Sebuah pesawat pribadi baru saja mendarat di bandar udara Schiphol Amsterdam. Tiga wanita cantik turun dari pesawat sambil membawa beberapa paper bag barang bermerek dan di antara ketiga wanita cantik itu adalah Alana Meyyer, putri tunggal dari pasangan pengusaha Angelo Meyyer dengan Fransiska Meyyer.
Alana Meyyer baru berusia dua puluh dua tahun, yang dia lakukan selama ini hanya jalan-jalan saja. Menikmati waktunya bersama dengan teman-temannya. Dia adalah Nona muda yang manja, selalu melakukan apa pun yang dia inginkan.
Alana bahkan baru kembali dari Paris bersama dengan kedua sahabatnya. Kedua orangtuanya pun begitu menyayanginya sehingga mereka begitu memanjakan Alana. Mereka tidak melarang Alana membeli apa pun tapi sesungguhnya ada yang mereka sembunyikan selama ini sehingga Alana tidak mengetahui apa pun.
"Kapan kita akan pergi ke Paris lagi, Alana?" tanya salah satu sahabat baiknya.
"Entahlah, kita baru saja kembali. Aku rasa sulit untuk ke sana lagi karena ayahku meminta aku untuk belajar di perusahaan setelah ini. Aku juga berpikir sudah saatnya aku belajar agar aku tidak mengecewakan kedua orangtuaku," jawab Alana.
"Wah, jangan katakan ini perjalanan terakhir kita," ucap sahabat baik yang lainnya.
"Tentu saja tidak, kita akan pergi lagi tapi nanti," ucap Alana tapi sayangnya, perjalanan itu memang menjadi perjalanan terakhir mereka karena sebuah kejutan sudah menunggu Alana. Tanpa ada rasa curiga sama sekali, Alana dan kedua sahabatnya berpisah di bandara.
Alana kembali dengan wajah berseri, dia sudah membeli banyak hadiah untuk ibunya. Alana pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. Seperti biasa, rumah selalu sepi. Alana semakin tidak sabar saat sudah tiba di rumah. Barang-Barang yang dia beli untuk ibunya pun dibawa. Mobil kedua orangtuanya ada di garasi yang berarti mereka ada di rumah.
Taksi yang dia tumpangi pun pergi, dia sengaja tidak meminta dijemput oleh supir pribadi karena Alana ingin memberikan kejutan pada kedua orangtuanya. Wajahnya terlihat ceria, senyum manis terukir di bibir. Alana benar-benar tidak curiga sama sekali dengan suasana rumah yang begitu sepi. Bahkan tidak ada satu orang penjaga pun di rumah padahal biasanya ada yang berjaga sebelum dia masuk ke dalam rumah.
"Mom, Dad, aku pulang!" teriaknya seraya meletakkan barang-barang yang dia bawa ke atas meja.
"Yuhu, anybody home?!" Alana kembali berteriak karena tidak ada yang menjawab. Aneh, kini dia curiga. Jangan katakan kedua orangtuanya sengaja ingin memberikan kejutan untuknya tapi tidak mungkin karena ini bukan hari ulang tahunnya.
"Mom?" Alana mengernyitkan dahi, karena rumah yang begitu hening. Aneh, sekarang dia mulai merasa curiga karena tidak terlihat satu orang pun di rumah. Biasanya seorang pelayan akan menyambut kedatangannya tapi kenapa sekarang tidak ada?
"Mom, Dad, everyone? Anybody home?" Alana meletakkan barang-barang yang dia bawa dan melangkah masuk. Dia semakin merasa curigan karena tidak ada siapa pun. Alana kembali memanggil, seperti tadi, tidak ada yang menjawab. Kini rasa curiga memenuhi hati, semua pelayan hilang juga para penjaga.
Firasatnya pun buruk, Alana berlari menuju kamar kedua orangtuanya. Tiba-Tiba tangannya gemetar saat ingin membuka pintu, firasatnya benar-benar buruk.
