Matahari yang bersemangat menyinari dunia ini tak mengalahkan semangat gadis yang sedang berjalan menuju cafe yang biasa dia datangi.
Laura Cynthia , gadis cantik yang memiliki mata coklat dan rambut panjang sepunggung tak pernah absen untuk mendatangi kafe ini dua bulan terakhir . Dia kemari bukan hanya untuk membeli minum atau makanan , tapi untuk melihat pria yang dikaguminya .
Febri Diego, dia tampan yang mempunyai kulit berwarna putih pucat dan senior di kampusnya yang tidak bisa bersikap ramah kecuali jika berada di tempat kerjanya telah berhasil merebut hati Laura .
"Selamat siang ,Anda mau memesan ...." Febri menghentikan kalimatnya ketika menatap Laura yang sedang tersenyum.
"Milk shake coklat dengan tambahan karamel di atasnya" lanjut Febri . Ya Febri telah hafal dengan pesanan gadis Yang setiap hari datang ke cafe ini .
Laura hanya mengangguk sambil tersenyum. ia mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya lalu menyerahkannya pada Febri .
" Tunggulah sebentar , pesan dan mu akan aku siapkan ."
Laura duduk di kursi yang terletak di pinggir jendela . dari sini dia bisa dengan leluasa melihat Febri yang sedang bekerja . Tak lama kemudian Laura mendengar namanya dipanggil . dia mendekat ke meja barista untuk mengambil pesanannya .
" Apa kau tidak lelah datang ke sini setiap hari ?"
" Aku tidak akan lelah melihat pria yang aku sukai" Laura tertawa kecil melihat Febri hanya mendengus mendengar jawaban Laura . Laura telah mengatakan bahwa dia menyukai Febri beberapa minggu lalu saat Febri bertanya kenapa dia selalu datang ke cafe tempat Febri bekerja .
" Aku sudah membawakanmu makan siang ayo duduklah bersamaku "Lanjutnya .
" Kenapa kau selalu mengusik kehidupanku ? Apa kau tidak punya pekerjaan lain untuk dikerjakan ?" tanya Febri
" Tidak ada" jawab Laura cepat
" Bagaimana dengan tugas kuliahmu ?" Febri menatap Laura menelisik.
" Akan ku kerjakan nanti." Laura mengerling,
" Ayo cepat, nanti jam istirahat mu makan habis ."
Febri duduk di depan Laura yang terlihat sedang membuka penutup makanannya ." Makanlah " lagi-lagi Laura tersenyum .
" Dengar, besok jangan lagi membawakan Ku makan siang , dan jangan datang lagi ke sini " ucap Febri tegas . Kalimat Febri mengandung arti Awas jika kau datang lagi !
Laura mengangkat bahunya lalu meminum minumannya . dia melihat kan minumannya , di sana tertulis ' Jangan Datang Lagi !!'
" Kenapa kau selalu menyuruhku untuk tidak datang lagi kecil?" tanya Laura sebel .
"Karena aku bosan melihatmu setiap hari , aku harus bekerja lagi. jadi pulanglah !" Febri meninggalkan Laura sendiri .
___
Di kampus
" Apa Bapak memanggil saya ?" mendengar namanya dipanggil pria baru baya itu mengalihkan pandangan nya dan menatap laki-laki yang berada di depannya .
" Ah Febri , ya, aku sangat memerlukan bantuanmu."
" Saya bisa membantu apa Pak ?"
" Aku memiliki mahasiswi yang prestasinya semakin merosot , ini sudah semester kelimanya, aku takut dia tidak akan lulus tepat waktu nantinya ."
" Jadi ?" tanya Febri tidak sabaran .
" Aku ingin kamu menjadi mentornya , bantulah dia agar nilainya membaik "
" Siapa pak ?"
"Laura Cynthia ."
Febri langsung mengingat sosok Laura yang Menurutnya menyebalkan itu . Oh tentu saja dia tidak akan mau menjadi mentor gadis itu. Bagaimana dia akan tahan Jika dia harus berdekatan dengan Laura dalam waktu yang lama, ia pasti bisa gila .
" tapi Pak ... " Febri belum menyelesaikan kalimatnya, dosen Mahmud langsung memotong perkataan Febri .
" aku sudah terlambat untuk rapat .aku sangat mengandalkanmu Febri ." dosen Mahmud memberi penekanan saat mengatakan nama Febri .
