mengikuti sayembara itu."

Mendengar penjelasan dari Bapaknya yang panjang lebar, Wira pun terdiam berpikir menimbang baik buruknya ketika dia mengikuti sayembara yang diadakan oleh Mbah Abun. sekarang dia baru sadar kalau mau mengikuti sayembara dia harus sanggup menghadapi semua risiko yang akan datang, hidupnya harus sudah matang, memiliki kekuatan batin dan kekuatan lahir. soalnya ketika dia mampu membuktikan babi yang dibutuhkan oleh Mbah Abun, tidak menutup kemungkinan di perjalanan dicegat oleh orang-orang yang ingin memiliki keuntungan dari jalan yang enteng.

"Wira...!" Panggil Pak Ustad mengagetkan anaknya yang sedang melamun.

"Saya Pak."

"Dalam keadaan sesusah ini, orang-orang yang sudah terkalahkan oleh khayalan dan lamunan, sudah terpengaruh oleh bayangan. mereka akan melupakan rasa pri kemanusiaan, akan lupa dengan jati diri. Bagaimana jadinya, bagaimana akhirnya. mereka akan semakin beringas, tega, galak, kejam meski dengan sesama manusia."

"Bagaimana contohnya Pak?"

"Begini kalau semisal kamu dikehendaki untuk menemukan babi beranting. setelah menemukan kamu Bawa babi itu menuju Kampung Ciandam, untuk disetorkan sama Mbah abun. ketika kamu berada di perjalanan kamu harus tetap waspada dan penuh kehati-hatian, soalnya orang-orang yang mengikuti sayembara bukan satu orang ataupun dua orang, pasti sangat banyak. salah satu dari mereka Bapak yakin akan ada orang yang memiliki niat jahat, Sampai berani mengambil harta yang sudah kamu miliki, dengan menggunakan jalan paksaan. Nah, kalau ada kejadian seperti itu, kembang kecelakaan sudah terlihat. kamu akan bertemu dengan kecelakaan, kalau kamu tidak memiliki ilmu yang matang, Bapak yakin kamu pulang ke cipelang hanya tinggal nama."

"Pulang hanya tinggal nama....?" ulang Wira setelah mendengar penjelasan ayahnya yang sedang menasehati. bahwa mengikuti sayembara itu bukanlah hal yang mudah, melainkan harus dipersiapkan dan dipikirkan secara matang-matang.

"Iya, benar...! dari dasar itu Coba tolong kamu pikir sekali lagi, Kamu jangan terbujuk rayu dengan hadiah yang luar biasa, soalnya hadiah yang luar biasa mengandung risiko yang sangat luar biasa pula. harus diperhitungkan secara teliti agar tidak menyesal di kemudian hari. Nah, segitu nasehat dari bapak, Semoga kamu bisa mengerti." ujar pak ustad yang menambahkan lagi peringatan terhadap anaknya.

Mendengar nasehat dari Sang Bapak, Wira semakin mengerti, dia menjadi takut mendengar penjelasan yang sangat rinci dari pak ustad.

"Bagaimana Wira, Apakah kamu mengerti?" tanya pak ustad yang melihat anaknya tidak menjawab.

"Iya bapak, saya sangat mengerti dengan apa yang Bapak sampaikan. saya sangat paham, kalau orang-orang yang mengikuti sayembara mereka akan berbuat keji dan berbuat nekad, karena mereka sudah mengeluarkan harta, tenaga, pikiran bahkan keluarga. tapi apa yang sedang mereka cari sudah didapat oleh orang lain, maka tidak menutup kemungkinan orang-orang yang sakit hati itu melampiaskan kekecewaannya dengan merebut babi yang sudah kita dapat."

"Iya, benar begitu...! syukur kalau mengerti."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!