"Mom, Dad. Apa kalian sengaja melakukan hal ini untuk mengejutkan aku?" Alana menelan ludah, sungguh dia sangat takut.
Dengan tangan gemetar, Alana membuka pintu kamar kedua orangtuanya. Kamar begitu gelap, lampu tidak menyala dan jendela tertutup rapat. Alana melangkah masuk dan melangkah menuju jendela. Ini kali pertama dia melihat kamar kedua orangtuanya begitu gelap. Gorden dibuka lebar sehingga cahaya matahari masuk ke dalam dan menerangi kamar, Alana berbalik sambil tersenyum namun senyum itu mendadak hilang.
Tubuh Alana membeku, kedua mata melotot. Alana masih diam tapi tidak lama kemudian Alana berteriak histeris saat melihat kedua orangtuanya tergantung di tengah-tengah kamar.
"Mommy, Daddy!" Alana berlari menghampiri kedua orangtuanya yang sudah tidak bernyawa. Teriakannya pun kembali terdengar, tangisannya pecah. Alana memeluk kaki kedua orangtuanya yang bergantung dan menangis dengan keras.
"Mommy, Daddy, apa yang terjadi dengan kalian?" teriaknya. Tubuh kedua orangtuanya yang tergantung diguncang. Alana berharap itu hanya mimpi saja tapi sekeras apa pun dia berteriak, kedua orangtuanya tidak menjawab panggilannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian, apa yang sebenarnya terjadi?" dengan tangan gemetar, Alana menghubungi polisi dan juga ambulance.
Alana meringkuk di sisi ruangan, kedua tangan masih gemetar bahkan tubuhnya pun gemetar. Tatapan matanya tidak lepas dari tubuh kedua orangtuanya yang masih menggantung. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga kedua orangtuanya seperti itu? Apakah kedua orangtuanya bunuh diri, tapi kenapa?
Pertanyaan-Pertanyaan itu muncul di benak Alana, dia tidak menduga kepulangannya justru mendapatkan kabar duka dengan kepergian kedua orangtuanya yang mendadak dan tanpa terduga.
Para polisi yang dia panggil sudah datang, mereka bergegas menggeledah rumah Alana apalagi mereka sudah mendapat laporan jika pemilik rumah melakukan bunuh diri. Dua mayat yang tergantung mereka temukan, dan Alana yang menangis di sisi ruangan.
Alana memperhatikan tubuh kedua orangtuanya diturunkan, tangisannya pun pecah. Dua petugas melangkah mendekatinya dan meminta keterangan, Alana mengatakan apa yang terjadi. Dia sendiri masih tidak mempercayai apa yang terjadi, Alana bahkan tampak linglung saat seorang petugas lain menghampirinya dengan sebuah surat di tangan.
"Nona Alana, kami menemukan surat di tubuh ibumu yang ditunjukkan untukmu," ucap petugas itu.
"Berikan padaku!" pinta Alana dengan cepat.
Surat sudah diberikan, Alana membukanya dengan terburu-buru dengan air mata berderai untuk membaca surat yang ditulis oleh ibunya.
"Alana, putriku," Alana menarik napas sejenak setelah membaca tulisan awal ibunya. Sepertinya dia harus menyiapkan hati untuk membacanya lebih lanjut.
..."Alana, kami ingin meminta maaf padamu karena kami sudah mengambil langkah ini. Kami tidak berani mengatakan padamu jika sesungguhnya perusahaan sudah berada diambang kehancuran. Mommy dan Daddy tidak mau kau kecewa dan menganggap kami tidak berguna sebagai orangtuamu jadi kami menyembunyikan hal ini darimu. Maafkan kami yang sudah mengambil jalan nekad, maafkan kami yang sudah meninggalkan dirimu dengan banyak masalah. Kami melakukan hal ini karena kami sudah tidak sanggup lagi menanggung semuanya, kamu juga malu jadi maafkan perbuatan Mommy dan Daddy. Mommy harap kau hidup dengan baik setelah kepergian kami. Mommy dan Daddy menyayangimu, Alana. Tapi maaf karena kami harus meninggalkan dirimu lebih cepat dan membuatmu berada di dalam masalah."...