Febri berdiri dengan mulut setengah terbuka , ia memikirkan argumen yang harus ia katakan untuk menolak permintaan dosennya itu .tapi sepertinya kuotanya tidak bisa diajak bekerja sama sekarang.
" buat nilai Laura naik Di semester ini, aku mengandalkanmu " dosen Mahmud pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Febri.
___
Febri telah duduk di perpustakaan ini hampir setengah jam , dia juga telah menyelesaikan buku yang tadi diambil untuk menemaninya menunggu mahasiswi yang akan di mentoringnya kali ini . dia melihat jam tangan di pergelangan tangannya dan mendesah setelahnya. tugas daridosen Mahmud benar-benar membuang waktu berharganya.
" maaf atas keterlambatanku ... " mata Laura melebar setelah melihat Febri yang duduk di hadapannya dengan muka kesalnya ." Febri ?"
"kau telah membuang waktuku Laura Cynthia ! cepat duduk dan keluarkan bukumu" kata Febri dengan nada yang tak terbantahkan .
" apa yang tidak kau mengerti?"
" semuanya ..." jawab Laura polos.
semua pelajaran Di semester ini , Entah kenapa semakin ke sini semakin susah , aku jadi lelah kuliah"
" Ya udah keluar saja kalau begitu ." jawab Febri enteng
" tidak bisa begitu juga , saya pasti akan membunuhku jika aku tidak bisa meraih gelar sarjana ."
Febri mulai membuka buku dan menjelaskan perlahan kepada Laura . Laura sebenarnya tidak membutuhkan waktu yang lama dalam mencerna pelajaran , namun karena dia terus saja memperhatikan wajah Febri bukan penjelasan materi dari Febri maka dia terlihat begitu bodoh di mata Febri . dan Hal itu membuat Febri beberapa kali mengumpat kesal .
" Bagaimana bisa gadis bodoh sepertimu bisa diterima di Universitas ini ?."desah Febri.
"Hmm... keberuntungan ."
" hari ini cukup sampai di sini, Aku harus pergi bekerja."
" Aku akan datang ke cafe mu "
" Jangan Datang !kerjakan latihan yang telah aku buat. Besok Temui aku di cafe pukul 6 sore"
" oke bos, aku pasti akan datang tepat waktu."
Setiap sore Laura selalu ke cafe, bukan hanya untuk melihat Febri . Melainkan bimbingan belajar dari Febri. Semenjak Febri menjadi mentor Laura, dia Mengambil mengurangi jam kerja part time nya. dia hanya bekerja 4 jam setiap harinya. di mulai pukul 12 sampai pukul 4. Setlah itu dia akkan mengajar Laura sampai pukul 5. Karena Laura mengatakan dia tidak bisa pulang malam setiap harinya Febri hanya mengajar selama 1 jam. Semakin hari Laura menunjukkan perkembangan yang bagus, meskipun menurut febri dia masih lamban dalam berfikir. tapi Laura sudah berjanji untuk berusaha sebaik mungkin dan berjanji kepada Febri bahwa semester ini dia akan mendapatkan IP cumlaude .
"Hai gadis bodoh, bagaimana kau bisa mendapatkan IP cumlaude kalau seperti ini saja kau tidak bisa ?" Febri memukul kepala Laura menggunakan pensil yang dia pegang .
"Aku sedang berusaha menemukan jawaban yang tepat, jadi sabarlah ."
" ini sudah melebihi batas waktu yang aku berikan. Kerjakan semua soal ini baru kau boleh pulang."
"APA?" Laura berteriak
" Hai kecilkan suaramu!, semua orang melihat kita"
" tapi aku harus pulang sebelum hari gelap seperti biasanya." Ucap Laura memelas, berharap Febri akan luluh dan mengizinkannya pulang.
" tidak akan, Ayo cepat kerjakan, semakin cepat kau mengerjakannya maka semakin cepat pula kau akan pulang." Kembali memainkan game di ponselnya.
Tak terasa hari sudah gelap, cuaca juga mendung, Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Laura telah selesai dengan soal-soal yang diberikan Febri.
" Aku sudah mengerjakan semuanya, silakan dikoreksi." Laura memberikan bukunya kepada Febri. Dia mulai terlihat gelisah saat melihat suasana di luar yang sudah gelap.
" semuanya benar, jadi kau boleh pulang sekarang."
" seniorku yang ganteng.... bisa kak Bisakah kau mengantarkanku pulang?" Kata Laura takut, sedangkan Febri hanya menatapnya dengan ekspresi datar.
" aku takut kalau harus pulang sendiri." Laura menatap Febri yang masih melihat nya dengan ekspresi datar.