Air mata Alana kembali mengalir deras setelah membaca surat terakhir dari ibunya. Alana menangis dengan pilu dan menangisi kepergian kedua orangtuanya yang tanpa terduga. Apa yang sebenarnya terjadi sampai membuat ibu dan ayahnya bunuh diri? Kenapa perusahaan mereka bisa bangkrut? Sungguh dia tidak mengerti, dia juga menyayangkan tindakan kedua orangtuanya yang sudah merahasiakan hal itu dan yang sudah mengambil tindakan yang salah tapi setelah ini dia pun akan menghadapi lebih banyak masalah lagi karena Nona muda yang biasa hidup mewah dan di manja, harus dihadapkan oleh banyaknya hutang yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya
Rumah duka dipenuhi oleh pelayat yang hendak mengantar kepergian pasangan Angelo Meyyer dan Fransiska Meyyer yang meninggal akibat bunuh diri. Kabar itu mengejutkan banyak orang terutama rekan bisnis mereka. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, perusahaan mereka bangkrut secara tiba-tiba.
Yang paling terpukul adalah Alana, dia masih berduka atas kematian kedua orangtuanya. Rumah tempatnya tinggal pun sudah disita oleh pihak bank akibat hutang perusahaan yang sudah menumpuk. Pengacara ayahnya pun berkata akan menemui dirinya hari ini, untuk mengatakan semua yang harus Alana hadapi setelah ini.
Alana semakin yakin jika ada dalang dibalik semua yang sudah terjadi. Ayah dan ibunya memang tidak pernah mengatakan apa pun tapi dia akan mencari tahu setelah ini, setelah dia memakamkan kedua orangtuanya. Alana sangat berduka akibat kematian mereka, dia tidak menyangka, benar-benar tidak menyangka kedua orangtuanya akan melakukan bunuh diri. Keterangan yang diberikan oleh para polisi juga membuatnya terkejut, ternyata kedua orangtuanya sudah merencanakan hal itu. Sebab itulah tidak ada pelayan dan penjaga rumah yang terlihat karena mereka semua sudah dipecat.
"Kenapa kalian melakukan hal seperti ini, Mom, Dad? kenapa kalian meninggalkan aku dengan cara seperti ini?" tanya Alana. Air matanya tidak bisa dibendung lagi, dalam mimpi pun dia tidak pernah menyangka akan melihat kedua orangtuanya meninggal dalam keadaan seperti itu.
"Kenapa kalian melakukan hal ini, kenapa?" Alana tidak sanggup berkata-kata lagi. Dia menangis terisak didekat peti mati kedua orangtuanya.
Semua pelayat yang melihatnya pun iba, kejadian yang tidak pernah di duga oleh siapa pun. Alana hanya bisa menangisi kepergian kedua orangtuanya tanpa mempedulikan yang lainnya. Seorang pemuda mendatangi rumah duka itu, untuk mengucapkan bela sungkawa namun pemuda itu juga datang untuk sebuah tujuan.
Pemuda itu adalah David Douglas, seorang pengusaha ternama di kota itu. Dia pria yang dikenal kejam, tidak memiliki belas kasih pada musuhnya. David Douglas dan Angelo Meyyer adalah pesaing bisnis dan mereka pun berselisih begitu lama. Alana bahkan benci dengannya.
David menunggu Alana selesai, dia berbaur dengan para pelayat lain. David bahkan mengikuti sampai ke pemakaman untuk menguburkan Angelo beserta istrinya. Dia melewati semua itu untuk suatu tujuan.
Alana berdiri di sisi makam kedua orangtuanya dan dia menangisi kepergian kedua orangtuanya. Tidak ada lagi yang bias dia katakan, dia sudah kehabisan kata-kata karena tindakan kedua orangtuanya sungguh diluar dugaan semua orang.
Semua pelayat sudah pergi, menyisakan Alana dan pengacara ayahnya juga David Douglas yang menunggu di mobil. Bunga sudah diletakkan di atas makam, Alana pun hendak meninggalkan makam dan pada saat itu juga sang pengacara menghampirinya.
"Nona Alana, bisa kita bicara sebentar?" tanya pengacara itu.
"Apa yang harus dibicarakan? Apa kedua orangtuaku meninggalkan sesuatu?" Alana tampak tidak bersemangat.
"Maaf jika lancang, tapi Nona harus tahu. Selain perusahaan yang sudah bangkrut, Tuan Meyyer juga meninggalkan banyak hutang."
"Apa? Bukankah sudah tidak ada lagi? Rumah kami sudah di sita, begitu juga perusahaan. Seharusnya sudah tidak ada hutang lagi, bukan?" Alana tidak bisa mempercayai hal itu.
"Ayahmu berhutang banyak padaku, oleh sebab itu kau harus menjadi pembantu di rumahku mulai sekarang!" ucap David tiba-tiba, dia sudah tidak tahan menunggu di mobil.
Ucapan yang dilontarkan oleh David Douglas bagaikan petir di siang bolong saat cuaca begitu panas bagi Alana.
"David Douglas," nama itu terucap. Tatapan mata Alana tidak lepas dari pria yang dia benci sejak lama itu. Permusuhan di antara mereka memang sudah lama terjadi, dia benar-benar tidak suka dengan pria arogan seperti David Douglas.
"Apa maksud perkataanmu?" tanya Alana dengan sinis.
"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan, Alana Meyyer? Ayahmu meminjam banyak uang padaku oleh sebab itu kau harus bekerja di rumahku sebagai pembantu. Kau bisa memulainya mulai besok!" ucap David,
Alana merasa tatapan mata David Douglas seperti mencibir dirinya dan menghina dirinya. Dia sungguh tidak terima dengan penghinaan pria itu. Lagi pula dia tidak percaya ayahnya meminjam uang begitu banyak dengan pria itu mengingat hubungan mereka yang tidak baik. Bagaimana mungkin ayahnya meminjam uang pada David Douglas? Dia sangat tahu ayahnya begitu membenci pria itu.
"Aku tidak percaya. Ayahku begitu membenci dirimu, bagaimana mungkin dia bisa meminjam uang denganmu?" teriak Alana.
"Di saat terdesak, apa pun bisa dilakukan. Ayahmu datang, memohon padaku untuk meminjamkan uang padanya. Dia ingin menyelamatkan perusahaannya yang sudah di ambang kehancuran. Aku pun tidak mempercayai hal itu tapi dia bersungguh-sungguh datang padaku dan memohon padaku. Jika kau tidak percaya, kau bisa bertanya padanya!"
Alana berbalik, melihat ke arah pengacara ayahnya. Apakah benar? Dia yakin tidak mungkin apalagi dia tahu, ayahnya sangat membenci David Douglas.
"Apa yang Tuan Douglas katakan sangat benar, Nona. Tuan Meyyer pergi menemui Tuan Douglas bersama denganku dan memohon agar Tuan Douglas meminjamkan uang padanya untuk menutupi hutang yang dia pinjam pada seorang lintah darat. Dia sungguh tidak memiliki pilihan sehingga mengambil keputusan demikian."
Alana sangat syok mendengarnya, kakinya bahkan melangkah mundur. Alana melihat ke arah David sejenak, lalu melihat pengacara ayahnya yang sebentar lagi akan menjadi mantan.
"Aku tidak membohongimu, Nona. Inilah yang hendak aku sampaikan padamu. Oleh sebab itu aku berada di sini untuk menyampaikan apa yang terjadi pada Nona," ucap pengacara pribadi ayahnya.
"Bagaimana mungkin?" Alana masih tidak percaya.