" apa kontainer membiarkan seorang gadis berjalan pulang sendiri?" Lanjut Laura.
" baiklah, bersiaplah aku akan mengantarkanmu pulang."
~Bersambung
Febri berjalan di depan Laura, dia melihat keadaan sekitar. Gelap, sepi dan juga menyeramkan.
' Pantas saja gadis ini tidak berani pulang malam' batin Febri.
"Senior, bisakah kau berjalan agak lebih pelan? Aku tidak bisa menyamai langkahmu yang lebar itu" keluh Laura. Tiba-tiba saja Febri menghenti kan langkahnya sehingga Laura menabrak punggung Febri.
"Hais... Aku memintamu untuk lebih pelan, bukannya berhenti"
" Diamlah, aku rasa ada yang mengikuti kita. Berjalanlah lebih cepat." kata Febri pelan namun masih bisa didengar oleh Laura .
Febri menggenggam tangan Laura dan melanjutkan perjalanan ke rumah Laura , tinggal beberapa rumah lagi dan mereka akan sampai. Mereka berhenti di depan rumah kecil yang indah . Di pekarangan rumahnya terdapat berbagai macam bunga yang sangat terawat , rumputnya pun hijau.
" Apa Ini rumahmu?" Tanya Febri, Laura hanya mengganggu.
"Masuklah , aku akan langsung pulang ."
" Senior , apa kau tak ingin masuk dulu? Secangkir coklat akan menghangatkan badanmu ."
Febri melihat sekeliling,ia melihat sosok bertudung yang sedari tadi mengikuti mereka berdua .
" Apa kau tinggal sendiri ?" tanya Febri , entah kenapa dia merasakan ada bahaya yang sedang mengancam gadis di depannya ini . Lagi-lagi Laura hanya mengangguk. Febri berjalan masuk ke pekarangan rumah diikuti dengan Laura di belakangnya . Setelah membuka pintu yang terkunci, mereka pun masuk ke dalam rumah .
Febri mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah Laura . Rasa nyaman menyelimuti hatinya saat memasuki rumah ini , di sebelah kiri Febri terdapat sofa dengan beberapa boneka di atasnya , di depan sofa ada meja kecil dan di depannya lagi ada TV yang menggantung di tembok . Di tembok sebelah sofa ada pintu yang diyakini Febri adalah kamarnya Laura . Di kanan Febri terlihat dapur dan meja makan,
' Apa dia benar-benar tinggal sendiri di sini? Tanpa adanya orang dewasa dan pengamanan yang cukup , hanya pintu rumah yang dikunci tidaklah cukup untuk zaman sekarang . penjahat penjahat bisa saja membobol kunci itu dan melakukan kejahatan dirumah Laura.'
"Duduklah, aku akan membuatkan coklat panas " perkataan Laura menyadarkan Febri dari lamunannya . Segera Febri duduk di sofa bermotif bunga-bunga milik Laura . Dia memperhatikan gadis yang sedang berkutat di dapur kecilnya.
"Tadaaa, coklat panas siap untuk diminum ." Laura duduk di samping Febri dan memberikan satu Mug yang ia pegang pada Febri.
" Terima kasih."
Laura tertawa kecil," Bukankah ini lucu ? Setiap hari kau yang selalu membuatkan ku minum . Dan sekarang aku yang membuat kamu minum ."
" Dasar bodoh , karena ini rumahmu " jawab Febri datar.
" Oh iya benar juga ya , aku merasa seperti gadis bodoh karena mengatakan hal itu ."
"Dan sayangnya, kau memang bodoh."
" Hai , berhentilah maengatakan aku bodoh . Aku itu pintar hanya saja aku belum mau menunjukkannya ." Laura mulai menunjukkan nada kesalnya . Siapa yang tidak kesal kalau selalu dikatain bodoh oleh orang yang kau sukai .
" Kalau begitu dapatkanlah nilai A pada kuis mata kuliah dosen Mahmud besok ." ucap Febri menantang Laura .
" Nilai A ? Apa kau sudah gila? Yang benar saja itu sangat susah tahu "
" Aku akan memberikan hadiah padamu jika kau bisa mendapatkan nilai A besok "
" Benarkah ? Kalau begitu aku akan berusaha sebaik mungkin . Tapi beneran ya kau jangan sampai ingkar janji " Laura merasa sangat senang , bukan karena hadiah yang akan diberikan oleh Febri . Tapi karena Laura merasa sekarang Febri telah melihat keberadaannya . Dan perasaan Laura kalau dia bisa membuat Febri menyukainya semakin kuat .