"Apa yang kau anggap tidak mungkin, semua bisa terjadi. Tidak ada yang mustahil, Alana Meyyer. Kau hanya Nona muda yang terlalu manja tanpa tahu apa pun!" cibir David. Dia sudah banyak mendengar tentang Alana Meyyer yang lebih suka bersenang-senang dari pada membantu kedua orangtuanya. Dia juga sudah mendengar jika Alana Meyyer hanya nona muda yang malas dan banyak maunya. Sesungguhnya dia juga tidak mau tapi tidak ada pilihan lain selain menjadikan nona muda itu sebagai pembantu untuk melunasi hutang-hutang yang ditinggalkan oleh Angelo Meyyer karena dia tahu, Alana Meyyer tidak memiliki pengalaman sama sekali di perusahaan. Selain menjadikan wanita itu sebagai pelayan, tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Alana Meyyer.
"Tutup mulutmu!" ucap Alana kesal. Dia masih berduka tapi pria itu justru menagih hutang. Apa tidak bisa besok saja?
"Berapa uang yang dipinjam oleh ayahku padamu?" Alana melangkah maju, membusungkan dadanya. Dia yakin tidak seberapa dan dia akan membayar hutang itu sekaligus.
"Dua juta dolar!" jawab David.
"Apa?" Alana terkejut. Luar biasa, dua juta dolar? Apa dia tidak salah mendengar?
"Kau harus membayarnya, Nona Muda. Sekalipun kau harus bekerja di rumahku untuk seumur hidup jadi kau harus membayarnya. Besok kau harus memulai jika tidak, hutang dua juta dolar itu akan semakin bertambah," setelah berkata demikian, David melangkah pergi meninggalkan Alana yang terlihat shock.
Alana tidak bisa mempercayai hutang yang ditinggalkan oleh ayahnya, dia bahkan tertawa dan melangkah perlahan. Dua juta dolar? Apa sebenarnya yang dilakukan oleh ayahnya sehingga berhutang begitu banyak? Alana pergi tanpa tujuan arah, tawanya pun masih terdengar. Pengacara ayahnya pun tidak mengatakan apa pun karena itulah yang terjadi.
Semua yang terjadi tidak bisa diterima dengan akal sehat tapi dia harus menerima semua yang terjadi. Alana benar-benar tidak memiliki tujuan, rumah pun dia tidak punya. Sekarang dia hanya bisa dihadapkan dengan satu pilihan yaitu menjadi pembantu di rumah musuhnya. Dalam mimpi pun Alana tidak akan mau namun hutang yang menumpuk membuatnya tidak memiliki pilihan untuk menolak.
Besok, kehidupannya akan berubah sepenuhnya dan status Nona muda yang biasa dia sandang sudah tidak akan ada lagi karena mulai besok, dia adalah pembantu di rumah David Douglas, pria yang paling dia benci.
Alana merapikan barang-barangnya yang sedikit, semua barang-barang bermerek miliknya sudah dia jual dengan harga murah untuk biaya kehidupannya setelah dia tidak memiliki apa pun lagi. Uang yang dia miliki sudah diblokir sehingga dia tidak memiliki sepeser uang pun oleh sebab itu, Alana menjual semua barang-barang mahalnya dengan para sahabatnya. Setidaknya dia masih bisa memiliki uang untuk bertahan hidup tapi sekarang, dia dihadapi oleh hutang lain yang ditinggalkan oleh ayahnya.
Enggan, tentu saja Alana rasakan karena dia harus pergi ke rumah musuh bebuyutan yang sangat tidak dia sukai selama ini untuk menjadi seorang pembantu. Derajatnya benar-benar berubah secara drastis. Entah sampai kapan dia harus bekerja untuk melunasi hutang dua juta dolar yang ditinggalkan oleh ayahnya. Sepertinya dia tidak akan pernah menikah dan harus bekerja untuk seumur hidup pada David Douglas. Sekarang dia membayangkan dia akan menjadi tua bangka di rumah itu.