"Laura ... Kenapa kau tinggal sendirian? Di mana orang tuamu ?"
Laura menyesap coklatnya," kedua orang tuaku sudah meninggal saat aku masih SMP karena kecelakaan mobil . saat itu kami sedang menuju ke restoran untuk merayakan kelulusanku .
"Laura kembali menyesap coklatnya lalu menatap Febri . Febri menatap Laura dengan pandangan yang mengatakan lanjutkan ceritanya.
" Aku lulus dengan nilai yang sangat bagus , aku peringkat 3 pararel ." kata Laura banggakan dirinya sendiri .
" Semuanya terjadi begitu cepat , di depan mobil kami ada truk yang melaju dengan kecepatan tinggi, ayo langsung membelokkan kemudinya sehingga mobil kami terguling beberapa kali. Dan aku terpental keluar tidak jauh dari mobil. aku merasakan sakit di sekujur badanku . Aku berusaha melihat ibu , bukannya penuh dengan darah sampai aku tidak bisa mengenalinya , lalu aku melihat ke arah ayah . Ayah juga mengeluarkan banyak darah , mereka semua tak sadarkan diri ." Laura menyetel air mata yang membasahi pipinya Dan meletakkan mug di atas meja .
"Sudah sudah ,Tidak usah dilanjutkan ..." kata Febri, Laura menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan cer itanya .
" Begitu aku sadar aku sudah berada di rumah sakit . ranjangku berada di samping ranjang ayah, aku melihat ayah yang sedang melihatku . Dia tersenyum lalu mengatakan.
' Hiduplah dengan baik ,Gua harus meneruskan hidupmu dan meneruskan sekolahmu . kau harus kuliah agar bisa bekerja dan membiayai hidupmu menggunakan uangmu sendiri . Ibu adalah oksigen ayah , sekarang Ayah merasa tidak bisa bernapas karena ibu telah tiada. Berjanjilah pada ayah kau akan hidup dengan baik ' setelah mengatakan itu , Ayah kembali tak sadarkan diri , dan tak lama setelahnya dokter mengatakan Ayah telah meninggal ..."
Febri menarik Laura dalam ketetapannya dan menyandarkan kepala Laura pada dadanya. Membiarkan Laura terisak oleh tangisannya .
"Maafkan Aku " ucap Febri . Laura hanya menggelengkan kepalanya dalam dekapan Febri.
Lama-kelamaan , suara isak tangis Laura pun digantikan dengan suara nafas Laura yang teratur. Dia tertidur dalam dekapan Febri . Pria itu tersenyum karena mengetahui Laura sudah tidur . Febri melihat jam di pergelangan tangan kanannya yang sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam . Febri membaringkan Laura di sofa dan menyelimutinya dengan kain tipis yang ada di sofa tadi. setelahnya pria itu tidur di sofa single yang terletak di sebelah sofa yang ditiduri Laura .
____
Paginya Laura terbangun dengan ekspresi terkejut . Ia melihat Febri tidur dengan posisi duduk . ' Pasti sangat menyakitkan duduk di kursi seperti ini .' batin Laura.
Ia beranjak bangun dari sofa dan menyelimuti Febri dengan kain yang menyelimuti dirinya . Lalu pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan . Karena di rumahnya hanya ada mie instan , Jadi Laura memutuskan untuk masakan mie tersebut sebagai sarapan. Setelah semuanya siap ia menata makanan itu di atas meja .
" Astaga kau mengejutkanku saja ." Laura terkejut karena tiba-tiba Febri sudah ada di belakangnya .
"Sarapan sudah siap, ayo duduklah " selanjutnya .
" Kau bilang makanan sampah ini sebagai sarapan ? Bagaimana kau bisa memakan semua makanan instan ini untuk sarapan ?"Febri menatap Laura dengan tatapan tidak percaya .
" Apa kau makan ini setiap hari?" Tanya Febri
" Pantas saja kau begitu bodoh.." lanjut pria itu
"Aishh... Kalau tidak mau makan ya sudah jangan makan . Kau tidak perlu mengatakan hal-hal buruk seperti itu di depan makanan , jadi diamlah aku ingin menikmati makananku ini." Laura kembali memasukkan mienya ke dalam mulutnya .
Febri melihat itu hanya berdecak , ia ikut duduk di depan Laura dan akhirnya ikut memakan Mie buatan Laura tersebut .
" Kau mau memakannya ? Tadi kau bilang ini makannya sampah .."
"Mau bagaimana lagi, di sini tidak ada makanan lain selain ini ." Balas Febri .
~Bersambung
" Kau bilang makanan sampai ini sebagai sarapan ? Bagaimana kau bisa memakan semua makanan instan ini untuk sarapan ?"Febri menatap Laura dengan tatapan tidak percaya .
" Apa kau makan ini setiap hari?" Tanya Febri
" Pantas saja kau begitu bodoh.." lanjut pria itu
"Aishh... Kalau tidak mau makan ya sudah jangan makan . Kau tidak perlu mengatakan hal-hal buruk seperti itu di depan makanan , jadi diamlah aku ingin menikmati makananku ini." Laura kembali memasukkan mienya ke dalam mulutnya .
Febri melihat itu hanya berdecak , ia ikut duduk di depan Laura dan akhirnya ikut memakan Mie buatan Laura tersebut .
" Kau mau memakannya ? Tadi kau bilang ini makannya sampah .."
"Mau bagaimana lagi, di sini tidak ada makanan lain selain ini ." Balas Febri .
___
Setelah selesai sarapan ,Laura bersiap-siap untuk pergi ke kampusnya . Hari ini ada Kuis dari dosen Mahmud dan dia harus mendapatkan nilai A.
" Semoga kau berhasil, dan aku akan pulang sekarang"
Blusshh rona merah mewarnai pipi Laura ,dia tidak percaya dengan apa yang ia dengar . Febri menyemangatinya ? Tentu saja ia akan semakin berusaha untuk mendapatkan nilai A . " Terima kasih, aku akan berusaha untuk mendapatkan hadiah darimu ."
" Kau akan mendapatkannya Jika nilaimu A " Febri tersenyum pada Laura.
" Kalau begitu aku pulang dulu."Febri berlalu begitu saja meninggalkan Laura yang masih kesulitan bernafas akibat senyuman pria itu .
"Arrggghh... Aku bisa gila karena dia ."gumam Gadis itu sambil memegang pipinya .
___
Taman Bermain
Di sinilah Febri dan Laura sekarang . Laura benar-benar berusaha dan mendapatkan nilai A , maka dari itu Febri pun menepati janjinya untuk memberikan hadiah pada Laura . Febri mengajak Gadis itu ke taman bermain setelah melihat foto Laura bersama orang tuanya di taman bermain .
"Aaaahh... Ini sangat menyenangkan aku sudah lama se kali tidak datang ke sini " Laura sangat terlihat bahagia, Febri bagai terhipnotis dengan senyuman Laura dan ia pun menjadi ikut tersenyum.
" Kapan terakhir kali kau kemari?'
"Emmmm... Aku tidak bisa mengingatnya, yang jelas itu sudah sangat lemah sekali."
" Ayo cepat habiskan makananmu, lalu kita akan coba wahana yang lainnya."
Laura tampak serius dengan makanannya, kali ini Febri memastikan kalau Laura tidak makan makanan instan lagi . Dia membawa Laura ke restoran yang ada di taman bermain ini dan memesankan makanan yang lebih pantas untuk dikonsumsi manusia dari pada mie instan .
Selesai makan siang mereka berjalan menuju ke tempat penjual aksesoris , sepanjang perjalanan Febri menggandeng tangan Laura . Orang-orang pasti akan berpikir kalau mereka adalah sepasang kekasih .
" Febri,Kepalamu akan putus kalau terus seperti itu ."
"Kau tahu ?" Febri tersenyum jahil
" Tentu saja aku tahu , aku tahu semua yang kau lakukan karena aku menyukaimu kan ." Laura meninggikan suaranya. mood-nya sedang tidak baik sekarang . Bagaimana tidak , dari tadi Febri terus memperhatikan wanita-wanita cantik dan seksi yang lewat di depannya , bahkan sampai menoleh demi melihat mereka .
" Bisakah kau hanya melihatku ? Bisakah kau menyukaiku ? Bisakah kau tidak memperhatikan wanita-wanita itu?" Laura menata Febri lekat-lekat.
Pria itu melihat Naura dari bawah sampai atas." tidak! tidak ada yang bisa dilihat dari dirimu . Badanmu rata , tidak menarik sama sekali dan kau itu bodoh. Aku tidak mau mengencani gadis yang bodoh seperti dirimu."
Febri tak menyadari bahwa ada hati yang sedang tersakiti karena perkataan tajamnya. Raut wajah Laura menunjukkan kalau dia sangat kecewa dengan pria itu.