Alana berada di rumah yang dipinjamkan oleh sahabatnya saat itu. Setidaknya dia masih memiliki satu sahabat baik yang mau memberikannya tumpangan di saat keadaannya yang sudah jatuh. Sahabat yang lain sudah mulai menjauh, mereka mundur dengan teratur. Hukum alam, disaat sedang berjaya sahabat pasti banyak tapi saat jatuh, sahabat yang biasanya baik akan memperlihatkan rupa mereka dan yang tersisa hanya sahabat yang benar-benar tulus saja.
Sebuah gunting sudah berada di tangan, Alana memandangi dirinya di depan cermin. Sekarang dia sudah tidak memiliki uang untuk ke salon mahal lagi untuk perawatan diri. Bukan masalah itu yang membuatnya ingin berubah, tapi dia memang ingin merubah penampilannya.
Tanpa ragu sama sekali, Alana menggunting rambut panjangnya sependek mungkin. Dia memang menyayangi rambutnya tapi mulai sekarang kehidupannya sudah berubah. Penampilan sudah berubah, sebuah topi dikenakan oleh Alana. Sekarang dia siap, pergi ke rumah David Douglas dan menjadi pelayannya.
"Kau pasti bisa, Alana," Alana memberikan semangat pada diri sendiri. Setidaknya dia merasa lebih baik dan siap menjalani harinya.
Alana pergi menggunakan taksi, dia tahu rumah David. Rumah pria itu tidak bisa dicapai menggunakan bus, jadi mau tidak mau Alana harus menggunakan taksi.
David sudah menunggu kedatangannya. Hari ini dia sengaja tidak pergi ke kantor untuk menunggu kedatangan Alana Meyyer yang akan bekerja di rumahnya. David bahkan memecat dua pelayannya karena mulai hari ini, cukup Alana Meyyer yang akan menjadi pelayan di rumahnya sampai wanita itu melunasi semua hutang yang ayahnya pinjam. Dia tidak perduli berapa lama yang pasti sampai lunas.
David menunggu kedatangan Alana sambil menikmati segelas minuman. Sesungguhnya dia juga tidak menduga Angelo Meyyer dan istrinya nekad melakukan bunuh diri namun itu bukan urusannya. Yang dia inginkan uangnya kembali dan menjadikan putri Angelo sebagai pelayannya adalah pilihan paling tepat.
Alana sudah tiba, tatapan mata David tidak berpaling dari gadis yang biasanya terlihat glamour namun kini sudah terlihat biasa saja. Uang memang bisa merubah seseorang dengan cepat. Dia ingin lihat apa yang bisa dilakukan oleh mantan Nona Muda itu.
Tatapan mata Alana melihat rumah megah milik David. Napas berat pun dihembuskan. Benar-Benar rumah yang megah, semoga saja dia tidak bekerja dengan baik tapi sayangnya dia tidak tahu jika dia akan bekerja sendiri di rumah besar itu. Alana sudah berdiri di depan pintu setelah melewati dua penjaga, napas ditarik lalu dihembuskan sebelum menekan bel di pintu.
Gadis itu menunggu sesaat, dia kembali menekan bel di pintu dan tidak lama kemudian pintu pun terbuka. Alana terkejut saat melihat David Douglas yang membukakan pintu untuknya. Mereka berdua saling menatap dalam diam, tidak ada yang bersuara sama sekali.
Tatapan mata David tidak berpaling dari Alana, yang terlihat sedikit berbeda dengan rambut pendek dan topi yang gadis itu kenakan. Alana jadi salah tingkah, apa ada sesuatu di wajahnya sehingga pria itu melihatnya seperti itu?
"Hm, se-selamat siang," ucap Alana basa basi karena dia merasa sangat canggung.
"Masuk!" ucap David dengan nada dingin dan datar.
Alana mengangguk dan mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam, pintu yang berat pun ditutup dengan perlahan. Tatapan mata tidak lepas dari rumah mewah dan ukiran-ukiran yunani kuno di setiap dinding ruangan. Memang cocok untuk menjadi tempat tinggal pria berkuasa seperti dirinya.