" Baiklah kalau begitu , aku tidak akan mengganggumu lagi, bersenang-senanglah dengan wanita-wanita itu." Laura berjalan menjauh dari Febri , namun langkahnya terhenti ketika tangannya ditarik oleh Febri .
" Tunggu , aku akan mengantarkanmu pulang ."
" Tidak perlu , aku bisa pulang sendiri , terima kasih ."
"JANGAN MEMBANTAHKU LAURA CYNTHIA!! Nyawamu sedang dalam bahaya!!!" Febri melirik sekeliling . Sosok bertudung itu ada lagi . Febri mendesis. Ia menarik Laura untuk pergi dari tempat itu.
Laura hanya mengikuti Febri yang terus menariknya. rasa kesal terus menyeruak di hatinya . Ia berjanji setelah ini ia akan melupakan Febri . ' sangat membencimu Febri .'
" Lepaskan aku !!! Ini sangat menyakitkan " Laura memberontak agar pria itu melepaskan tangannya . tapi bukannya melepaskan Febri malah menatap Laura dengan tatapan tajam . Matanya sorot akan kemarahan karena Laura tidak mau diam.
Febri melakukan ini karena ia tidak ingin terjadi hal buruk pada Laura . Febri melihat sosok bertudung itu terus saja mengintai mereka. Pasti dia menginginkan sesuatu dari Febri atau Laura.
" Untuk sekarang dengarkan aku jangan menengok kemanapun. Di belakangmu arah jam 5. dan jam 8 ada orang bertudung yang terus saja mengikuti kita sedari tadi aku . Aku pernah beruntung ada dirimu aku tidak tahu mereka mengintaiku atau dirimu . Tapi aku melihat mereka sejak aku mengantarmu pulang waktu itu. Jika tidak ingin hal buruk terjadi padamu , maka turuti perintahku . Jangan membantah!" Febri menjelaskan pada Laura, sedangkan Gadis itu masih saja menata Febri dengan rasa bencinya .
" Aku tidak peduli, lagi pula apa yang mereka inginkan dari gadis sepertiku? Menyingkirlah dariku Febri . Sekarang aku sudah sangat membencimu ." Laura menghempaskan tangannya dari genggaman tangan Febri .
" Terserah aku tidak peduli padamu, pergilah !"
Laura berjalan meninggalkan Febri, Ia terus memikirkan perkataan Febri. "Apa Febri mengarang cerita ? Aku tidak melihat ada orang yang mengikutiku . lagi pula apa yang diinginkan mereka dariku ? Aku hanya gadis miskin , tidak punya apa-apa. lalu Kenapa mereka membuang-buang waktu untuk mengikutiku. " guman Laura.
Tiba-tiba tubuh Laura ditarik oleh seseorang dan dimasukka n ke dalam mobil. Orang-orang bertudung itu menculik Laura. Gadis itu dibawa ke sebuah gudang tak jauh dari taman bermain tersebut. Dua orang pria memegangi Laura yang terus berontak ingin melepaskan diri seorang wanita berdiri di tengah gudang .
" Bos, aku sudah membawanya ."Kata pria tinggi di sebelah kanan Laura. Pria itu mendorong Laura hingga Gadis itu tersungkur di hadapan wanita misterius tersebut.
Sementara di tempat lain , Febri terlihat sangat gelisah . Ia menyesal karena sudah membiarkan Laura pergi begitu saja padahal dia sudah tahu kalau ada orang yang mengikutinya sedari tadi . Febri mengambil penghasilnya yang berada di saku mantelnya ketika merasakan benda persegi itu bergetar .
^^^" Halo ..."^^^
" Gadis itu ada bersama denganku , jika kau ingin Gadis itu selamat. maka Kembalilah Padaku Febri ." suara wanita di seberang telepon itu membuat tubuh Febri menegang.
^^^" Di mana kau sekarang ?" tanya Febri tak sabaran .^^^
" Tenanglah Bi , nasib gadis ini tergantung pada keputusanmu. jika kau mau kembali padaku dan aku akan melepaskan dari sini dan tentunya dia akan selamat tanpa ada yang kurang sedikit .
^^^" Bermimpilah Kau Luna!!"^^^
Tak ada suara lagi dari wanita di ujung telepon , hanya terdengar suara teriakan kesakitan seorang gadisnya. Dan Febri sangat mengenal suara itu.
" Laura..." suara Febri melemah ,mendadak otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih .
~Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!