Langkah Alana terhenti saat mereka berada di ruang tamu. David mendudukkan bokongnya ke atas sofa empuk, sedangkan Alana berdiri agak jauh darinya. Lagi-Lagi tatapan tajam David tidak berpaling dari gadis itu, Alana mulai dongkol. Dia berada di sana untuk menjadi pelayan, bukan menjadi model yang harus ditatap seperti itu seperti sedang menjalani seleksi.
"Alana Meyyer, gadis yang tidak bisa melakukan apa pun. Apa yang bisa kau lakukan?" David melihatnya dari atas sampai ke bawah.
"A-Aku akan memasak, mencuci, membersihkan rumah dan melakukan beberapa hal sebagai pelayanmu," ucap Alana.
"Apa kau tahu cara memasak dan membersihkan rumah, Alana Meyyer?" tanya David mencibir. Dia tahu Alana tidak mungkin bisa melakukan hal seperti itu. Nona muda manja yang tidak bisa melakukan apa pun.
"Tentu saja aku bisa!" Alana mengangkat wajahnya, sepertinya pria itu meremehkan dirinya. Dia tidak mau dihina lebih dari pada itu. Akan dia tunjukkan jika dia mampu. Tidak ada yang boleh menghina dirinya apalagi David Douglas yang sedang mencibirnya saat ini.
"Bagus!" David beranjak, "Semoga kau tidak mengecewakan. Mulailah bekerja, semua kebutuhanmu ada di kamar pelayan. Saat aku kembali, rumah ini sudah harus bersih dan makanan sudah harus tersedia!" setelah berkata demikian, David melangkah pergi. Sudah saatnya pergi ke kantor, karena pelayannya sudah datang.
"Tu-Tunggu, Tuan Douglas!" Alana berlari mengejar David yang sudah melangkah menuju pintu. David menghentikan langkah, Alana pun menghentikan larinya jika tidak dia akan menabrak tubuh besar pria itu.
"Apa ada pertanyaan?" David bertanya tanpa berpaling dan melihat Alana.
"Maaf jika aku lancang, apa aku bekerja sendiri?" tanya Alana ingin tahu karena dia tidak melihat satu orang pelayan pun sedari tadi.
"Apa kau ingin bekerja secara berkelompok, Alana Meyyer?"
"Bukan begitu, aku hanya ingin tahu saja," jawab Alana.
"ketahuilah, kau memang akan bekerja sendiri. Aku sudah memecat dua pelayan yang bekerja selama ini untuk menghemat uangku jadi bekerjalah dengan benar. Aku orang yang penuh perhitungan jadi setiap kesalahan yang kau lakukan akan mendapatkan penalti agar kau tidak seenaknya saat bekerja!" ucap David sinis dan dengan nada dingin.
"Apa?" Alana terkejut. Penalti? Jika setiap kesalahan yang dia lakukan selalu mendapatkan penalti, kapan semua hutang-hutangnya akan lunas?
"Jangan bercanda, kenapa harus ada penalti?" tanyanya tidak terima.
"Kau dilarang untuk protes, Alana," kali ini David berbalik dan menatapnya dengan tatapan tajam, "Kau harus ingat satu hal dan hapalkan baik-baik. Peraturan pertama adalah, Bos selalu benar dan peraturan kedua, jika bos melakukan kesalahan maka lihatlah peraturan pertama!" ucapnya lagi.
"Apa?" mulut Alana menganga, apa dia tidak salah mendengar?
"Sekarang bekerjalah dengan baik jika tidak, penalti menanti!" David melangkah pergi, meninggalkan Alana yang seperti orang linglung. Penalti? Apa pria itu bercanda?
"Bos killer sialan!" teriak Alana kesal. Rasanya sangat ingin menyiram wajah David Douglas dengan air tapi apalah daya karena dia tidak berani karena saat ini dia adalah pelayan pria itu. Sebaiknya dia bekerja jika tidak mau mendapat penalti di hari pertamanya bekerja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!